Anda di halaman 1dari 7

Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomi.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan, pembangunan kesehatan diselenggarakan berasaskan perikemanusiaan yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil
dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan
dan kekuatan sendiri. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Secara spesifik dapat dikemukakan Dasar Pembangunan Kesehatan, Pengelolaan


Kesehatan, dan Penyelenggaraan SKN sebagai berikut:

a. Dasar pembangunan kesehatan merupakan bagian penting dari pemikiran dasar


pembangunan kesehatan. Pemikiran dasar pembangunan kesehatan dewasa ini
terutama mengacu pada tiga unsur pokok Arah Pembangunan Jangka Panjang
bidang Kesehatan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-
2025, yaitu a) Arah, b) Dasar-dasar, dan c) Pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Karenanya, tiga unsur pokok tersebut meliputi pemikiran mengenai pelaksanaan,
tujuan dan dasar pembangunan kesehatan sebagai berikut
1. Pelaksanaan pembangunan kesehatan adalah pelaksanaan oleh semua potensi
bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil
guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pelaksanaan pembangunan kesehatan ini merupakan
hakikat, esensi, ontologi, atau "apa"nya dari pembangunan kesehatan.
Pelaksanaan pembangunan kesehatan perlu memperhatikan: a. cakupan
pelayanan kesehatan yang adil dan merata; b. pemberian pelayanan kesehatan
yang berpihak kepada rakyat; c. kebijakan kesehatan masyarakat untuk
meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat; d. kepemimpinan dan
profesionalisme dalam pembangunan kesehatan; e. inovasi atau terobosan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang etis dan terbukti bermanfaat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan
sistem rujukan; f. pendekatan secara global dengan mempertimbangkan
kebijakan kesehatan yang berkelanjutan, tertib, dan responsif gender; g.
dinamika kependudukan dan keinginan masyarakat; h. epidemiologia penyakit;
i. perubahan ekologi dan lingkungan; dan g. globalisasi, demokratisasi, dan
desentralisasi dengan semangat persatuan dan kesatuan nasional serta kemitraan
dan kerja sama lintas sektor.
2. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Tujuan atau arah ini merupakan kegunaan, aksiologi atau "untuk apa" dari
pembangunan kesehatan.
Tujuan tersebut terwujud melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan
dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
3. Dasar pembangunan kesehatan meliputi: a. Dasar perikemanusiaan, b. Dasar
pemberdayaan dan kemandirian, c. Dasar adil dan merata, serta d. Dasar
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan dan
penduduk miskin. Dasar ini pada intinya merupakan nilai kebenaran yang
mendasar dan aturan pokok sebagai landasan untuk berpikir dan bertindak,
epistemiologi atau "pokok-pokok bagaimana" dari pembangunan kesehatan.
Dengan memandang pembangunan kesehatan sebagai objek material, maka tampak
dalam pemikiran dasar pembangunan kesehatan tersebut di atas bahwa objek
formalnya adalah: a. Pelaksanaan pembangunan kesehatan sebagai ontologi, b.
Tujuan pembangunan kesehatan sebagai aksiologi, dan c. Dasar pembangunan
kesehatan sebagai epistemiologinya.
b. Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Melalui Penguatan Pengelolaan Kesehatan
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan mengacu pada pelaksanaan
dari pemikiran dasar pembangunan kesehatan, maka pembangunan kesehatan
dilaksanakan melalui penguatan pengelolaan kesehatan dengan mengadakan
peningkatan: a. Upaya kesehatan, b. Penelitian dan pengembangan kesehatan, c.
Pembiayaan kesehatan, d. Sumber daya manusia kesehatan, e. Sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan, f. Manajemen, informasi dan regulasi kesehatan, serta g.
Pemberdayaan masyarakat.

Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam pembangunan Kesehatan, yaitu


