Anda di halaman 1dari 17

Partisipasi Mayarakat Etnis Tionghoa dalam Pilkada Kota

Semarang Tahun 2019 : (Studi kasus Kelurahan Tegalsari Kota


Semarang)
Diajukan guna memenhi ujian tengah semester mata kuliah Desain Perencanaan Penelitian

Dosen Pengampu : Noor Rohman, M.A

Disusun Oleh
Viga Zulfa Amalia Putri Amaroz (10040120095)
Desain Perencanaan Penelitian 6B

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang

Pada Penelitian ini di latar belakangi dengan masyarakat tionghoa yang berpartisipasi dalam
pemilihan kepala daearah di kota semarang khusunya kelurahan tegalsari pada tahun 2019
disini dijelaskan bahwa Pemilihan Umum adalah suatu proses untuk memilih orang-orang yang
akan menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini diadakan untuk mewujudkan negara
yang demokrasi, di mana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara mayoritas terbanyak.
Lalu Menurut Ali Moertopo pengertian Pemilu sebagai berikut: “Pada hakekatnya, pemilu
adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankn kedaulatannya sesuai dengan azas
yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu
Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR,
DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk bersamasama dengan pemerintah, menetapkan
politik dan jalannya pemerintahan negara”lalu disini saya membahas menngenai pemilihan
kepala daerah atau pilkada yang dimaksud dengan pilkada sendiri adalah Istilah ini muncul
sebagai akronim dalam  UU No 32 tahun 2004 sebagaimana diubah dengan UU No  12 tahun
2008 tentang Pemerintahan Daerah.  Dalam aturan ini tidak ditemukan dalam kententuan
umum (biasanya pada pasal 1) yang khusus menjelaskan tentang pemilihan kepala daerah.  Jadi
di mana bisa ditelusuri?   Pada bagian kedelapan tentang Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah pasal  56 ayat (1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu
pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung,  umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil.  Dan pada pasal 57 ayat (1) Pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah diselenggarakan oleh KPUD yang bertanggung jawab kepada  DPRD.  Siapakah
kepala daerah itu?  Pasal 24  ayat (1), menyebutkan setiap daerah dipimpin oleh kepala
pemerintah daerah yang disebut kepala daerah.   Kepala daerah,   pada ayat (2),  untuk provinsi
disebut gubernur,  untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota..maka dari
itu pilkada merupakan kegiatan paling penting untuk proses politik daerah dengan memasok
terdengar lurus. Berpartisipasi dalam pemilu adalah salah satunya bentuk minimal partisipasi
politik warga negara. Partisipasi adalah pertimbangan yang penting bagi demokrasi. Asumsi
yang Mendasari demokrasi (partisipasi) adalah orang-orang yang paling tahu apa yang baik
baginya manusia adalah dirinya sendiri1. Partisipasi politik berarti partisipasi warga negara
biasa menentukan semua keputusan tentang atau mempengaruhi hidupnya 2. Salah satu bentuk
partisipasi politik yang paling penting adalah partisipasi warga negara negara berpartisipasi
dalam pemilihan umum. Jadi terlibatlah pemilu yang merupakan salah satu bentuk partisipasi
politik yang kuat penting karena partisipasi itu mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Warga negara Indonesia keturunan Tionghoa adalah minoritas dan terpinggirkan sehingga
keberadaan masyarakat Tionghoa selalu diwarnai berbeda peristiwa menarik dalam politik di
Indonesia dan di tempat lain pada orde pemerintahan Indonesia. Dalam hal ini membawa
dampak pada sikap dan perilaku elit politik masyarakat Tionghoa dari masa ke masa, baik dari
masa kolonial, Orde lama, Orde baru, sampai pada masa reformasi sekarang ini. Keterlibatan
masyarakat Tionghoa di Indonesia di panggung politik bukanlah merupakan hal yang baru,
akan tetapi bagaimana hal ini bisa bangkit atau jatuh itu semua tergantung dari kebijakan
masing-masing penguasa terhadap masyarakat Tionghoa di Indonesia

Lalu Pada masa rezim orde baru, warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sering mendapat
perlakuan diskriminatif dari pemerintah orde baru, dimana mereka tidak diikutsertakan dalam
setiap kegiatan politik, bahkan suara mereka tidak pernah diperhitungkan sehingga mereka
lebih terkonsentrasi pada masalah ekonomi dari pada masalah politik namun setelah masa era
reformasi masyarakat tionghoa akhirnya sudah mulai bisa bernapas dengan lega dikarenakkan
salah satunya adalah keputusan Presiden No 19 Tahun 2002 tentang ditetapkannya hari tahun
baru Imlek sebagai hari libur nasional, pada Era reformasi masyarakat Tionghoa mulai
menyerukan isu-isu lokal tentang penegakan HAM dan juga mulai masuk dan terlibat dalam
kehidupan politik Indonesia salah satunya dengan sikap atau partispasi kelompok minoritas
masyarakat Tionghoa dalam pemilihan umum.

Tegalsari merupakan sebuah kelurahan di Kecamatan Candisari, Kota Semarang, provinsi Jawa
Tengah, Indonesia dengan luas wilayah 373,78 km dengan kodepos 50251 dan memilikki
kecamatan sebanyak 16 serta kelurahan sebanyak 177 dan memilikki jumlah penduduk
1.653.035 (2020) sebenarnya tidak terlalu banyak masyarakat tionghoa pada kelurahan
tegalsari sendiri namun sering masyarakat tionghoa atau etnis cina ini terlihat bersliwern di

1
Surbakti (2007:212)
2
Surbakti (2007:118)
kelurahan tegalsari itu sendiri maka disini jelas Dalam pilkada tahun 2019 masyarakat sesuai
data yang peneliti peroleh melalui halaman web KPU Kota Semarang sebesar 4.449 pemilih
yang tersebar di 10TPS, pemilih yang menggunakan hak suaranya sebesar 2.417 orang, dengan
demikian ada sebesar 2.032 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, diantara pemilih
yang tidak menggunakan hak suaranya terdapat pemilih dari keturunan etnis tionghoa, dimana
berdomisili di Kota Semarang yang merupakan warga keturunan Etnis Tionghoa. Kebanyakan
dari mereka tidak begitu antusias dalam kegiatan politik karena di latarbelakangi oleh
beberapa alasan antara lain masalah visi dan misi tidak sesuai dengan keinginan mereka,
masalah figur yang tidak menguntungkan bagi keberadaan dan kelancaran usaha mereka. Dan
alas an pribadi lainnya yang membuat mereka kurang berpartisipasi dalam kegiatan politik.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan permasalahan yang hendak dipecahkan melalui
penelitian yaitu dengan menjabarkan cara masyarakat tionghoa pada kota semarang ini ikut
andil dalam berpatsipasi dalam kegiatan pemilihan daerah yang dilaksanakkan pada tahun 2019
serta menjabarkan serta menjelaskan apa saja faktor faktor yang menghambat serta fakor faktor
pendukung lainnya masyarakat tionghoa dalam menyuarakan suaranya dalam kegiatan
berpartisipasi politik

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Disini peneliti ingin menjabarkan mengenai tujuan yang telah diterangkan pada latar belakang
diiatas yaitu ingin mengetahui serta memberikan gambaran mngenai tingkat partisipasi
masyarakat tionghoa dalam keikutsertaan pemilihan daerah yang dilaksanakkan di kota
semarang pada tahun 2019nserta mengetahui faktor pendukung dan penghambat masyarakat
etnis tionghoa dalam berpartisipasi politik

Manfaat yang dapt diambil dari penelitian ini tentunya dapat memberikan gambaran kepada
masyarakat mengenai partisipasi masyarakat tionghoa dalam pemilihan daerah khususnya
mengetahui tentang tingkat partisipasi Etnis Tionghoa dalam Pilkada Kota Semarang Tahun
2019 di Kelurahan tegalsari serta bisa saja kita sebagai masyarakat non tionghoa dapat
menghargai masing masing suku serta Hasil penelitian ini diharapkan mampu menyajikan
refrensi bagi kalangan atau dunia akademis (kampus) dalam melihat sebuah fenomena politik,
secara khusus adalah mengetahui tingkat partisipasi Etnis Tionghoa dalam Pemilihan Kepala
Daerah Kota Semarang Tahun 2019. Lalu diharapkan Hasil penelitian ini diharapkan mampu
mengangkat minat masyarakat Etnis Tionghoa lebih peka terhadap perpolitikan di Kota
Semarang khususnya di wilayah Kelurahan Tegalsai
BAB II

Tinjauan Teori

4. Kajian Pustaka
1. sosialisasi Politik

Sosialisasi Politik ialah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat.
Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi
terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Proses ini berlangsung seumur
hidup yang diperoleh baik secara sengaja melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal
maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan
keluarga dan tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat 3

Sosialisasi politik dapat disebarluaskan dengan berbagai cara salah satunya yaitu dengan
pendidikan politik. Menurut Good dalam Prihatmoko (2003:138) menyatakan bahwa “dalam
paradigma demokratis, pendidikan politik adalah pengembangan kesadaran generasi terhadap
problematika kekuasaan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik”.

Sosialisasi politik bisa diartikan sebagai penjelasan atau penggambaran tentang pengertian
politik dalam dunia perpolitikan. Dengan cara sosialisai yang dilakukan oleh pemerintah atau
calon-calon yang akan maju dalam PILKADA untuk masyarakat, supaya masyarakat mengerti
lebih jelasnya dan tidak hanya mengira-ngira dengan ilmu tentang politik yang seadanya.
Sosialisasi biasanya dilakukan oleh calon-calon yang akan maju dalam pilkada dan sekaligus
kampanye dalam bentuk sosialisasi atau penjelasan tentang visi misi calon-calon yang akan maju
dalam PILKADA Kota Semarang. Sosialisasi juga sangat lah efektif untuk lebih dekat dengan
masyarakat dan masyarakat lebih bisa mengenal lebih dekat dengan calon Walikota dan Wakil
Walikota yang mengadakan sosialisasi dilingkungan masyarakat tersebut.

2. Partisipasi Politik

Partisipasi Politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan umum dan ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang
dimaksud, antara lain, mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan,

3
(Surbakti, 2010:149-150)
mengajukan kritik dan koreksi atas pelaksanaan suatu kebijakan umum, dan mendukung atau
menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin, dan memilih wakil rakyat
dalam pemilihan umum 4 serta Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan
kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk
juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan. Pada penelitian ini adalah membahas
mengenai partisipasi poitik masyarakat tionghoa yang bertempat tinggal di kelurahan tegalsari kota
semarang pada pilkada 2019 yaitu menjelaskan bahwa tingkat golput dari tahun ke tahu semakin
menurun agar hal tersebut tetap terus terjadi maka dilakukkanlah berbagai bentuk partisipasi
dengan cara sebagai berikut ;

 Diskusi politik informal parpol yaitu dengan cara mengadakan kegiatan atau acara yang
brsangkutan dengan kegiatan pilkada guna menarik perhatian kaum masyarakat
terkhusunya etnis tionghoa dinkelurahan tegalsari itu sendiri
 Pemungutan suara sendiri adalah proses pemberian suara oleh Pemilih di TPS dengan cara
mencoblos pada nomor urut, nama, atau foto Pasangan Calon.
 Kegiatan kampanye politik dengan cara melakukan Kampanye melalui Iklan Kampanye di
media cetak, media elektronik, media dalam jaringan, dan media social

Berikut ini dikemukakan sejumlah “rambu-rambu” partisipasi politik. Pertama, partisipasi politik
yang dimaksudkan berupa kegiatan atau prilaku luar individu warga negara biasa yang dapat
diamati, bukan prilaku yang berupa sikap dan orientasi. Hal ini perlu ditegaskan karena sikap dan
orientasi individu tidak selalu termanifastasikan dalam perilakunya. Kedua, kegiatan itu
diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik.
Termasuk dalam pengertian ini, seperti kegiatan mengajukan alternatif kebijakan umum,
alternatif pembuat dan pelaksana keputusan politik, dan kegiatan mendukung ataupun menantang
keputusan politik yang dibuat pemerintah. Ketiga, baik kegiatan yang berhasil (efektif) maupun
yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik. Keempat,
kegiatan mempengaruhi pemerintah tanpa menggunakan perantara (individu) dapat dilakukan
secara langsung atau tidak secara langsung. Kegiatan yang langsung berarti individu
mempengaruhin pemerintah melalui pihak lain yang dianggap dapat dilakukan melalui prosedur

4
(Surbakti, 2010:151).
yang wajar (konvensional) dan tidak berupa kekerasan (nonviolence) serta ikut memilih dalam
pemilihan umum, mengajukan petisi, melakukan kontak tatap muka, dan menulis surat, maupun
dengan caracara diluar prosedur yang wajar (tak konvensional) dan berupa kekerasan (violence),
seperti demonstrasi (unjuk rasa), melakukan pembangkangan halus (seperti lebih memilih kotak
kosong dibanding memilih calon yang disodorkan pemerintah), huru-hara, mogok,
pembangkangan sipil, serangan bersenjata, dan gerakan-gerakan politik seperti kudeta revolusi 5

Selanjutnya mengenai kegiatan individu untuk memengaruhi pemerintah, ada yang dilakukan
atas kesadaran sendiri (kegiatan otonom atau self motion), senada pula yang dilakukan atas
desakan, manipulasi, dan paksaan dari pihak lain (mobilisasi). Dalam kenyataan hal ini
seringkali sukar dibedakan, maka baik kegiatan yang otonom maupun mobilisasi termasuk dalam
kategori partisipasi politik. Namun, bila konsep partisipasi politik digunakan sebagai salah satu
indikator totaliter, sebaiknya kegiatan otonom saja yang dikategorikan sebagai partisipasi politik 6
Masyarakat bisa mengajukan kritik dan saran untuk calon walikota dan wakil walikota supaya
kedepan lebih baik dan lebih bisa merangkul masyakarat yang belum tau tentang politik, lebih
bagus lagi calon yang dipilih bisa melakukan sosialisasi untuk masyarakat supaya masyarakat
lebih mengerti

 Bentuk Partisipasi

Partisipasi Politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan umum dan ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang
dimaksud, antara lain, mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan,
mengajukan kritik dan koreksi atas pelaksanaan suatu kebijakan umum, dan mendukung atau
menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin, dan memilih wakil rakyat
dalam pemilihan umum

Pada dasarnya, bentuk partisipasi seseorang tampak dalam aktivitasaktivitas politiknya.Bentuk


partisipasi politik yang paling umum dikenal adalah pemungutan suara (voting) entah untuk
memilih calon wakil rakyat, entah untuk memilih kepala Negara.Dalam buku Pengantar Sosialisasi
Politik, (Maran, 2007:147-148). Bentuk-bentuk partisipasi politik yang mungkin sebagai berikut:

5
(Surbakti, 2010:181)
6
(Surbakti, 2010:182)
(1) Menduduki jabatan politik atau administratif; (2) Mencari jabatan politik atau administratif; (3)
Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik; (4) Menjadi anggota pasif dalam suatu
organisasi politik; (5) Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi-politik; (6) Menjadi
anggota pasif suatu organisasi semi-politik; (7) Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan
sebagainya; (8) Partisipasi dalam diskusi politik informal; (9) Partisipasi dalam pemungutan suara

Berikut ini adalah bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Almond:

1. Konvensional Non-konvensional: Pemberian suara (voting),Pengajuan petisi, Diskusi politik


Berdemonstrasi, Kegiatan kampanye, Membentuk dan bergabung dalam satu kepentingan,
Komunikasi individual dengan pejabat/adminitratif, Kekerasan politik terhadap harta benda:
pembakaran, pengeboman dan perusakan, Kekerasan politik terhadap manusia: penculikan,
pembunuhan, perang gerilya revolus).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Politik:

a) Faktor Sosial Ekonomi : Kondisi sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan dan jumlah keluarga.

b) Faktor Politik : Komunikasi politik, kesadaran politik, Pengetahuan masyarakat terhadap


proses pengambilan keputusan, Kontrol Masyarakat terhadap Kebijakan Publik, Faktor Fisik
Individu dan Lingkungan Faktor fisik individu sebagai sumber kehidupan termasuk fasilitas serta
ketersediaan pelayanan umum, Faktor nilai budaya

 Pengetahuan Masyarakat Etnis Tionghoa tentang Politik dan Partisipasi Politik

Berdasarkan beberapa defenisi Partisipasi Politik menurut para ahli, mengatakan bahwa setiap
partisipasi politik yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan-kegiatan sukarela yang
nyata dilakukan, atau tidak menekankan pada sikap-sikap. Partisipasi Politik Etnis Tionghoa
Dalam PILKADA, Kegiatan partisipasi politik dilakukan oleh warga negara preman atau
masyarakat biasa, Politiknya masih tergolong rendah dan hanya sebatas ikut memilih pada saat
pemilu maupun pemilukada. Sehingga seolah-olah menutup kemungkinan bagi tindakan-
tindakan serupa yang dilakukan oleh warga negara asing yang tinggal di negara yang dimaksud.
Diketahui bahwa yang berperan melakukan kegiatan politik itu adalah warga negara yang
mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara biasa yang tidak memiliki jabatan
dalam pemerintahan. Politiknya masih tergolong rendah dan hanya sebatas ikut memilih pada
saat pemilu maupun Pilkada. Dan jika dikategorikan menurut bentuk partisipasi politik yang
dikemukakan oleh Ramlan Surbakti adalah partisipasi politik pasif, seperti kegiatan menaati
Pemerintah, menerima dan melaksanakan semata-mata keputusan pemerintah. Biasanya warga
Etnis Tionghoa dalam bentuk partisipasi pasif, partisipasi yang dilakukan hanya sekedar ikut
serta dalam memilih dan itu semua juga hanya mengikuti aturan dari pemerintah yang
mengharuskan warga negara indoneisa mengikuti partisipasi tanpa mau mengikuti berbagai
macam diskusi politik maupun rapat kepentingan PILKADA.

3. Pemilihan Kepala Daerah

Pemilihan Kepala Daerah adalah melalui suatu kompetisi dan proses politik, dan rakyat lokal
dapat menerima proses yang sudah berjalan demi menciptakan kesejahteraan bersama
7
Pemlihan Kepala Daerah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetisi antara calon-
calon walikota dan wakil walikota yang akan maju dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota
Semarang dalam proses perpolitikan, pemilihan Kepala daerah ini yang akan melibatkan
partisipasi warga masyarakat Etnis Tionghoa dalam Pemlihan Kepala Daerah Kota Semaranag
Tahun 2019.

4. Etnis Tionghoa

Etnis atau suku merupakan suatu kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuanyang lain
berdasarkan akar dan identitas kebudayaan, terutama bahasa. Dengan kata lain etnisadalah
kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas tadi sering kali dikuatkanoleh
kesatuan bahasa (Koentjaraningrat, 2007). Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa etnis
ditentukan oleh adanya kesadaran kelompok, pengakuan akan kesatuan kebudayaan dan juga
persamaan asal-usul. Wilbinson (Koentjaraningrat, 2007) mengatakan bahwa pengertian etnis
mungkin mencakup dari warna kulit sampai asal usus acuan kepercayaan, status kelompok
minoritas, kelas stratafikasi, keanggotaan politik bahkan program belajar. Selanjutnya
Koentjaraningrat (2007) juga menjelaskan bahwa etnis dapat ditentukan berdasarkan
persamaan asal-usul yang merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan suatu ikatan.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa etnis atau suku merupakan suatu
kesatuan sosial yang dapat membedakan kesatuan berdasarkan persamaan asal-usul seseorang
(Juliansyah, 2007 : 10 ).
7
sehingga dapat dikategorikan dalam status kelompok mana ia dimasukkan. Istilah etnis ini
digunakan untuk mengacu pada satu kelompok, atau ketegori sosial yang perbedaannya
terletak pada kriteria kebudayaan

Etnis Tionghoa yang berada di Indonesia bukan berasal dari satu kelompok saja, tetapi terdiri
dari berbagai suku bangsa dari dua propinsi di negara Tionghoa yaitu, Fukian dan Kwantung.
Daerah ini merupakan daerah yang sangat penting di dalam perdagangan orang Tionghoa.
Sebagian besar dari mereka adalah orangorang yang sangat ulet, tahan uji dan rajin
(Koentjaraningrat, 2007). Koentjaraningrat (2007) lebih lanjut berpendapat bahwa Tionghoa
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu Tionghoa Totok dan Tionghoa Keturunan.
Tionghoa Totok adalah orang Tionghoa yang lahir di Tionghoa dan Indonesia, dan merupakan
hasil dari perkawinan sesama Tionghoa. Tionghoa keturunan adalah orang Tionghoa yang lahir
di Indonesia dan merupakan hasil perkawinan campur antara orang Tionghoa dengan orang
Indonesia. Haryono (2006) menambahkan, masyarakat Tionghoa di pulu Jawa umunya adalah
suku Hokkian.

5. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka yang bersifat teoristis atau konseptual mengenai masalah yang
akan diteliti. Keragka teori tersebut menggambarkan hubungan antara dimensi yang disusun
dalam bentuk narasi atau grafis, sebagai pedoman kerja, baik dalam penyusunan metode
pelaksanaan di lapangan maupun pembahasan yang akan diteliti. Pemilihan kepala daerah Kota
Semarang tahun 2019 melibatkan berbagai elemen lapisan masyarakat. Terlebih dalam hal ini
keterlibatan masyarakat Etnis Tionghoa di tegalsari, Kota Semarang. Pemilihan Kepala Daerah
Kota Semarang juga memiliki faktor penghambat dan pendukung atas terselenggarannya
kegiatan tersebut.

keikutsertaan masyarakat dalam partisipasi politik sangat menentukan hasil pemilihan kepala
daerah Kota Semarang. Keterlibatan pemerintah Kota Semarang dalam pemilihan umum kepala
daerah sangat diperlukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan
upaya pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat Etnis Tionghoa dalam pemilu.
Keterlibatan pemerintah berguna dalam upaya menanggulangi barbagai hambatan di masyarakat
dalam hal partisipasi politik.Tujuan utamanya jelas bahwa warga Etnis Tionghoa agar dapat
berpartisipasi penuh dalam pemilihan umum Kota Semarang tahun 2019.
BAB III
Metodelogi penelitian
6. Metode Penelitian
A. Metode Penelitian Kualitatif
Penelitian ini bersifat kualitatif yang berangkat dari suatu data untuk mengetahui
fenomena yang terjadi. Mengingat fokus masalah dalam penelitian ini yaitu partisipasi politik
masyarakat tionghoa dalam pilkada 2019, maka penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian lapangan (field research) yang bersifat eksploratif. Metode penelitian yang penulis
pilih adalah metode kualitatif,8 agar mendapatkan data yang holistik (utuh) mengenai
kompleksitas partsispasi masyarakt tionghoa di kelurahan tegalsari. Penelitian ini
menggunakan pendekatan sosiologi politik karena masalah yang diteliti adalah partisipasi
politik masyarakat tionghoa. Sosiologi adalah disiplin ilmu yang menfokuskan pada kajian
tentang masyarakat dipandang dari satu segi tertentu. Pusat perhatian sosiologi ialah tingkah-
laku manusia, baik yang individual maupun yang kolektif, namun lebih banyak segi kolektifnya
Dengan demikian, sosiologi politik merupakan satu jembatan teoritis dan jembatan metodologis
antara sosiologi dan ilmu pengetahuan politik. Skema konsepsi sosiologi politik menjadi
empat pembahasan yaitu: sosialisasi politik, partisipasi politik,masyarakat tionghoa serta
pilkada. Semua konsep tersebut sifatnya interdependent, bergantung satu sama lain dan saling
berpautan
B. Populasi
Lokasi penelitian ini di kelurahan tegalsari kota semarang Provinsi Jawa Tengah serta
masyarakat yang di jadikan pacuan adalah etnis tionghoa Tegalsari merupakan sebuah kelurahan
di Kecamatan Candisari, Kota Semarang, provinsi Jawa Tengah, Indonesia dengan luas wilayah
373,78 km dengan kodepos 50251 dan memilikki kecamatan sebanyak 16 serta kelurahan
sebanyak 177 dan memilikki jumlah penduduk 1.653.035 (2020)
C. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah meliputi data primer dan data
sekunder

8
Jerome Kirk dan Marc L. Miller, 1986, Reliability and Validity in Qualitative Research, Beverly Hills: Sage
Publication, hlm. 9; Lexy J. Moeliong, 1993, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Rusda Karya, hlm. 3.
 Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian pengambilan data
langsung pada subjek sebagai sumber informasi.9 Data primer dalam penelitian ini adalah
perilaku politik masyarakat tionghoa itu sendiri
 Data skunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain (literatur lain), tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.10 Adapun data skunder dalam penelitian
ini adalah meliputi data-data lain yang diambil dari literatur dan data-data pembuat peneliti
yang lain
2. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dilakukan dengan:
 Pengamatan terlibat (participant observation). Pengamatan ini menuntut peneliti aktif
berinteraksi dengan subyek dalam memburu data,11 dalam posisi sebagai pemeran serta
(complete paticipant). Akan tetapi, dalam posisi tertentu, atas ijin subyek, hal-hal yang
bersifat rahasia pun boleh diamati.12
 Wawancara Paling tidak peneliti akan menggunakan metode wawancara berstruktur
(structured interview), yaitu pertanyaan telah dirumuskan sebelum berhadapan dengan
informan13. Dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dirumuskan, pengolahan data
lebih mudah dilakukan. Selain itu, peneliti juga akan menggunakan teknik tidak
berstruktur (unstructured interview). Langkah ini sangat berharga dalam memahami
karakter asli sebuah komunitas sosial karena akan memperoleh jawaban yang standar dan
lebih terbuka. Hanya saja, mungkin terjadi kemubaziran data akibat ketidakfokusan tanya
jawab.
D. Analisis data adalah
Analisis data sendiri yaitu roses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti
menggolongkan ke dalam pola, tema, kategori dan interpretasi. Analisis ini bertujuan
memberikan makna terhadap data, menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan antara
berbagai konsep. Prosedur kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
9
Marzuki, 2005, Metodologi Riset; Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial, Yogyakarta: EKONISA, hlm. 60
10
Ibid., hlm. 60
11
Kartini Kartono, 1990, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju, hlm. 162
12
Michael Quinn Patton, 1987, Qualitative Evaluation Methods, New York: Beverly Hills, hlm. 132. Jack R.
Fraenkel & Norman E Wallen, 1993, How to Design and Evaluative Research in Educations, New York: Megrow
Hill Inc, hlm. 384.
13
S. Nasution, 2003, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 117
 Reduksi Data adalah Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang
sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang
pokok, difokuskan kepada hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah, yang telah
direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan wawancara.
Reduksi dapat membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek yang dibutuhkan.
 Display Data Analisis ini dilakukan mengingat data yang terkumpul demikian banyak.
Data yang bertumpuk menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan detail secara
keseluruhan dan sulit pula untuk mengambil kesimpulan. Kesukaran dapat diatasi dengan
cara membuat model, matriks, atau grafik sehingga keseluruhan data dan bagian
detailnya dipetakan dengan jelas.
 Komparasi Data Untuk mencari relevansi berbagai data, terkadang juga dilakukan
perbandingan antar data-data yang ada untuk diambil suatu kesimpulan. Komparasi ini
dilakukan untuk menemukan fakta-fakta dan data-data baru yang masih tersembunyi dan
belum terjelaskan secara nyata.
 Verifikasi Data adalah Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara
sistematis baik melalui penentuan tema maupun model grafik atau juga matrik. Kemudian
disimpulkan sehingga makna data bisa ditemukan. Namun kesimpulan itu baru bersifat
sementara saja dan bersifat umum. Supaya kesimpulan diperoleh secara lebih dalam
(grounded), maka data lain yang baru dicari. Data baru ini bertugas melakukan pengujian
terhadap berbagai kesimpulan tentatif tadi.14

7. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam tugas akhir ini yaitu :
Bab I : Disini membahas mengenai latar belakang dari tema yang diangkat yaitu bersisikan
pengertian dari pemilu dan pilkada serta beberapa undang undang yang mengatur lalu disini
berisikan tata letak keluahan tegalsari dan track record masyarakat tionghoa pada masa orde baru
ke masa reformasi lalu disini berisi rumusan,tujuan serta manfaat penelitian yang membahas

14
Mattew B. Miles; A. Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, terj.Tjetjep Rohandi, Jakarta: Universitas
Indonesia, hlm. 86-105
mengenai apa penyebab masyarakat tionghoa jarang berpartisipasi dalam pilkada ataupun acara
masyarakat lainnya serta faktor pendorong dan penghambat dalam masalah tersebut
Bab II : membahas mengenai kajian pustaka dan juga kerangka teori yang disini pada kajian
pustaka membahas mengenai bentuk dari partisipasi politik sosialisasi politik dan juga track
record masyarakat tionghoa lebih merinci serta memberikan gambaran faktor faktor penghambat
dan juga pendorong terhadap partisipasi masyarakat tionghoa itu sendiri lalu pada kerangka teori
disini diberikan grafik mengenai alur dari penelitian ini lalu dibahas menggunakkan narasi
Bab III : pembahasan berupa metode yang digunakkan adalah metode kualitatif yang berupa
diskriptif lalu lokasi yang digunakkan tentunya pada kelurahan tegalsari kota semarang lalu
bentuknya erupa dari sumber data yaitu dara primer dan sekunder lalu pemilihan populasi yaitu
etnis tionghoa pada masyarakat di daerah kelurahan tegalsari dan metode pengumpulan data
sendiri berupa pengamatan terlibat dan juga wawancara serta analisis datanya berupa redaksi
data, display data, komparasi data dan verifikasi data
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar - dasar ilmu politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

DAWIS, AIMEE. 2010. Orang Indonesia Tionghoa mencari identitas: PT. Gramedia
PustakaUtama. Almond, Gabriel A &Sidney Verba, Budaya Politik : Tingkah Laku Politik dan
Demokrasi di Lima Negara, Jakarta : Bumi Angkasa, 1990.

H.B. Sutopo.2006.Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya DalamPenelitian.Surakarta:


Universitas Sebelas Maret.

Joko J. Prihatmoko, 2005.Pemilihan Kepala Daerah Langsung.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Moleong, J. Lexy. 2007.Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Salim, Said. 2006. Kebijakan Etnis Politik Indonesia.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Setiono, Beni G. 2002. Tionghoa dalam pusaran Politik. Jakarta: (ELKASA)

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suryadinata, Leo . 2002. Negara Dan Etnis Tionghoa.Jakarta : LP3ES.

Untoro, Suryo. 1976. Pokok-Pokok Pengertian Pemilu, Surabaya : Bina Ilmu

Yoest MSH. 2004. Tradisi dan Kultur Tionghoa. Jakarta: Gerak Insan Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai