Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI

POLITIK  PADA PEMILIHAN UMUM  CALON LEGISLALTIF ( PEMILU CALEG)


2014

DI  KOTA SOLO

Dosen Pengampuh :
Ahmad Baidawi, S.IP., M. Hub. Int
Di susun oleh :
Muhammad Farhan Pratama Putra ( H1A119106)

Program Studi Ilmu Pemerintahan 

Fakultas Hukum

Universitas Jambi  

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. A.    Latar belakang masalah

Pelaksanaan demokrasi indonesia saat ini sedang berjalan menuju demokrasi yang dewasa,
dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan  tertinggi tampak terlihat jelas. Partisipasi
masyarakat dalam politik menunjukkan bahawa demokrasi semakin tampak di indonesia.
Partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari proses
demokratisasi. Keinginan ini menjadi sangat penting bagi masyarakat dalam proses
pembangunan politik bagi negara-negara berkembang seperti di indonesia, karena di
dalamnya ada hak dan kewajiban masyarakat yang dapat dilakukan salah satunya adalah
berlangsung dimana proses pemilihan kepala negara sampai dengan pemilihan walikota dan
bupati dilakukan secara langsng. Sistem ini membuka ruang dan membawa masyarkat untuk
terlibat langsung dalam proses tersebut. pemilihan wakil-wakil daerah meruapakan salah satu
contok bentuk partisispasi politik yang dapat dilakukan oleh semua elemen masyarakat.
Terlibat dalam sebuah pesta demokrasi merupakan suatu kewajiban bagi rakyat karena seperti
yang kita tahu negara kita telah menganut azas demokrasi. Demokrasi yang memiliki
pemerintahan dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat menyiratkan secara jelas bahwa
pemerintahan yang berlaku di Indonesia dipilih oleh rakyat, bekerja untuk rakyat dan berasal
dari rakyat pula. Sehingga dapat dikatakan bahwa ikut terlibat aktif dalam partisipasi politik
menjadi kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia.

Salah satu bentuk nyata dari adanya partisipasi politik adalah dengan mengikuti pemilihan
umum atau pemilu yang biasaya digelar untuk memilih calon legislatif dan calon presiden
yang dilakukan setiap lima tahun sekali. tahun ini yakni tahun 2014 bisa dibilang adalah
tahun pesta demokrasi. Karena pada tahun tersebut indonesia mengadakan pemilu caleg yang
berlangsung pada bulan april dan pemilu capres yang akan dilangsungkan juli mendatang.
Pesta rakyat tersebut diikuti oleh seluruh elemen masyarakat baik dari kalangan atas,
menengah ataupun bawah.

Pemilu caleg yang baru saja dilangsungkan pada bulan april yang lalu adalah cermin pesta
demokrasi di Indonesia. Seluruh masyarakat harus ikut berpartisipasi untuk mewakili suara
pilihan mereka. Namun dalam realita yang ada, pemilu caleg yang baru saja dilangsungkan
tersebut tidak dimanfaatkan rakyat dengan baik. karena faktanya masih banyak kartu suara
yang tidak digunakan. Alasan masyarakat memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam
pemilu caleg tersebut memang banyak faktor nya. Salah satu faktor tersebut bisa jadi karena
alasan kondisi status sosial ekonomi seseorang.

Solo adalah salah satu kota yang memiliki penduduk sekitar 500 ribu jiwa yang berprofesi
berbagai macam pula. Mulai dari pedagang, pengusaha, wiraswasta, PNS, Petani, dll. kondisi
status sosial yang berbeda itulah penulis memilih kota solo sebagai sampel penelitian dan
memilih judul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Pada
Pemilihan Umum Calon Legislatif (Pemilu Caleg) 2014 Di Kota Solo” sebagai judul
penelitian.

 
1. B.     Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tentang status sosial ekonomi masyarakat kota solo ?


2. Bagaimanakah tingkat partisipasi politik pada pemilu caleg 2014 di wilayah kota
solo ?
3. Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkat partisipasi politik
pada pemilu caleg 2014 di kota solo ?