1. Tantangan yang masih harus dihadapi antara lain adanya bonus demografi yang juga
berdampak pada peningkatan angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka
kematian balita, serta balita yang mengalami gizi kurang.
2. Kemudian, penyakit menular yang masih banyak terjadi dan penyakit tidak menular
yang mulai meningkat secara signifikan menyebabkan terjadinya beban penyakit
ganda di Indonesia. Bahkan beberapa penyakit menular cenderung mulai kembali
mengalami peningkatan seperti TB dan hadirnya penyakit infeksi baru seperti
Covid-19 yang menjadi ancaman besar terhadap pembangunan kesehatan Indonesia
saat ini.
3. Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah yang masih belum dapat
berjalan sesuai harapan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan
perundangan merupakan tantangan yang sangat penting. Manajemen kesehatan yang
meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, sistem informasi kesehatan,
dan hukum kesehatan yang mencakup perlindungan masyarakat, penegakan dan
kesadaran hukum belum sepenuhnya mendukung pembangunan kesehatan.
4. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan masih menempatkan masyarakat
sebagai objek bukan sebagai subjek sehingga pemantauan pada pengetahuan, sikap,
perilaku, serta kemandirian masyarakat untuk hidup sehat masih belum memadai.
Dari sisi pelayanan kesehatan, Indonesia masih terkendala dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berbagai masalah yang dihadapi
seperti masih kurangnya pemerataan dan pemberdayaan jumlah serta kualitas SDM
kesehatan di seluruh daerah, masih terjadinya kesenjangan terhadap akses dan
kualitas pelayanan kesehatan antar wilayah, kesenjangan pelayanan kesehatan
berbasis gender dan antar kelompok tingkat sosial ekonomi, pelayanan kesehatan
produksi yang masih lemah, serta terbatasnya jumlah dan belum optimalnya alokasi
pembiayaan kesehatan
5. Pelayanan kesehatan dasar juga mengalami hambatan selama pandemi ini
berlangsung. Berdasarkan data dari Kemenkes RI yang dikutip oleh IAKMI yaitu
sebanyak 83,9% pelayanan kesehatan dasar tidak mampu berjalan dengan optimal,
terutama pada posyandu yang hanya sedikit sekali tetap buka selama pandemi
Covid-19 (IAKMI, 2020). Akibatnya, banyak ibu hamil tidak mendapatkan
pelayanan antenatal yang memadai dan banyak balita yang pemantauan
pertumbuhan dan perkembangannya terhambat karena tutupnya Posyandu sehingga
hal tersebut akan memberikan dampak sangat besar pada pelayanan Kesehatan
masyarakat, khususnya pada pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Untuk fokus penguatan pembangunan kesehatan yang akan dilakukan di tahun 2021,
RPJMN akan berpusat pada 3 faktor antara lain:

a. Penguatan GERMAS (preventif dan promotif) dengan meningkatkan: air bersih,


sanitasi, cuci tangan pakai sabun, olahraga, kesehatan lingkungan, kawasan sehat,
dan pengelolaan limbah medis.
b. Penguatan health security dengan memanfaatkan kemampuan untuk prevent, detect,
response yaitu: sistem peringatan dini (alert system), surveilans penyakit real time,
kapasitas dan jejaring laboratorium, kapasitas SDM, protokol dan tata laksana
respon cepat, litbang, serta perluasan untuk case detection, skrining dan karantina
kesehatan.
c. Penguatan sumber daya kesehatan antara lain: pemenuhan fasilitas dan alkes sesuai
kelas RS dan sistem rujukan, pemenuhan dokter dan 9 jenis nakes di Puskesmas,
pemenuhan vaksin dan obat, serta dukungan insentif bagi industri farmasi dan alkes
dalam negeri.
Inovasi AI untuk menghadapi situasi pandemic di Indonesia :

Strategi Nasional Artificial Intelligence (AI) telah dirilis untuk penilaian public sejak
akhir Juli 2020 hingga sekarang. Dengan kemajuan berbagai teknologi pendukung
seperti pengolahan gambar, pengolahan suara, ekstraksi ciri, serta teknik pengambilan
keputusan, AI dapat memberikan banyak manfaat di bidang kesehatan terutama dalam
mempercepat proses diagnostik untuk mendapatkan hasil.

Dalam upaya mencari solusi dalam mendeteksi seseorang menderita covid-19 atau
tidak, Penggunaan teknologi AI guna penanganan Covid-19 dilakukan TFRIC-19
melalui Sub-tim Artificial Intelligence. Adapun prinsip kerjanya yakni berdasarkan data
X-Ray dan CT-Scan dari pasien yang positif dan negatif Covid-19.

Dengan menggunakan sistem ini, indikasi covid-19 pada seseorang yang diamati dapat
dideteksi lebih cepat dan lebih akurat, dan terlebih lagi dapat mempercepat penanganan
pasien jika hasil system menunjukkan bahwa orang tersebut positif terinfeksi covid-19.
Hasil sistem dapat digunakan oleh dokter yang berwenang dalam membuat keputusan
diagnostik medis (Wahyudi Sumari, 2020).

Referensi :

Wahyudi Sumari, A. D. (2020). The Contributions of Artificial Intelligence in


Achieving Sustainable Development Goals: Indonesia Case. IOP Conference
Series: Materials Science and Engineering, 982(1). https://doi.org/10.1088/1757-
899X/982/1/012063
Sumber:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Leksono, Andhini Wulandari, Inayah, dan Muhammad H. Mu’izz. Analisis


Pembangunan Kesehatan di Indonesia pada Era Pandemi Covid-19. 2021. 1-10

Rachmat, Hapsara Habib. 2018. Percepatan Pembangunan Kesehatan di Indonesia:


Melandaskan pada Paradigma Sehat dan Pemikiran Dasar Pembangunan Kesehatan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai