Anda di halaman 1dari 13

DEMOKRASI DAN KEBEBASAN PERS

Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia


1)    Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia dibagi menjadi beberapa periodesasi:
Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih
adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu
terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR, DPR dan DPA
dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP.
Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah
mengeluarkan :
• Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi lembaga
legislatif.
• Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
• Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahn
presidensil menjadi parlementer
2)   Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama

a)    Masa demokrasi Liberal 1950 – 1959


Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan sebagai
Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen,
akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :

• Dominannya partai politik


• Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
• Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
• Bubarkan konstituante
• Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
• Pembentukan MPRS dan DPAS

b)    Masa demokrasi Terpimpin 1959 – 1966


Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang
progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:

1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden membentuk
DPRGR
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.

c)    Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 – 1998


Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde
Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal
Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II,
III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:
1. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
2. Terjadinya krisis politik
3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi
Presiden
5. Pelaksanaan demokrasi pada masa Reformasi 1998 s/d sekarang.
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke
Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.

d)   Pelaksanaan demokrasi Orde Reformasi 1998 – sekarang


Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah
demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidak
demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR – MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya
lembaga-lembaga tinggi yang lain.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pemerintahan yang Terbuka

Pemerintahan terbuka adalah suatu doktrin pemerintahan yang menyatakan bahwa


kegiatan pemerintah dan pengelolaan negara harus terbuka pada semua tingkatan dan dapat
diawasi oleh publik.

Pemerintahan yang terbuka setidaknya memiliki empat ciri,yaitu : 


1. adanya peluang bagi publik dan pers untuk mendapatkan atau mengakses berbagai dokumen
pemerintah. Akses itu bisa dilakukan baik secara langsungg maupun tidak langusng (misalnya,
melalui parlemen). Akses tersebut termasuk berbagai arsip pribadi mengenai individu-individu
yang menduduki berbagai jabatan pemerintahan/publik. 
2. Pemerintah menyediakan berbagai informasi faktual mengenai kebijakan-kebijakan yang akan
dan sudah dibuatnya. 
3. Terbukanya rapat-rapat pemerintah bagi publik dan pers. 
4. adanya konsultasi publik yang dilakukan secara sistematik oleh pemerintah. 

Kebebasan Pers
Kebebasan Pers adalah kebebasan menggunakan pendapat, baik secara tulisan maupun lisan,
melalui media pers, seperti harian, majalah, dan buletin. Kebebasan pers dituntut tanggung
jawabnya untuk menegakkan keadilan, ketertiban, dan keamanan dalam masyarakat. Kebebasan
pers harus disertai tanggung jawab sebab kekuasaan yang besar dan bebas yang dimiliki manusia
mudah sekali disalahgunakan dan dibuat semena-mena. Demikian juga pers harus
mempertimbangkan apakah berita yang disebarkan dapat menguntungkan masyarakat luas atau
memberi dampak positif pada masyarakat dan bangsa. Inilah segi tanggung jawab pers. Jadi, pers
diberikan kebebasan dengan disertai tanggung jawab sosial.

1. Kebebasan pers (freedom of the press)


2. Kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat (freedom of the opinion and expression)
3. Kebebasan berbicara (freedom of the speech)
Jaminan kebebasan berbicara dan informasi itu, antara lain sebagai berikut.

1. Pasal 28 UUD 1945, "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran


dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang."
2. Pasal 28 F UUD 1945, "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia."
3. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, Bab VI, Pasal 20 da 21 yang
isinya sebagai berikut. (20) "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya." (21) "Setiap orang
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluaran yang tersedia."
4. Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Pasal 14 Ayat 1 dan 2 tentang Hak Asasi Manusia.
(1) "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperolah informasi yang diperlukan
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya." (2) "Setiap orang berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia."

Dampak Penyalahgunaan Kebebasan Pers


1. Distori informasi: lazimnya dengan menambah atau mengurangi infirmasi, akibatnya
maknanya berubah.
2. Dramatisasi fakta palsu: dapat dilakukan dengan memberikan ilustrasi secara verbal,
auditif ataupun visual yang berlebihan mengenai suatu objek.
3. Mengganggu privacy: hal ini dilakukan melalui peliputan yang melanggar hak-hak
pribadi narasumber.
4. Pembunuhan karakter: dilakukan dengan cara terus menerus menonjolkan sisi buruk
individu/kelompok/organisasi tanpa menampilkan secara berimbang dengan tujuan
membangun citra negatif yang menjatuhkan.
5. Eksploitasi seks: media menampilkan seks sebagai komodiatas secara serampangan tanpa
memperhatikan batasan norma dan kepatuhan.
6. Meracuni pikiran anak-anak: ekploitasi kesadaran berpikir anak yang diarahkan secara
tidak normal pada hal-hal yang tidak mendidik.
7. Peyalahgunaan kekuasaan (abuse of power): media menyalahgunakan kekuatannya dalam
mempengaruhi opini publik dalam suatu praktik mass deception (pembohongan massa).

DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


Pancasila dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman secara kreatif dengan
memperkhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia itu sendiri.
Moerdiono (BP7 Pusat, 1992:399) menyebutkan beberapa factor yang mendorong pemikiran
Pancasila sebagai ideologi terbuka.
1. Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat kita berkembang amat
cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara
ideologis dalam pemikiran ideologi-ideologi sebelumnya.
2. Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti marxismeleninisme/komunisme. Dewasa ini
kubu komunisme dihadapkan pada pilihan yang amat berat, menjadi suatu ideologi terbuka atau
tetap mempertahankan ideologi lainnya.
3. Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat penting. Karena
pengaruh ideologi komunisme yang pada dasarnya bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot
menjadi semacam dogma yang kaku. Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, tetapi
sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah di
saat itu menjadi absolute. Konsekuensinya, perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk secara
langsung dicap sebagai anti pancasila.
4. Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai catatan, istilah Pancasila sebagai satu-satunya
asas telah dicabut berdasarkan ketetapan MPR tahun 1999, namun pencabutan ini kita artikan
sebagai pengembalian fungsi utama Pancasila sebagai dasar Negara. Dalam kedudukannya
sebagai dasar Negara, Pancasila harus dijadikan jiwa (volkgeits) bangsa Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara terutama dalam pengembangan Pancasila sebagai Ideologi
terbuka. Di samping itu, ada faktor lain, yaitu adanya tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan
Pancasila sebagai alternative ideologi dunia.
KEDUDUKAN PANCASILA
Sebagai pandangan hidup
Sebagai ideologi
Sebagai dasar negara
Fungsi pancasila
Jiwa bangsa indonesia
KepribadIjan hidup bangsa indonesia
Perjanjian luhur
Sumber dari segala sumber hukum
PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI
Artinya seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara menggunakan Pancasila
sebagai dasar moral (norma) dan tolok ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap,
perbuatan dan tingkah laku bangsa Indonesia.
(1) Nilai dan jiwa Ketuhanan-keagamaan
(2) Nilai dan jiwa kemanusiaan yang adil dan beradab
(3) Nilai dan jiwa persatuan
(4) Nilai dan jiwa kerakyatan-demokrasi
(5) Nilai dan jiwa berkeadilan social
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN
Pancasila sebagai paradigma berarti nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif sebagai dasar,
kerangka dasar, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional. Hal tersebut sebagai
konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara.

PELAKSANAAN UUD DARI TAHUN 45 SEBAGAI KAIDAH YANG


FUNDAMENTAL
Sebagai pokok kaifah fundamental,pancasila menjadi dasar dan sumber pembentukan UUD NRI
yang kemudian harus dijadikan dasar pembentukan semua peraturan peraturan dibawahnya

HUBUGAN INTERNASIONAL DAN HAM

 Perjanjian Internasional
A. Makna Kerja Sama adan Perjanjian Internasional
a. Kerja sama internasional adalah hubungan kerja sama yang dilakukan oleh dua negara
atau lebih untuk mecapai tujuan – tujuan tertentu.
b. Openheiner Lauterpachat
Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antarnegara yang menimbulkan hak
dan kewajiban di antara pihak – pihak yang mengadakannya.
c. Dr. B. Schwar Zen Berger
Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antar subjek – subjek hukum
internasional yang menimbulkan kewajiban – kewajiban mengikat dalam hukum
internasional.
d. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH, LLM.
Perjanjian internasional adalah perjanjian antar bangsa yang bertujuan untuk
menciptakan akibat – akibat hukum tertentu.
e. Konvensi Wina Tahun 1969
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih
yang bertujuan untuk mengadakan akibat – akibat hukum tertentu.
B. Macam – Macam Kerja Sama dan Perjanjian Internasional
a) Kerjasama Internasional
1. Kerja Sama Bilateral
Adalah kerja sama antar dua negara untuk menjalin hubungan dalam bidang atau
sektor tertentu.
Contoh : perjanjian Indonesia dan Malaysia mengenai perbatasan kedua negara.
2. Kerja Sama Multilateral
Adalah kesepakatan antara lebih dari dua negara untuk menjalin hubungan dalam
bidang atau sektor tertentu sesuai negara – negara yang terkait.
Contoh :
b) Perjanjian Internasional
1. Menurut Subjeknya
a. Perjanjian antar negara yang dilakukan oleh banyak negara merupakan subjek
hukum internasional.
b. Perjanjian internasional antar negara dan subjek hukum internasional lainnya.
c. Perjanjian antar sesama subjek hukum internasional yang satu dan organisasi
internasional lainnya.
Contoh: kerja sama ASEAN dan MEE.
2. Menurut Isinya
a. Segi politis, seperti pakta pertahanan dan pakta perdamaian.
Contoh: NATO, ANZOS, dan PAKTA WARSAWA.
b. Segi ekonomi, seperti bantuan ekonomi dan bantuan keuangan.
Contoh: CGI, IMF, IBRD, ADB, dan sebagainya.
c. Segi hukum, seperti status kewarganegaraan, ekstradisi, dan sebagainya.
d. Segi batas wilayah, seperti laut teritorial, batas alam daratan, dan sebagainya.
e. Segi kesehatan, seperti masalah karantina, penanggulangan wabah penyakit
AIDS, dan sebagainya.
3. Menurut Proses/Tahapan Pembentukannya
a. Perjanjian yang bersifat penting (melalui proses perundingan,
penandatanganan, dan ratifikasi).
b. Perjanjian yang bersifat sederhana (melalui proses perundingan dan
penandatanganan).
4. Menurut Fungsinya
a. Perjanjian yang membentuk hukum (law making treaties), yaitu suatu perjanjian
yang meletakkan ketentuan – ketentuan atau kaidah – kaidah bagi masyarakat
internasional secara keseluruhan (bersifat multilateral).
Contoh : Konvensi Wina tahun 1958 tentang hubungan diplomatik.
b. Perjanjian bersifat khusus (treaty contract), yaitu perjanjian yang menimbulkan
hak dan kewajiban bagi negara – negara yang mengadakan perjanjian saja
(perjanjian bilateral).
Contoh: perjanjian antara RI dan RRC mengenai dwi kenegaraan.
C. Tahap – Tahap Perjanjian Internasional
a) Perundingan (negotiation)
 Perundingan merupakan perjanjian tahap pertama antara pihak/negara tentang
objek tertentu.
 Negosiasi dapat dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk dengan surat kuasa penuh
atau dilakukan oleh kepala negara, kepala pemerintshsn, menteri luar negeri,
atau duts besar.
 Perundingan yang dilakukan dalam rangka perjanjian bilateral disebut talk.
 Perundingan yang dilakukan dalam rangka perjanjian multilateral disebut
diplomatic converence.
 Perjanjian yang tidak resmi disebut corridor talk.
b) Penandatanganan (signature)
 Penandatanganan dilakukan oleh para menteri luar negeri atau kepala
pemerintahan.
 Penandatanganan teks dianggap sah jika 2/3 peserta yang hadir memberikan
suara.
 Perjanjian belum dapat diberitahukan oleh masing – masing negara sebelum
diratifikasi.
c) Pengesahan (ratification)
Ratifikasi adalah proses adopsi perjanjian internasional, atau konstitusi atau dokumen
yang bersifat nasional lainnya (seperti amendemen terhadap konstitusi) melalui
persetujuan dari tiap entitas kecil di dalam bagiannya.
Ratifikasi perjanjian Internasional dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Ratifikasi oleh badan eksekutif (biasa dilakukan oleh raja – raja absolute dan
pemerintahan otoriter).
2) Ratifikasi oleh badan legislati.
3) Ratifikasi campuran (oleh DPR dan pemerintah).
Berdasarkan Konvensi Wina tahun 1969 pasal 24, mulai berlakunya suatu perjanjian
internasional adalah sebagai berikut:
1) Pada saat sesuai dengan yang ditentukan dalam naskah penjanjian tersebut.
2) Pada saat peserta perjanjian mengikat pada perjanjian itu jika dalam naskah tidak
disebut saat berlakunya.
D. Beberapa Hal yang Perlu Disepakati Dalam Proses Pembuatan Perjanjian Internasional
1. Persyaratan Perjanjian Internasional
 Harus dinyatakan secara formal/resmi.
 Bermaksud untuk membatasi, meniadakan, atau mengubah akibat hukum dari
ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam perjanjian itu.
2. Berlakunya Perjanjian Internasional
a) Mulai berlaku sejak tanggal yang ditentukan atau menurut yang disetujui oleh
negara – negara perunding.
b) Jika tidak ada ketentuan, perjanjian mulai berlaku segera setelah persetujuan diikat
dan dinyatakan sah oleh semua negara perundig.
c) Jika persetujuan suatu negara untuk diikat oleh perjanjian timbul setelah perjanjian
itu berlaku, maka perjanjian mulai berlaku bagi negara itu pada tanggal tersebut,
kecuali jika perjanjian menentukan lain.
d) Ketentuan – ketentuan perjanjian yang mengatur pengesahan teksnya, pernyataan
persetujuan suatu negara untuk diikat oleh suatu perjanjian, cara dan tanggal
berlakunya, persyaratan fungsi – fungsi penyimpangan, dan masalah – masalah lain
yang timbul sebelum berlakunya perjanjian itu.
3. Pembatasan Perjanjian Internasional
Alasan suatu perjaanjian internasional dapat batal adalah sebagai berikut:
a) Negara peserta atau wakil kuasa penuh melanggar ketentuan – ketentuan hukum
nasionalnya.
b) Adanya unsur kesalahan pada saat perjanjian itu dibuat.
c) Adanya unsur penipuan dari negara peserta terhadap negara peserta lain waktu
pembentukan perjanjian.
d) Terdapat penyalahgunaan atau kecurangan, baik melalui kelicikan atau penyuapan.
e) Adanya unsur paksa terhadap wakil suatu negara peserta.
f) Bertentangan dengan satu kaidah dasar hukum internasional umum.
4. Berakhirnya Perjanjian Internasional
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., mengatakan bahwa suatu perjanjian berakhir
Karena hal – hal berikut:
a. Telah tercapai tujuan dari perjanjian internasional itu.
b. Masa berlaku perjanjian internasional itu sudah habis.
c. Salah satu pihak peserta perjanjian menghilang atau punahnya objek perjanjian itu.
d. Adanya persetujuan dari para peserta untuk mengakhiri perjanjian internasional itu.
e. Adanya perjanjian baru antara peserta yang kemudian meniadakan perjanjian yang
terdahulu.
f. Syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai dengan ketentuan perjanjian itu
sudah dipenuhi
g. Perjanjian secara sepihak diakhiri oleh salah satu peserta dan pengakhiran itu
diterima oleh pihak lain.
 Organisasi Internasional
A. Pengertian Organisasi Internasional
Organisasi internasional adalah suatu organisasi yang dibuat oleh anggota masyarakat
internasional secara sukarela atau atas dasar kesamaan yang bertujuan menciptakan
perdamaian dunia dalam tata hubungan internasional.
B. Contoh Organisasi Internasional
1. PBB (Perserikatan Bngsa – Bangsa)
a. Sejarah Pembentukan
Saat perang dunia II, timbul pemikiran para negarawan untuk mendirikan organisasi
yang bersifat global sebagai pengganti Liga Bangsa – Bangsa (LBB). Ide ini datang
dari pembicaraan antara Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt dan
Perdana Menteri Inggris Churchill yang dsebut dengan Atlantic Charter. Setelah
beberapa kali pertemuan, akhirnya pada Konferensi San Fransisco pata tanggal 26
juni 1945 ditandatangani piagam PBB atau United Nations Charter yang emudian
diratifikasi pada tanggal 24 Oktober 1945 yang sekarang dirayakan sebagai hari
Perserikaatan Bangsa – Bangsa.
b. Asas PBB
1) Berdasarkan persamaan kedaulatan dari semua anggotanya 
2) Semua anggota harus memenuhi dengan ikhlas kewajiban-kewajiban mereka
sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB. 
3) Semua anggota harus menyelesaikan persengketaaan-persengketaan
internasional dengan jalan damai tanpa membahayakan perdamaian,
keamanan, dan keadilan.
4) Dalam hubungan-hubungan internasional semua anggota harus menjauhi
penggunaan ancaman atau kekerasan terhadap orang lain.
c. Tujuan PBB