1. C.    Tujuan penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan status sosial ekonomi masyarakat kota solo


2. Untuk mengetahui partisipasi politik pada pemilu caleg 2014 di kota solo
3. untuk menjelaskan pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisispasi politik pada
pemilu caleg 2014 di kota solo

1. D.    Manfaat Penulisan


1. 1.      Manfaat Teoritis
1. Sebagai bahan atau refrensi bagi para peneliti-peneliti yang lain yang
ingin mengembangkan dunia sosial dan politik.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding,
pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan
datang di bidang dan permasalahan sejenis atau bersangkutan.
2. 2.      Manfaat Praktis
1. Untuk pembelajaran bagi masyarakat agar lebih aktif dalam berpartisipasi
mengikuti pemilu
2. Agar pemerintah lebih aktif bersosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat
baik kalangan atas, menengah, ataupun bawah mengenai penting nya
pencoblosan pemilu

 
  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

1. A.    Definisi Konsep


1. 1.      Status sosial

Status sosial adalah Sebuah posisi dalam hubungan sosial, karakteristik yang menempatkan
individu dalam hubungannya dengan orang lain dan seberapa besar peran individu tersebut
dalam masyarakat itu sendiri. Status sosial dapat terbentuk melalui beberapa hal diantaranya
melalui peran individu tersebut, kekayaan, kekuasaan dan lain- lain.

Setiap manusia yang masih bayi dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki orang tuanya.
Dalam keadaan primordial ini tidak ada seorangpun dapat memilih statusnya sendiri. Status
dipaksakan oleh keadaan untuk diterima, tak peduli kemudian hari ia senang atau tidak
senang, harus menerima kedudukan ayahnya, yang misalnya seorang petani atau buruh. setiap
orang menyandang nasib yang sama yakni bahwa ia tidak dapat memilih kualitas biologis dan
sosiologis kedua orang tuanya sesuai dengan keinginannya. Sama halnya dengan kenyataan
bahwa ia tidak dimintai persetujuanya apakah mau dilahirkan atau tidak. Baru kemudian
setelah ia besar dan dapat menilai situasi dan kondisinya sendiri dan keluarganya, ia dapat
menggunakan kebebasan yang ada padanya untuk menerima atau menolak nasib itu. Kalau ia
tidak mau menerima kedudukan sosial yang diwariskan dan mau mencari kedudukan yang
lebih tinggi ia harus memperhitungkan dua hal, yaitu bakat dan kemampuannya sendiri dan
jalan yang sesuai dengan bakatnya untuk di tempuh melewati jenjang-jenjang sosial (vertikal)
menuju pada strata kedudukan sosial yang lebih. (Hendro Puspito, 1989:333)

1. 2.      Kondisi Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan sosial
ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Dalam Maftukhah  (2007) sosial ekonomi menurut
Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang
ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal,
dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2001) sosial ekonomi
adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan
peraulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber
daya.

Keluarga dengan status sosial yang tinggi memiliki partisipasi politik yang lebih aktif
dibandingkan dengan keluarga yang memiliki kondisi sosial ekonomi yang rendah. Sseorang
yang memiliki status sosial bawah biasanya apatis terhadap kegiatan politik misalnya pemilu,
alasanya adalah mereka menganggap politik tidak begitu berperan dalam menggerakkan
penghasilanya. Sehingga wajar jika kecurangan seperti money politik masih terjadi, hal itu
dipilih karena masyarakat khusunya masyarkat kelas bawah akan lebih terpancing untuk
mengikuti pemilu. (digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0152/…/doc.pdf
diakses pada tanggal 1 Januari 2011).

1. 3.      Partisipasi

Menurut Bedjo (1996), yang dimaksudkan dengan partisipasi adalah: “Perilaku yang
memberikan pemikiran terhadap sesuatu atau seseorang. Perilaku merupakan aktivitas yang
dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang dari luar
lingkungannya. http://klikpsikologi.com/pengertian-partisipasi-menurut-para-ahli-definisi/

1. 4.      Partisipasi politik

Partisipasi politik adalah sebagai usaha terorganisir oleh para warga negara untuk memilih
pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum.
Usaha ini dilakukan berdasarkan kesadaran akan tangungjawab mereka terhadap kehidupan
bersama sebagai suatu bangsa dalam suatu negara. (Rafael Raga Maran 2007;155-157).

Hebert Miclosky mengemukakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela


dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan
penguasa, baik secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan
umum (elly m setiady & usman kolip, 2013: 129).

Bentuk-bentuk partisipasi politik seseorang tampak dalam aktivitas-aktivitas politiknya.


bentuk partisipasi politik yang paling umum dikenal adalah pemungutan suara (voting) entah
untuk memilih para calon wakil rakyat entah untuk memilih kepala negara. Dalam buku
(Michael Rush dan Philiph Althoff dalam Ravael Raga Maran, 2007:148) mengidentifikasi
bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai berikut; Menduduki  jabatan politik atau
administratif, mencari jabatan politik atau administratif, menjadi anggota aktiv dalam suatu
organisasi politik, menjadi anggota pasif dalam suatu kompensasi politik, menjadi anggota
aktiv atau pasif dalam suatu organisasi semi politik, partisipasi dalam rapat umum,
demonstrasi dan lain-lain, partisipasi dalam diskusi politik informal, dan partisipasi dalam
pemilihin suara (voting). (Rafael Raga Maran 2007;155)

1. 5.      Pemilihan Umum (Pemilu)

Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih
wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, serta salah satu bentuk
pemenuhan hak asasi warga negara di bidang politik. Pemilu dilaksanakan untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin memerintah secara langsung.
Karena itu, diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat dalam memerintah suatu negara
selama jangka waktu tertentu. Pemilu dilaksanakan dengan menganut asas langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilu dengan berbagai variasinya,
akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:

1. Single-member constuency (satu daerah pemilih satu wakil; basanya disebut dengan
sistem distrik)
2. Multi-member constituency (satu daerah pemilu memilih beberapa wakil, biasanya
dinamakan sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional). (Miriam
budiardjo, 2013: 461-462)

1. 6.      Calon Legislatif (Caleg)

calon legislatif (Orang yang berdasarkan pertimbangan, aspirasi, kemampuan atau dukungan
masyarakat, dan dinyatakan telah memenuhi syarat oleh peraturan diajukan partai untuk
menjadi anggota legislatif (DPR/DPRD) dengan mengikuti pemilihan umum dan ditetapkan
KPU sebagai caleg tetap). http://www.deskripsi.com/singkatan/caleg

1. 7.      Solo

Surakarta (Hanacaraka juga disebut Solo atau Sala. Adalah  kota yang terletak di provinsi
Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan penduduk
13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di
sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.

Industri batik menjadi salah satu industri khas Solo. Sentra kerajinan batik dan perdagangan
batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar batik
tradisional lain menjadi salah satu pusat perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan di Solo
berada di bawah naungan Dinas Industri dan Perdagangan. Selain Pasar Klewer, Solo juga
memiliki banyak pasar tradisional.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta#Perekonomian_dan_perdagangan

1. Landasan Teori
1. 1.      Teori stratifikasi

Dalam masyarakat terdapat sistem lapisan kelompok-kelompok yang dalam sosiologi dikenal
dengan istillah stratifikasi sosial (social stratification). Pitirim A. Sorokin dalam Soekanto
(2003:228) menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Menurut Said Gatara dan
Dzulkiah Said (2007:49), stratifikasi sosial adalah struktur sosial yang memiliki lapisan-
lapisan dalam suatu masyarakat. Selanjutnya menurut Henslin (2007:178), stratifikasi sosial
(social stratification) merupakan suatu sistem di mana kelompok manusia terbagi dalam
lapisan-lapisan sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif mereka. Penting
untuk dipahami bahwa stratifikasi sosial tidak merujuk pada individu. Stratifikasi sosial
merupakan cara untuk menggolongkan sejumlah besar kelompok manusia  ke dalam suatu
hirarki sesuai dengan hak-hak istimewa relatif mereka.

