Anda di halaman 1dari 4

Kalah di Pilgub Babel, Yusron Ajukan Gugatan ke MK

JAKARTA - Setelah mengalami kekalahan dalam perhelatan Pemilihan Gubernur (Pilgub)


Provinsi Bangka Belitung (Babel) Yusron Ihza melayangkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi
(MK).

Yusron menuding terjadi kecurangan dalam penghitungan suara. Kuasa hukum Yusron,
Muhammad Asrun mengatakan, pihaknya memiliki bukti kuat adanya penyimpangan dalam
penghitungan suara kubu Yusron.

“Pelanggaran hukum dan konstitusi yang dilakukan oleh KPU Provinsi Babel secara terstruktur,
sistematis dan massif," ujar Asrun dalam keterangannya di Jakarta, Senin (19/3/2012).

Ditambahkannya, Pemilukada Provinsi Babel menurutnya dilakukan tanpa adanya sosialisasi


meliputi tata cara pencoblosan, teknis pelipatan surat suara yang mengakibatkan PPS, dan PPK
tidak memiliki pengetahuan khusus. "Sehingga menjebak pemilih dan masih ada beberapa
kecurangan lainnya." Imbuh dia.

Kubu Yusron hari ini mengajukan 20 saksi untuk bersaksi perihal dugaan praktik politik uang
yang dilancarkan pasangan Cagub-Cawagub (incumbent) nomor urut 3, Eko Maulana Ali dan
Rustam Effendy.

Moch Samsudin seorang saksi mengungkapkan, pasangan Eko dan Rustam menjanjikan honor
sebesar Rp5 juta-Rp10 juta untuk merekrut relawan dari setiap desa di dua kabupaten untuk
mensosialisasikan, memberikan pencitraan pasangan tersebut. "Saya koordinator tim relawan
untuk dua kabupaten. Di Bangka, saya merekrut 800 lebih relawan, dan di Bangka Selatan 1.200
lebih relawan," tandasnya.

Sumber : https://news.okezone.com/read/2012/03/19/339/596199/kalah-di-pilgub-babel-yusron-
ajukan-gugatan-ke-mk
1. Kasus posisi

a. KPU kurang jelas dan kurang tegas dalam menerbitkan persyaratan dan teknik verifikasi
pemilu kada serta KPU juga kurang tegas dalam memastikan prosedur terkait pernyataan
kelengkapan berkas oleh KPU. Hal inilah yang menjadi titik rawan terjadinya pelanggaran dan
kecurangan
b. Pemilukada Provinsi Babel dilakukan tanpa adanya sosialisasi meliputi tata cara pencoblosan,
teknis pelipatan surat suara yang mengakibatkan PPS, dan PPK tidak memiliki pengetahuan
khusus. Sehingga memungkinkan untuk menjebak pemilih.
c. Adanya dugaan praktik politik uang yang dilancarkan pasangan Cagub-Cawagub (incumbent)
nomor urut 3, Eko Maulana Ali dan Rustam Effendy.
2. Analisis kasus

Kasus diatas merupakan persilisihan hasil pemilu yang merugikan pihak yusrok ihza dan
pasangannya, sesuia Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 24C ayat (1)
1945 juncto Pasal 10 UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Makhamah Konstitusi. Mengatakan
bahwa salah satu kewenangan MK adalah memutus sengketa hasil pemilu. Sesuai dengan Pasal
22E UUD 1945, pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, anggota DPD,
anggota DPRD, dan memilih Presiden dan Wakil Presiden. Namun telah terjadi perkembangan
cakupan pegertian pemilu dalam putusan MK Nomor 072-073/PUU-II/2004. Dengan demikian
jenis Pemilu dimana sengketa hasilnya menjadi wewenang MK untuk mengadili dan memutus
adalah meliputi: (1) Pemilu Legislatif yang meliputi pemilihan umum untuk anggota DPR, DPD,
dan DPRD; (2) Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden; dan (3) Pemilihan umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Dalam kasus Pilgub Bangka Belitung ini ada dugaan dan indikasi terjadinya kecurangan dan
pelanggaran dari KPU dalam menjalankan tahapan pelaksanaan Pilgub tersebut , indikasi ini
muncul karena KPU kurang jelas dan kurang tegas dalam menerbitkan persyaratan dan teknik
verifikasi pemilu kada tersebut.

Tahap pelaksanaan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2005 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan,
dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yaitu meliputi penetapan daftar
pemilih, pengumuman pendaftaran dan penetapan pasangan calon, kampanye, masa tenang,
pemungutan suara, penghitungan suara, penetapan pasangan calon terpilih serta pengusulan
pasangan calon terpilih.

Dalam putusan MK tentang sengketa pemilu babel, gugatanya ditolak oleh MK. Karena menurut
MK gugatan yang disampaikan oleh yusron ihza dan pasangannya pokok permohonan yang
disampaikan tidak terbukti dan tidak beralasan hukum. Mahfud MD menyebutkan bahwa dalil-
dalil yang dituduhkan para Pemohon tidak terbukti menurut hukum. "Pelanggaran-pelanggaran
yang didalilkan para Pemohon, kalaupun ada, tidak bersifat terstruktur, sistematis, dan masif,
yang secara signifikan mempengaruhi peringkat hasil perolehan suara masing-masing pasangan
calon. Melainkan hanya bersifat sporadis,"
3. Kesimpulan

Kasus sengeketa hasil suara Pemilihan Umum adalah salah satu kasus Hukum Tata Negara.
Dalam hal ini yang berwenang mengadili adalah Mahkamah Konstitusi. Dalam kasus diatas
sengketa pemilu terjadi karena pihak penggugat menganggap KPUD kurang tegas dan
kurang professional dalam tata cara dan mekanisme pelasanaan pemilukada Bangka Belitung
ini. Namun gugatan tersebut ditolak oleh MK karena MK menganggap gugatan yang
disampaikan tidak dapat dibuktikan dan tidak memiliki landasan hukum. Jadi sebelum
menggugat seharusnya penggugat mencari bukti bukti ketidak tegasan dan ketidak
prfesionalan KPUD BABEL dalam penyelenggaraan pemilukada tadi.

4. Daftar referensi :
a. UUD NRI 1945
b. PP Nomer 17 Tahun 2005
c. https://merito.wordpress.com/2012/03/29/hasil-keputusan-mk-atas-sengketa-pilkada-
prop-bangka-belitung/
d. https://www.merdeka.com/peristiwa/yusron-ihza-mahendra-cs-kalah-di-mk.html

Anda mungkin juga menyukai