1) Memelihara perdamaian dan keamanan internasional.
2) Mengembangkan hubungan-hubungan persaudaraan antara bangsa-bangsa.
3) Menciptakan kerja sama dalam memecahkan masalah usaha internasional
dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan hak asasi.
4) Menjadikan PBB sebagai usat usaha dalam mewujudkan tujuan bersama cita-
cita di atas. 
d. Keanggotaan PBB
1) Negara yang merdeka dan berdaulat penuh.
2) Negara yang cinta damai.
3) Sanggup dan bersedia memenuhi kewajiban sebagai anggot dan disetujui dalam
sidang Majelis Umum PBB
4) Mendapat rekomendasi dari Dewan Keamanan PBB dan disetujui dala sidang
Majelis Umum PBB.
Hingga September 2002 tercatat sebanyak 191 negara menjadi anggota penuh.
e. Struktur Organisasi PBB
1) Majelis Umum (General Assembly)
2) Dewan Keamanan (Security Council)
3) Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council)
4) Dewan Perwalian (Trusteeship Council)
5) Mahkamah Internasional (Internasional Court of Justice), dan Sekretariat)
2. ASEAN (Association of South East Asia Nations)
Berdirinya ASEAN ditandai dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN, oleh 5 menteri
luar negeri negara ASEAN, pada tanggal 8 Agustrus 1967.
a. Tujuan ASEAN
1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan
kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
2) Memajukan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan saling
menghormati keadaan dan tata tertib hukum dalam hubungan antar wilayah di
kawasan Asia Tenggara.
3) Meningkatkan kerjasama secaa aktif dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan,
teknik ilmu pengetahuan, dan administrasi.
4) Saling memberikan bantuan dalam bentuk fasilitas-fasilitas latihan dan
penelitian dalam sektor pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi.
5) Bekerjasama lebih efektif dalam bidang pertanian, industri, perdagangan, jasa,
dan komunikasi untuk meningkatkan taraf hidup.
6) Memelihara kerjasama yang erat dan saling menguntungkan dengan organisasi
internasional dan regional.
b. Asas ASEAN
Dalam keanggotaan, ASEAN menganut asas keanggotaan terbuka. ASEAN memberi
kesempatan kepada negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara untuk
melakukan kerjasama, seperti Timor Leste dan Papua Nugini.
c. Dasar ASEAN
1) Saling menghormati terhadap kemerdekaan, integritas territorial dan identitas
semua bangsa.
2) Mengakui hak setiap bangsa untuk penghidupan nasional yang bebas dari turut
campur subversi serta intervensi dari luar.
3) Tidak saling turut campur urusan dalam negeri negara masing-masing.
4) Penyelesaian persengketaan dan pertengkaran secara damai.
5) Tidak mempergunakan ancaman atau penggunaan kekuatan.
6) Menjalankan kerjasama secara aktif.
3. APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)
APEC berdisi pada bulan November 1989 di Australia.
Tujuan APEC:
1) Menjalin kerjasama ekonomi antarbangsa di Asia Pasifik yang semakin erat atas
dasar saling menguntungkan.
2) Meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama
3) Memperkuat kemampuan masing-masing dan kemampuan anggotanya untuk
memperjuangkan kepentingan bersama termasuk dalam forum multilateral
yang lebih luas.
4. OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries)
OPEC didirikan pada 14 September 1960 di Bagdad, Irak. Saat itu anggotanya hanya lima
negara. Sejak tahun 1965 markasnya bertempat di Wina, Austria.
Tujuan OPEC:
1) Tujuan ekonomi, yaitu mempertahankan/menentukan harga minyak sehingga
menguntungkan negara-negara produsen.
2) Tujuan politik, yaitu mengatur hubungan dengan perusahaan-perusahaan minyak
asing atau pemerintah negara-negara konsumen.
5. NATO (North Atlantic Treaty Organization)
NATO didirikan pada tahun 1949, sebagai bentuk dukungan terhadap Persetujuan
Atlantik Utara yang ditanda tangani di Washington, DC pada 4 April 1949.
Tujuan NATO:
1. Menyelesaikan persengketaan secara damai
2. Tidak menggunakan ancaman militer dalam halangan internasional
3. Membela negara anggota dengan pendirian bahwa ancaman pada satu anggota
merupakan ancaman seluruh NATO
4. Menghilangkan persengketaan politik internasional.
 Kewarganegaraan
 Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik
tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi
dalam kegiatan politik.
 Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara.

Anda mungkin juga menyukai