Dalam Soekanto (2003:235) Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis
dengan dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua
lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang
bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Disamping itu, Max
Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari
masyarakat dan dinamakannya stand. Joseph Schumpeter dalam Soekanto (2003:235-236),
mengatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan
untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan
gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui
riwayat terjadinya.

Soekanto (2003:237-238) membagi empat dasar lapisan masyarakat:

1. Ukuran kekayaan. Barangsiap yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk


dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah
yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta
bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan
seterusnya.
2. Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai
wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.
3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-
ukuran kekayaan dan/ atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,
mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada
masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau
mereka yang pernah berjasa.
4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat
yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang
menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa bukan
mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.
Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar,
walau tidak halal.
5. 2.      Teori Partisipasi

Teori yang membicarakan mengenai proses keterlibatan individu dalam berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan kemasyarakatan disebut sebagai teori partisipasi. Ini terkait dengan
peran individu sebagai makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari keadaan di
sekelilingnya. Pandangan dari beberapa ahli, sebuah proses keterlibatan diri seseorang secara
penuh pada sebuah tekad yang disepakati bersama adalah sebuah definisi partisipasi dari
sudut pandang beberapa ahli. Teori partisipasi dapat pula diartikan sebagai sebuah hubungan
antara masyarakat dengan sistem kekuasaan dalam proses pembangunan yang berkorelasi
setara. Kondisi yang menguntungkan kedua belah pihak yang saling berinteraksi bisa juga
terhubung dengan partisipasi. Semakin banyak manfaat yang diperoleh dari proses interaksi
tersebut, maka akan semakin kuat relasi diantaranya. Partisipasi digolongkan menjadi dua
macam, yaitu partsisipasi sosial dan partisipasi politik.

1. a.      Faktor penyebab seseorang tidak ikut berpartisipasi politik


Morris Rosenberg mengemukakan tiga alasan, mengapa orang tidak mau berpatisipasi dalam
kehidupan politik. Pertama, karena ketakutan akan konsekuensi negatif dari aktivitas politik.
Disini orang beranggapan bahwa aktivitas politik merupakan ancaman terhadap
kehidupannya. Kedua, karena orang beranggapan bahwa berpartisipasi dalam kehidupan
politik merupakan kesia-siaan dia merasa sia-sia karena partisipasi politiknya tidak akan
mempengaruhi proses politik. Ketiga, karena tidak adanya perangsang untuk berpartisipasi
dalam kehidupan politik. Disini orang, misalnya tidak menghargai gagasan-gagasan politik.
Tidak ada hasil yang bisa dipetik dari partisipasi tersebut. Maka orangpun enggan atau tidak
mau berpartisipasi dalam aktivitas politik.

1. b.      Faktor pendorong seseorang ikut berpartisipasi politik

Sementara itu Frank Lindenfeld menemukan bahwa faktor utama yang mendorong orang
untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial. dalam studinya
Lindenfeld juga menemukan bahwa status ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang
merasa teralienasi dari kehidupan politik dan orang yang bersangkutanpun akan menjadi
apatis. hal ini tidak terjadi pada orarng yang memiliki kemapanan ekonomi. Milbrath
menyebutkan empat faktor utama yang mendorong orang untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik pertama, karena adanya perangsang minat ini dipengaruhi misalnya oleh
sering mengikuti diskusi-diskusi politik. Kedua, karena faktor karakteristik pribadi
seseorang-orang yang berwatak sosial, yang punya kepedulian besar terhadap problem sosial,
politik, ekonomi, dll, biasanya mau terlibat dalam aktivitas politik. Ketiga, faktor karakter
sosial, hal ini menyangkut status sosial ekonomi, kelompok ras, etnis, dan agama seseorang.
Bagaimanapun lingkungan sosial ikut mempengaruhi. Keempat, faktor situasi atau
lingkungan politik itu sendiri. Lingkungan politik yang kondusif membuat orang membuat
orang dengan senang hati berpartisipasi dalam kehidupan politik. (Rafael Raga Maran
2007;155-157)

1. KERANGKA BERPIKIR

Secara teoritis dikatakan bahwa ada pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap tingkat
partisipasi politik khusunya pada pemilu. Secara sederhana dapat terlihat bahwa masyarakat
yang memiliki status sosial yang tinggi lebih aktif dalam berpartisipasi politik, misalnya
dalam kegiatan pemilu. Dan sebaliknya masyarakat yang memiliki status sosial yang rendah
cenderung lebih apatis terhadap kegiatan-kegiatan politik khusus nya kegiatan pemilu.

1. D.    Hipotesis

Berdasarkan data yg di proleh diapangan maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa ada
pengaruh antara status sosial ekonomi seseorang terhadap tingkat partisipasi politik pada
pemilu caleg 2014 di kota solo.

 
 

BAB III

METODE PENELITIAN

1. A.    Desain penelitian

Pelitian ini ingin menjelaskan bagaimana pengaruh status sosial ekonomi suatu masyarakat
terhadap partisipasi politik pada pemilihan umum calon legislatif (pemilu caleg) yang baru
saja diselenggarakan pada tanggal 29 april 2014 tepatnya dikota solo, Penelitian ini
menggunakan pendekatan eksplanasi kuantitatif, dengan menggnakan rancangan
noneksperimental, yang bersifat korelasi, Yang berarti penelitian ini dilakukan untuk
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi
pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal dikota solo dan sudah terdaftar
mendapat hak pilih. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode
dokumentasi, untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi pada saat pemilu caleg
berlangsung.

Pada penelitian ini pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner dimana
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner mengenai kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Kuesioner tersebut berisi identitas subjek yang terdiri dari nama, jenis kelamin,
usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, subjek dan tanggal pengisian kuesioner tersebut.

Validitas yang digunakan untuk menguji alat ukur dalam penelitian ini adalah validitas
Factorial Validity, dari sebuah alat ukur dari korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor
yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, di mana
validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor. Seangkan realibilitas
menggunakan relibilitias ekuivalen.

Uji validitas dalam penelitian iniakan dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi
Product MomentPearson, yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total
dalam skala. Sedangkan Uji reliabilitas dalam penelitian menggunkan Teknik Alpha
Cronbach. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda
(multiple regression), yaitu untuk menganalisis pengaruh kondisi status sosial ekonomi
seseorang terhadap tingkat partisipasi politik pada pemilu caleg 2014.

1. B.     Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda yang
ada di sekitar kita.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat yang tinggal di kota solo.

1. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate
stratified random sampling. Teknik ini digunakan karena peneliti menganggap populasi
dalam penelitian ini bermacam-macam atau bertingkat-tingkat.

Dalam penelitian ini, misalkan masyarakat  solo yang sudah masuk persyaratan dalam pemilu
berjumlah 4000 orang, diambil 10% sampel dari populasi penduduk tersebut, misalnya:

  

Kecamatan Populasi Sampel


Jebres 800 10%  x 800 = 80
Serengan 1000 10% x 1000 = 100
Laweyan 900 10% x 900 = 90
Pasar kliwon 700 10% x 700 = 70
Banjar sari 600 10% x 600 = 60
Jumlah 4000 40

Selanjutnya karena di tiap kecamatan terdiri dari beberapa lapisan masyarakat dan berbagai
tingkatan kelas ekonomi masyarakat misalnya dengan melihat melalui indikator pekerjaan
mereka untuk mewakili status sosial ekonomi masyarakat maka masing-masing kecamatan
perlu diwakili pula, karena itu penulis perlu menarik sampel sebagai berikut:

Untuk kecamatan serengan:

Serengan Populasi Sampel


Pedagang 200 10% x 200 = 20
Buruh 250 10% x 250 = 25
Pengusaha 100 10% x 100 = 10
PNS 300 10% x 300 = 30
Petani 150 10% x 150 = 15
Jumlah 1000 100

Untuk kecamatan lainya dilakukan dengan cara yang sama, sehingga semua kecamatan akan
diwakili oleh penduduk kota solo dalam sampel yang diambil. Dalam kecamatan serengan,
100 penduduk yang dijadikan sampel mewakili seluruh penduduk kecamatan serengan. 100
penduduk tersebut dapat kita dengan jalan menyusun kerangka sampling dan menggunakan
tabel “random number”. (rianto adi, 2010: 108-109)

1. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi penelitian berada di kota solo, jawa tengah. Dimuai pada bulan juni tanggal 10 dan
diperkirakan akan selesai pada tanggal 15 september 2014. Penelitianya akan difokuskan
pada masyarakat kota solo, tepatnya di 5 kecamatan yang berada di solo. Degan sampel
sesuai dengan hasil yang didapat melalui populasi dan sampel.

Tabel Jadwal Penelitian

Tahun 2014
No. Kegiatan
Juni Juli Agustus September
1. Persiapan x x x
Pengumpulan
2 x x X x
Data
Penulisan
3. Laporan Dan x x x x
Konsultasi
4. Penggandaan x

1. Variabel Penelitian

Di dalam suatu analisi hasil survey sejumlah individu, obyek kelompok, kejadian,dan
sebagainya digolongkan menurut ciri-ciri tertentu. Ciri tertentu inilah yang disebut dengan
variabel. (yulius slamet, 2008:38).

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu:

1. 1.      Variabel Independen

Dalam penelitian ini variabel independen (variabel bebas) adalah kondisi status sosial
ekonomi masyarakat kota solo, yaitu:

a)      Jenis pekerjaan

b)      Tingkat pendidikan

c)      Tingkat pendapatan

 
d)     Pemilikan kekayaan

e)      Jenis tempat tinggal

1. 2.      Variabel Dependen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen (variabel terikat) adalah partisipasi
politik masyarakat kota solo yaitu pada pelaksanaan pemilu calon legislatif (caleg).

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Dalam
penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan yaitu:

1. Instrumen yang digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi masyarakat kota
solo.
2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi politik pemilu calon
legislatif.

1. F.     Uji Coba Instrument

Uji coba instrument merupakan suatu tindakan yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif
guna menguji keabsahan dari instrument yang dipergunakan. Pengujian dilakukan dengan
cara melakukan penelitian uji coba baik dengan sampel yang sama maupun sampel yang
berbeda namun dengan karakter yang sama. Sebagai hasil dari uji coba ini, akan siperoleh
butir-butir soal instrument yang tepat maupun yang kurang tepat sehingga dinyatakan gugur.

Pengujian instrument dalam penelitian ini meliputi validitas dan reliabilitas dari item angket
yang ada. Apabila butir soal yang ada tidak valid ataupun tidak reliable, maka butir soal
tersebut dinyatakan gugur. Apabila terdapat butir soal yang gugur karena tidak valid maupun
reliable, maka peneliti harus dapat menggantinya dengan item yang baru.

1. Validitas Data

Validitas merupakan suatu bentuk tingkatan kemampuan sebuah tes dalam penelitian dalam
mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Validitas mengacu pada pengukuran yang
benar melalui instrumen ang benar, Validitas yang digunakan untuk menguji alat ukur dalam
penelitian ini adalah validitas Factorial Validity.

Untuk menguji validitas alat ukur,peneliti menggunakan teknik ProductMoment dari Karl
Pearson.

1. 2.      Reliabilitas
Reliabilitas dapat disebut sebagai nilai konsistensi instrumen penelitian. Reliabilitas
menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sehingga alat pengumpul data instrumen tersebut sudah baik. Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda (multiple regression), yaitu untuk
menganalisis pengaruh motivasi belajar dan tingkat intelegensi sebagai variabel independen
terhadap variabel prestasi belajar sebagai variabel terikat. Uji reliabilitas dalam penelitian
menggunakan rumusAlpha .

1. G.    Teknik Pengumpulan Data


1. 1.      Angket / Kuesioner

Adalah metode yang memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang akan dijadikan
objek penelitian. Di dalam penelitian ini akan menggunakan kuesioner tertutup yang sudah
disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Angket yang dipergunakan
adalah tipe pilihan untuk memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner pilihan ganda dimana setiap item soal disediakan
4 jawaban.

1. 2.       Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara pemusatan perhatian secara teliti
terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra ( pengamatan langsung).

1. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah statistik induktif. Statistik
induktif adalah ilmu pengetahuan statistika yang mempelajari tatatcara penarikan kesimpulan
mengenai keseluruhan populasi berdasarkan data yang ada dalam suatu bagian dari populasi
tersebut. tujuan penelitianya dituangkan dalam hipotesis-hipotesis yang selanjutnya ingin
diuji kebenaranya dengan statistika, dan diinginkan kesimpulan yang berlaku bagi
keseluruhan populasi berdasarkan data dari suatu bagian populasi (sampel), (rianto adi, 2010:
143).

Skala pengukuran penelitian ini menggunakan skala pengukuran nominal, yang memiliki
pengertian jenis skala yang membagi segugus data pengamatan dalam himpunan-himpunan
atau kategori dengan membandingkan apakah data yang satu himpunan atau sekategori
dengan data yang lain (rianto adi, 2010: 143).

Data yang diperoleh dari angket dianalisis melalui tahapan yaitu:

1. Mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya.


2. Membuat tabulasi data.
3.  Data yang telah ditabulasikan, diolah dalam bentuk komputerisasi.
Arikunto dalam Maftukhah (2007), untuk mempermudah analisis data dari angket yang
bertingkat maka perlu diketahui skor yang diperoleh responden dari hasil angket yang diisi.
Untuk itu perlu ditentukan kriteria penskoran sebagai berikut:

1. Untuk alternatif jawaban a diberi skor 4


2.    Untuk alternatif jawaban b diberi skor 3
3. Untuk alternatif jawaban c diberi skor 2
4.   Untuk alternatif jawaban d diberi skor 1

Untuk menentukan kriteria penskoran adanya hubungan antara status sosial ekonomi terhadap
tingkat partisipasi politik pada pemilu caleg 2014 di kota solo digunakan perhitungan sebagai
berikut:

a.  Persentase skor maksimal       =   ( 4 : 4 ) x 100%    =   100%

b. Persentase skor minimal         =   ( 1 : 4 ) x 100%    =   25%

c. Rentang                                  =   100% – 25%         =   75%

d. Panjang kelas interval             =   75% : 4                =   18,75%

Metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi
terhadap tingkat partisipasi politik pada pemilu caleg 2014 di kota solo, data dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Mencari persamaan garis regresi
digunakan teknik analisis regresi linear satu variabel dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + bX

Ket:

Y    :    Variabel terikat (partisipsi politik pemilu caleg)

a     :    Konstanta

b     :    koefisien regresi variabel X

X    :    Variabel bebas (kondisi sosial ekonomi

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Slamet, Yulius. 2008. Pengantar Penelitian Kuantitatif. Surakarta: LPP UNS & UNS Press.

Adi, Rianto. 2010. Metodologi Penelitian Sosial Dan Hukum. Jakarta: Granit.

Setiadi, Elly M & Usman Kolip. 2013. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.

Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiardjo, Miriam. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

 (digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0152/…/doc.pdf diakses pada


tanggal 1 Juni 2014).

http://www.deskripsi.com/singkatan/caleg

http://www.deskripsi.com/singkatan/caleg

Hendropuspito. 1989. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai