Review Jurnal
Banyak kepala daerah terpilih yang terlibat pelaksana APBD seraya mengintip
peluang untuk melakukan korupsi . Tidak meng-herankan jika mereka yang terlibat
korupsi dan masuk penjara . Mereka yang terpilih dengan biaya besar APBN dan
APBD harus hadir sebagai pemberi solusi atas berbagai permasalahan
daerah . Namun ,yang terjadi justru sebaliknya , sebagian besar di antara mereka
malah menjadi malapetaka buat daerah dan warganya .
Kesimpulan: Dinamika perkembangan pembangunan hukum tentang pemilihan
umum kepala/wakil kepala daerah di Indonesia, sangat dinamis, mengingat terjadinya
perubahan ketentuan dimaksud dari waktu ke waktu, periode ke periode, berkembang
sangat dinamis, mengikuti perkembangan zaman. Legitimasi pemilihan kepala/wakil
kepala daerah dalam pemerintahan otonomi daerah di Indonesia ini, dapat
menimbulkan tidak adanya jaminan kepastian hukum, karena terjadi perubahan yang
secara terus menerus. Peraturan perundangundangan tentang Pemilihan kepala daerah
yang hanya memilih kepala daerah saja, diyakini akan menimbulkan permasalahan
hukum (legitimasi), terjadinya konflik diantara mereka. Karena yang memilih
wakilnya adalah kepala daerah terpilih. Dengan demikian legitimasi wakil kepala
daerah dipandang lemah tidak sama dengan kepala, wakil tidak bisa menggantikan
kepala daerah yang berhalangan tetap, karena akan dipilih oleh DPRD.
Leonardo Snanfi, F., Darwin, M., Setiadi, -, & Ikhwan, H. (2018). Politik
Identitas Etnik Asli Papua Berkontestasi Dalam Pemilihan Kepala Daerah Di
Kota Sorong. Sosiohumaniora, 20(2), 122–131.
https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v20i2.15089