Anda di halaman 1dari 20

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)

Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 85

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN


UMUM 2019 DI KELURAHAN SUMBER KECAMATAN
BANJARSARI KOTA SURAKARTA
Artikel

Penulis

Wisnu Dani Prasetyo1


Mahasiswa Program Studi PPKn
FKIP Univet Bantara Sukoharjo
Toni Harsan2
Dosen Program Studi PPKn
FKIP Univet Bantara Sukoharjo
Pujiyana3
Dosen Program Studi PPKn
FKIP Univet Bantara Sukoharjo

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui Partisipasi


politik pemilih pemula dalam pemilihan umum 2019 di Kelurahan Sumber
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta., 2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula di Kelurahan Sumber
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.,3)Untuk mengetahui bentuk-bentuk
partisipasi politik yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula di
Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
Penelitian ini dilakukandi Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta.,. Penelitian dilakukan dalam waktu3 bulan pada bulan mei 2019
zsampai denganJuli 2019. Subjek penelitianini adalahpemilih pemula di
lingkungan Kelurahan Sumber yang berjumlah 60 orang terdiri dari 35 orang
laki-laki dan 25 orang perempuan.Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
angket, wawancara,dokumentasi,dan observasi..
Berdasarkan hasil penelitiandapat disimpulkan: 1) bahwa partisipasi politik
pemilih pemula di Kelurahan Sumber dikategorikan tinggi, hal ini karena pemilih
pemula sangat antusias dalam memberikan hak suaranya .2)partisipasi politik
pemilih pemula di Kelurahan Sumber dipengaruhi beberapa faktor anatara lain
pengaruh orang tua, kondisi lingkungan, pengalaman beorganisasi,
modernisasi.3)partisipasi politik pemilih pemula di Kelurahan Sumber
dipengaruhi bentuk-bentuk partisipasi politik seperti kegiatan pemilihan,
kampanye, lobby, kegiatan organisasi, contacting, tindakan kekerasan.

Kata-Kata Kunci : Partisipasi Politik Pemilih Pemula dan Pemuli 2019

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 86

POLITICAL PARTICIPATION OF BEGINNER VOTERS IN GENERAL


ELECTION 2019 IN KELURAHAN SUMBER KECAMATAN
BANJARSARI KOTA SURAKARTA

Article

Author
Wisnu Dani Prasetyo1
PPKn Study Program Students
FKIP Univet Bantara Sukoharjo
Toni Harsan2
Lecturer of PPKn Study Program
FKIP Univet Bantara Sukoharjo
Pujiyana3
Lecturer of PPKn Study Program
FKIP Univet Bantara Sukoharjo

Abstract The purpose of this study are: 1) To find out the political participation
of novice voters in the 2019 general election in Sumber Subdistrict, Banjarsari
Subdistrict, Surakarta City, 2) To determine the factors that influence the political
participation of novice voters in Sumber Subdistrict, Banjarsari Subdistrict,
Surakarta City, 3) To find out the forms of political participation that affect the
political participation of novice voters in Sumber District, Banjarsari Subdistrict,
Surakarta City. This research was conducted in Sumber Village, Banjarsari
Subdistrict, Surakarta City. The study was conducted in 3 months in May 2019
until July 2019. The subjects of this study were beginner voters in the Sumber
Kelurahan environment, amounting to 60 people consisting of 35 men and 25
women. Data collection techniques using questionnaires, interviews,
documentation, and observation .. Based on the results of the study it can be
concluded: 1) that the political participation of novice voters in Sumber Village is
categorized as high, this is because novice voters are very enthusiastic in giving
their voting rights. 2) The political participation of novice voters in Sumber
Village is influenced by several factors other than the influence of parents,
environmental conditions , experience of organization, modernization. 3) Political
participation of novice voters in Sumber Village is influenced by forms of
political participation such as election activities, campaigns, lobbying,
organizational activities, contacting, acts of violence.

Keywords: Political Participation of Beginner Voters and Pemul 2019

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 87
Pendahuluan Partisipasi politik merupakan
aspek penting dalam sebuah tatanan
negara demokrasi, sekaligus
Dilihat dari tingkat kesadaran merupakan ciri khas adanya moderniasi
para pemilih pemula dalam pemilu, politik. Secara konseptual partisipasi
menunjukan perbedaan yang politik merupakan kegiatan sesorang
didasarkan pada kurangnya atau sekelompok orang untuk ikut serta
pengalaman dan pemahaman belajar secara aktif dalam kehidupan politik,
berpolitik, ada pemilih pemula yang dangan jalan memilih pimpinan negara
menggunakan hak pilih mereka untuk secara langsung mempengaruhi
berpartisipasi lewat pesta demokrasi, kebijakan pemerintah. Kegiatan ini
namun ada juga sebagai pemilih mencakup pemilihan umum,
pemula mengambil jalan untuk tidak menghadiri rapat umum, menjadi
memilih atau golongan putih karena anggota suatu partai atau kelompok
bagi mereka pribadi, nasib mereka di penting, dan lain sebagainya.
tanggung mereka sendiri dan bukan A. Rahman (2007: 285) asumsi
pemerintah. Karena dari cara mereka yang mendasari demokrasi (partisipasi)
melihat hal ini masih belum terbiasa adalah orang yang paling tahu tentang
dikarenakan banyaknya pengaruh- apa yang baik bagi dirinya adalah
pengaruh dari lingkungan sekitar, lewat orang itu sendiri. Karena keputusan
pergaulan dari teman-teman, ada juga politik yang dibuat dan dilaksanakan
pemilih pemula ini juga melihat cara oleh pemerintah menyangkut dan
pendekatan dari para kandidat Calon mempengaruhi kehidupan warga
Presiden dalam hal ini presiden dan negara maka warga masyarakat berhak
wakil presiden, politik uang (money ikut serta mentukan isi keputusan yang
politik) calon presiden. Dipaksa atau mempengaruhi proses pembuatan dan
dibujuk, dan rasa ingin tahu. Lewat pelaksanakan keputusan politik.
pemilu ini dapat dilihat bagaimana Kegiatan warga negara itu meliputi
partisipasi politik para pemilih pemula mempengaruhi isi kebijakan umum dan
untuk menggunakan hak suara untuk ikut menentukan dan pelaksana
mensukseskan pemilihan umum di keputusan politik.
Kota Surakarta.. Bermacam-macam partisipasi
Pendidikan politik bagi warga politik yang terjadi di berbagai negara
negara yang menjadi pemilih pemula dan berbagai waktu. Kegiatan politik
yang merupakan tanggung jawab konvensional adalah bentuk partisipasi
bersama. Pendidikan merupakan usaha yang normal dalam demokrasi modern.
sadar membimbing anak kearah Bentuk non-konvensional seperti petisi,
kesempurnaan baik jasmani maupun kekerasan dan revolusioner. Bentuk-
rohani. Pendidikan berusaha untuk bentuk dan frekuensi partisipasi politik
mengembangkan potensi yang telah dapat dipakai sebagai ukuran untuk
ada pada anak dengan memberi bekal stabilitas sistem politik, integritas
sebaik mungkin agar anak tersebut kehidupan politik dan kepuasan atau
berpikir serta bertanggung jawab ketidakpuasan warga negara.
terhadap segala aktifitas yang Dalam hubungan dengan
dilakukan sebagai makhluk yang demokrasi, partisipasi politik
berTuhan dan makhluk sosial. berpengaruh terhadap legitimasi

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 88
masyarakat terhadap jalannya suatu Menurut Miriam Budiardjo
pemerintahan. Dalam suatu pemilu (2008: 367) Partisipasi Politik adalah
misalnya partisipasi politik kegiatan seseorang atau kelompok
berpengaruh terhadap legitimasi orang untuk ikut serta secara aktif
masyarakat kepada pasangan calon dalam kehidupan politik, antara lain
yang terpilih. Setiap masyarakat dengan jalan memilih pimpinan negara
memiliki preferensi dan kepentingan dan, secara langsung atau tidak
masing-masing untuk menentukan langsung, memengaruhi kebijakan
pilihan mereka dalam pemilu. Bisa pemerintah (public policy). Kegiatan
dikatakan bahwa masa depan pejabat ini mencangkup tindakan seperti
publik yang terpilih dalam suatu memberikan suara dalam pemilihan
Pemilu tergantung pada preferensi umum, menghadapi rapat umum,
masyarakat sebagai pemilih. Tidak mengadakan hubungan (contacting)
hanya itu, partisipasi politik atau lobbying dengan pejabat
masyarakat dalam pemilu dapat pemerintah atau anggota parlemen,
dipandang sebagai kontrol masyarakat menjadi anggota partai atau salah satu
terhadap suatu pemerintahan. Kontrol gerakan sosial dengan direct actionnya,
yang diberikan beragam tergantung dan sebagainya.
dengan tingkat partisipasi politik Menurut Ramlan Surbakti
masing-masing. Selain sebagai inti dari (1992: 140) menyebutkan dua variabel
demokrasi, partisipasi politik juga penting yang mempengaruhi tinggi
berkaitan erat dengan pemenuhan hak- rendahnya partisipasi politik seseorang.
hak politik warga negara. Wujud dari Pertama, aspek kesadaran politik
pemenuhan hak-hak politik adalah terhadap pemerintah (sistem politik).
adanya kebebasan bagi setiap warga Yang dimaksud dalam kesadaran
untuk menyatakan pendapat dan politik adalah kesadaran hak dan
berkumpul. Seperti yang tertuang kewajiban warga negara. Misalnya hak
dalam UUD 1945 pasal 28E ayat 3: politik, hak ekonomi, hak perlindungan
“setiap orang berhak atas kebebasan hukum, kewajiban ekonomi, kewajiban
berserikat berkumpul dan sosial dan lain-lain. Kedua,
mengeluarkan mengeluarkan menyangkut bagaimana penilaian serta
pendapat”. apresiasi terhadap kebijakan
pemerintah dan pelaksanaan
pemerintahnya.
Kajian Teori menurut Hutington dan Nelson
yang dikutip oleh Cholisin (2007: 151)
Partisipasi politik adalah salah adalah kegiatan warga Negara yang
satu aspek penting suatu demokrasi. bertindak sebagai pribadi-pribadi yang
Partisipasi politik merupakan ciri khas dimaksud untuk mempengaruhi
dari modernisasi politik. Adanya pembuatan keputusan oleh pemerintah.
keputusan politik yang di buat dan .Partisipasi politik merupakan
dilaksanakan oleh pemerintah suatu aktivitas tentu dipengaruhi oleh
menyangkut dan mempengaruhi beberapa faktor. Menurut Ramlan
kehidupan warga negara, maka warga Surbakti (1992:140) menyebutkan dua
negara berhak ikut serta menentukan isi variable penting yang mempengaruhi
keputusan politik. tinggi rendahnya tingkat partisipasi

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 89
politik seseorang. Pertama, aspek pengembangan media massa
kesadaran politik terhadap pemerintah atau media komunikasi
(sistem politik). Yang dimaksud dalam secara luas.
kesadaran politik adalah kesadaran hak 2. Terjadi perubahan struktur
dan kewajiban warga negara. Misalnya kelas sosial Terjadinya
hak politik, hak ekonomi, hak perubahan kelas struktur
perlindungan hukum, kewajiban kelas baru itu sebagai akibat
ekonomi, kewajiban sosial dll. Kedua, dari terbentuknya kelas
menyangkut bagaimana penilaian serta menengah dan pekerja baru
apresiasi terhadap kebijakan yang meluas era
pemerintah dan pelaksanaan industralisasi dan
pemerintahnya. Selain itu ada faktor modernisasi.
yang berdiri sendiri (bukan variable 3. Pengaruh kaum intelektual
independen). Artinya bahwa rendah dan meningkatnya
kedua faktor itu dipengaruhi oleh komunikasi massa modern
faktor-faktor lain, seperti status sosial, Ide-ide baru seperti
afiliasi politik orang tua, dan nasionalisme, liberalisme,
pengalaman beroganisasi. Yang membangkitkan tuntuntan-
dimaksud status sosial yaitu kedudukan tuntutan untuk berpartisipasi
seseorang berdasarkan keturunan, dalam pengambilan suara.
pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. 4. Adanya konflik diantara
Selanjutnya status ekonomi yaitu pemimpin-pemimpin politik
kedudukan seseorang dalam lapisan Pemimpin politik yang
masyarakat, berdasarkan pemilikan bersaing merebutkan
kekayaan. Seseorang yang mempunyai kekuasaan sering kali untuk
status sosial dan ekonomi tinggi mencapai kemenangannya
diperkirakan tidak hanya mempunyai dilakukan dengan cara
pengetahuan politik, akan tetapi mencari dukungan massa.
memiliki minat serta perhatian pada 5. Keterlibatan pemerintah
politik dan kepercayaan terhadap yang semakin luas dalam
pemerintah (Ramlan Surbakti, unsur ekonomi,sosial dan
2006:144-145). budaya
Selanjutnya menurut Myron Meluasnya ruang lingkup
Weimer partisipasi politik di pengaruhi aktivis pemerintah ini seringkali
oleh beberapa hal, seperti yang dikutip merangsang timbulnya tuntutan-
oleh Mohtar Mas’oed dan Collin tuntutan organisasi untuk ikut serta
MacAndrews (2011:56-57), sebagai dalam mempengaruhi pembuatan
berikut : keputusan politik.
1. Modernisasi Modernisasi Sementara itu menurut Milbrath
disegala bidang akan yang dikutip oleh Michael Rush dan
berimplikasi pada Althof (1989:168) memberikan alasan
komensialisme pertanian, bervariasi mengenai partisipasi
industrial, meningkatkan seseorang, yaitu: Berknaan dengan
arus urbanisasi, peningkatan penerimaan perangsang politik.
kemampuan baca tulis, Milbrath menyatakan bahwa
perbaikan pendidikan dan keterbukaan dan kepekaan seseorang

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 90
terhadap perangsang politik melalui akan ia peroleh apabila kandidat
kontak-kontak pribadi, organisasi dan pilihannya terpilih. Pemilih yang
melalui media massa akan memberikan rasional tidak hanya pasif dalam
pengaruh bagi keikutseertaan seseorang berpartisipasi tetapi aktif serta memiliki
dalam kegiatan politik. Berkenaan kehendak bebas.
dengan karekteristik sosial seseorang. Rahman H.I (2007: 288)
Dapat disebutkan bahwa status menyatakan bahwa secara umum
ekonomi, karekter suku, usia jenis tipologi partisipasi sebagai kegiatan
kelain dan keyakinan (agama). dibedakan menjadi: partisipasi aktif,
Karakter seseorang berdasarkan faktor- yaitu partisipasi yang berorientasi pada
faktor tersebut memiliki pengaruh yang proses input dan output. partisipasi
relatif cukup besar terhadap partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang
politik. Menyingkat sifat dan sistem berorientasi hanya pada output, dalam
partai tempat individu itu hidup. arti hanya menaati peraturan
Seseorang yang hidup dalam negara pemerintah, menerima dan
yang demokratis, partai-partai melaksanakan saja setiap keputusan
politiknya cenderung mencari pemerintah. golongan putih (golput)
dukungan massa dan memperjuangkan atau kelompok apatis, karena
kepentingan massa, sehingga massa menggapsistem politik yang ada
cenderung berpartisipasi dalam politik. menyimpang dari yang dicita-citakan.
Adanya perbedaan regional. Perbedaan Milbrath dan Goel yang dikutip
ini merupakan aspek lingkungan yang oleh Cholisin (2007: 152) membedakan
berpengaruh terhadap perbedaaan partisipasi politik menjadi beberapa
watak dan tingkah laku individu. kategori yakni : Partisipasi politik
Dengan perbedaan regional itu pula apatis orang yang tidak berpartisipasi
yang mendorong perbedaan perilaku dan menarik diri dari proses politik.
politik dan partisipasi politik. Partisipasi politik spector orang yang
Partisipasi pemilih pemula dalam setidak-tidaknya pernah ikut memilih
pilbup langsung memang erat kaitanya dalam pemilihan umum. Partisipasi
dengan faktor-faktor yang politik gladiator mereka yang secara
mempengaruhinya. Banyak aktif terlibat dalam proses politik,
pertimbangan dalam menggunakan hak yakni komunikator, spesialis
pilihnya. Bisa melihat dari sisi visi misi mengadakan kontak tatap muka, aktivis
kandidat yang bagus meskipun tidak partai dan pekerja kampanye dan
ada jaminan setelah kandidat terpilih. aktivis masyarakat. Partisipasi politik
Selain itu berupa acuan yang pengritik Orang-orang yang
digunakan untuk memilih adalah berpartisipasi dalam bentuk yang tidak
mereka kandidat yang memberikan konvensional.
uang, dan kandidat yang diusung oleh Dengan demikian dapat
partai yang dianggap pemilih pemula dinyatakan bahwa orientasi partisipasi
sesuai dengan kriterianya. Pada politik aktif terletak pada input dan
perilaku pemilih yang rasional pemilih output politik. Sedangkan partsipasi
akan menentukan pilihannya pasif terletak pada outputnya saja.
berdasarkan isu politik dan kandidat Selain itu juga ada anggapan
yang diajukan serta kebijakan yang masyarakat dari sistem politik yang ada
dinilai menguntungkan baginya yang dinilai menyimpang dari apa yang

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 91
dicita-citakan sehingga lebih menjurus menjadi dua yaitu aksi agresif yang
kedalam partisipasi politik yang apatis. kuat dan aksi agresif yang lemah. Suatu
Pemberian suara dalam pilbup aksi agresif dikatakan kuat dilihat dari
merupakan salah satu wujud partisipasi tiga ukuran yaitu bersifat anti rezim
dalam politik yang terbiasa. Kegiatan (melanggar peraturan mengenai aturan
ini walaupun hanya pemberian suara, partisipasi politik normal),
namun juga menyangkut semboyan mengganggu fungsi pemerintahan dan
yang diberikan dalam kampanye, harus merupakan kegiatan kelompok
bekerja dalam membantu pemilihan, yang dilakukan oleh monoelit.
membantu tempat pemungutan suara Sedangkan, partisipasi politik kolektif
dan lain-lain. agresif yang lemah adalah yang tidak
Sedangkan Olsen yang dikutip memenuhi ketiga syarat tersebut diatas.
Oleh A. Rahman H.I (2007: 289) Di negara-negara berkembang
memandang partisipasi sebagai dimensi partisipasi politik cenderung digerakan
utama startifikasi sosial.Ia membagi secara meluas dan diarahkan untuk
partisipasi menjadi enam lapisan, yaitu kepentingan pembangunan. Orang-
pemimpin politik, aktivitas politik, orang yang melakukan demonstrasi
komunikator (orang yang menerima atau memberikan suara dengan jalan
dan menyampaikan ide-ide, sikap dan tersebut tampaknya merupakan wujud
informasi lainnya kepada orang lain), nyata dari partisipasi politik yang
warga masyarakat, kelompok marginal mudah serta mengundang perhatian
(orang yang sangat sedikit melakukan dari berbagai kalangan.
kontak dengan sistem politik) dan Paige dalam Cholisin
kelompok yang terisolasin(orang yang (2007:153) merujuk pada tinggi
jarang melakukan partisipasi politik). rendahnya kesadaran politik dan
Partisipasi politik juga dapat kepercayaan pemerintah (sistem politik
dikategorikan berdasarkan jumlah menjadi empat tipe yaitu partisipasi
pelaku yaitu individual dan aktif, partisipasi pasif tertekan (apatis),
kolektif.individual yakni seseorang partisipasi militan radikal , dan
yang menulis surat berisi tuntutan atau partisipasi pasif.
keluhan kepada pemerintah.Sedangkan Partisipasi aktif, yaitu apabila
yang dimaksud partisipasi kolektif seseorang memiliki kesadaran politik
ialah kegiatan warganegara secara dan kepercayaan kepada pemerintah
serentak untuk mempengaruhi tinggi. Sebaliknya jika kesadaran
penguasa seperti kegiatan dalam proses politik dan kepercayaan kepada
pemilihan umum. pemerintah rendah maka partisipasi
Partisipasi kolektif dibedakan politiknya cenderung pasif-tertekan
menjadi dua yakni partisipasi kolektif (apatis). Partisipasi militan radikal
yang konvensional yang seperti terjadi apabila kesadaran politik tinggi
melakukan kegiatan dalam proses tetapi kepercayaan kepada pemerintah
pemilihan umum dan partisipasi politik sangat rendah. Dan apabila kesadaran
kolektif nonkonvensional (agresif) politik sangat rendah tetapi
seperti pemogokan yang tidak kepercayaan terhadap pemerintah
sah,melakukan hura-hura, menguasai sangat tinggi maka partisipasi ini
bangunan umum. Partisipasi politik disebut tidak aktif (pasif).
kolektif agresif dapat dibedakan

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 92
Berbagai bentuk-bentuk , d) Membentuk dan bergabung dalam
partisipasi politik yang terjadi di kelompok kepentingan e) Komunikasi
berbagai Negara dapat dibedakan individual dengan pejabat politik atau
dalam kegiatan politik yang berbentuk administratif 2. Partisipasi politik
konvensional dan nonkonvensional nonkonvensional mencakup: a)
termasuk yang mungkin legal (petisi) Pengajuan petisi , b) Berdemonstrasi ,
maupun ilegal (cara kekerasan atau c) Konfrontasi , d) Mogok, e)Tindak
revolusi). Bentukbentuk dan frekuensi kekerasan politik terhadap harta benda
partisipasi politik dapat dipakai sebagai : pengrusakan, pemboman, pembakaran
ukuran untuk menilai stabilitas sistem dan f) Tindakan kekerasan politik
politik, integritas kehidupan politik, terhadap manusia: penculikan,
kepuasan atau ketidak puasan warga pembunuhan, perang gerilya, revolusi.
negara. Kemudian David F. Roft dan
Bentuk-bentuk partisipasi Frank yang dikutip oleh A Rahman H.I
politik yang dikemukakan oleh Almond (2007: 286) bentuk partisipasi warga
yang dikutip oleh Mohtar Mas’oed Negara berdasarkan intensitasnya.
(2011:57-58) yang terbagai dalam dua Intensitas terendah adalah sebagai
bentuk yaitu partisipasi politik pengamat, intensitas menengah yaitu
konvensional dan partisipasi politik sebagai partisipan, dan intensitas
non konvensional. Adapun rincian tertinggi sebagai partisipan. Apabila
bentuk partisipasi politik konvensional intensitas kegiatan masyarakat dalam
dan non konvensional: 1. Partisipasi kegiatan politik dijenjangkan maka
politik konvensional mencakup: a) akan membentuk piramida partisipasi
Pemberian suara atau voting , b) politik.
Diskusi politik , c) Kegiatan kampanye

Gambar 1: Piramida partsipasi politik Sumber : Sumarno-2009

Kelompok paling bahwah pada kelompok apolitis. Kelompok yang


gambar piramida partisipasi politik berada di atas apolitis yaitu kelompok
yaitu kelompok yang sama sekali tidak pengamat, kelompok ini biasanya
terlibat dan tidak melakukan kegiatan menghadiri rapat umum parpol,
politik. Oleh Roth dan Wilson ( A membicarakan politik, mengikuti
Rahman H.I, 2007:287) disebut sebagai perkembanagan lewat media,

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 94
memberikan suara dalam pemilu. baru pertama kali ikut dalam pemilu.
Kemudian satu tingkat di atas Menurut pasal 198 ayat 1 UU No.7
kelompok pengamat yaitu kelompok Tahun 2017 menerangkan bahwa
partisipan. Pada kelompok ini aktivitas pemilih yang mempunyai hak memilih
yang sering dilakukan seperti menjadi adalah warga Negara Indonesia yang
petugas kampanye, anggota aktif partai, didaftar oleh penyelenggara pemilu
dan kelompok kepentingan dalam dalam daftar pemilih dan pada hari
proyek sosial. Kemudian kelompok pemungutan suara pemilih genap
yang paling atas di tingkat piramida berumur 17 (tujuh belas) tahun atau
adalah kelompok aktivis. Warga yang lebih atau sudah/pernah kawin.
tergabung dalam kelompok ini Pengetahuan mereka dengan pemilih
tergolong sedikit jumlahnya, mereka lainnya tidak jauh berbeda hanya saja
merupakan pejabat partai sepenuh antusiasme dan preferensi.
waktu, pemimpin partai atau pemimpin Pemilih pemula secara umum
kepentingan. mereka para pelajar, mahasiswa serta
Adapun bentuk partisipasi yang pekerja yang berusia muda. Dalam
dilakukan oleh pemuda yakni berupa pesta demokrasi pemilih pemula
demonstrasi, pemogokan dan kegiatan selama ini menjadi sebuah objek
protes. Cara yang biasanya dilakukan kegiatan politik. Yaitu mereka yang
oleh pemilih pemula untuk turut dalam memerlukan bimbingan kearah
partisipasi pilbup yaitu bergabung pertumbuhan potensi dan kemampuan
dengan salah satu parpol didaerahnya tingkat yang optimal agar dapat
mengikuti kegiatan kampanye, serta berperan baik dalam bidang kegiatan
menghadiri diskusi politik didaerahnya. politik. Perlu adanya pendidikan politik
Ciri utama yang dimiliki agar pemilih pemula berkembang
pemilih pemula yaitu latar belakang menjadi warga Negara yang baik, yang
tingkat partisipasi pemilih adalah menghayati nilai-nilai dari bangsanya
pendidikan dan jenis kelamin. Setiap dan sadar akan kewajiban dalam
komunitas masyarakat memiliki latar karangka nilai-nilai yang
belakang yang berbeda-beda. Hal membingkainya.
tersebut akan mempunyai pengaruh Menurut Pahmy Sy. (2010: 54)
terhadap tingkat partisipasi politik Ciri-ciri pemilih pemula sebagai
dalam Pilbup. Serta menjadi bagian berikut : Warga Negara Indonesia dari
partisipasi dalam dinamika kegiatan pemungutan suara sudah berusia 17
politik. tahun atau lebih atau sudah/pernah
Menurut Pahmi Sy. (2010: 54) kawin. Baru mengikuti pemilu,
pemilih adalah warga negara Indonesia memberikan hak pilihannya pertama
yang telah genap berusia17 tahun atau kali sejak pemilu yang diselenggarakan
lebih atau sudah/pernah kawin. Pemilih di Indonesia dengan rentang usia 17-21
pemula terdiri dari dua kata, yakni tahun. Mempunyai hak memilih dalam
pemilih dan pemula. Pemilih adalah penyelenggaraan pemilu 2019.
orang yang memilih. Sedangkan Menurut Sekertariat Jendral
pemula adalah orang yang mulai atau KPU (2010) pentingnya peran pemilih
mula-mula melakukan (KBBI online). pemula karena 20% mereka merupakan
Pemilih pemula merupakan pemilih bagian dari pemilih. Dengan demikian
yang berusia antara 17-21 tahun atau jumlah pemilih pemula sangatlah besar,

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 95
dan diharapkan dapat menggunakan membangun hubungan
hak pilihnya dengan baik. Jangan pertanggungjawaban, semacam kontrak
sampai tidak terdaftar dalam DPT atau dengan orang-orang yang mereka pilih.
kesalahan dalam menggunakan hak Setelah pemilu usai, pemilih menjadi
pilihnya. Lahirnya dari kelompok ini penagih janji yang proaktif yang terus
secara langsung akan memunculkan terjaga meminta pertanggungjawaban
dampak pencitraan. Untuk pengamanan dari orang-orang yang mereka pilih.
proses regenerasi kader politik Sedangkan yang kedua adalah menjadi
kedepan, walaupun memerlukan biaya pemilih yang tidak bertanggungjawab
yang tidak sedikit. Namun apabila tidak atau tidak memilih sama sekali.
mendapatkan dukungan dari kelompok Berdasarkan tipologi Almond
ini, maka cukup merugikan bagi para dan Verba (1990:16) orientasi politik
parpol atau kandidat yang ingin pemilih pemula ini dikategorikan
mendulang tinggi hasil dukungan. menjadi : 1) Orientasi kognitif, yaitu
Pemilih pemula kerap pengetahuan dan kepercayaan tentang
menampilkan sisi yang unik, sering kali kandidat, 2) Orientasi politik afektif,
memunculkan kejutan dan akan yaitu perasaan terhadap pemilu,
menjanjikan secara kuantitas. Pemilih pengaruh teman terhadap penentuan
pemula dengan antusiasme tinggi akan pilihan, 3) Orientasi politik evaluatif,
relatif rasional haus akan perubahan yaitu keputusan dan pendapat pemilih
yang positif. Bagi pemilih pemula yang pemula terhadap parpol/kandidat
masih sekolah adapun sosialisasi pilihannya.
politik didapatkan melalui mata Orientasi politik pemilih
pelajaran PPKn. PPKn sebagai pemula ini selalu dinamis dan akan
pendidikan politik terutama dilakukan berubah mengikuti kondisi dan faktor-
lewat sekolah merupakan bagian dari faktor yang mempengaruhinya.
sosialisasi politik. Orientasi politik sebenarnya
Posisi pemilih merupakan merupakan cara pandang suatu
posisi yang sangat penting dalam golongan masyarakat dalam suatu
menentukan arah demokrasi sebuah struktur masyarakat. Timbulnya
negara. Menurut Eep Saefullah, untuk orientasi itu dilatarbelakangi oleh nilai-
menjadikan pemilih betul-betul sebagai nilai yang ada dalam masyarakat
penentu, diperlukan setidaknya dua maupun dari luar masyarakat yang
syarat, yaitu: Pemilih memiliki kemudian membentuk sikap dan
pengetahuan minimal serta menjadi pola mereka untuk
menggunakan akal sehat dan nuraninya memandang suatu objek politik.
dan Pemilu yang demokratis, sebab Orientasi politik itulah yang kemudian
semakin pemilu tersebut tidak membentuk tatanan dimana interaksi-
demokratis maka para pemilihnya interaksi yang muncul tersebut
semakin tidak menentukan. akhirnya mempengaruhi perilaku
Ada dua pilihan bagi seorang politik yang dilakukan oleh seseorang.
pemilih. Pilihan pertama adalah Orientasi politik tersebut dapat
menjadi pemilih yang dipengaruhi oleh orientasi individu
bertanggungjawab, yaitu memilih dalam memandang objek-objek politik.
menggunakan akal sehat dan hati Objek orientasi politik meliputi
nurani serta dengan penuh kesadaran keterlibatan seseorang terhadap : (1)

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 96
sistem yaitu sebagai suatu keseluruhan partai politik yang akhirnya
dan termasuk berbagai perasaan menjadikan mereka tidak memilih
tertentu seperti patriotisme dan sama sekali, 4) masing-masing
alienasi, kognisi, dan evaluasi suatu organisasi sosial politik mengklaim
bangsa, (2) pribadi sebagai aktor sebagai organisasi yang sangat cocok
politik, isi dan kualitas, norma-norma menjadi penyalur aspirasi bagi pemilih
kewajiban politik seseorang. Orientasi pemula yang akhirnya muncul strategi
politik yang dimiliki seseorang akan dari setiap partai politik untuk
mendorong terjadinya partisipasi mempengaruhi pemilih pemula.
politik. Menurut UU No.7 Tahun 2017
Karakteristik pemilih pemula tentang Pemilihan Umum. Pemilu
mempunyai perbedaan dengan pemilih adalah sarana kedaulatan rakyat untuk
yang sudah terlibat pemilu periode memilih anggota Dewan Perwakilan
sebelumnya, yaitu : 1) belum pernah Rakyat, anggota Dewan Perwakilan
memilih atau melakukan penentuan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden,
suara di dalam TPS, 2) belum dan untuk memilih anggota Dewan
memiliki pengalaman memilih, 3) Perwakilan Rakyat Daerah, yang
memiliki antusias yang tinggi, 4) dilaksanakan secara langsung, umum,
kurang rasional, 5) pemilih pemula bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
yang masih penuh gejolak dan Negara KesatuanRepublik Indonesia
semangat, yang apabila tidak berdasarkan Pancasila dan
dikendalikan akan memiliki efek UndangUndang Dasar Negara
terhadap konflik-konflik sosial di Republik Indonesia Tahun 1945.
dalam pemilu, 6) menjadi sasaran Menurut Morissan (2005:17) pemilihan
peserta pemilu karena jumlahnya yang umum adalah cara untuk mengetahui
cukup besar, 7) memiliki rasa ingin keinginan rakyat mengenai arah dan
tahu, mencoba, dan berpartisipasi kebijakan negara kedepan. Ada 3
dalam pemilu, meskipun kadang macam tujuan pemilu yaitu
dengan berbagai latar belakang yang memungkinkan peralihan pemerintahan
berbeda. secara aman dan tertib untuk
Empat alasan mendasar yang melaksanakan kedaulatan rakyat dalam
menyebabkan pemilih pemula rangka melaksanakan hak asasi warga
mempunyai kedudukan dan makna negara. Ramlan (1992) pemilihan
strategis dalam Pemilihan Umum Umum di artikan sebagai mekanisme
sebagai berikut : 1) alasan kualitatif penyeleksian dan pendelegasian tau
yaitu bahwa pemilih pemula penyerahan kedaulatan kepada orang
merupakan kelompok yang mempunyai atau partai yang di percayai.
jumlah secara kuantitatif relatif banyak Sebagai sebuah aktivitas politik,
dari setiap pemilihan umum, 2) pemilihan umum pastinya memiliki
Pemilih pemula adalah merupakan satu fungsi-fungsi yang saling berkaitan
segmen pemilih yang mempunyai pola atau interdependensi. Adapun fungsi-
perilaku sendiri dan sulit untuk diatur fungsi dari pemilihan umum itu sendiri
atau diprediksi, 3) kekhawatiran adalah:
bahwa pemilih pemula akan lebih 1. Sebagai Sarana Legitimasi
condong menjadi golput dikarenkan Politik
kebingungan karena banyaknya pilihan

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 97
"Fungsi legitimasi ini terutama merupakan mekanisme demokratis bagi
menjadi kebutuhan pemerintah dan rakyat untuk menentukan wakilwakil
sistem politik. Melalui pemilihan yang dapat dipercaya yang akan duduk
umum, keabsahan pemerintahan yang dalam pemerintahan.
berkuasa dapat ditegakkan, begitu pula 3. Pemilihan Umum Sebagai
program dan kebijakan yang Mekanisme Bagi Pergantian
dihasilkannya. Dengan begitu, atau Sirkulasi Elit Penguasa.
pemerintah berdasarkan hukum yang "Keterkaitan pemilihan umum
disepakati bersama tak hanya memiliki dengan sirkulasi elit didasarkan pada
otoritas untuk berkuasa, melainkan asumsi bahwa elit berasal dari dan
juga memberikan sanksi berupa bertugas mewakili masyarakat luas atau
hukuman dan ganjaran bagi siapapun rakyat. Secara teoritis, hubungan
yang melanggarnya. Menurut pemilihan umum dengan sirkulasi elit
Ginsberg" "fungsi legitimasi politik ini dapat dijelaskan dengan melihat proses
merupakan konsekuensi logis dari mobilitas kaum elit atau non elit yang
pemilihan umum. Paling tidak ada tiga menggunakan jalur" "institusi politik,
alasan kenapa pemilihan umum dapat dan organisasi kemasyarakatan untuk
menjadi suatu legitimasi politik bagi menjadi anggota elit tingkat nasional,
pemerintahan yang berkuasa. Pertama, yakni sebagai anggota kabinet dan
melalui pemilihan umum, pemerintah jabatan yang setara. Dalam kaitan itu,
sebenarnya bisa meyakinkan atau pemilihan umum merupakan saran dan
setidaknya memperbaharui jalur langsung untuk mencapai posisi
kesepakatan-kesepakatan politik elit penguasa. Dengan begitu maka
dengan rakyat. Kedua, melalui melalui pemilihan umum diharapkan
pemilihan umum pemerintahan dapat bisa berlangsung pergantian atau
pula mempengaruhi perilaku rakyat sirkulasi elit penguasa secara
atau warga negara. Dan ketiga , dalam kompetitif dan demokratis.
dunia modern para penguasa dituntut Soerjono Soekanto. Op .cit. hlm 68
untuk mengadakan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
kesepakatan dari rakyat ketimbang Education): Demokrasi, Hak Asasi
pemaksaan (coercion) untuk Manusia dan Masyarakat Madanai,
mempertahankan legitimasinya. Edisi Revisi (Cetakan kedua). Jakarta:
Gramsci (1971) menunjukkan bahwa ICCE UIN Jakarta hlm 96 13 d).
kesepakatan (Consent) yang diperoleh "Sebagai Sarana Pendidikan Politik
melalui hegemoni oleh penguasa Bagi Rakyat Pemilihan umum
ternyata lebih efektif dan bertahan lama merupakan salah satu bentuk
sebagai sarana kontrol dan pelestarian pendidikan politik bagi rakyat yang
legitimasi dari otoritasnya ketimbang bersifat langsung, terbuka dan massal,
penggunaan kekerasan dan dominasi. yang diharapkan bisa mencerdaskan
2. Fungsi Perwakilan Politik. pemahaman politik dan meningkatkan
"Fungsi ini terutama menjadi kesadaran masyarakat tentang
kebutuhan rakyat, baik untuk demokrasi"
mengevaluasi maupun mengontrol Dasar hukum asas-asas pemilu
perilaku pemerintahan dan program terdapat di dalam UU No.7 Tahun 2017
serta kebijakan yang dihasilkannya. tentang Pemilihan Umum memiliki
Pemilihan umum dalam kaitan ini yang harus dipatuhi oleh seluruh warga

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 98
negara tanpa terkecuali demi pemimpin yang mana yang akan
terciptanya pemilu yang aman dan dipilihnya. Asas yang meningkatkan
kondusif tanpa terjadi adanya kuliatas pemilu. Asas Adil "Semua
pertikaian, permusuhan dan pemilih mendapatkan hak dan
kesalahpahaman: Asas Langsung perlakuan yang sama termasuk
"Yaitu rakyat dapat memilih langsung perlindungan dari adanya ancaman dan
calon pemimpin yang sesuai dengan kecurangan dari pihak pihak tertentu.
pikiran dan hati tanpa bisa diwakili Para pemilihyang berusia manula tidak
siapapun. Bagi seseorang yang diperbolehkan ditinggalkan begitu saja
menderita saakit dapat langsung tanpa pemberitahuan. Dari beberapa
memberikan suaranya dikediamannya kasus yang pernah terjadi ada beberpa
dengan pengawasan dari pihk panitia oknum dan orang orang yang tak
agar kertas yang telah menjadi hak bertanggung jawab mengendalikan
pilihnya tidak diselewengkan atau situasitertentu yaitu membiarkan para
dibuat curang". Asas Umum "Yaitu manula terlambat datang dalam pemilu
pemilihan umum berlaku bagi siap saja yang akhirnya mereka kehilangan hak
tidak memandang jenis kelamin, pilihnya karena alasan waktu pemilu
pekerjaan dan status sosial seseorang, telah habis. perlu diketahui bahwa
pemilu adalah hak setiap warga negara pemilu memiliki waktu yang telah
yang telah memenuhi syarat misalnya ditentukan oleh panitia penyelenggara
telah berusia 17 tahun atu telah batas waktu akhir memilih. hal ini
menikah serta sehat jasmani rohani untuk mempermudah penghitungan
(tidak gila)" Asas Bebas "Pemilu suara secara serentak disemua provinsi
berlaku untuk segenap warga negar di indonesia dan yang ada diluar
indonesia yang tinggal dikawasan negeri". Asas Jujur "Pemilu harus
Negara Kesatuan Republik Indonesia diaksanakan dengan jujur dan apa
atau yang sedang tinggal diluar negeri. adanya tanpa ada perwakilan dari
pemilu dapat dilakukaan di negaralain keluarga, teman atau orangtua atau
yang sebelumnya telah melewati lewat perantara lainnya. ketika
beberapa prosedur ijin yang resmi dari penghitungan suara dilakukan maka
pihak pemerintaha negaar itu sendiri pihak panitia penyelenggara pemilu
dan duta besar. setiap pemilih dapat harus menperbolehkan masyarkat ikut
dapat berhak mengubah calon menyaksikan acara penghitungan suara
pemimpin yang akan dipilihnya tanpa tersebut. Intinya adalah Penghitungan
ancaman atau paksaan orang lain" Asas suara harus secara transparan,
Rahasia "Memilih calon pemimpin melibatkan masyarakat dan secara
tidak bisa diberitahukan pada orang langsung".
lain bahkan padaa pihk panitia Manfaat Pemilihan umum
sekalipun agar tercipta suasana ynag meliputi: Pemilu dapat dijadikan sarana
tetap aman , tidak memicu keributan terbaik untuk melakukan pergantian
dan saling menghina hanya karena pemimpin secara konstitusional.
berbeda pilihan. pihak panitai pemilu kondusif dan dapat dirasakan kinerja
juga tidak diperbolehkan untuk pemimpinnya selama 5 tahun berkuasa.
memberitahukan pilihan orang lain, jika rakyat tidak puas, maka bisa
pilihan diri sendiri, bahkan dilarang menggantikannya dengan sosok yang
bertanya pada pemilih tentang calon baru melalui pemilihan umum. Pemilu

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 99
dapat dijadikan sebagai tempat rakyat hasil Pemilu; dan pengucapan sumpah
untuk mengeluarkan pendapat tentang janji Presiden dan Wakil Presiden serta
siapa yang layak dipilih mereka untuk anggota DPR, DPD, DPRD provinsi,
memimpin negara atau sebagai wadah dan DPRD kabupaten/kota. (5)
untuk ikut berpartisipasi dalam proses Pemungutan suara di luar negen dapat
politik Pemilu dapat dijadikan sebagai dilaksanakan bersamaan atau sebelum
tempat bagi para pemimpin politik pemungutan suara pada hari
untuk mendapatkan legitimasi dan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
mendapatkan kepercayaan dari rakyat. Geys sebagaimana dikutip
Pemilu dapat dijadikan sebagai wadah (Haris, dkk., 2014: 15) menyebutkan
untuk mweujudkan kedaulatan rakyat bahwa secara umum,pemilu serentak
yang kuat dan tidak bisa diintimidasi atau lazim juga disebut sebagai pemilu
oleh pihak manapun dan memiliki hak konkuren (concurren elections) adalah
penuh untuk memilih calon pemimpin pemilu yang diselenggarakan untuk
sesuai dengan keinginan tanpa memilih beberapa lembaga demokrasi
paksaaan, ancaman atau tekanan dari sekaligus pada satu waktusecara
orang lain agar tidak menjadi penyebab bersamaan. Jenis-jenis pemilihan
terjadinya tindakan penyalahgunaan tersebut mencakup pemilihan eksekutif
kewenangan dan legislatif di
Pelaksanaan pemilihan umum beragam tingkat di negara yang
berdasarkan UU No.7 Tahun 2017 bersangkutan, yang terentang dari
tentang Pemilihan Umum, sebagai tingkat nasional, regionalhingga
berikut : Dalam Pasal 167 ayat pemilihan di tingkat lokal.
dijelaskan bhawa: Pemilu dilaksanakan Dalam penggunaan desain
setiap 5 (lima) tahun sekali. Hari, pemilu serentak, praktek yang banyak
tanggal, dan waktu pemungutan suara digunakan adalah penggabungan antara
Pemilu ditetapkan dengan keputusan pemilihan eksekutif dengan pemilihan
KPU. Pemungutan suara dilaksanakan legislatif. Desain ini banyak digunakan
secara serentak pada hari libur atau hari di negara-negara Amerika Latin. Bukan
yang diliburkan secara nasional. hanya untuk tingkat nasional, pemilu
Tahapan Penyelenggaraan serentak di beberapa negara juga
Pemilu meliputi: perencanaan program dilakukan dengan menggabungkan
dan anggaran serta penyusunan antara pelaksanaan pemilu nasional
peraturan pelaksanaan dengan pemilu regional atau lokal. Di
Penyelenggaraan Pemilu; Amerika Serikat misalnya, di beberapa
pemutakhiran data Pemilih dan negara bagian, pemilu bukan hanya
penyusunan daftar Pemilih; memilih presiden, anggota kongres dan
pendaftaran dan verifikasi Peserta senat di tingkat pusat, melainkan dalam
Pemilu; penetapan Peserta Pemilu; waktu bersamaan juga
penetapan jumlah kursi dan penetapan menyelenggarakan pemilihan gubernur
daerah pemilihan; pencalonan Presiden dan legislator di tingkat negara bagian
dan Wakil Presiden serta anggota DPR, (Haris, dkk., 2014: 16).Hanan (2016:
DPD, DPRD provinsi, dan DPRD 1471) mengemukakan bahwa
kabupaten/kota; masa Kampanye pelaksanaan pemilu serentak belum
Pemilu; Masa Tenang; pemungutan tentu akan berdampak positif terhadap
dan penghitungan suara; penetapan penguatan sistem presidensial

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 100
multipartai. Ada banyak variabel yang pemilu, mana yang merupakan isu
harus dikombinasikan, kombinasi nasional dan mana isu lokal; Membuka
sistem pemilu seperti plurality dan ruang partisipasi bagi menguatnya
Majority Run Off (MRO). Dampaknya preferensi dan strategi rakyat (pemilih)
bisa berbeda bila dikombinasikan padapemilu berdasarkan isu lokal
dengan pemilu eksekutif-legislatif maupun nasional; Agar tujuan-tujuan di
serentak. atas dapat terealisir secara efektif,
Temuan umum dalam berbagai maka sistem pemilu presiden runnof
riset, terutama dari sistem presidensial with a reduced threshold (mayoritas
multipartai di AmerikaLatin bersyarat)Jurnal Ilmiah Ilmu
menunjukkan bahwa gabungan sistem Pemerintahan 3(1), 2018. merupakan
pemilu presiden dengan formula pilihan utama. Adapun persyaratan
plurality dengan pemilu legislatif yang diterapkan adalah; pasangan
secara serentak cenderung dapat PresidenWakil Presiden terpilih pada
membantu penyederhanaan sistem putaran pertama, jika meraih 45% suara
kepartaian. Tetapi ini tetap tergantung dengan jarak 5 persendari kandidat
misalnya kepada berapa jumlah kedua, atau 40% suara dengan jarak
kandidat presiden yang bertarung. Bila 10% suara dari kandidat kedua
kandidat presidennya banyak, maka (Wijayanti & Purwaningsih, 2015: 51).
dampak reduktif dari sistem plurality Desain pemilu serentak di
terhadap system kepartaian legislatif kebanyakan negara lain seperti
cenderung memudar. Pandangan lain dikemukakan oleh Jones dan banyak
menyebutkan bahwa keserentakan peneliti lain di Amerika Latin
pelaksanaan pemilu merupakan suatu (Wijayanti & Purwaningsih, 2015: 52)
formula alternatif bagi perubahan menyatakan bahwa sistem pemilu
sistem politik dan pemerintahan. Hal legislatif dan eksekutif dalam sistem
ini didasarkan pada pengalaman dan presidensial multipartai haruslah
upaya untuk mengatasi berbagai mengkombinasikan waktu pelaksanaan
problematika yang ada, yaitu: menjadi yang serentak, sistem Proporsional
dasarbagi terealisasinya sistem dalam pemilu legislatif, dan sistem
pemerintahan presidensialisme yang plurality dalam menentukan pemenang
kuat dan stabil; memfasilitasi pemilu presidennya. Sistem plurality
munculnya penyederhanaan sistem sendiri sebetulnya
kepartaian, melalui pemberian insentif cenderungmenghasilkan sedikit
bagi partai politik untuk membangun kandidat presiden. Ketika pemilu
budaya dan pelembagaan politik presiden para pendukung kandidat
demokratis yang berkelanjutan dalam sistem ini cenderung
(Aliansi, Koalisi, Gabungan, dan atau mengabaikan Para kandidat yang tidak
Merger); mendorong pembentukan kompetitif (nonaviable) supaya mereka
parlemen yang lebih efektif; dapat fokus pada dua kandidat teratas.
Menciptakan sistem pemilihan yang Hal ini mendorong proses koalisi antar
lebih sederhana, waktu yang singkat, partai Sejak awal karena hanya ada
sekaligus biayamurah baik dalam satu putaran pemilihan. Partai yang
pemilu legislatif maupun pemilihan mestinya mengajukan calon sendiri
umum presiden; Menciptakan namun calonnya kurang kompetitif
ruangbagi munculnya fokus isu dalam cenderung akan mendrop calonnya dan

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 101
meng-endorse satu di antara dua calon Metode
paling kompetitif dengan harapan akan
mendapatkan konsesi politik pasca Jenis penelitian ini adalah
pemilu presiden. penelitian deskiptif kualitatif. subyek
Dampak – reduktif dari sistem penelitian ini adalah penelitian
plurality menjadi tidak berpengaruh terhadap Warga Kelurahan Sumber
terhadap penyederhanaan partai di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
legislatif, dengan asumsi pemilu yang terdaftar sebagai pemilih pemula
legislatif dilaksanakan dengan sistem yang berjumlah 60 orang, dan objeknya
proporsional. Mekanisme plurality ini adalah : partisipasi politik, pemilih
berpengaruh terhadap partai-partai pemula dan pemili 2019.
ketika dilaksanakan serentak dengan Metode Pengumpulan Data
pemilu legislatif. Partai-partai yang digunakan adalah sebagi berikut :
cenderung akan mencalonkan salah observasi, wawancara, angket dan
satu dari dua dokumentasi. Dalam penelitian ini
kandidat paling kompetitif, dan digunakan Teknik Analisis Data
berujung pada mengumpulnya kualitatif yang terdiri dari 4 tahap
dukungan partai-partai legislatif pada yaitu: pengumpulan data, reduksi data,
dua kandidat tersebut. Ketika salah satu display data dan verifikasi data.
dari kandidat itu memenangkan pemilu Hasil Penelitian Dan Pembahasan
presiden, maka dukungan terhadap
presiden tersebut di legislatif 1. Hasil Penelitian
cenderung akan mayoritas atau Hasil pengamatan dilapangan
mendekati mayoritas. terhadap sikap, perilaku, dan perbuatan
Dengan demikian gabungan pemula dalam partisipasi politik pada
sistem pemilu presiden plurality yang
PEMILU tahun 2019 ditemukan hal-hal
dilaksanakan serentak dengan pemilu
legislatif adalah yang paling mungkin sebagai berikut: pendirian pemilih
membantu penguatan sistem pemula sering berubah-ubah dalam hal
presidensial multipartai. Sistem pemilu mengenakan atribut kampanye,
presiden dengan majority runoff, di sisi umumnya pemilih pemula tidak kenal
lain, cenderung memiliki dampak – calon yang akan dipilihnya, pemilih
inflationary terhadap jumlah partai, pemula lebih suka memilih calon
sekalipun dilaksanakan serentak
muda, pemilih pemula lebih suka caleg
dengan pemilu legislatif.
Partai dan kandidat yang yang suka member atribut atau apa saja
berkompetisi dalam sistem ini lebih yang mnjadi ksukaan pemilih pemula,
terfokus pada bagaimana maju ke pemilih pemula tidak suka caleg yang
putaran kedua. Selama tidak ada banyak janji.
kandidat yang sangat dominan maka
seorang kandidat yang memperoleh Hasil wawancara dengan para
minimal sepertiga dari suara punya pemilih pemula diperolh informasi:
kemungkinan untuk maju ke putaran caleg yang agamis menjadi sasaran
kedua (Wijayanti & Purwaningsih,
untuk dipilihnya, pemilih pmula tidak
2015: 52)
suka caleg yang berusia tua, pemilih

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 102
pmula lebih suka caleg muda yang golongan putih ( golput ) merupakan
energy, pemilih pemula lebih menyukai tindakan yang baik, sebanyak 60
caleg yang memiliki program program responden diberikan kuisioner untuk
mengisi dan setelah itu dilakukan
yang realistis, pemilih pemula tidak
perhitungan dengan hasil sebanyak
suka caleg yang mengobral janji, 88,3 % menjawab sangat tidak setuju.
pemilih pemukla banyak yang ikut Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kampanye lebih dari satu partai politik pemilih pemula sadar jika golongan
karena baginya kampanye menjadi putih ( golput ) tindakan yang kurang
suatu hiburan yang mengasikan, para baik karena golput dapat memengaruhi
pemilih pemula mau jadi tim kampanye hasil perhitungan suara. Golongan
putih bukan suatu tindak pidana tetapi
jika ada logistiknya.
jika ada orang yang memobilisasi
Hasil wawancara dengan untuk melakukan golongan putih dapat
panitia di TPS diperoleh informasi dipidanakan seperti yang diatur dalam
banyak pemilih pemula yang bersikap UU No.7 Tahun 2017 tentang
kurang proaktif dengan panitia TPS, pemilihan Umum pasal 515 dijelaskan
banyak pemilih pemula yang “setiap orang yang dengan cara apapun
membisikki pada pemilih tua supaya menghalangi pemilih , penjara paling
mencoblos caleg tertentu, ada juga lama tiga tahun dan denda 36 juta”.
pemilih pemula yang mengajak untuk Peningkatan partisipasi politik
tidak menggunakan hak pilihnya. pemilih pemula yang berkaitan dengan
Sedangkan Mengacu pada situasi politik mempengaruhi dalam
partisipasi politik, sebanyak 60
materi koisioner yang terdiri atas 4
responden yang mengisi kuisioner dan
indikator yang kemudian dijabarkan setelah dilakukan perhitungan
menjadi 20 pertanyaan kuisioner untuk sebanyak 74,5 % menjawab setuju. Hal
responden maka dalam Partisipasi ini dapat disimpulkan bahwa pemilih
Politik Pemilih Pemula Dalam pemula melihat situasi dan kondisi
Pemilihan Umum 2019 Di Kelurahan politik menjelang pemilihan sebelum
menentukan pilihannya, sikap seperti
Sumber dapat dijelaskan sebagai
ini yang harus dilakukan pemilih
berikut : pemula agar dalam menentukan
pilihannya tidak salah pilih.
Peningkatan partisipasi politik
Peningkatan partisipasi politik
pemilih pemula yang berkaitan dengan
pemilih pemula yang berkaitan dengan
kesadaran berpartisipasi politik.
menggunakan hak suara karena
Sebanyak 60 responden yang diberikan
suruhan orang lain, sebanyak 60
kuisioner untuk mengisi dan setelah itu
responden yang diberikan kuisioner
dilakukan perhitungan sebanyak 87,9%
untuk mengisi dan setelah dilakukan
memilih sangat setuju. Hal ini berarti
perhitungan sebanyak 87 % menjawab
pemilih pemula di lingkungan
sangat tidak setuju . hal ini dapat
Kelurahan Sumber sudah banyak yang
disimpulkan bahwa dalam
memahami akan pentingnya kesadaran
menggunakan hak suara tidak ada
dalam berpartisipasi politik.
pemaksaan atau suruhan dari orang lain
Partisipasi politik pemilih
karena dalam pemilihan umum
pemula yang berkaitan dengan

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 103
mempunyai asas langsung, umum, diberikan kuisisoner untuk mengisi dan
bebas, rahasia, jujur, dan adil. setelah dilakukan perhitungan
Partisipasi politik pemilih sebanyak 62,9 % menjawab setuju. Hal
pemula yang berkaitan dengan ini dapat disimpulkan bahwa pemilih
menggunakan hak suara dalam pemula aktif dalam bidang politik
pemilihan umum memiliki rasa terutama mengawasi kinerja calon
kesadaran sebagai warga negara, presiden dan calon wakil presiden
sebanyak 60 responden yang diberikan maupun calon legislatif yang visi dan
kuisioner untuk mengisi dan setelah itu misi saat kampanye tidak terealisasi
dilakukan perhitungan sebanyak 84,1 hanya janji manis saat kampanye.
% menjawab sangat setuju . hal ini 2. Pembahasan
dapat disimpulkan bahwa pemilih Kesadran politik warga negara
pemula sadar sebagai warga negara menjadi faktor determinan dalam
yang baik harus menggunakan hak partisipasi politik masyarakat, artinya
suaranya untuk masa depan bangsa sebagai hal yang berhubungan
Indonesia. pengetahuan dan kesadaran akan hak
Partisipasi politik pemilih dan kewajiban yang berkaitan dengan
pemula yang berkaitan dengan suap lingkungan masyarakat dan kegiatan
dalam pemilihan umum tindakan yang politik menjadi ukuran dan kadar
kurang baik, sebanyak 60 responden seseorang terlibat dalam proses politik.
yang diberikan kuisioner untuk mengisi Alasan seseorang melakukan aktifitas
dan setelah itu dilakukan perhitungan politik yaitu : pertama, alasan rasional,
sebanyak 76,2 % menjawab sangat yaitu alasan yang didasarkan atas
setuju. Hal ini dapat disimpulkan penerimaan secara rasional akan nilai-
bahwasebagian besar pemilih pemula nilai suatu kelompok. Kedua, alasan
tidak mau menerima money politic emosional efektif adalah alasan yang
karena pemilih pemula mengetahui didasarkan pada kebencian atau suka
kalau money politic dapat merusak terhadap suatu ide, organisasi, partai
moral bangsa dan bagian dari Kolusi, atau individu. Ketiga, alasan
Korupsi, dan Nepotisme. Suap atau tradisional, yaitu alasan yang
money politic ini dapat dipidanakan didasarkan atas penerimaan norma
sesuai UU No.7 Tahun 2017 tentang tingkah laku individu atau tradisi
Pemilihan Umum pasal 515 yang tertentu dari kelompok sosial.
berbunyi “setiap orang dengan senagaja Keempat, alasan rasional instrumental,
pada saat pemungutan suara yaitu alasan yang didasarkan pada
menjanjikan atau memberikan uang kalkulasi untung rugi secara ekonomi.
atau materi lainnya kepada pemilih Bagi pemilih pemula di
supaya tidak menggunakan hak Kelurahan Sumber ikut serta dalam
pilihnya dengan cara tertentu sehingga pemilku serentak 2019 ini tentu
surat suaranya tidak sah, dipidanakan menjadi sangat berarti karena hal ini
penjara paling lama 3 tahun dan denda akan menjadi pengalaman pertama dan
paling banyak 36 juta”. menjadi pembelajaran untuk pemilih
Partisipasi politik pemilih pemula di Kelurahan Sumber, ketika
pemula yang berkaitan dengan pemilih akan diadakan pemilihan umum
pemula kecewa jika yang dipilih sesuai serentak 2019 dalam menghadapi
harapan, sebanyak 60 responden yang proses demokrasi ini tentunya pemilih

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 104
pemula mempunyai peranan sangat memberikan hak suaranya dapat
penting dan sangat menentukan. Agar dipidanakan peraturan tersebut terdapat
dapat berperan aktif dalam berpartisipsi dalam UU No.7 Tahun 2017 tentang
tentunya pemilih pemula harus tahu pemilihan umum pasal 515 dijelaskan
mengenai pelaksanaan pemilu serentak “setiap orang yang dengan cara apapun
2019 untuk memilih calon presiden menghalangi pemilih, penjara paling
wakil presiden serta anggota legislatif. lama tiga tahun dan denda 36 juta
Dari hasil penelitian yang rupiah”.
dilaksanakan untuk mengetahui tinggi Situasi politik juga dapat
rendahnya partisipasi politik pemilih mempengaruhi dalam berpartisipasi
pemula di Kelurahan Sumber politik, hal ini dapat dirasakan
didapatkan bahwa pemilih pemula di menjelang pemilihan umum situasi
Kelurahan Sumber mempunyai banyak berita yang memuat
kesadaran politik dalam kebohongan, saling mengujar
keikutsertaanya dalam pemilu 2019 kebencian, isu SARA. Bagi pemilih
untuk memilih calon presiden dan pemula di Kelurahan Sumber situasi
wakil presiden serta calon anggota politik ini sangat diperhatikan untuk
legislatif. menggunakan hak suaranya dalam
Kesadaran pemilih pemula ini pemilu 2019 agar dalam menggunakan
karena pemilih pemula mengetahui hak pilihnya tidak salah pilih.
kesadaran sebagai warga negara yang Pemilih pemula kecewa
baik, mempunyai hak dan kewajiban jikayang dipilih tidak sesuai harapan
sebagai warga negara. Kesadaran juga dapat mempengaruhi tinggi
politik juga diperoleh dari sekolah rendahnya partisipasi politik, karena
melalui pelajaran Pendidikan Pancasila jika calon yang dipilih tersebut terpilih
dan Kewarganegaraan serta peran lalu tidak melaksanakan program yang
orang tua yang memberikan sudah dijanjikan pada waktu kampanye
pengetahuan tentang kesadaran politik dapat mempengarhui tinggi rendahnya
dalam keikutsertaan dalam pemilu, partisisipasi politik kedepan jika akan
selain itu kesadaran politik pemilih diadakan pemilihan umum. Bagi
pemula untuk menilai dan pemilih pemula di Kelurahan Sumber
mengapresiasi terhadap kbijak sebagian besar merasa kecewa jika
pemerintah dan pelaksanaanya yang diharapkan tidak sesuai harapan
Pemilih pemula di Kelurahan yang diinginkan seperti pada waktu
Sumber dalam pemilu 2019 kampanye, hal ini dapat disimpulkan
memberikan pendapat jika golput bahwa pemilih pemula di Kelurahan
merupakan tindakan yang kurang baik, Sumber aktif dalam mengawasi
golput adalah salah satu bentuk jalannya pemerintahan untuk kemajuan
perlawanan terhadap praktik politik bangsa Indonesia, meskipun pemilih
dari orang-orang yang kecewa terhadap pemula merasa kecewa tidak sesuai
penyelenggaraan negara dengan cara harapan pemilih pemula di Kelurahan
tidak memilih dalam pemilu. Tindakan Sumber tetap aktif dalam berpartisipasi
golput ini dapat mempengaruhi hasil politik khususnya dalam pemilu yang
perhitungan suara, golput juga bukan akan datang.
tindakan pidana tetapi jika ada orang
yang mempengaruhi untuk tidak

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 105
Simpulan Terjadi Peningkatan Partisipasi Politik
yang segnifikan pada pemilih pemula
Dari hasil penelitian yang di Kelurahan Sumber dan pemilih
penulis lakukan melalui judul pemula di Kelurahan Sumber sangat
sebagaimana tersebut di atas maka antusias dan bersemangat untuk
mengikuti partisipasi pemilih
penulis menarik kesimpulan yaitu
berupa :

Daftar Pustaka

A. Rahman, H.I.2017. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu Arstein, S.R.
1995, A Ladder Of Citizen Participation, JAIP. Vol. 35, No.4, July 1969,
PP.216-224
Cholisin, dkk.2007. Dasar-dasar /!mu Politik: Yogyakarta: UNY Press Miriam
Budiardjo.2008. Dasar-dasar Jlmu Politik: Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Moleong, Lexy.2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Ramlan Subakti.1992. Memahami I/mu Politik. Jakarta: PT Grasindo
Rizal Andreeyan.2004. Studi Tentang Partisipasi Masyarakat
Dalarn Melaksanakan Pembangunan Di Kelurahan Sambutan
Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. (Online),
Vol.2, No.4,
(http://secafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-
masyoraka0
Sugiyah. 2010. Partisipasi Komite Sekolah daJam Penyclenggaraan I<
rnusan Sekolah Bertaraf Intemasional di Sekolah Dasar Ncgcri
IV Wates, Kabupaten Kulon Progo. Tests. PPs UNY.
Sumampouw, Monaque.2004. Perencanaan Darat-laut Yang Tenntegrost
dcngan Menggunalcan Informast Spasial yang Par11. ipauf.
Jakarta Prndrvn Paramita
Winamo Surahmad J 973. Pengantar Penelutan llmsah: Bandung
https://scholar.google.co.id/scholar?g=kajian+teori+tentang+peningkatan+parti
sip asi+politik&hl=en&as sdt=O&as vis=l&oi=scholar https://sej
arahlengkap.com/indonesia/sejarah-pemilu-di-indonesia
http://www.jdih.set!en.kemendagri.go.id/pm/UU%20No.
7%20TH%202017.pdf

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ

Anda mungkin juga menyukai