Anda di halaman 1dari 4

CONTOH ABSTRAK

ABSTRAK

STRATEGI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM DALAM MENGAWASI TAHAPAN


PEMILIHAN GUBURNUR LAMPUNG TAHUN 2018

Oleh

Mirani Simanungkalit

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah tidak menyisakan hal yang demokratis, masih
banyak temuan pelanggaran yang terjadi, Bawaslu Lampung mendata total pelanggaran yang
terjadi berjumlah 152. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis tahapan
strategi yang digunakan Bawaslu dalam melakukan pencegahan dan penindakan
pelanggaran. Metode dalam penelitian ini ialah metode penelitian kualitatif, serta teknik
pengumpulan data dengan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bawaslu
Lampung dalam pelaksanaan pengawasan sudah cukup baik dalam menempatkan keempat
strategi. Analisis pelaksanaan berdasarkan pertama, Planning dari analisis ini Bawaslu lebih
mengutamakan pencegahan, wujud pencegahan yang dilakukan yaitu membentuk kelompok
kerja Kampanye dan DPT. Kedua, Organizing dari analisis ini pengelompokan kegiatan
melibatkan beberapa divisi diantaranya Divisi Penindak Pelanggaran, Pengawasan, Hubungan
Masyarakat dan Hubungan antar Lembaga dan, Organisasi dan Sumber Daya Manusia serta
melibatkan stakeholders Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, LSM dan Media massa, cetak
dan elektronik. Ketiga, Actuating, dari analisis ini yaitu pelaksanaan pilkada yang dilakukan
Bawaslu berdasarkan PKPU Nomor 2 Tahun 2018. Pelaksanaan pengawasan Bawaslu mampu
melibatkan stakeholders dalam mengawasi Pemilu Pilgub. Keempat, Controlling, dari analisis
ini yaitu setelah mengkaji, Bawaslu mampu menemukan berbagai macam pelanggaran pada
proses Pengawasan yang dilakukan pada Pemilihan Gubernur Lampung 2018. Pelanggaran
yang ditemukan diantaranya pelanggaran Administrasi, Pidana dan ASN. Bawaslu menindak
temuan pelanggaran sesuai dengan yang tercantum pada Perbawaslu RI Nomor 7 Tahun 2017,
dalam menindaklanjuti pelanggaran Bawaslu melakukan beberapa tahapan mulai dari
pengumpulan alat bukti hingga pemberian rekomendasi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
menyimpulkan, Bawaslu belum sepenuhnya berhasil menciptakan pemilu yang demokratis
namun cukup baik dan mampu meminimalisasi terjadinya temuan pelanggaran. Pengawasan
yang dilakukan sudah berdasarkan dengan Undang-Undang.

Kata Kunci: Strategi Pengawasan, Penindakan, Pemilihan Gubernur


CONTOH ABSTRAK

ABSTRAK

KOMUNITAS POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN PESISIR


BARAT TAHUN 2015

(Studi Pada Tokoh Adat Sai Batin dan Nahdlatul Ulama (NU)

Oleh
RICKY ARDIAN

Pemilihan kepala daerah Kabupaten Pesisir Barat merupakan pilkada pertamakali


dilaksanakan yang diikuti empat pasangan calon. Dalam pilkada tentu tidak bisa dipisahkan
dari peran serta komunitas politik, seperti ormas atau LSM. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Peran Komunitas Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah, menganalisa mengapa
komunitas politik berperan dalam pilkada serta menganalisa dampak komunitas politik setalh
pilkada. Tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data
melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran
komunitas politik dalam pemilihan kepala daerah Kabupaten Pesisir Barat tahun 2015 melalui
representasi politik, yaitu (1). Symbolic Representation, keterwakilan kultur yaitu tokoh adat
Sai Batin dan NU berupa sosialisasi, musyawarah antarkader dan dengan pemerintah daerah.
(2). Descriptive Representation, tokoh adat Sai Bati dan NU memiliki peran besar berupa
kerjasama dengan KPUD, mengadakan pengajian akbar, adanya kemiripan dari komunitas
politik dalam langkah dukungan pada pilkada. (3). Substantive Representation, aktivitas untuk
memperjuangkan kepentingan yang direprensentasikan pada kempentingan khalayak seperti
Sai Batin dan NU mengutamakan komunikasi pada semua kandidat agar tercipta hubungan
baik dengan harapan calon yang didukung bisa menang. Komunitas politik ini berperan
karena memiliki kesadaran politik aktif, adanya orientasi kepentingan dan adanya tujuan yang
berkelanjutan. Implikasi atau dampak yang diperoleh komunitas politik adalah adanya timbal
balik kepentingan dengan pemerintah Pesisir Barat yaitu mendapatkan bantuan dana untuk
kesejahteraan kepengurusan komunitas.

Kata Kunci: Peran, Komunitas Politik dan Pilkada.


CONTOH ABSTRAK

ABSTRAK

UPAYA PENANGGULANGAN POLITIK UANG (MONEY POLITIC) PADA TAHAP


PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK DI PROVINSI LAMPUNG

M. Tetuko Nadigo Putra A.T, Sunarto, Eko Raharjo

Politik uang (money politic) pada tahap persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak memang
menjadi senjata bagi pasangan calon, karena dengan melakukan politik uang dapat
mendulang popularitas pasangan calon tersebut, padahal tindakan politik uang dapat
beresiko membatalkan pasangan calon. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah
bagaimanakah upaya penanggulangan politik uang dan apakah yang menjadi faktor
penghambat upaya penanggulangan politik uang (money politic) pada tahap persiapan dan
pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Lampung. Penulisan skripsi ini menggunakan dua
pendekatan masalah yaitu pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Sumber
dan jenis data yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan.
Analisis data dilakukan secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa upaya penanggulangan politik uang (Money politic) pada
tahap persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Lampung yaitu dengan upaya
Pre-Emtif dimana KPU Provinsi, Bawaslu dan Polda Lampung melakukan himbauan agar
tidak melakukan politik uang. Dalam upaya Preventif KPU Provinsi, Bawaslu dan Polda
Lampung melakukan pembinaan dan sosialisasi kepada seluruh calon untuk tidak melakukan
politik uang. Dan dalam upaya represif Polda Lampung bersama dengan sentra gakkumdu
melakukan penindakan langsung apabila adanya laporan dan betul adanya kegiatan politik
uang. (2) Faktor penghambat dalam upaya penanggulangan politik uang pada tahap
persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Lampung yaitu dimana masih ada
aturan pilkada yang rentan untuk dilakukannya politik uang  dan belum adanya aturan yang
mengatur sebagai contoh belum adanya aturan tentang kampanye pada masa sebelum
penetapan. Didalam laporan adanya dugaan politik uang kepada aparat yaitu sentra
gakkumdu jika kurangnya syarat formil maka pelaporan tersebut tidak bisa di tindaklanjuti.
Dan masih lemahnya ekonomi masyarakat dan prilaku baik masyarakat masih kurang.

Kata Kunci: Penanggulangan, Politik Uang (Money politic), Pilkada Serentak


CONTOH ABSTRAK

ABSTRAK

NETRALITAS APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA


DAERAH SERENTAK KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015

Oleh :

Widuri Wulandari (2013052033) Widuri.marbun@yahoo.com Jurusan Ilmu Pemerintahan


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Aparatur Sipil Negara sebagai aparatur negara yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggarakan tugas negara,
pemerintahan dan pembangunan. ASN harus bersikap netral dari pengaruh semua golongan
dan partai politik dan tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pada tahun 2015, Kabupaten Bantul ikut serta dalam merayakan pesta demokrasi, yaitu
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara serentak pada tanggal 9 Desember
2015. Panwaslu Kabupaten Bantul menemukan dan mendapatkan laporan ada 15 ASN yang
tidak netral. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendapatkan
fakta-fakta mengenai permasalahan netralitas ASN di Kabupaten Bantul pada pilkada serentak
2015. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Panwaslu Kabupaten Bantul dan BKD Kabupaten
Bantul. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara mendalam dan
dokumentasi untuk melengkapi data dalam penelitian ini. Pelanggaran ASN terjadi sebelum
masa kampanye, dan selama masa kampanye. Jumlah ASN yang tidak netral 15 orang yang
sebagian adalah kepala SKPD. Selain hadir dalam deklarasi pencalonan calon incumbent¸ ASN
juga hadir pada acara syukuran SP3 Drs.HM. Idham Samawi di kantor DPC PDIP, hadir pada
acara wayangan di Pleret dan Assek III menyampaikan latar belakang salah satu kandidat
pilkada, acara panen raya yang dihadiri calon incumbent dan Kepala Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bantul yang melakukan acara ceremonial potong padi. Tentu
keterlibatan dan keberpihakan ASN di pilkada 2015 ini dikarenakan adanya calon incumbent.
Pemerintah Kabupaten Bantul yaitu Bupati Bantul seharusnya memberikan sanksi atau
hukuman displin kepada ASN yang tidak netral sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang ada. Bupati Bantul seharusnya lebih tegas dalam menanggapi kasus ASN yang tidak netral
ini.

Kata Kunci: Netralitas ASN, Keterlibatan dan Keberpihakan ASN, Calon Incumbent,
Hukuman Displin ASN

Anda mungkin juga menyukai