Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan, pembangunan kesehatan diselenggarakan berasaskan perikemanusiaan yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam pembangunan Kesehatan, yaitu 1. Tantangan yang masih harus dihadapi antara lain adanya bonus demografi yang juga berdampak pada peningkatan angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta balita yang mengalami gizi kurang. 2. Kemudian, penyakit menular yang masih banyak terjadi dan penyakit tidak menular yang mulai meningkat secara signifikan menyebabkan terjadinya beban penyakit ganda di Indonesia. Bahkan beberapa penyakit menular cenderung mulai kembali mengalami peningkatan seperti TB dan hadirnya penyakit infeksi baru seperti Covid-19 yang menjadi ancaman besar terhadap pembangunan kesehatan Indonesia saat ini. 3. Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah yang masih belum dapat berjalan sesuai harapan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting. Manajemen kesehatan yang meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, sistem informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang mencakup perlindungan masyarakat, penegakan dan kesadaran hukum belum sepenuhnya mendukung pembangunan kesehatan. 4. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan masih menempatkan masyarakat sebagai objek bukan sebagai subjek sehingga pemantauan pada pengetahuan, sikap, perilaku, serta kemandirian masyarakat untuk hidup sehat masih belum memadai. Dari sisi pelayanan kesehatan, Indonesia masih terkendala dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berbagai masalah yang dihadapi seperti masih kurangnya pemerataan dan pemberdayaan jumlah serta kualitas SDM kesehatan di seluruh daerah, masih terjadinya kesenjangan terhadap akses dan kualitas pelayanan kesehatan antar wilayah, kesenjangan pelayanan kesehatan berbasis gender dan antar kelompok tingkat sosial ekonomi, pelayanan kesehatan produksi yang masih lemah, serta terbatasnya jumlah dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan 5. Pelayanan kesehatan dasar juga mengalami hambatan selama pandemi ini berlangsung. Berdasarkan data dari Kemenkes RI yang dikutip oleh IAKMI yaitu sebanyak 83,9% pelayanan kesehatan dasar tidak mampu berjalan dengan optimal, terutama pada posyandu yang hanya sedikit sekali tetap buka selama pandemi Covid-19 (IAKMI, 2020). Akibatnya, banyak ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan antenatal yang memadai dan banyak balita yang pemantauan pertumbuhan dan perkembangannya terhambat karena tutupnya Posyandu sehingga hal tersebut akan memberikan dampak sangat besar pada pelayanan Kesehatan masyarakat, khususnya pada pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk fokus penguatan pembangunan kesehatan yang akan dilakukan di tahun 2021, RPJMN akan berpusat pada 3 faktor antara lain: a. Penguatan GERMAS (preventif dan promotif) dengan meningkatkan: air bersih, sanitasi, cuci tangan pakai sabun, olahraga, kesehatan lingkungan, kawasan sehat, dan pengelolaan limbah medis. b. Penguatan health security dengan memanfaatkan kemampuan untuk prevent, detect, response yaitu: sistem peringatan dini (alert system), surveilans penyakit real time, kapasitas dan jejaring laboratorium, kapasitas SDM, protokol dan tata laksana respon cepat, litbang, serta perluasan untuk case detection, skrining dan karantina kesehatan. c. Penguatan sumber daya kesehatan antara lain: pemenuhan fasilitas dan alkes sesuai kelas RS dan sistem rujukan, pemenuhan dokter dan 9 jenis nakes di Puskesmas, pemenuhan vaksin dan obat, serta dukungan insentif bagi industri farmasi dan alkes dalam negeri.
Sumber: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Leksono, Andhini Wulandari, Inayah, dan Muhammad H. Mu’izz. Analisis Pembangunan Kesehatan di Indonesia pada Era Pandemi Covid-19. 2021. 1-10