Anda di halaman 1dari 2

NURUL HUSNIAH LATIFAH (kelompok 4)

6511419039

ROMBEL 2A GIZI

PRAKTIKUM ANALISIS ZAT GIZI

RESUME JURNAL ANALISIS BORAKS PADA PRODUK PANGAN

1. Jurnal 1 : “ANALISIS KUALITATIF KANDUNGAN BORAKS PADA BAHAN


PANGAN DAGING OLAHAN DAN IDENTIFIKASI SUMBER BORON DENGAN
FTIR – ATR”

Produk pangan khususnya produk daging olahan seperti baso dan sosis, lalu tahu
seringkali ada yang masih menyisipkan penggunaan boraks pada produknya, padahal
penggunaan boraks pada produk pangan sudah dilarang sejak tahun 1926. Maka pada
jurnal ini dilakukan penelitian pada makanan dengan dua metode untuk mendeteksi
kandungan boraks dan kandungan boron. Yang difokuskan adalah mendeteksi boraks,
dimana dilakukan metode penelitian analisis kualitatif dengan metode Tumeric Paper,
Analisis asam borat dengan turmeric paper dilakukan dengan mencelupkan kertas ke
dalam larutan sampel. Metode ini merupakan metode yang cepat dan akurat untuk
mendeteksi keberadaan asam borat, juga sesuai untuk mendeteksi kandungan boraks
dalam sampel daging dan produk daging olahan.

Caranya adalah celupkan turmeric paper ke dalam larutan sampel sepanjang ½ dari
panjang seluruh turmeric paper dan keringkan pada suhu ruang. Perubahan warna pada
turmeric paper dari kuning menjadi merah kecoklatan menandakan sampel positif
mengandung boraks. Dalam perbandingan berbagai metode analisis kualitatif boric acid
yang membandingkan metode kualitatif dan metode preparasi sampel untuk analisis borax
menemukan bahwa metode turmeric paper adalah metode terbaik untuk analisis kualitatif.
Bila dibandingkan dengan flame test (Indrayati 2017). Metode kualitatif turmeric paper
merupakan metode yang dapat digunakan dan cepat untuk mendeteksi kandungan boraks
dalam sampel secara kualitatif..

2. Jurnal 2: “PENENTUAN KADAR BORAKS PADA KURMA (Phoenix dactylifera)


DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar boraks pada kurma dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Ekstraksi boraks dari sampel kurma dengan cara disentrifuse
dengan kecepatan 3000 rpm selama 2 menit kemudian diambil bagian supernatannya.
Identifikasi boraks dalam supernatan tersebut dilakukan secara kualitatif dengan
menggunakan uji reaksi warna yaitu uji nyala dengan menggunakan asam sulfat dan
kurkumin, dan secara kuantitatif menggunakan Spektrofotometer UV-vis.

Sampel yang dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer UV–vis


kurmanya masih mengandung boraks dan tidak boleh dikonsumsi.

3. Jurnal 3: “ANALISIS KANDUNGAN BORAKS PADA MAKANAN : STUDI KASUS


DI WILAYAH KECAMATAN PAMULANG, TANGERANG SELATAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Jenis makanan yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah jenis makanan yang diperoleh dari pasar tradisional dan
modern, sekolah dasar, dan supermarket di wilayah Kecamatan Pamulang. Kandungan
boraks diuji di laboratorium menggunakan Test Kit Boraks yaitu seperangkat alat uji
kualitatif boraks sederhana yang diproduksi oleh CV Chemkit Jakarta. Uji kuantitatif
kandungan boraks dilakukan dengan menggunakan metode HPLC di laboratorium Balai
Besar Pusat Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.

Hasil uji kualitatif dan kuantitatif menunjukkan bahwa jajanan yang ditemukan di
masyarakat khususnya di pasar tradisional dan modern, serta di Sekolah Dasar yang ada
di Kecamatan Pamulang, sebagian besar (54 % hingga 74%) positif mengandung boraks
antara 560 mg/kg hingga 17.640 mg/kg.

Dalam penelitian ini dilakukan dua perlakuan pengolahan, yaitu direbus dalam rentang
waktu 5-30 menit, dan digoreng hingga matang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
pengaruh perlakuan tersebut terhadap kandungan boraks yang ada di dalamnya, perebusan
cukup ampuh dalam mengurangi kadar boraks dalam makanan. Hal ini terlihat dari uji
kualitatif yang semula (++++) setelah perebusan dalam air selama 5 menit berkurang
menjadi (+) bahkan tak terdeteksi setelah direbus selama 15 atau lebih . Hal ini
menunjukkan bahwa boraks dapat larut dalam air panas. Seperti dikemukakan EFSA
(2013) bahwa boraks dapat larut dalam air dingin (47,1 g/L pada 20°C), kelarutannya
sangat meningkat dalam air panas, tetapi tidak larut dalam asam dan etanol. Dengan
demikian tidak mengherankan jika dalam perebusan selama 15 menit sebagian besar
boraks larut dalam air rebusan.

Berbeda dengan perebusan, pemanasan dengan cara digoreng hingga matang (kering)
ternyata tidak mengurangi kadar boraks dalam makanan. Hal ini menunjukkan bahwa
pemanasan tidak dapat merusak boraks dalam makanan, bahkan tidak menyebabkan
hilangnya boraks melalui proses penggorengan.

Anda mungkin juga menyukai