Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Terlebih dengan hasil pemikiran manusia. Dari sisi pemikir
mungkin hasil pemikiran tersebut adalah hal yang ideal. Namun, bagi orang lain mungkin hal tersebut
kurang ideal. Sama halnya dengan prinsip demokrasi liberal, mungkin di beberapa negara sistem
tersebut sukses diterapkan, namun ada pula negara yang gagal menerapkannya. Berikut ini merupakan
kelebihan demokrasi liberal:
Sebelumnya kita telah membahas kelebihan dari bentuk pemerintahan demokrasi liberal. selain
mengetahui kelebihan, kita juga harus mengetahui kekurangannya. Berikut ini merupakan kekurangan
demokrasi liberal:
Demokrasi terpimpin yang dipimpin Presiden Sukarno berhasil membangun integrtas nasional di mana
sebelumnya terpecah belah menjadi berbagai kelompok dan golongan. Kelompok dan golongan yang
sebelumnya bersaing dalam memiliki pengaruh dalam pemerintahan perlahan mulai tidak ada, karena
untuk mereka tidak ada lagi manfaatnya. Semua harus tunduk dengan aturan presiden dan manifesto
politiknya yang terkenal dan ideologi baru, yaitu nasakom.
Pada saat kemerdekaan Indonesia dan terakhir Konfrensi Meja Bundar, telah ditegaskan bahwa wilayah
Indonesia adalah seluruh bekas jajahan / kolonialisme Belanda. Artinya, Papua termasuk wilayah
Indonesia. Namun kenyataannya, Papua masih dikuasai Belanda. Bahkan sampai Kabinet Ali
Sastroamijoyo berakhir, mereka menemui kegagalan mengembalikan Papua ke Indonesia. Pada tanggal
1 Desember 1961, Belanda mengumumkan terbentuknya Dewan Nasional Papua sebagai satu negara.
Pada akhirnya, bulan Desember 1961 itu pula, Presiden Sukarno mengumumkan Aksi Trikora, yaitu
perang merebut kembali Papua, yang saat itu dikenal sebagai Irian Barat. Tidak hanya sampai di situ,
Presiden Sukarno juga memperjuangkan Irian Barat secara diplomatik di PBB sepanjang tahun 1962.
Dan melalui referendum, 1 Mei 1963, Irian Barat resmi menjadi wilayah Indonesia.
Setelah sebelumnya Presiden Sukarno berhasil menyelenggarakan Konfrensi Asia Afrika yang
menghasilkan dasasila Bandung, Indonesia kemudian menjadi pelopor peran Indonesia dalam gerakan
non blok. Yaitu organisasi atau gerakan negara-negara yang berusaha tidak memihak mana pun dalam
penyelenggaraannya. Tidak berpihak pada Amerika yang mewakili negara-negara Barat dan tidak
memihak pada Uni Sovyet (Rusia saat ini) yang mewakili negara-negara berpaham sosialis
komunis. Selama kepemimpinan demokrasi terpimpin juga Indonesia menjadi negara yang disegani. Saat
itu, Indonesia dianggap sebagai pemimpin Asia Afrika.
Pada saat itu, Indonesia sebenarnya sudah dalam keadaan di ujung tanduk. Ekonomi tidak stabil, politik,
dan berbagai bidang lain mengalami kekacauan. Dan kelebihan dan kekurangan demokrasi terpimpin
berusaha memperbaiki berbagai keadaan tersebut. Dilaksanakannya penataan ekonomi sederhana,
menjadikan ABRI lembaga dwifungsi di bidang sosial politik, mengenalkan ideologi nasakom dianggap
hal yang paling dilakukan oleh Presiden Sukarno.
Meskipun tidak dialami seluruh rakyat Indonesia, demokrasi terpimpin pada sebagian orang
membangkitkan rasa nasionalisme dan rasa gotong royong dalam pembangunan menguat kembali. Ini
ditandai dengan bersatunya berbagai kelompok dan golongan yang sebelumnya berseberangan dalam
kabinet parlementer.
Demokrasi terpimpin sebenarnya merupakan penyimpangan terhadap UUD 1945 dan Pancasila,
meskipun ada berbagai bidang yang berhasil dilaksanakan. Beberapa penyimpangan dan kekurangan
demokrasi terpimpin adalah:
Pengangkatan anggota MPRS yang tidak berdasarkan hasil pemilihan umum. Anggota MPRS ditentukan
oleh presiden.
Presiden menjadi kepala negara sekaligus ketua DPAS. Dan hal ini berhubungan dengan dukungan
seluruh anggota DPAS yang menjadikan pidato presiden, 17 Agustus 1959, mengenai manifesto politik
sebagai fungsi GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara / pedoman pelaksanaan pembangunan).
Demokrasi terpimpin membuat kekuasaan presiden menjadi tak terbatas. Hal ini membuat kemungkinan
kediktatoran semakin besar.
Tidak menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara dan menggantinya dengan nasionalis, agama, dan
komunis.
Pemimpin lembaga-lembaga negara sekaligus juga sebagai menteri presiden. Hal ini secara tidak
langsung menyiratkan bahwa lembaga-lembaga tinggi negara berada di bawah kekuasaan presiden.
Presiden diangkat menjadi presiden seumur hidup
Dibubarkannya DPR yang dibentuk berdasarkan hasil pemilu 1955 dan diganti dengan DPRDGR.
Pembubaran ini terjadi tahun 1960, ketika DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah.
Keadaan negara masa ini semakin kacau. Beberapa hal di awal yang sepertinya mengalami perbaikan
ketika sistem demokrasi parlementer berakhir, ternyata tidak demikian. Kekuasaan ABRI terutama
Angkatan Darat yang semakin besar membuat terjadi persaingan di antara sesama anggota. Di lain
pihak, dengan ideologi nasakom, PKI dianggap partai yang berdiri paling depan membelanya.
Kekuasaan komunis menjadi semakin besar. Puncaknya, pemberontakan G30SPKI. Demokrasi
terpimpin dianggap gagal. Tidak sampai setahun sesudahnya, Presiden mengeluarkan Surat Perintah
Sebelas Maret yang dikenal dengan Supersemar. Supersemar menandai berakhirnya masa demokrasi
terpimpin.
Sejarah bukan dimaksudkan untuk dikenang. Dengan belajar sejarah kita mengetahui apa yang sudah
terjadi dan diharapkan tidak mengulangi semua kesalahan yang sudah terjadi. Akhir kata, semoga artikel
ini bermanfaat.