Anda di halaman 1dari 10

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN

WALIKOTA SEMARANG DI KOTA SEMARANG

Eta Yuni Lestari1, Nugraheni Arumsari2


etayuni@mail.unnes.ac.id, nugraheni.arum@mail.unnes.ac.id

Abstrak: Partisipasi politik memiliki peran penting dalam proses pemilihan


umum baik pemilu legislatif, pemilu presiden, maupun pemilu kepala daerah.
Tahun 2015 Kota Semarang menyelenggarakan Pemilukada untuk memilih
walikota. Jenis pemilih yang perlu diperhatikan tingkat partisipasi politik
pemilihnya adalah bagi para pemilih pemula. Kurangnya kesadaran berpolitik atau
rendahnya pendidikan politik bagi para pemilih pemula dikhawatirkan akan
menurunkan tingkat partisipasi politik pada pemilukada di Kota Semarang.
Mengingat pentingnya partisipasi politik pemula dalam pemilukada maupun pada
pemilihan presiden pada tahun 2019, maka perlu dilakukan kajian penelitian
tentang Partisipasi Politik Pemilih Pemula pada Pemilihan Walikota Semarang di
Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses sosialisasi
pendidikan politik bagi pemilih pemula menjelang Pemilihan Walikota Semarang
di Kota Semarang, mengetahui peran partai politik, KPU, maupun perguruan tinggi
dalam memberikan pendidikan politik bagi pemilih pemula, mengetahui kesiapan
para pemilih pemula dalam menggunakan hak pilih pada pemilihan walikota
Semarang di Kota Semarang.
Penelitian dirancang dengan metode deskriptif kualitatif untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian tentang partisipasi politik pemilih pemula
pada pemilihan walikota Semarang pada tahun 2015 di Kota Semarang. Sasaran
penelitian ini adalah para pemilih pemula yang telah menggunakan hak pilih yang
pertama kali pada pemilihan Walikota Semarang, adapun sampel penelitian adalah
mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang merupakan pemilih pemula di kota
Semarang.
Hasil penelitian menunjukan pemilih pemula belum memiliki kesiapan
yang maksimal dalam menentukan pilihan dan tidak ada persiapan yang khusus,
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihan dipengaruhi
oleh visi dan misi ketika terpilih, latar belakang calon (tingkat pendidikan, agama),
faktor sosial atau kedekatan calon dengan masyarakat , kinerja calon baik pada saat
menjadi walikota sebelumnya (bagi calon incumbent), dan kinerja pada
pekerjaannya, Track record calon, faktor karakter (jujur, amanah, merakyat, dan
tidak pernah terkena kasus hukum).

Kata Kunci: partisipasi politik, pemilih pemula, pemilukada

PENDAHULUAN dibangga-banggakan, dianggap paling


Demokrasi merupakan sebuah ideal karena memberi penghargaan yang
sistem politik dalam negara yang menjadi setinggi-tingginya kepada rakyat,
dambaan, khususnya bagi orang yang memberi peluang pada mereka untuk ikut
mempunyai kesadaran politik untuk dapat serta dalam menentukan kebijakan publik,
diwujudkan kedalam perbuatan sehari- mengutarakan pendapat, mendirikan
hari. Di Indonesia, demokrasi sangatlah
1,2
Dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.

63
INTEGRALISTIK
No.1/Th. XXIX/2018

organisasi yang bernilai positif yang tidak berdampak baik secara langsung maupun
merugikan masyarakat. tidak langsung bagi jalannya
Berbicara tentang demokrasi pemerintahan.
tentunya tidak bisa lepas dari politik, Indonesia menyelenggarakan
karena untuk mewujudkan negara yang pesta demokrasi dengan tujuan untuk
demokratis, sebuah kegiatan politik sangat memilih anggota Legislatif dan Eksekutif
diperlukan. Seperti yang kita ketahui (Presiden/Kepala Daerah). Sejak Juni
perjalanan demokrasi politik di Indonesia 2004, terdapat revolusi besar-besaran,
mengalami beberapa kali perubahan sejak mengikuti pemilihan presiden yang dipilih
masa pasca-kemerdekaan hingga secara langsung oleh rakyat, bulan Juni
sekarang, yaitu mengenai pemerintahanan 2005 proses pemilihan kepala daerah juga
parlementer (presentative democracy), dipilih secara langsung oleh rakyat.
pemerintahan demokrasi terpimpin Kepala daerah baik Gubernur maupun
(guided democracy), dan pemerintahan Bupati/Walikota yang sebelumnya dipilih
orde Baru (Pancasila Democracy) oleh DPRD berganti dipilih secara
(Gaffar, 2006:10). Perubahan sistem langsung oleh rakyat dengan harapan
pemerintahan ini memiliki tujuan untuk mengembalikan kedaulatan pada
membangun demokrasi yang benar-benar pemiliknya. Tujuan lainnya adalah untuk
ideal dan pas untuk diterapkan di menghindari praktik money politics dan
Indonesia. Maka diharapkan konsekuensi reduksi dari para elit partai dalam
logis dari perubahan sistem pemerintahan pemilihan kepala daerah.
di Indonesia tentunya membawa Tahun 2014 mekanisme pemilihan
perubahan sistem politik di Indonesia, kepala daerah kembali mengalami
yang tentunya membawa dampak bagi perubahan, dari memilih secara langsung
jalannya pemerintahan. menjadi secara perwakilan melalui DPRD
Salah satu wujud pelaksanaan yang diatur dalam Undang-Undang
negara yang demokratis adalah dengan Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan
pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu). Gubernur, Bupati, dan Walikota.
Pemilu sebagai sarana demokratisasi Mekanisme pemilihan kepala daerah
telah digunakan di sebagian negara tidak secara tidak langsung melalui Dewan
terkecuali Indonesia yang nota bene Perwakilan Rakyat Daerah ternyata
memiliki masyarakat yang heterogen. mendapatkan penolakan yang luas oleh
Pemilu sering diartikan sebagai suatu rakyat dan proses pengambilan
kegiatan yang dinilai sebagai wujud atau keputusannya telah menimbulkan
parameter suatu negara demokrastis atau persoalan serta kegentingan yang
tidak, akan tetapi dalam pelaksanaannya memaksa, maka dikeluarkan Perpu No 1
terkadang tidak sesuai dengan prinsip tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur,
demokrasi itu sendiri, karena masih Bupati dan Walikota yang dikembalikan
terdapat manipulasi politik, kecurangan, kembali kepada rakyat, yaitu pemilihan
ketidak adilan, mobilisasi, money politic, secara langsung.
yang menimbulkan persoalan yang

64
INTEGRALISTIK
No.1/Th. XXIX/2018

Pemilukada merupakan menggunakan hak pilih lagi pada


manifestasi demokrasi yang bertujuan pemilihan presiden tahun 2019.
untuk memilih Kepala daerah (Gubernur, Kurangnya kesadaran berpolitik atau
Walikota, Bupati) secara langsung dalam rendahnya pendidikan politik bagi para
Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemilih pemula dikhawatirkan akan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. menurunkan tingkat partisipasi politik
Pelaksanaan Pemilukada secara langsung pada pemilukada di Kota Semarang.
merupakan wujud demokrasi formal. Dari Mengingat pentingnya partisipasi politik
tahun 2005 pelaksanaan Pemilukada di pemula dalam pemilukad, maka perlu
beberapa daerah mengalami hambatan dan dilakukan kajian penelitian tentang
menimbulkan berbagai macam konflik, Partisipasi Politik Pemilih Pemula pada
baik konflik secara vertikal maupun Pemilihan Walikota Semarang Di Kota
secara horizontal, misalnya, berubahnya Semarang.
tujuan Pemilukada yang dijadikan sebagai
ajang untuk mengumpulkan dana partai METODE PENELITIAN
politik, kecurangan, money politic, biaya Penelitian dirancang dengan
yang sangat mahal, rendahnya partisipasi metode deskriptif kualitatif untuk
pemilih, sengketa Pemilukada, dll. mengumpulkan data dan fakta penelitian
Persoalan yang sering muncul tentang partisipasi politik pemilih pemula
terkait proses pemilukada adalah masih pada pemilihan walikota Semarang di
rendahnya partisipasi pemilih. Hasil Kota Semarang. Lokasi Penelitian yang
survey pada pemilu legislatif dan pemilu dipilih adalah di Kota Semarang, dengan
presiden tahun 2014, menyatakan bahwa sampel penelitian adalah Mahasiswa
43% pemilih pada tahun 2014 adalah Universitas Negeri Semarang khususnya
pemilih pemula (Perludem, 2014). semester 1 dan 3 yang akan menggunakan
Rendahnya partisipasi pemilih pemula hak pilih yang pertama kali pada
disebabkan karena kurangnya kesadaran pemilihan Walikota Semarang. Peneliti
politik pemilih untuk menggunakan hak menjadikan sampel penelitian karena
pilihnya yang disebabkan kurangnya mahasiswa semester 1 dan 3 tergolong
pendidikan politik bagi pemilih pemula. dalam pemilih pemula, yang baru pertama
Hal ini yang menyebabkan rendahnya kali menggunakan hak pilih untuk
partisipasi politik pemilih pemula. memilih Calon Walikota Semarang.
Partisipasi politik memiliki peran Untuk menggali data digunakan
penting dalam proses pemilihan umum angket secara mendalam untuk
baik pemilu legislatif, pemilu presiden, memperoleh informasi tentang pendidikan
maupun pemilu kepala daerah. Tahun politik pemilih pemula pada pemilihan
2015 Kota Semarang menyelenggarakan Walikota Semarang. Peneliti juga akan
Pemilukada untuk memilih walikota. Jenis menggabungkan sumber opini lain sebagai
pemilih yang perlu diperhatikan tingkat penguat argumentasi, yakni menggunakan
partisipasi politik pemilihnya adalah bagi data sekunder yang diambil dari Buku,
para pemilih pemula karena akan

65
INTEGRALISTIK
No.1/Th. XXIX/2018

Majalah, Jurnal yang terkait untuk sebagaian besar sudah mengetahui


pengembangan analisis. kontestan pemilihan wali kota Semarang,
walaupun ada juga yang belum tahu
HASIL PENELITIAN DAN secara pasti dari nama-nama kontestan
PEMBAHASAN pemilihan wali kota Semarang.
Melalui penelitian ini didapatkan Pemahaman pemilih terhadap kontestan
hasil mengenai kesiapan pemilih pemula pemilihan wali kota Semarang, sudah
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pasti mempengaruhi calon pemilih dalam
pemilih pemula dalam menentukan pilihan menggunakan hak pilih pada pemilihan
pada pemilihan walikota (pemilihan wali walikota Semarang. Hasil penelitian
kota) kota Semarang, yaitu: tentang kesiapan pemilih dalam
1) Partisipasi Pemilih Pemula dalam menggunakan hak pilih pada pemilihan
Menggunakan Hak Pilih wali kota Semarang, calon pemilih
Kesiapan pemilih pemula dalam sebagian besar akan menggunakan hak
menggunakan hak pilih pada pemilihan pilihnya. Alasan menggunakan hak pilih
walikota Semarang diungkap dengan pada pemilihan wali kota Semarang
pertanyaan tentang pengetahuan adalah kesadaran mereka untuk
responden tentang pelaksanaan pemilihan berpartisipasi dalam pemilihan walikota
wali kota Semarang. Sebagaian besar Semarang. Calon pemilih pada umumnya
responden mengetahui bahwa Kota memiliki rasa penasaran dan keinginan
Semarang akan menyelenggarakan untuk mengikuti kegiatan politik yang
pemilihan Wali Kota Semarang. diselenggarakan tiap lima tahun sekali
Pemahaman responden yang merupakan tersebut.
pemilih pemula tentang pelaksanaan Kesiapan calon pemilih dalam
Pemilihan walikota Semarang ternyata menggunakan hak pilih ditentukan oleh
masih ada yang tidak tahu pasti tanggal berbagai faktor baik yang datang dari
penyelenggaraan pemilihan wali kota dalam maupun dari luar. Faktor dari
Semarang. Pelaksanaaan pemilihan wali dalam dipengaruhi oleh kesadaran pemilih
kota Semarang merupakan implementasi untuk menggunakan hak pilih pada
pertama pilkada serentak, yang masih pemilihan wali kota Semarang, sedangkan
banyak menuai perdebatan terkait faktor dari luar pemilih dipengaruhi oleh
kesiapan Negara dalam melaksanakan faktor visi dan misi kontestan pemilihan
pilkada serentak, baik mengenaik teknis wali kota, program, track record
pelaksanaan, konflik pemilihan umum, kontestan, latar belakang kontestan, dan
sengketa hasil pemilihan umum, dan pengaruh dari orang lain misalnya orang
upaya penyelesaian sengketa hasil tua pemilih.
pemilihan umum pemilihan walikota. Persiapan yang dilakukan pemilih
Kesiapan pemilih pemula juga untuk menentukan pilihan pada pemilihan
dilihat dari pengetahuan calon pemilih walikota Semarang dari hasil penelitian
pada kontestan pemilihan wali kota menunjukan bahwa pemilih mencari
Semarang, dari hasil penelitian responden informasi terkait hal-hal sebagai berikut ;

66
INTEGRALISTIK
No.1/Th. XXIX/2018

1. Visi dan misi calon KPU, dari calon walikota, maupun dari
2. Track record calon lembaga-lembaga lainnya. Pemilih
3. Sesuai dengan keyakinan calon mendapatkan informasi tentang pemilihan
4. Latar belakang pendidikan calon walikota Semarang dari media massa,
5. Kesiapan secara administrasi internet, serta dari media kampanye
6. Menambah pengetahuan pemilih seperti baliho, liftlet, yang digunakan
dengan belajar tentang konsep pemilu calon walikota Semarang untuk
yang LUBER JURDIL mempromosikan visi dan misi calon
7. Mengikuti kegiatan sosialiasasi calon walikota Semarang.
dalam acara kampanye, baik melalui Media kampanye sering digunakan
media kampanye, maupun sosialisasi untuk menarik massa pemilih dan
secara langsung oleh calon dianggap efektif untuk mensosialisasikan
8. Melihat kinerja para calon, baik calon program, visi dan misi calon, dari visi dan
incumbent maupun calon baru missi calon setidaknya pemilih memiliki
Selain alasan tersebut di atas ada gambaran program yang akan
beberapa responden yang sampai sekarang dilaksanakan selama lima tahun
belum menentukan pilihan, sehingga tidak mendatang kalau terpilih menjadi walikota
ada kesiapan sama sekali dalam Semarang, akan tetapi pemahaman
menentukan pilihan karena alasan belum pemilih terhadap calon walikota Semarang
mengenal kepribadian dari calon walikota. tentang latar belakang calon walikota
Bahkan ada juga responden yang sama Semarang dari hasil penelitian ternyata
sekali tidak mempersiapkan diri secara sebagian besar pemilih tidak mengetahui
khusus dalam menggunakan hak pilih. Hal latar belakang calon. Kurangnya
ini dikarenakan adanya faktor tidak pemahaman pemilih terhadap latar
percaya terhadap para calon walikota belakang calon tentunya akan
Semarang, mereka menganggap bahwa mempengaruhi pilihan, selain melihat
tidak ada perubahan yang berarti setelah latar belakang misalkan dari pendidikan
mereka menggunakan hak pilih mereka, calon walikota, pemilih juga melihat visi
tidak heran jika responden sampai dan misi dari masing-masing kontestan.
sekarang ada yang tidak menyiapkan Visi dan misi setidaknya memberikan
secara khusus dalam menggunakan hak gambaran tentang rencana program kerja
pilih walikota Semarang. yang akan dilakukan ketika terpilih
Kesadaran pemilih untuk menjadi walikota. Visi dan misi sering
menggunakan hak pilih salah satunya dilihat dari poster atau baliho yang di
dipengaruhi oleh seberapa banyak pasang pada masa kampanye, atau dari
pengetahuan dan pendidikan politik yang ikan baik di radio maupun telivisi. Visi
mereka miliki. Pengetahuan responden dan misi merupakan bentuk kontrak
tentang pemilihan walikota ternyata masih politik antara walikota dengan
sangat kurang. Hal ini disebabkan karena masyarakat.
kurangnya sosialisasi terkait pemilihan Visi-misi, track record, dan
walikota Semarang, baik sosialiasasi dari pengalaman pemilih dalam menggunakan

67
INTEGRALISTIK
No.1/Th. XXIX/2018

hak pilih pada pemilu sebelumnya juga f. Faktor karakter (jujur, amanah,
berpengaruh terhadap pilihan pemilih. merakyat, dan tidak pernah terkena
Hasil penelitian tentang pengalaman kasus hukum)
pemilih dalam menggunakan hak pilih Selain atas dasar faktor-faktor
pada pemilu sebelumnya dapat digunakan tersebut di atas, faktor paksaan dari orang
sebagai acuan dalam menggunakan hak tua, kerabat, juga menjadi faktor yang
pilih. Sebagaian besar pemilih sudah mempengaruhi pemilih dalam
pernah menggunakan hak pilih pada menentukan pilihannya pada pemilihan
pemilihan presiden dan pemilihan walikota Seamarang. Responden yang
anggota legislative, sementara hak untuk belum atau tidak punya pilihan sendiri,
memilih walikota belum pernah lebih mempercayakan pilihan kepada
menggunakan, artinya pada pemilihan orang tua atau kerabat dengan alasan
wali kota Semarang, merupakan hak pilih orang tua mereka lebih pengalaman dalam
pertama kalinya untuk memilih kepala menggunakan hak pilih. Money politik
daerah. Pemilihan walikota di Semarang selalu ada dalam pemilihan umum, baik
merupakan implementasi aturan dari pemilihan umum presiden, anggota
pilkada serentak. legislatif, maupun pemilihan wali kota.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Responden ketika ditanya tentang money
kesiapan pemilih pemula dalam politik, sebagian besar mengetahui tentang
pemilihan wali kota kota Semarang money politik. Ada responden yang
Keputusan untuk menggunakan mengakui akan menerima jika ia diberikan
hak pilih dan menentukan pilihan tentunya sejumlah uang atau barang pada saat
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. pemilihan walikota Semarang, namun
Hasil penelitian, faktor-faktor yang tidak pasti akan memilih calon yang sudah
mempengaruhi pemilih dalam memilih memberikan uang maupun bentuk
calon walikota semarang adalah sebagai gratifikasi lainnya, akan tetapi ada juga
berikut: responden yang tidak akan menerima
a. Kejelasan dan aktualisasi calon uang dan gratifikasi dalam bentuk apapun,
terhadap Visi dan misi ketika karena money politik adalah awal dari
terpilih korupsi. Pemilih berharap siapapun
b. Latar belakang calon (tingkat walikota yang jadi pada pemilihan
pendidikan, agama) walikota Semarang, akan mampu
c. Factor sosial atau kedekatan calon menjalankan amanah dan tugasnya dengan
dengan masyarakat baik untuk kemajuan dan meningkatkan
d. Kinerja calon baik pada saat kesejahteraan masyarakat secara merata di
menjadi walikota sebelumnya (bagi kota Semarang.
calon incumbent), dan kinerja pada Kesiapan pemilih pemula dalam
pekerjaannya menggunakan hak pilih pada Pemilihan
e. Track record calon Walikota Semarang dapat dikatakan
belum maksimal, walaupun sebagian
besar akan menggunakan hak pilih pada

68
INTEGRALISTIK
No.1/Th. XXIX/2018

pemilihan walikota Semarang, akan tetapi tidak bisa lepas dari pendidikan politik,
alasan responden dalam menentukan pendidikan politik memiliki peranan yang
pilihan masih belum pasti, bahkan masih sangat penting khususnya bagi pemilih
ada yang belum menentukan pilihan. Hal pemula. Mengingat pemilih pemula lebih
ini menunjukan bahwa pemilih pemula mudah untuk dipengaruhi. Pendidikan
belum memiliki kesiapan yang maksimal politik bisa diberikan oleh KPU, atau
dalam menentukan pilihan. Pemilih melalui pendidikan formal, misalnya di
pemula di satu sisi merupakan jenis sekolah dan perguruan tinggi. Ketika
pemilih yang bisa menjadi pemilih kritis, pemilih pemula mendapatkani pendidikan
karena pemilih pemula sudah tergolong politik, secara tidak langsung ada usaha
usia remaja menuju dewasa. Usia dewasa untuk menumbuhkan kesadaran bagi
merupakan usia dimana semangat sangat pemilih pemula untuk menentukan pilihan
tinggi, masih idealis dalam dengan cerdas, khususnya pada pemilihan
mempertahankan opini, dan komitmen walikota Semarang.
mereka. Pemilih pemula di Kota Semarang
Pemilih pemula yang kritis sudah menentukan keputusan politik atas
pasti akan menggunakan hak pilih dengan pertimbangan faktor-faktor tertentu,
menganalisis dan ikut mengkritisi kinerja diantaranya adalah figur calon walikota.
pemerintahan. Jenis pemilih pemula yang Hasil penelitian menyatakan mengetahui
seperti ini biasanya adalah pemilih yang figur calon walikota yang akan mereka
memiliki pendidikan tinggi dan juga aktif pilih, baik secara langsung maupun
dalam organisasi. Disisi lain pemilih secara tidak langsung (melalui tim sukses
pemula karena baru menggunakan hak calon walikota, maupun dari stiker, baliho
pilih yang pertama cenderung lebih yang memasang foto calon walikota).
mudah untuk dipengaruhi. Jenis pemilih Pemilih yang mengetahui figur calon
ini biasanya pemilih yang tidak memiliki walikota secara langsung pada umumnya
kesadaran penuh untuk menggunakan hak adalah masyarakat pemilih yang tinggal
pilih dengan baik. Faktor yang mendorong dalam satu wilayah yang sama dengan
adalah kurangnya minat terhadap dunia calon walikota, sedangkan bagi
politik, sehingga dalam menentukan masyarakat pemilih yang tidak
pilihan mereka cenderung pasrah dan mengetahui figur calon walikota pada
mengikuti pilihan orang lain. umumnya pemilih yang di daerah pemilih
Kesiapan pemilih pemula tidak ada warga yang mencalonkan diri
ditentukan oleh kesadaran pemilih dalam sebagai kepala daerah. Sehingga mereka
menggunakan hak pilih dengan maksimal. mengetahui figur calon walikota hanya
Artinya dalam menentukan pilihan dari stiker, baliho yang memasang foto
pemilih benar-benar menganalisis secara calon walikota, dari tim sukses calon
cerdas, dengan harapan akan mendapatkan walikota, serta isu yang tersebar di
pemimpin yang benar-benar mampu masyarakat. Ada pula masyarakat yang
melaksanakan dan menjalankan amanah memilih karena dasar pertimbangan pada
dengan baik. Kesadaran tersebut juga profil/latar belakang calon walikota

69
INTEGRALISTIK
No.1/Th. XXIX/2018

misalnya pendidikan calon walikota, oleh calon walikota, akan tetapi belum
image calon walikota di masyarakat, tentu akan memberikan suaranya pada
dengan alasan orang yang mempunyai calon yang telah memberikan uang. Selain
tingkat pendidikan tinggi dan image yang itu calon pemilih mengaku, biasanya tidak
positif akan mampu menjadi pemimpin hanya menerima uang dari satu calon
yang baik. walikota saja melainkan dari beberapa
Faktor lainnya adalah program calon walikota, sehingga masyarakat
yang ditawarkan. Ketika masih mempertimbangkan alasan lain
responden/masyarakat pemilih ditanya dalam memilih calon walikota, misalnya
mengenai tahu/tidaknya terhadap program atas dasar figur calon walikota, program
yang ditawarkan, hasil wawancara yang ditawarkan, profil calon walikota,
menunjukkan pemilih mengetahui dan lain sebagainya. sedangkan responden
program yang ditawarkan oleh calon yang memilih calon walikota karena telah
walikota. Masyarakat mengetahui diberikan sejumlah uang adalah dengan
program yang ditawarkan dari calon alasan balas budi karena telah diberikan
walikota secara langsung pada saat sejumlah uang.
kampanye, maupun melalui tim sukses Tabulasi angket yang telah
calon walikota, namun ada juga pemilih disebarkan untuk pelaksanaan pemilihan
yang tidak mengetahui program yang walikota di Kota Semarang dapat
ditawarkan. disimpulkan masyarakat di Kota
Faktor lainnya, adalah pilihan Semarang telah melihat program kerja,
keluarga, walaupun hanya beberapa melalui visi dan misi yang ditawarkan
responden yang mengaku memilih calon oleh calon walikota. Hal ini dibuktikan
walikota berdasarkan pada pilihan dengan banyaknya prosentasi pemilih
keluarga/sama dengan pilihan keluarga, yang menempatkan program kerja dan visi
selain factor pilihan keluarga misi sebagai acuan utama. Program yang
mendasarkan pilihan atas dasar kesamaan ditawarkan dapat mereka peroleh dari
agama atau ideologi dengan calon calon walikota pada waktu kampanye,
walikota dengan pemilih. Kesamaan serta dari tim sukses calon walikota.
agama atau ideology juga dijadikan salah Memilih program yang ditawarkan
satu pertimbangan, dengan harapan ketika masyarakat berharap, akan mendapatkan
agama dan ideology mereka sama dengan pemimpin yang sesuai, yang mampu
calon walikota yang dipilih, maka akan menyalurkan aspirasi serta membawa
menghasilkan tujuan yang sama, akan pengaruh kepada kehidupan mereka.
mencapai tujuan yang sama. Secara tidak Masyarakat seringkali melihat kinerja
langsung, maka tujuan masyarakat pemerintah sebelumnya, baik melalui
pemilih juga akan tercapai. media-media elektronik seperti Televisi,
Faktor money politik yang serta media massa seperti Koran, dengan
seringkali ada pada saat pemilihan umum, berbagai masalah yang ada tak sedikit
responden mengaku akan menerima pula masyarakat yang tidak percaya,
sejumlah uang atau barang yang diberikan kecewa, terhadap wakil-wakil rakyat, akan

70
INTEGRALISTIK
No.1/Th. XXIX/2018

tetapi disatu sisi masyarakat juga sekali dalam menentukan pilihan pada
berkeinginan untuk menciptakan pemilihan walikota Semarang.
pemimpin yang loyal kepada rakyat, 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
sehingga itu dalam memilih calon pemilih dalam menentukan pilihan
walikota mereka mulai berfikir rasional. calon walikota Semarang adalah
Opini publik seringkali kejelasan dan aktualisasi calon
menempatkan faktor money politic terhadap Visi dan misi ketika terpilih,
sebagai alasan utama masyarakat dalam Latar belakang calon (tingkat
memililih calon walikota, namun faktor pendidikan, agama), faktor sosial atau
money politic tidak bisa dijadikan sebagai kedekatan calon dengan masyarakat ,
alasan atau penentu calon walikota Kinerja calon baik pada saat menjadi
mampu memenangkan pemilu. Hal ini walikota sebelumnya (bagi calon
dikarenakan masyarakat (pemilih) tidak incumbent), dan kinerja pada
hanya menerima uang dari satu calon saja, pekerjaannya, Track record calon,
akan tetapi juga dari pesaing/calon faktor karakter (jujur, amanah,
walikota yang lain, maka dari itu faktor merakyat, dan tidak pernah terkena
money politic tidak bisa dijadikan sebagai kasus hukum)
faktor utama, walaupun memang ada
masyarakat yang masih menjadikan faktor
DAFTAR PUSTAKA
money politic sebagai faktor penentu
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
dalam menentukan pilihan politik. Pada
Penelitian Suatu Pendekatan
umumya mereka adalah pemilih yang Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
belum mempunyai kesadaran politik,
Asfar, Muhammad. 2006. Pemilu Dan
tingkat pendidikan rendah, atau karena
Perilaku Memilih 1995-2004.
perasaan tidak percaya, kecewa kepada Surabaya: Pustaka Eureka.
kepala daerah.
Aswar, Saifuddin. 2007. Metode
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
SIMPULAN Pelajar.
Kesimpulan penelitian ini adalah,
Asfar Muhammad, 2006, Mendesain
1. Kesiapan pemilih pemula dalam
Managemen Pemilukada,
menentukan pilihan dalam pemilihan Surabaya, Pustaka Eureka.
walikota Semarang dapat
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar
disimpulkan, belum memiliki
Ilmu Politik. Jakarta: PT
kesiapan yang maksimal, hal ini Gramedia Pustaka Utama.
dibuktikan dengan hanya sebagian
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian
pemilih yang melakukan persiapan
Kualitatif. Jakarta: PT
untuk menentukan pilihan dengan RajaGrafindo Persada.
mencari tahu visi misi, program yang
Cholisin dkk. 2005. Dasar-dasar Ilmu
ditawarkan oleh calon walikota
Politik. Yogyakarta: UNY Pres.
Semarang, dan masih ada pemilih
yang tidak melakukan persiapan sama

71
INTEGRALISTIK
No.1/Th. XXIX/2018

Duverger, Maurice. 2000. Sosiologi Membangun Demokrasi Substantif


Politik. Jakarta: PT Raja meneguhkan integritas konstitusi
Grafindo Persada. Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia
Firmanzah. 2008. Marketing Politik.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Setiajid. 2011. Orientasi Politik Yang
Mempengaruhi Pemilih Pemula
Gaffar, Afan. 2006. Politik Indonesia
Dalam Menggunakan Hak
Transisi Menuju Demokrasi.
Pilihnya Pada Pemilihan Walikota
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Semarang Tahun 2009 (Studi
Igbal Hasan, 2004, Analisis Data Kasus Pemilih Pemula Di Kota
Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara. Semarang). Dalam Jurnal
Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Integralistik. Volume 22. No 1.
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Hal 20.
Rosdakarya. Handoyo, Eko. Pendidikan Politik.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bahan Ajar Pendidikan Politik.
Bogor: Ghalia Indonesia. PKn. Fis. Unnes.
Sastroatmodjo, Sudijono. Dalam seminar Zuhro Siti, MA. 2012, Memahami
Politik Transaksional Ancaman Demokrasi Lokal : Pemilukada,
Terhadap Demokrasi, Kamis 2 Tantangan Dan Prospeknya, Jurnal
April 2009. Perkumpulan Pemilu dan
Demokrasi, Edisi 4.
Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian
Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Topo Santoso, 2011, “Problem Desain
Rineka Cipta. Penanganan dan Pelanggaran
Pidana Pemilu”, Jurnal
Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Perkumpulan Pemilu dan
Penenelitian. Jakarta: PT Raja Demokrasi, Edisi 1.
Grafindo Persada.
The Indonesian Power for Democracy
Syaukani, Imam dan Thohari Ahsin. 2004. (TIM IPD), 2009, Evaluasi Kritis
Dasar-dasar Politik Hukum. Penyelenggaraan Pemilukada di
Jakarta: Raja Grafindo. Indonesia, IPD Indonesia,
Jurnal, artikel, bahan ajar: Yogyakarta.
Janedjri Gaffar M, 2012, Politik Hukum 2006, Tindak Pidana
Pemilu, Jakarta, Konstitusi Press Pemilu, Jakarta, Sinar Grafika.
(Konpres). Veri Junaidi, “Sengketa Administrasi
Ibnu Hastomo Setyo, 2012,“Bunga Pemilu”. Jurnal Perkumpulan
Rampai Penyelesaian Perselisihan Demokrasi dan Pemilu. Esisi 1.
Hasil Pemilihan Umum Kepala Tahun 2011.
Daerah Oleh Mahkamah Undang-undang no 2 tahun 2011 tentang
Konstitusi”, Jurnal Perkumpulan Partai Politik
Pemilu dan Demokrasi, Edisi 4.
PERPU No 1 Tahun 2014 Tentang
Mahfud MD, 2011. Risalah Rekaman Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Konferensi Pers akhir tahun 2010 Walikota

72

Anda mungkin juga menyukai