ABSTRAK
Badan Penyelenggara Pemilu Adhoc atau Panitia Pemilihan adalah Penyelenggara
Pemilu yang paling rentan menjadi pelaku kecurangan Pemilu (election fraud).
Anggota PPK, PPS dan KPPS memiliki akses untuk bersentuhan langsung dengan
peserta Pemilu dan alat kebutuhan pelaksanaan Pemilu, mulai dari TPS hingga
surat suara. Berdasarkan Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2019 yang memberikan
wewenang langsung kepada KPU Kabupaten/Kota untuk menindak dugaan
pelanggaran yang dilakukan oleh anggota Panitia Pemilihan, terdapat 239 anggota
PPK, PPS dan KPPS yang telah diberhentikan tetap karena terbukti melakukan
pelanggaran Kode Etik, Kode Perilaku, sumpah/janji dan pakta integritas. Provinsi
Sumatera Utara merupakan daerah yang paling banyak melakukan pemeriksaan
dugaan pelanggaran integritas oleh anggota Panitia Pemilihan. Pelanggaran yang
dilakukan terdiri dari pelanggaran administrasi, malpraktek pemilu hingga tindak
pidana pemilu seperti manipulasi pencoblosan surat suara, penggelembungan hasil
perolehan suara hingga praktek suap yang terungkap di pemeriksaan anggota
Panitia Pemilihan. Permasalahan integritas menjadi persoalan utama dalam
evaluasi pelaksanaan Pemilu Serentak 2019 dari sudut pandang electoral integrity,
tingkat integritas Penyelenggara Pemilu pada tahun 2019 menjadi hal krusial
untuk perbaikan format kepemiluan di masa mendatang.
ABSTRACT
The Adhoc election management body is the election organizer that is most vulnerable
in becoming perpetrators of election fraud. Sub Distict Election Committee (PPK),
Voting Committee (PPS) and Voting Organizers Group (KPPS) members have access to
come into direct contact with election participants and the tools needed for conducting
elections, from the polling stations to the ballots paper. Election abuse is most often
conducted by the election committee. Based on KPU Regulation No.8 of 2019 which
gives direct authority to General Election Commission (KPU) of Regency/City to take
action against suspected violations committed by election organizer members, there
are 239 PPK, PPS and KPPS members who have been terminated permanently
because they have been proven to have violated the Code of Ethics, Code of Conduct,
oath /pledge and integrity facts. The Province of North Sumatra is the area that carries
out the most checks on alleged integrity violations by members of the election
organizer members. The violations committed consist of administrative violations,
electoral malpractice to election crimes such as manipulation of ballot voting,
ballooning the results of votes to bribery practices that were revealed at the
1
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
PENDAHULUAN
Kecurangan Pemilu merupakan salah satu bagian penting dalam
menguji integritas Pemilu dan pelaksanaan Pemilu yang jujur dan
berkeadilan. Praktek kecurangan Pemilu adalah asal mula dari perkara
pemilu (electoral dispute) yang menjadi bagian dari lingkaran tahapan
pemilu (election circle phase). Kecurangan pemilu atau sering disebut dengan
electoral fraud merupakan negasi dari gagasan mengenai integritas pemilu
(electoral integrity). Banyak istilah lain yang digunakan untuk menguji
integritas pemilu dalam banyak isu, seperti malpraktek pemilu (electoral
malpractice), cacat pemilu (flawed election), kesalahan pemilu (misconduct),
manipulasi pemilu (electoral manipulation) dan kecurangan pemilu
(rigged/stolen elections). Istilah-istilah ini hanya bahasa diplomatik dalam
studi kepemiluan yang sering digunakan oleh observer pemilu dan ilmuwan
politik (Norris , 2014).
Badan Penyelenggara Pemilu Adhoc atau sering disebut Panitia
Pemilihan adalah otoritas yang paling sering melakukan praktek-praktek
kecurangan Pemilu. Panitia Pemilihan adalah lembaga yang langsung
bersentuhan dengan peserta Pemilu karena bekerja di level bawah, bersifat
temporer dan garda terdepan melayani pemilih dan peserta Pemilu. Panitia
Pemilihan sering dianggap sebagai tulang punggung demokrasi, namun
sekaligus menjadi penyebab utama permasalahan integritas Pemilu,
mengingat perannya yang sangat krusial dalam pemungutan dan
penghitungan suara karena beberapa tahapan krusial Pemilu, dilakukan
oleh Panitia Pemilihan. Mulai dari distribusi logistik, pendaftaran pemilih,
pemutakhiran data pemilih, pemungutan suara, penghitungan perolehan
suara hingga rekapitulasi tingkat bawah (kecamatan) dilakukan oleh Panitia
Pemilihan. Semua tahapan tersebut merupakan celah terjadinya praktek
kecurangan Pemilu.
Bagian penting dari Badan Penyelenggara Pemilu (BPP) yang menjadi
ujung tombak penyelenggaraan Pemilu adalah Panitia Pemilihan. Panitia
Pemilihan menjadi otoritas yang paling banyak melakukan praktek
kecurangan Pemilu karena merupakan lembaga yang langsung bersentuhan
dengan peserta Pemilu, bekerja di level bawah, temporer dan garda terdepan.
Meskipun demikian, Panitia Pemilihan sering dianggap sebagai tulang
punggung demokrasi, namun sekaligus menjadi penyebab utama
permasalahan integritas Pemilu, mengingat perannya yang sangat krusial
dalam pemungutan dan penghitungan suara. Beberapa tahapan krusial
Pemilu dilakukan oleh Panitia Pemilihan. Mulai dari distribusi logistik,
pendaftaran pemilih, pemutakhiran data pemilih, pemungutan suara,
penghitungan perolehan suara hingga rekapitulasi tingkat bawah
(kecamatan) dilakukan oleh Panitia Pemilihan. Semua tahapan tersebut
merupakan celah terjadinya praktik kecurangan Pemilu. Dengan kata lain,
kepercayaan publik terhadap Pemilu sangat bergantung pada integritas
2
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
1
Laporan dari Komisi Global Untuk Pemilihan Umum, Demokrasi dan Keamanan tahun 2012 menyebutkan
terdapat lima tantangan utama yang harus ditangani untuk menyelenggarakan Pemilu yang berintegritas
yakni (1) membangun peraturan hukum untuk keadilan Pemilu, (2) membangun EMB yang berkompeten,
(3) menciptakan institusi dann norma persaingan multi-partai, (4) menghilangkan hambatan, hukum
administratif, politik, ekonomi, dan sosial terhadap partisipasi politik yang setara dan universal, dan (5)
mengatur keuangan politik yang tidak dapat dikendalikan , tertutup dan samar.
2
Pada pendekatan lain, disintegritas pemilu akan berdampak sangat buruk pada penegakan hak asasi manusia
(ibid)
3
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
4
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
5
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Tabel 3.
Penanganan Pelanggaran Panitia Pemilihan Pemilu 2019
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah Kasus 542 Kasus
2 Peringatan 325 orang
3 Diberhentikan Sementara 78 orang
4 Diberhentikan Tetap 239 orang
5 Pidana 3 orang
6 Masih dalam pemeriksaan 165 kasus
Sumber: Biro Perencanaan dan Data KPU RI per Juli 2019
Dari rekapitulasi jumlah pelanggaran Kode Etik, Kode Perilaku,
sumpah/janji dan pakta integritas anggota Panitia Pemilihan Pemilu 2019,
Provinsi Sumatera Utara menempati peringkat pertama daerah yang paling
banyak dijatuhi hukuman sanksi pemberhentian tetap. Dari total 417.508
anggota Panitia Pemilihan yang tersebar di 33 kabupaten/kota, terdapat 224
anggota Panitia Pemilihan yang telah diproses, di mana sebanyak 151
dijatuhi hukuman pemberhentian tetap. Sementara, per bulan Agustus
2019, terdapat 121 kasus dugaan pelanggaran integritas yang dilakukan
oleh anggota Panitia Pemilihan masih dalam proses pemeriksaan.
Pemberian sanksi pemberhentian tetap merupakan sanksi terberat
bagi anggota Panitia Pemilihan, karena dianggap terbukti telah melakukan
pelanggaran Pemilu serta sangat rentan untuk diteruskan ke ranah pidana.
Praktek pelanggaran Pemilu yang terbukti dilakukan oleh anggota Panitia
Pemilihan di Provinsi Sumatera Utara antara lain:
6
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
7
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
3
Menurut anggota DKPP Ida Budhiati, bahwa sejak Januari sampai 22 Februari 2018 DKPP sudah
memeriksa 76 perkara pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu dan melibatkan 163 oknum. Setelah
diperiksa, disimpulkannya kalau sebanyak 61,2 persen di antaranya melanggar Kode Etik. Dari jumlah.
itu, telah dilakukan tindakan berupa 37 peringatan keras, 27 orang diperingatkan, 3 diberhentikan
sementara, 11 diberhentikan tetap, 3 orang diberhentikan jabatannya sebagai ketua serta 76 orang
direhabilitasi. Dari 61,2 persen oknum yang terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik sebagian besar
berupa pelanggaran profesionalisme seperti bekerja tidak sesuai prosedur, tidak cermat, tidak teliti, dan
lain-lain. Namun kasus suap belum ditemukan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemilu
8
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
4
Viryan (2015) dalam tulisannya yang berjudul Catatan Integritas Pemilu 2014 membagi malpraktik Pemilu
ke dalam tiga kategori, yaitu: pertama, Pemilu tanpa Pemilu; kedua, Politik uang kepada pemilih dan;
ketiga, Penyelenggara Pemilu tidak berintegritas. Pemilu tanpa Pemilu yang dimaksud sebagai praktik
kegiatan pemungutan dan penghitungan suara tidak dilakukan pada hari pemungutan dan penghitungan
suara. Pemilu tanpa Pemilu dikarenakan masyarakat sekitar belum teredukasi demokrasi dan praktik
Pemilu tanpa Pemilu telah berjalan sejak Pemilu masa sebelumnya.
9
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif sebagai
sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah
manusia, berdasarkan penciptaan gambaran holistik lengkap yang
dibangun dengan argumen, melaporkan pandangan informan secara
terperinci dan mengeksplorasi sedetail mungkin sejumlah contoh atau
peristiwa untuk mengungkap fakta dengan analisis yang sistematis
(Creswell, 1996). Penelitian ini akan ditunjang dengan penelitian
kepustakaan (library research), yaitu studi terhadap bahan-bahan tertulis
terkait dengan fokus penelitian.
Untuk itu, didalam penelitian ini penulis telah mengumpulkan bahan
pustaka dan melakukan kajian terhadap berbagai bahan pustaka tersebut
guna diperoleh data-data yang diperlukan. Selanjutnya, data tersebut diolah
dan dianalisis, kemudian disusun menjadi sebuah laporan penelitian
berbentuk tesis. Penulisan penelitian ini didasari atas pemantauan
penyelenggaraan Pemilu 2019 di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di
Kabupaten Tapanuli Tengah. Penelitian ini juga sudah terintegrasi dan
terkoneksi dengan proses penanganan pelanggaran Kode Etik, Kode Perilaku,
sumpah/janji dan pakta integritas yang berjalan di KPU. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif, dalam arti, penulis menggambarkan secara
kualitatif berbagai modus operandi pelanggaran Pemilu dan proses
penanganan pelanggaran tersebut oleh KPU. Unit analisa kajian ini adalah
KPU selaku Penyelenggara Pemilu dan pemangku kepentingan
Penyelenggara Pemilu.
5
Di tahun 1970-an, ilmuwan politik Gabriel Almond dan Bingham Powell berargumen bahwa dalam
memahami suatu sistem politik, tidak hanya melalui institusi atau struktur saja. Institusi-institusi harus
ditempatkan ke dalam konteks historis dan bergerak dinamis. Pendekatan struktural-fungsional melihat
seluruh obyek politik itu penting, yaitu sebagai subyek dari hukum “stimulus dan respons” yang sama
(input dan output). Pendekatan ini disusun berdasarkan beberapa komponen kunci termasuk kelompok
kepentingan, partai politik, lembaga eksekutif, legislatf, peradilan, dan termasuk birokrasi.
http://suarata.blogspot.com/2014/01/pendekatan-teori-struktural-fungsional.html
11
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Sumber: Norris, P. (2015). Why Elections Fail. New York: Cambridge University
Press.
12
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
13
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
6
Situs berita https://news.okezone.com/read/2019/04/24/606/2047322/bupati-
tapanuli-tengah-dilaporkan-ke-bawaslu-terkait-dugaan-kecurangan-masif-pemilu
(dikutip tanggal 1 Oktober 2019, pukul 22.30).
16
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
mengenai Kode Etik, Kode Perilaku, sumpah/janji dan pakta integritas yang
wajib ditandatangani oleh Panitia Pemilihan pada saat pelantikan.
Birch (2011) dalam briefing papernya memperkenalkan istilah electoral
corruption untuk menggambarkan semua fenomena praktek kecurangan
Pemilu. Menurutnya, malpraktik Pemilu, kecurangan Pemilu, kesalahan
Pemilu, dan manipulasi Pemilu semuanya adalah praktek korupsi Pemilu
yang melibatkan lembaga pemilihan untuk kepentingan kelompok atau
pribadi. Electoral corruption dibaginya menjadi tiga kategori, manipulasi
kerangka hukum, manipulasi pemilih, dan manipulasi pemungutan suara.
Contoh paling layak menggambarkan definisi yang dikemukakan oleh
Birch adalah kasus di Kota Medan. Praktek pelanggaran sudah mengarah
ke tindak pidana pemilu yang dilakukan oleh anggota PPK Medan Helvetia.
Diduga, oknum PPK ini meningkatkan perolehan suara calon tertentu
dengan menggunakan surat suara yang tidak sah lalu menerima sejumlah
imbalan uang.
Surat suara yang tidak sah digunakan untuk menambah perolehan
suara calon tertentu yang dicatat didalam formulir DA1. Berdasarkan
keterangan Ketua KPU Sumatera Utara Herdensi, anggota PPK Medan
Helvetia atas nama Kun Hidayat ditawari uang ratusan juta rupiah oleh
salah satu caleg DPRD Kota Medan. Caleg tersebut memintanya untuk
melakukan manipulasi perolehan suara karena perolehan suara yang
didapatnya tidak mencakup untuk masuk ke Parlemen Kota Medan, Dugaan
pelanggaran ini terungkap setelah dilakukan Rapat Pleno oleh KPU Provinsi
Sumatera Utara terhadap hasil rekapitulasi suara Pemilu calon anggota
Legislatif. KPU Provinsi Sumatera Utara mendapatkan laporan dari salah
satu peserta Pemilu yang menduga adanya penggelembungan suara
terhadap calon tertentu. Di dalam Pleno Terbuka, KPU Provinsi Sumatera
Utara melakukan penyandingan formulir DA1 dengan formulir lain sehingga
ditemukan adanya peningkatan perolehan suara yang signifikan yang
didapatkan oleh calon tertentu. Praktek kecurangan ini memang dapat
dilakukan oleh anggota PPK pada saat dilakukan rekapitulasi atau
pengetikan hasil rekapitulasi di DA1 Plano (Catatan hasil rekapitulasi) yang
akan berbeda dengan Berita Acara Hasil Rekapitulasi di tingkat TPS.
Praktek election fraud sudah melibatkan institusi pemerintah yang
berkeinginan mengendalikan hasil Pemilu demi kepentingan pemerintahan.
Rekayasa Pemilu dilakukan dengan mempengaruhi komponen paling
penting dari Pemilu, yaitu Panitia Pemilihan. Simpser (2013) menyebut
Pemilu selalu diwarnai dengan rekayasa, seperti misalnya permasalahan
berkaitan dengan kotak suara, jual beli suara, dan intimidasi terhadap
pemilih atau peserta Pemilu yang dilakukan penguasa. Rekayasa Pemilu
adalah strategi politik yang menelan biaya besar dan sangat beresiko.
Apabila rekayasa Pemilu diketahui oleh publik dan dipermasalahkan, maka
akan mempengaruhi legitimasi hasil Pemilu dan bukan tidak mungkin akan
membawa situasi politik yang chaos (Simpser, 2013).
Penyelenggaran pemilu yang kompleks dan melibatkan Panitia
Pemilihan dengan personil jumlah besar merupakan tantangan besar bagi
KPU untuk mengelolanya. Apalagi mereka rentan dari kesalahan. Negara
yang dalam kondisi ekonomi baik akan berbanding lurus dengan indeks
integritas pemilunya (Norris, 2015). Dengan keadaan ekonomi yang baik
17
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
KESIMPULAN
Beberapa faktor terjadinya election fraud adalah pertama, kerangka
hukum pemilu yang membuka ruang terjadinya kegagalan pemilu, kedua,
lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh badan Penyelenggara Pemilu,
dan ketiga faktor ekonomi dan sumber daya manusia.
Kerangka hukum berarti berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
mengatur tentang integritas Panitia Pemilihan. KPU telah menerbitkan
peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2019 sebagai ruang pengawasan dan
penanganan internal bagi Panitia Pemilihan. KPU Kabupaten/Kota kini telah
memiliki wewenang memberhentikan tetap bagi Panitia Pemilihan yang
dianggap melanggar Kode Etik, Kode Perilaku, sumpah/janji dan pakta
integritas Penyelenggara Pemilu. Peraturan ini juga yang menjadi pemicu
meningkatnya kasus pelanggaran Panitia Pemilihan yang selama ini tidak
terungkap secara maksimal. Namun di sisi lain, kerangka hukum Pemilu
2019 juga memiliki celah bagi persoalan integritas dari sisi rekrutmen
Panitia Pemilihan. Persyaratan anggota Panitia Pemilihan yang tidak terlalu
ketat dan memiliki alternatif rekrutmen tertutup menjadi pintu masuk
terjadinya pelanggaran integritas. Kasus diberhentikannya KPPS di
Kabupaten Tapanuli Tengah salah satunya disebabkan kegagalan KPU
Kabupaten Tapanuli Tengah melaksanakan rekrutmen KPPS secara ketat
dan terbuka sehingga membuka ruang intervensi dari birokrasi lokal.
Sementara pembekalan integritas Penyelenggara Pemilu lewat bimbingan
teknis juga tidak berjalan maksimal karena minimnya dukungan anggaran
dan infrastruktur.
Terkait dengan pengawasan, kegagalan Bawaslu dan Gakkumdu
dalam penegakan hukum pemilu (law enforcement) juga turut menopang
buruknya integritas Pemilu di Provinsi Sumatera Utara. Di Tapanuli Tengah,
tidak ada satupun Panitia Pemilihan yang terjerat pidana Pemilu. Padahal,
bukti-bukti berupa tayangan video pelanggaran yang viral merupakan bukti
18
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
19
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
REKOMENDASI
1. Kunci dari pembangunan integritas Penyelenggara Pemilu ada pada
masa rekrutmen. Rekrutmen Panitia Pemilihan harus berlangsung
sesuai dengan peraturan yang sudah diatur dan tidak ada intervensi dari
birokrasi atau relasi kekuasan lainnya.
2. Selain dari sisi rekrutmen yang harus diperbaiki, manajemen
pengelolaan Badan Penyelenggara Pemilu Adhoc harus dibenahi dari sisi
persyaratan dan komposisi anggota. Pada Pemilu mendatang, hak
ajudikasi KPU Kabupaten/Kota dalam menangani Panitia Pemilihan
harus diperkuat dengan peraturan-peraturan tambahan untuk
mempermudah jalannya proses pemeriksaan. Proses pemeriksaan
hingga pemberian sanksi harus memiliki standar waktu, mengingat
subjek hukumnya adalah bersifat ad hoc. Selain itu, persyaratan
menjadi anggota Panitia Pemilihan lebih diperketat, syarat periodesasi
diterapkan dengan efektif, dan pengawasan internal dari KPU
Kabupaten/Kota semakin diintensifkan. Celah pelanggaran Pemilu akan
selalu ada pada setiap gelaran Pemilu, namun upaya untuk mereduksi
hal tersebut juga harus terus dilakukan. Integritas menjadi isu paling
krusial bagi Penyelenggara Pemilu di setiap tingkatan.
3. Law enforcement Pemilu harus dilaksanakan dengan maksimal antara
KPU dan Bawaslu. Kedua lembaga ini memiliki wewenang dan peran
penting untuk menegakkan integritas Pemilu. Bawaslu bersama
Gakkumdu bahkan memiliki wewenang untuk memberikan sanksi
pidana Pemilu bagi Panitia Pemilihan maupun pihak lain yang
melakukan modus-modus pelanggaran Penyelenggaraan Pemilu.
4. KPU harus secara masif mengkampanyekan Peraturan KPU Nomor 8
Tahun 2019 yang mengatur tentang mekanisme pengawasan internal
dan laporan/aduan sebagai langkah preventif mencegah terjadinya
pelanggaran Pemilu yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan. Sekaligus
memberikan sosialisasi bagi KPU daerah cara menangani dugaan
pelanggaran etik yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan. Sosialisasi ini
juga harus menyentuh stakeholder Pemilu karena dapat berperan
sebagai mitra menegakkan integritas Pemilu lewat mekanisme
Laporan/Aduan.
5. Perlu adanya revisi regulasi dalam Undang-Undang Pemilu terutama
mengenai persyaratan anggota Panitia Pemilihan. Anggota Panitia
Pemilihan sebaiknya direkrut dari lembaga Pendidikan seperti sekolah
menengah atas, universitas atau perguruan tinggi dan lembaga profesi.
Gagasan ini dipercaya mampu meningkatkan kualitas Panitia Pemilihan
dan mempermudah pengawasan yang dilakukan.
6. Bonus demografi Indonesia adalah memiliki mayoritas penduduk yang
masih usia muda. Syarat periodesasi bagi Panitia Pemilihan harus
dijalankan dengan maksimal atau membatasi usia maksimal bagi
anggota Panitia Pemilihan pada Pemilu berikutnya. Hal ini perlu
dilakukan untuk menghentikan tren anggota Panitia Pemilihan yang
berusia tua. Selain untuk meminimalisir adanya korban meninggal
dunia seperti Pemilu 2019, juga untuk memutus mata rantai terpilihnya
anggota Panitia Pemilihan senior yang memiliki kepentingan dan relasi
dengan penguasa atau peserta Pemilu tertentu.
20
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR REFERENSI
Alvarez, R. M., E. Hall, T., & Hyde, S. (2008). Election Fraud. Washington:
The Brooking Institution.
Baubock, R. (2007). Stakeholder Citizenship and Transnational Political
Participation: A Normative Evaluation of External Voting. Fordham
Law Review.
Birch, S. (2011). Electoral Corruption. IDCR, 1.
Creswell, J. W. (1996). Research Design: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: KIK Press.
DKPP. (2016). Outlook 2016 Refleksi & Proyeksi. Jakarta: Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) RI.
Feith, h. (1999). Pemilihan Umum 1955. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
IDEA. (2010). Keadilan Pemilu: Ringkasan Buku Acuan International IDEA.
Stockholm: International Institute for Democracy and Electoral
Assistance (IDEA).
Klassen, A. J. (2009). Electoral Management Autonomy: A Cross-National
Analysis from Latin America. Australia National University, 1.
Lasswell, H. D. (1936). POLITICS: Who Gets What, When, How. USA: McGraw-
Hill Book Co.
Lipson, D. (2004). The New Politics of Affirmative Action: How an Endangered,
Liberal, Civil Right Policy Has Transformed Into an Entrenched,
Conservative, Diversity Management Policy. Manitoba:: Canadian
Political Science Association.
Norris, P. (2014). Why Electoral Integrity Matters. New York: University of
Cambridge.
Norris, P. (2015). Why Elections Fail. New York: Cambridge University Press.
Reynolds, A. (2005). Electoral System Design: The New International IDEA
Handbook. Stockholm: IDEA.
Okezone. (2019, April 24). Okezone.com. Retrieved from Okezone:
https://news.okezone.com/read/2019/04/24/606/2047322/bupati
-tapanuli-tengah-dilaporkan-ke-bawaslu-terkait-dugaan-
kecurangan-masif-pemilu.
Sardini, N. H. (2015). Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik
Penyelenggara Pemilu. Jakarta: LP2AB.
Simpser, A. (2012). Why Goverment and Parties Manipulate Elections. New
York: Cambridge University Press.
Surbakti, R., & Kris Nugroho. (2015). Studi Tentang Desain Kelembagaan
Pemilu yang Efektif. Jakarta: Kemitraan Partnership.
Thoha, M. (2014). Birokrasi Politik dan Pemilihan Umum di Indonesia.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Tesis
Umar, AA (2017). Manajemen Pemilu: Mempersiapkan Panitia Pemilihan yang
Mandiri, Kompeten dan Berintegritas (Studi PPK, PPS dan KPPS di
Kabupaten Temanggung Pemilu Legislatif Tahun 2014). Universitas
Gadjah Mada
21
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Website
Okezone. (2019, April 24). Okezone.com. Retrieved from Okezone:
https://news.okezone.com/read/2019/04/24/606/2047322/bupati
-tapanuli-tengah-dilaporkan-ke-bawaslu-terkait-dugaan-
kecurangan-masif-pemilu
22
MANAJEMEN DISTRIBUSI LOGISTIK PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL
BUPATI PADA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN
SANGIHE TAHUN 2017
e-mail: frankygilbert83@gmail.com
ABSTRAK
Salah satu aspek penting bagi keberhasilan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
terletak pada keberhasilan penyelenggara Pilkada dalam menyiapkan logistik
Pilkada di dalam suatu kegiatan manajemen logistik. Berjalannya kegiatan logistik
tentu saja didukung oleh komponen-komponen yang ada dalam sistem logistik
meliputi struktur fasilitas, transportasi, pengadaan persediaan, komunikasi,
penanganan dan penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis manajemen distribusi logistik Pilkada Kabupaten Kepulauan
Sangihe tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang fokus
pada komponen-komponen sistem logistik. Hasil penelitian ini diperoleh struktur
fasilitas dalam mendistribusikan logistik, mulai dari gudang KPU Kabupaten
Kepulauan Sangihe kemudian ke Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia
Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
(KPPS), kurangnya ketersediaan sarana transportasi di PPK dan PPS di daerah-
daerah kepulauan, dan kurangnya ketersediaan gudang logistik yang
representative di PPK. Transportasi yang digunakan adalah truk, pickup, kapal
pajeko dan pumpboat, kurangnya ketersediaan moda transportasi yang handal
untuk mendistribusikan logistik dipengaruhi kondisi cuaca, dan kapal-kapal
digunakan oleh pihak lain untuk kampanye, menyebabkan keterlambatan
pendistribusian. Pengadaan persediaan dilakukan melalui e-tendering/e-katalog
Lembaga Kebijakan Pengadaan barang Jasa Pemerintah (LKPP) dan pengadaan
langsung, beberapa item logistik yang pengadaannya terlambat, ada beberapa
item logistik yang tidak lengkap halaman dan jumlahnya, dan kedatangan logistik
dari penyedia tidak bersamaan menyebabkan pengepakan dan penyimpanan
logistik menjadi terlambat pada akhirnya menyebabkan terlambatnya jadwal
distribusi. Tidak tersedianya logistik pengaman sebagai cadangan juga
menyebabkan ketidakpastian sistem logistik yang menyebabkan terlambatnya
pendistibusian logistik. Kurangnya komunikasi menyebabkan moda transportasi
tidak tersedia dan terlambatnya pengadaan persediaan yang akhirnya
terlambatnya pendistribusian logistik. Penanganan dan penyimpanan logistik
dilakukan dari menerima, menyortir, melipat kertas suara, mengeset formulir, dan
mengepak logistik kedalam kotak suara, ada beberapa item logistik yang
pengadaannya terlambat, menyebabkan terlambatnya kegiatan pengepakan
akhirnya menyebabkan jadwal pendistribusian logistik terlambat.
1
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
ABSTRACT
One important aspect of Regional Head Election (Pilkada's) success lies in the
success of Pilkada organizers in preparing Pilkada logistics in a logistics
management activity. Logistics activities are supported by components in logistics
system including facility structure, transportation, procurement, communication,
handling and storage. This study aims to determine and analyze the management
of logistics distribution Pilkada Sangihe in 2017. This study uses qualitative
methods that focus on the components of logistics systems. The results of this study
obtained the structure of facilities in distributing logistics, ranging from warehouse
of the Sangihe Islands Regency Election Commission distributed to Sub District
Election Committee (PPK), Voting Committee (PPS) and Voting Organizers Group
(KPPS), lack of transportation facilities availability of PPK and PPS in archipelago
areas, and lack of logistics warehouses availability that are representative in PPK.
Transportation used is truck, pickup, pajeko and pumpboat. Lack of reliable
transportation mode to distribute logistics influenced by weather conditions, and
ships are used by other parties for campaign, causing delays in logistic distribution.
The procurement of inventory is conducted by e-tendering / e-catalog of Government
Services Procurement Policy Agency (LKPP) and direct procurement. Some logistics
items procurement are held lately, some logistic items are incomplete amount and
pages, and the logistics from the provider does not arrival simultaneously causing
the packing and the storage of logistic handling lately, this cause ultimately led to a
delayed distribution schedule. The unavailability of safety logistics as a reserve also
leads to the uncertainty of the logistics system leading to delays in logistic
distribution. Lack of communication causes unavailable transportation modes and
late procurement of supplies that cause ultimately delay the distribution of logistics.
Logistic handling and storage is conducted by receiving, sorting, folding ballot paper,
setting up forms, and packing logistics into the ballot, some logistics items are
delayed, causing late packing activities eventually leading to the late logistics
distribution schedules.
PENDAHULUAN
Salah satu faktor penting bagi keberhasilan Pilkada, terletak pada
keberhasilan penyelenggara dalam menyiapkan sarana dan prasarana
Pilkada berupa logistik atau perlengkapan penyelenggaraan di dalam suatu
kegiatan manajemen logistik yang efektif dan efesien. Logistik bukan hanya
pelengkap dalam proses Pilkada, melainkan syarat mutlak
terselenggaranya Pilkada yang demokratis. Banyak hal yang bisa menjadi
sumber masalah berasal dari logistik. Dari hasil evaluasi penyelenggaraan
Pemilu terdapat banyak kendala dalam manajemen logistik terutama
pengadaan dan pendistribusian logistik di beberapa daerah.
Kesulitan yang sama juga masih dihadapi KPU Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Pada Pilkada Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun
2017 lalu, terjadi keterlambatan pendistribusian logistik di Kecamatan
Nusa Tabukan sebanyak 9 TPS, logistik baru bisa terdistribusi di hari
pemungutan suara tanggal 15 Februari 2017, KPU Kabupaten Kepulauan
2
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
3
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
saling berhubungan satu sama lainnya serta saling mendukung satu sama
dan lainnya. Proses manajemen logistik menurut Subagya (1996:10) terdiri
dari: (1) Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan. Perencanaan
mencakup kegiatan dalam menetapkan sasaran-sasaran, pedoman-
pedoman, pengukuran penyelenggaran bidang logistik. Penentuan
kebutuhan merupakan perincian (detailering) dari fungsi perencanaan. (2)
Fungsi penganggaran, yaitu kegiatan dan usaha-usaha untuk menetapkan
secara rinci penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar. (3) Fungsi
pengadaan, merupakan kegiatan dan usaha untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang
berlaku, menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. (4)
Fungsi penyimpanan dan penyaluran, merupakan pelaksanaan,
penerimaan, peyimpanan dan penyaluran perlengkapan yang telah
diadakan untuk kemudian disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.
(5) Fungsi pemeliharaan, merupakan usaha atau proses kegiatan untuk
mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang. (6)
Fungsi penghapusan, merupakan kegiatan dan usaha membebakan
barang dari pertangungjawaban. (7) Fungsi pengendalian, merupakan
fungsi untuk mengawasi dan mengamankan keseluruhan pengelolaan
logistik. Fungsi-fungsi tersebut diatas pada dasarnya merupakan siklus
kegiatan yang satu sama lain saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-
pisahkan, secara umum disebut siklus logistik.
Proses manajemen logistik pada dasarnya menciptakan faedah
(utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak milik. Dalam menciptakan
ketiga faedah tersebut, terdapat dua aspek penting yang terlibat
didalamnya, yaitu: lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi
logistik (channel of distribution) dan aktivitas yang menyalurkan arus fisik
barang (physical distribution). Manajemen logistik terpadu merupakan
konsep berbeda dalam manajemen logistik, yang mengintegerasikan
sistem-sistem manajemen distribusi fisik dan manejemen material. Konsep
logistik terpadu itu sendiri terdiri dari dua usaha yang berkaitan yaitu
operasi logistik dan koordinasi logistik (Bowersox, 2002:24).
Sistem ini mengulas mengenai bagaimana suatu material diproses,
manufaktur, disimpan, diseleksi, untuk kemudian dijual atau dikonsumsi.
Pembahasan dalam sistem logistik ini merupakan pembahasan yang
komperhensif, termasuk pembahasan mengenai proses manufaktur dan
perakitan, pergudangan, pendistribusian, titik/poin pengalihan angkutan,
terminal transportasi, penjualan eceran, pusat penyortiran barang dan
dokumen, pusat penghancuran, dan pembuangan dari keseluruhan
kegiatan industri (Ghiani dkk, 2004:1). Berjalannya kegiatan logistik tentu
saja didukung oleh komponen-komponen yang ada dalam sistem logistik
tersebut. Menurut Bowersox (2002:63) ada 5 (lima) komponen yang
bergabung untuk membentuk sistem logistik, komponen- komponen yang
antara lain terdiri dari: struktur fasilitas, transportasi, pengadaan,
persediaan, komunikasi, penanganan dan penyimpanan.
4
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu
metode penelitian yang dipakai untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah
dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi (Sugiyono, 2015:1). Lokasi penelitian dilakukan di KPU
Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai pelaksana pendistribusian logistik
Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun
2017.
Fokus utama penelitian ini adalah manajemen distribusi logistik
pada KPU Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2017 untuk memenuhi
penyediaan logistik secara tepat jumlah; tepat jenis; tepat sasaran; tepat
waktu; tepat kualitas; dan efisien.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil
penelitian yang didapatkan melalui dua sumber data, yaitu data primer dan
sekunder. Data-data primer tersebut, yaitu dokumen Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2017, antara lain:
dokumen kebijakan tentang tahapan, dokumen kebijakan tentang
pengadaan kebutuhan dan pendistribusian logistik, dokumen kebijakan
tentang jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS), dokumen kebijakan
tentang jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) serta dokumen-dokumen lain
yang terkait dalam penelitian ini. Waktu penelitian ini dilakukan dilakukan
dari bulan September 2017 sampai dengan bulan April 2018.
Struktur Fasilitas
Jaringan fasilitas suatu organisasi dalam sistem logistik merupakan
rangkaian tempat ke mana dan melalui mana material dan barang
diangkut. Untuk tujuan perencanaan, fasilitas-fasilitas tersebut meliputi
pabrik, gudang-gudang, dan distributor (Bowersox, 2002:64). Struktur
jaringan fasilitas ini juga biasa disebut saluran distribusi, saluran
5
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
distribusi fisik adalah metode dan sarana dimana suatu barang atau
berbagai barang dipindahkan secara fisik, atau didistribusikan, dari
tempat produksi sampai pada tempat di mana barang tersebut tersedia bagi
pengguna akhir (Rushton dkk, 2010:50).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan alur penerimaan dan
pendistribusian logistik Pilkada melalui struktur fasilitas yang ditetapkan
adalah untuk daerah daratan dimulai dari gudang KPU Kabupaten
Kepulauan Sangihe kemudian ke PPK, PPS dan KPPS. Untuk daerah
kepulauan dari gudang KPU Kabupaten Sangihe langsung ke PPS atau
KPPS, lalu logistik digunakan oleh KPPS dan pemilih pada hari
pemungutan suara.
Dari penelitian ini didapatkan pemilihan saluran distribusi ini sudah
cukup efektif, sesuai dengan pendapat Bowersox (2002:64), seleksi
serangkaian tempat yang unggul (superior) bisa memberikan banyak
keuntungan yang bersaing bagi organisasi. Tingkat ketepatan logistik yang
bisa dicapai itu berkaitan langsung dengan dan dibatasi oleh jaringan
fasilitas. Terlihat dari masing masing saluran distribusi yang dipilih KPU
Kabupaten Sangihe dapat menjangkau wilayah geografisnya masing-
masing, PPK yang berada di Kecamatan dapat menjangkau desa-desa
disetiap wilayah kerja PPK tersebut berada, kemudian PPS yang berada di
Desa/ Kelurahan menjangkau setiap lokasi TPS di wilayah kerja PPS
tersebut, dan KPPS sebagai pengguna logistik dapat mendistibusikan
logistik kepada pemilih sebagai pengguna akhir.
Dari keterangan informan dan data-data hasil penelitian didapati
permasalahan yang terjadi pada fasilitas saluran distribusi logistik Pilkada
Sangihe tahun 2017 adalah ketersediaan moda transportasi di PPK dan
PPS. Dilihat dari kondisi geografis Kabupaten Kepulauan Sangihe yang
merupakan wilayah kepulauan, dari 15 Kecamatan di Kabupaten
Kepulauan Sangihe 7 Kecamatan merupakan daerah yang terdiri dari
pulau-pulau diantaranya Kecamatan Marore, Kecamatan Tatoareng,
Kecamatan Nusa Tabukan, Kecamatan Tabukan Selatan, Kecamatan
Tabukan Selatan Tengah, Kecamatan Mangintau Selatan, dan Kecamatan
Kendahe, penyaluran logistik dari gudang KPU Kabupaten Sangihe yang
berada di Tahuna ke kecamatan-kecamatan tersebut hanya bisa dilakukan
menggunakan transportasi laut yaitu kapal Pajeko/angkutan rakyat atau
pumpboat dimana transportasi laut ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
cuaca.
Selain ketersediaan moda transportasi struktur fasilitas juga harus
didukung fasiltas gudang, baik itu untuk penanganan dan penyimpanan
logistik. Dari hasil pengamatan dan wawancara gudang distribusi yang
digunakan oleh KPU Kabupaten Sangihe sudah cukup representative untuk
melakukan operasi logistik seperti penyortiran, pengesetan formulir dan
pengepakan, namun untuk di PPK menurut keterangan informan masih
kurang memadai untuk ketersediaan gudang di PPK, PPK harus bekerja
sama dengan pihak-pihak seperti Pemda dan Kepolisian untuk tempat
penyimpanannya, gudang logistik ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan
logistik, terlebih lagi dalam proses setelah pemungutan suara dimana
rekapitulasi suara dilakukan di tingkat PPK, jadi seluruh logistik dari KPPS
6
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Transportasi
Transportasi adalah pindahnya barang atau penumpang dari tempat
yang satu ketempat yang lain, dimana barang dipindahkan ke tempat
tujuan yang membutuhkan. Secara umum transportasi adalah suatu
aktivitas memindahkan sesuatu barang dan/atau orang dari tempat yang
satu ketempat yang lain, baik dengan atau tanpa sarana. (Bowersox,
2002:157). Menurut Kamaluddin (2003: 18-19) transportasi maka dapat
dibedakan beberapa moda transportasi berdasarkan unsur-unsurnya,
yaitu sebagai berikut: transportasi darat, transportasi air dan transportasi
udara.
Sebelum menentukan moda transportasi yang digunakan untuk
mengangkut logistik, KPU Kabupaten Sangihe terlebih dahulu membuat
perencanaan pendistribusian logistik dengan memetakan wilayah dengan
menetapkan daerah prioritas, menetapkan jadwal pendistribusian, dan
menetapkan moda transportasi yang akan digunakan. Skala prioritas yang
ditetapkan oleh KPU Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah terdiri dari tiga
prioritas, yang dibagi kedalam dua wilayah, yaitu daratan dan kepulauan.
Seluruh wilayah kepulauan masuk kedalam prioritas utama
pendistribusian, sedangkan untuk wilayah daratan merupakan prioritas
sedang dan biasa. Jadwal distribusi dibagi kedalam dua bagian, yaitu
untuk wilayah daratan dimulai dari tanggal 12 Februari 2017 sampai
dengan 14 Februari 2017 dan wilayah kepulauan mulai dari tanggal 5
Februari 2017 sampai dengan 14 Febuari 2017. Moda transportasi yang
digunakan dalam melaksanakan pengangkutan dan pengiriman logistik ke
PPK, PPS, dan KPPS yaitu: truck/pickup untuk wilayah daratan dan kapal
pajeko/pumpboat untuk wilayah kepulauan.
7
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Pengadaan Persediaan
Salah satu fungsi manajemen logistik adalah pengadaan, fungsi
pengadaan merupakan kegiatan dan usaha untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang
berlaku, menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada
(Subagya, 1996:10). Tingkat persediaan menggambarkan keputusan
distribusi fisik lain yang mempengaruhi kepuasan pengguna logistik.
Organisasi menginginkan persediaan barang yang cukup guna memenuhi
semua kebutuhan masyarakat dengan segera (Kotler, 1993:295).
8
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
9
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Komunikasi
Ada 2 (dua) tugas manejerial yang berkaitan langsung dengan
komunikasi logistik. Yang pertama adalah pengolahan pesanan dan yang
kedua adalah pengawasan pesanan. Pengolahan pesanan adalah suatu
arus komunikasi yang kritis yang merupakan masukan utama (prime out)
bagi sistem logistik. Pengawasan yang penting dilakukan dalam distribusi
logistik Pilkada adalah dengan melakukan pengendalian logistik. Salah
satu fungsi manajemen logistik adalah pengendalian, pengendalian
merupakan fungsi untuk mengawasi dan mengamankan keseluruhan
pengelolaan logistik. (Subagya, 1996:10). Dalam kaitannya dengan logistik
Pilkada hal-hal yang perlu di awasi dan dikendalikan adalah struktur
fasilitas saluran distribusi logistic, yaitu PPK, PPS dan KPPS, sarana moda
transportasi pengangkutan logistik, pengadaan persediaan logistik dan
penanganan penyimpanan, serta keamanan pendistribusiannya.
Dari penelitian ini ditemukan kurangnya upaya yang dilakukan oleh
KPU Kabupaten Sangihe untuk mengendalikan penyediaan sarana
transportasi dalam mendistribusikan logistik ke wilayah kepulauan hal ini
terlihat dari terjadinya keterlambatan pendistribusian logistik ke
kecamatan Nusa Tabukan disebabkan tidak tersedianya moda transportasi
untuk mengangkut logistik, dan juga kesalahan dalam menetapkan rute
transportasinya. Permasalahan tersebut diatas terlihat bahwa komunikasi
yang dilakukan KPU Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan pihak
penyedia moda transportasi sangatlah kurang, seharusnya KPU Kabupaten
Kepulauan Sangihe sudah mengkomunikasikan jadwal pendistribusian
dengan pihak penyedia transportasi dengan membuat perjanjian bahwa
moda transportasi yang telah disepakati tidak boleh digunakan oleh pihak
lain selama jadwal pendistibusian logistik dilakukan.
Dari penelitian ini juga di dapatkan bahwa kurangnya komunikasi
yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan
Pemerintah Daerah, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Tentara
Nasional Indonesia dalam upaya koordinasi untuk mengantisipasi
kekurangan moda transportasi. KPU Kabupaten Sangihe dapat meminta
10
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
11
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa belum berjalan
dengan baiknya manajemen logistik Pilkada Sangihe tahun 2017
disebabkan karena komponen-komponen dalam sistem logistik Pilkada
belum berjalan dengan baik. Komponen-komponen dalam sistem logistik
12
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
13
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
14
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
15
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
DAFTAR PUSTAKA
Aslichati, Lilik., Prasetyo, Bambang dan Prasetya, Irawan. 2010. Metode
Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka.
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi 4, Surabaya:
BPFE.
Bowersox, Donald J. 2002. Manajemen Logistik, Integrasi Sistem
Manajemen Distribusi Fisik dan Manajemen Manajerial. Edisi 1.
Jakarta: Bumi Aksara.
Bowersox, Donald J. Closs, David J. Cooper,. M. Bixby. 2002. Supply Chain
Logistics Manajement. Irwin: McGraw-Hill.
Dwiantara, Lukas dan Sumarto, Rumsari Hadi. 2004. Manajemen Logistik
Pedoman Praktis Bagi Sekretaris dan Staf Administrasi. Jakarta:
Gramedia.
Ghiani, Gianpaolo. Laporte, Gilbert. Musmanno, Roberto. 2013.
Introduction to Logistics Systems Planning and Control. 2nd edition New
York: John Wiley and Sons Ltd.
Harrison, Lisa. 2009. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana.
Heizer, Jay & Barry Render. 2009. Manajemen Operasi. Diterjemahkan oleh
Chriswan Sungkono. Edisi Sembilan Buku Satu. Jakarta: Salemba
Empat.
Kamaluddin. 2003. Ekonomi Transportasi,: Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran. Diterjemahkan Hendra Teguh,
Dan Ronny A. Rusli. Jakarta: Prenhallindo.
___________, 1993, Marketing Esentials. New Jersey: Prentice Hall Inc,
Terjemahan Purwoko, Herujati. Marketing. Jakarta: Erlangga.
KPU, 2017. Penyelenggaraan Pilkada 2015 dan 2017. Jakarta: KPU.
Kusumastuti, Dyah, Sugiama, A. Gima dan Sudiarto, A. Edi, 2014.
Manajemen Logistik Organisasi Publik. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.
LP3ES, 2014. Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi Sosial.
Laporan Evaluasi Pemilu 2014. Jakarta: LP3ES.
Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
BPFE.
Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan, Jakarta: Pt Raja Grafindo
Persada
RI, Peraruran KPU Nomor 6 Tahun 2015 tentang Norma, Standar
Kebutuhan Pengadaan Dan Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.
RI, Peraruran KPU 11 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan KPU Nomor
6 Tahun 2015 tentang Norma, Standar Kebutuhan Pengadaan Dan
Pendistribusian Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan
Wakil Walikota.
Rushton, Alan., Croucher, Phil, & Baker, Peter. 2010. The Handbook of
Logistics & Distribution Management. Great Britain: Kogan Page
Limited.
16
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
17
PERAN KPU KOTA METRO DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI
PENYANDANG DISABILITAS PADA PEMILU SERENTAK TAHUN 2019
ABSTRAK
Salah satu indikator keberhasilan pemilu adalah tingkat partisipasi yang tinggi.
Tingginya partisipasi menjamin legitimasi pemerintahan dan perlindungan hak
pilih warga negara, termasuk kelompok rentan seperti penyandang disabilitas.
Pada pemilu serentak tahun 2019, tingkat partisipasi pemilih penyandang
disabilitas di Kota Metro Provinsi Lampung termasuk rendah. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
partisipasi pemilih penyandang disabilitas serta mengetahui peran KPU Kota
Metro dalam meningkatkan partisipasi pemilih penyandang disabilitas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hambatan yang dihadapi masih bersifat
administratif dan psikologis yakni: (1) Kesulitan pendataan pemilih penyandang
disabilitas; (2) Sosialisasi yang belum optimal; dan (3) Belum adanya wadah resmi
yang menaungi seluruh penyandang disabilitas di Kota Metro. Peneliti
menganalisis peran yang dilakukan KPU Kota Metro dalam 3 (tiga) peran yaitu :
(1) Mendata dan memastikan penyandang disabilitas yang memenuhi syarat
terdaftar sebagai pemilih; (2) Memberikan sosialisasi dan pendidikan politik bagi
kelompok penyandang disabilitas; dan (3) Menjamin ketersediaan sarana dan
prasana pendukung bagi penyandang disabilitas guna memberikan hak pilihnya.
Dalam menjalankan peran tersebut, didapati bahwa KPU Kota Metro telah
menjalankan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan UU
dan PKPU namun diperlukan adanya dukungan kelembagaan lain untuk
menunjang pendataan yang lebih valid serta sosialisasi yang lebih intensif.
ABSTRACT
One of the indicators of successful election is high voter turnout rates. A high voter’s
turnout could guarantee of the government’s legitimacy and also the existence of
citizen voting rights protection, especially for those in marginal people such as people
with disabilities. In the 2019 simultaneous election, the rate of voters turns out of
disable voters was quite low in Metro City Lampung Province. The aim of This
research is to identify some factors causing the low of disable voter’s turnout and to
analyze the role of the General Elections Commission of Metro City in increasing
voters turn out of voters with disabilities. The research shows that there were
administrative and psychological factors faced by voters with disabilities in Metro
City such as (1) Difficulties in listing data of disable voters; (2) The Socialization
Programs have not optimal yet; (3) The absence of a well-established organization
for people with disabilities. The researcher analized the role of General Election
Commission of Metro City in 3 (three) roles, namely: (1) data collected and ensured
that the eligible disable voters has been registered as a voters; (2) to improve
socialization and political education programs to the disable voters; (3) to provide
1
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
supporting facilities and infrastructure availability for disable voters to use their
voting right. In conducting those roles, we found that the General Election
Commission of Metro City has been implementing the role as main task and function
mandated by the law and regulation, however it is needed more support by other
institution in order to ensure voters data validity and socialization program running
intensively.
PENDAHULUAN
Demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan yang menempatkan
rakyat sebagai pemegang suara tunggal melalui proses pemilihan umum
(Pramusinto dan Kumorotomo, 2009:46). Pemilihan Umum (Pemilu)
merupakan mekanisme pengisian jabatan-jabatan politik yang
diselenggarakan secara berkala sebagai sarana ideal penyaluran
kedaulatan rakyat yang demokratis. Demokrasi berkaitan erat dengan
politik, karena untuk mewujudkan negara yang demokratis diperlukan
partisipasi politik yang aktif dari warga masyarakat. Sebagai syarat utama
dari terciptanya sebuah tatanan demokrasi secara universal,
pemilihan umum adalah lembaga sekaligus praktik politik yang
memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan
(representative government). Dengan pemilihan umum, masyarakat
secara individu memiliki hak dipilih sebagai pemimpin atau wakil
rakyat maupun hak untuk memilih pemimpin dan wakilnya di lembaga
legislatif.
Pada pemerintahan yang menganut sistem demokrasi perwakilan,
tingkat partisipasi pemilih berperan penting dalam menentukan
stabilitas pemerintahan yang terbentuk dari hasil pemilu. Partisipasi
berkaitan erat dengan legitimasi, semakin tinggi tingkat partisipasi
pemilih dalam pemilu, maka semakin legitimate pemerintahan yang
dihasilkannya. Pemerintahan yang didukung oleh mayoritas
masyarakat secara natural akan lebih mudah mendapatkan dukungan
bagi program-program maupun kebijakan-kebijakan yang akan
dijalankan.
Adanya keterlibatan masyarakat dalam pemilihan wakilnya
memungkinkan adanya proses check and balance antara pejabat
politik hasil pemilu dengan konstituennya sehingga tali mandat antara
keduanya tidak serta-merta terputus. Salah satu indikator
keberhasilan pemilu kemudian adalah tingginya tingkat partisipasi
masyarakat dalam memberikan suaranya. Penyaluran hak pilih ini
menjadi simbol kepedulian masa depan bangsa dan merupakan
momen penting dimana masyarakat memiliki kuasa untuk
menentukan masa depan bangsa. Oleh karena itu, KPU selaku
penyelenggara pemilu memiliki agenda besar untuk mendorong
partisipasi masyarakat pada setiap pelaksanaan pemilihan, termasuk
dengan melakukan upaya-upaya guna mendorong partisipasi
kelompok-kelompok rentan seperti wanita, pemilih pemula, disabilitas,
kaum marginal, suku terasing, dan lain sebagainya.
Upaya KPU ini membuahkan hasil berupa meningkatnya angka
partisipasi pemilih pada pemilu serentak tahun 2019 menjadi 81%,
2
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
3
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
3. TPS yang tak aksesibel menjadikan prinsip pemilu Luber Jurdil tak
terpenuhi. Misal, kelompok dengan disabilitas fisik tak bisa
menggunakan hak pilihnya seperti umumnya warga karena
keadaan TPS yang sempit, berbatu, dan bertangga;
4. Perlakuan petugas yang tidak ramah, atau malah terlalu berlebihan
sehingga malah meniadakan jaminan kerahasiaan pilihan bagi
mereka yang membutuhkan bantuan dari petugas/pendamping.
4
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
KAJIAN TEORI
A. Konsep Pemilih
UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu mendefinisikan pemilih sebagai
warga Negara Indonesia yang sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun
atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah kawin. Warga Negara
5
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
6
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
7
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
8
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
9
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
10
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini
dipilih karena dipandang mampu memberikan gambaran komprehensif
mengenai partisipasi disabilitas di Kota Metro. (Creswell, 2009:4)
menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif proses penelitian meliputi
pengembangan pertanyaan dan prosedur, pengumpulan data dilakukan
sesuai dengan kondisi partisipan, analisis data dibangun secara induktif
dari tema khusus ke umum, dan peneliti melakukan interpretasi terhadap
data tersebut. Metode ini memungkinkan peneliti untuk melakukan
eksplorasi terhadap faktor-faktor penyebab dengan memaknai hubungan
sebab-akibat secara holistik karena penelitian kualitatif memberikan ruang
bagi peneliti untuk tidak terpaku pada jawaban yang tertutup saja
melainkan dapat mengarah pada variasi-variasi jawaban lainnya yang
mungkin dapat lebih memberikan informasi yang lebih tepat.
Data-data dalam penelitian ini didapatkan dengan wawancara kepada
narasumber yang dipilih secara purposif atau dengan pertimbangan
tertentu sebagaimana dijelaskan dalam tabel dibawah ini:
11
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Tabel 2
Informan Penelitian
No Informan Kode Alasan Memilih Informan
1. Komisioner KPU Kota INT1 INT1 bertanggungjawab terhadap
Metro Divisi pendataan dan pemutakhiran data
Perencanaan dan pemilih, termasuk di dalamnya mendata
Data periode tahun pemilih penyandang disabilitas di Kota
2014-2019 Metro.
2. Komisioner KPU Kota INT2 INT2 bertanggungjawab terhadap
Metro Divisi SDM dan program dan tahapan sosialisasi
Partisipasi terhadap pemilih penyandang disabilitas
Masyarakat periode serta memahami peran dan kendala
tahun 2014-2019 yang dihadapi KPU Kota Metro dalam
hal partisipasi pemilih penyandang
disabilitas
3. Komisioner KPU Kota INT3 INT3 bertanggungjawab terhadap teknis
Metro Divisi Teknis penyelenggaraan pemilu, termasuk
Penyelenggaraan didalamnya memastikan ketersediaan
periode tahun 2014- sarana dan prasarana penunjang bagi
2019 pemilih penyandang disabilitas
12
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
PEMBAHASAN
A. Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas di Kota Metro
Pada pemilu serentak tahun 2019 yang lalu, jumlah Daftar Pemilih
Tetap (DPT) Kota Metro secara keseluruhan adalah sebanyak 114.311
pemilih. Dari jumlah ini, penyandang disabilitas adalah sebanyak 218
pemilih atau sebesar 0.191 % yang terbagi dalam kelompok ragam
disabilitas sebagai berikut :
Tabel 3
Jumlah Pemilih Penyandang Disabilitas Kota Metro
No Ragam Disabilitas Jumlah Persentase
1. Tuna Daksa 50 0.044 %
2. Tuna Netra 18 0.016 %
3. Tuna Rungu/Wicara 59 0.052 %
4. Tuna Grahita dan 29 0.025 %
mental
5. Lainnya 62 0.054 %
JUMLAH 218 0.191 %
Sumber: diperoleh KPU Kota Metro (2019)
L P Total L P Total
13
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
kependudukan tetapi belum terdaftar dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan
DPTb (Daftar Pemilih Tetap tambahan). DPK ini memenuhi syarat sebagai
pemilih yang dapat menggunakan hak pilihnya pada hari pemungutan
suara dengan menunjukkan KTP elektronik dan terdaftar di TPS sesuai
dengan alamat yang tertera di KTP elektronik. Secara keseluruhan tingkat
partisipasi penyandang disabilitas pada pemilu 2019 di Kota Metro adalah
sebesar 34,21%, dimana angka ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
penyandang disabilitas masih rendah.
14
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
3. Aspek politik
Faktor politik yang menyebabkan pemilih tidak mau
menggunakan hak pilihnya seperti: ketidakpercayaan terhadap
partai politik, tidak mempunyai pilihan kandidat atau calon yang
bakal dipilih dan sikap apatis atau ketidakpercayaan bahwa
pemilu dapat membawa perubahan dan perbaikan terhadap
nasibnya. Dari hasil wawancara dengan INT4, didapati bahwa
beberapa faktor internal dan eksternal di atas masih menjadi
penghambat utama bagi penyandang disabilitas untuk
menyalurkan hak pilihnya. INT4 menyatakan bahwa:
15
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
C. Peran KPU
a) Peran KPU dalam mendata dan memastikan penyandang
disabilitas yang memenuhi syarat terdaftar sebagai pemilih
KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum memiliki
tugas, wewenang dan peran yang sangat penting dalam
pelaksanaan pemilu, dimana salah satu perannya adalah
melakukan pendataan kepada masyarakat yang memenuhi syarat
untuk dapat masuk ke dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan
melakukan pemutakhiran data pemilih secara berkala. (Perdana,
dkk, 2019:33) menyatakan bahwa substansi pendaftaran pemilih
adalah mewadahi partisipasi pemilih sah pada saat pemberian
suara (pencoblosan). Dalam hal pengunaan hak suara, pemilih sah
(eligible) harus didata berdasarkan prinsip inklusi. Artinya, tidak
boleh ada potensi penghilangan hak pilih. Begitu pula, penetapan
pemilih tetap (DPT) harus dilakukan secara profesional dan tidak
mengandung diskriminasi dalam bentuk apapun (agama &
kepercayaan, gender & sex, etnik & ras, daerah & wilayah). Prinsip
pemilih diperlakukan sama menjadi penting sebagai bagian untuk
menghasilkan Pemilu yang inklusif.
16
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
17
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
18
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
19
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Relawan Demokrasi ini diakui oleh INT4 sebagai terobosan yang baik
dimana ia menyatakan bahwa:
“Saya dan dua orang teman yang disabilitas ikut menjadi relawan
demokrasi yang diadakan oleh KPU Kota Metro. Jadi selain
sebagai pemilih saya juga ikut sosialisasi bareng kawan-kawan
yang lain. Menurut saya ini suatu kemajuan ya,mengikutsertakan
semua elemen untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu”.
Sejalan dengan ini INT5 menyatakan bahwa komponen personel
Relawan Demokrasi sesungguhnya sudah cukup ideal, namun belum dapat
menjamin program sosialisasi akan ramai dan menjangkau seluruh
penyandang disabilitas.
KPU Kota Metro juga memfasilitas pendidikan politik melalui
Rumah Pintar Pemilu (RPP) Bumi Sai Wawai sebagai sarana
sosialisasi dengan memberikan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan inspirasi masyarakat tentang pemilu dan
demokrasi. Selain melakukan program pendidikan pemilih,
RPP Bumi Sai Wawai juga menjadi wadah bagi komunitas
pegiat pemilu untuk membangun gerakan peduli pemilu dan
demokrasi.
RPP Bumi Sai Wawai ini terbuka untuk siapa saja baik
peserta pemilu maupun masyarakat umum termasuk
penyandang disabilitas yang ingin tahu atau menambah
wawasan tentang pemilu. Dengan adanya RPP Bumi Sai
Wawai ini diharapkan dapat memberikan pendidikan politik
kepada masyarakat termasuk para penyandang disabilitas
sehingga dapat meningkatkan kesadaran politik penyandang
disabilitas.
KPU Kota Metro melakukan sosialisasi tatap muka dengan
berbagai komunitas di Kota Metro sebagai berikut :
1) Sekolah Luar Biasa (SLB) pada tanggal 13 Maret 2019;
2) Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) pada tanggal
21 maret 2019;
3) Yayasan Widia (perkumpulan disabilitas) pada tanggal
01 april 2019 Sosialisasi ini bertujuan untuk
memberikan informasi terkait tahapan pemilu, profil
peserta pemilu serta tata cara pencoblosan dengan
menggunakan template Braille (bagi tuna netra);
Laporan kegiatan sosialisasi pada pemilu 2019 dimasukkan
dalam aplikasi partisipasi masyarakat (SIPARMAS) yaitu
aplikasi pencatatan kegiatan pendidikan dan sosialisasi
dalam pemilihan dengan berbagai sasaran pemilih dalam
menyelenggarakan pemilu 2019.
Aplikasi ini digunakan untuk merekam seluruh kegiatan
pendidikan pemilih dan rumah pintar pemilu disemua
tingkatan. Peluncuran SIPARMAS dilatarbelakangi
pentingnya pendidikan dan sosialisasi pemilih dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat. Dengan adanya
SIPARMAS, KPU sebagai penyelenggara pemilu diharapkan
dapat melakukan monitoring terhadap 4 ruang lingkup
20
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
21
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
KESIMPULAN
Rendahnya partisipasi penyandang disabilitas di Kota Metro pada
pemilu 2019 dipengaruhi beberapa faktor, yakni (1) Kesulitan pendataan
pemilih penyandang disabilitas; (2) Sosialisasi yang belum optimal; dan (3)
Belum adanya wadah resmi yang menaungi seluruh penyandang disabilitas
di Kota Metro. Peran KPU Kota Metro sebagai lembaga penyelenggara
pemilu dalam meningkatkan partisipasi pemilih penyandang disabilitas
mengacu pada tugas pokok dan fungsi KPU dalam melindungi dan
memfasilitasi hak pilih penyandang disabilitas sesuai dengan amanat
undang-undang berdasarkan tahapan pemilu yaitu: (1) Mendata dan
memastikan penyandang disabilitas yang memenuhi syarat terdaftar
sebagai pemilih; (2) Memberikan sosialisasi dan pendidikan politik bagi
kelompok penyandang disabilitas; dan (3) Menjamin ketersediaan sarana
dan prasana pendukung bagi penyandang disabilitas guna memberikan
hak pilihnya.
Dalam menjalankan peran-peran tersebut, dapat dilihat bahwa KPU
Kota Metro telah menjalankan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan memiliki komitmen untuk melindungi hak
pilih penyandang disabilitas. Rendahnya partisipasi pemilih penyandang
disabilitas lebih berkaitan dengan aspek administratif seperti kesulitan
pendataan dan belum adanya wadah resmi, serta faktor psikologis dari
keluarga maupun penyandang disabilitas itu sendiri.
Untuk itu penulis merekomendasikan kepada KPU Kota Metro agar
kedepannya (1) Mendorong lembaga yang memiliki akses terhadap data
kependudukan seperti Dukcapil atau BPS untuk dapat menyajikan data
penyandang disabilitas yang lebih komprehensif sehingga dapat dijadikan
basis data pemilih yang valid; (2) Mendorong didirikannya wadah resmi
yang menaungi seluruh penyandang disabilitas di Kota Metro, misalnya
22
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal
Ardiantoro, J. (2014). Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (Seri
Riset). Jakarta: Komisi Pemilihan Umum.
Budiardjo, M. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Budiyanto. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan (Jilid I). Jakarta:
Erlangga.
Creswell, J. W. (2009). Research Design : Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches (Third Edit). California: Sage Publications,
Inc.
Firmanzah. (2008). Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Huntington, S., & Nelson, J. (1974). No Easy Choice : Political Participation
in Development Countries. Harvard University.
Kharisma, N. (2016). Problematika Penyandang disabilitas Dalam Pemilu
Studi Kasus Pemilu Legislatif 2014 di Jakarta. Jurnal Ilmu
Kesejahteraan Sosial, 5(1).
Nur, S. F. (2017). Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas di Kota
Semarang pada Pilwakot 2015. Journal of Politic and Government
Studies, 6(3).
Nursal, A. (2004). Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilu.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Perdana, A., & Dkk. (2019). Tata Kelola Pemilu di Indonesia. Jakarta: Komisi
Pemilihan Umum.
Pramusinto, A., & Kumorotomo, W. (2009). Governance Reform in
Indonesia : Mencari Arah Kelembagaan yang Demokratis dan Birokrasi
23
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
UU dan Peraturan
1. Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
3. Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilu
4. Peraturan KPU No. 10 Tahun 2018 tentang Sosialisasi, Pendidikan
Pemilih dan Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Pemilihan Umum
5. Peraturan KPU Nomor 38 tentang Penyusunan Daftar Pemilih
Didalam Negeri
6. Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pemungutan dan
Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum
24
PROBLEMATIKA DAN STRATEGI PENANGANAN POLITIK UANG
PEMILU SERENTAK 2019 DI INDONESIA
Lati Praja Delmanaa, Aidinil Zetrab, Hendri Koeswarac
a Program Tata Kelola Pemilu Batch IV, Universitas Andalas, Padang, Indonesia
b,cDosen S2 Tata Kelola Pemilu, Universitas Andalas, Padang, Indonesia
E-mail: latiprajadelmana@yahoo.com
ABSTRAK
Pemilu serantak Tahun 2019 meninggalkan permasalahan akut yang berdampak
pada kritisnya nilai demokrasi di Indonesia. Realitas menunjukan terdapat
banyak pelanggaran yang menyumbang penurunan kualitas Pemilu yang
disebabkan oleh politik uang. Permasalahan politik uang ini telah banyak dikaji
oleh peneliti sebelumnya, namun terdapat ruang kosong dalam penanganan
politik uang yaitu penanganan tidak cukup melalui penguatan kelembagaan tapi
juga melalui best practice dengan membandingkan penanganan politik uang
yang telah dilakukan oleh negara-negara luar dan disesuaikan dengan keadaan
Pemilu indonesia terutama kondisi lokal. Penelitian ini menggunakan metode
studi pustaka yang didukung oleh penelitian yang relevan. Hasil penelitian
menunjukan akar permasalahan munculnya politik uang adalah kandidat dan
masyarakat yang memiliki perilaku kapitalis didasarkan pada untung dan rugi
secara ekonomi. Sementara celah hukum, pengawasan yang lemah dan sistem
Pemilu proporsional membuka peluang berkembangnya politik uang.
Pencegahan politik uang dapat dilakukan secara sistemik dan simultan melalui
efektifitas fungsi suprastruktur dan infrastruktur politik, pembenahan sistem
politik, budaya politik, pendidikan moral dan politik masyarakat dengan strategi
jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Pencegahan dapat juga
dilakukan melalui modifikasi sistem Pemilu campuran sehingga meningkatkan
hubungan antar pemilih dan wakilnya yang tidak terputus pasca Pemilu pada
akhirnya akan meminimalisir politik uang dan menekan jumlah caleg instan
menjelang Pemilu.
Kata Kunci: politik uang, pencegahan, penanganan
1
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
PENDAHULUAN
Pemilihan umum serentak Tahun 2019 sebagai sarana perwujudan
demokrasi di Indonesia dinodai dengan pelanggaran yang terjadi pada
setiap tahapannya. Pelanggaran tersebut terjadi akibat tidak mampunya
penyelenggara melaksanakan Pemilu dengan prinsip kebebasan, keadilan,
dan kesetaraan. Sesuai data hasil pelanggaran Pemilu Tahun 2019
(Bawaslu, 2019) menyatakan bahwa terdapat 6.649 temuan yang telah
diregistrasi, 548 pelanggaran pidana dan 107 pelanggaran kode etik.
Pelanggaran pidana tertinggi adalah politik uang.
Menurut Burhanuddin dkk, 2019, jumlah pemilih yang terlibat
politik uang dalam Pemilu 2019 di kisaran 19,4% hingga 33,1%. Kisaran
politik uang ini sangat tinggi menurut standar internasional, dan
menempatkan Indonesia sebagai negara dengan peringkat politik uang
terbesar nomor tiga sedunia, dengan kata lain politik uang telah menjadi
praktik normal baru dalam Pemilu Indonesia. Hal ini sejalan dengan
temuan Bawaslu dan berbagai lembaga survei terdapat kasus politik uang
yang terjadi pada Pemilu serentak tahun 2019 antara lain, Pertama 12
kasus dugaan politik uang yang terjadi pada masa tenang tanggal 14
sampai dengan 16 April 2019 dan pada hari pencoblosan yaitu 1 kasus
Kabupaten Ciamis, 1 kasus Kabupaten Kuningan, 4 kasus terjadi di
Kabupaten Pangandaran, 1 kasus di Kota Bandung, 1 kasus di Kabupaten
Indramayu, dan 4 kasus di Kabupaten Garut. Kedua, menurut hasil
survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan survei
tentang Pemilu 2019 dan Demokrasi di Indonesia, menyatakan bahwa
terdapat 47,4 persen masyarakat membenarkan adanya politik uang yang
terjadi dalam Pemilu Serentak 2019, dan 46,7 persen menganggap politik
uang tersebut sebagai hal yang dapat dimaklumi.
Sedangkan menurut data Koalisi Masyarakat Sipil, terdapat 44
temuan terkait politik uang selama masa tenang Pemilu 2019. Sementara
berdasarkan temuan Bawaslu terdapat 24 putusan tentang politik uang
yaitu 23 putusan inkarah dan 1 dalam proses banding. Praktik politik
uang sebagian besar terjadi pada hari pencoblosan tanggal 17 April, saat
massa tenang selama tiga hari, dan sebelum memasuki masa tenang.
Konsep politik uang yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori yang dikemukakan oleh Jensen dkk (2013). Demi memperoleh
kekuasaan dan menarik simpati rakyat, kandidat sering malakukan
transaksional politik. Permasalahan tersebut tidak hanya terjadi pada
masa tahapan pemungutan suara tapi juga pada tahapan pra, sampai
pasca Pemilu. Hal ini diakibatkan karena lemahnya pengawasan dan
2
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan studi pustaka. Studi kepustakaan
dapat mempelajari berbagai referensi serta hasil penelitian sebelumnya
yang sejenis berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai
masalah yang akan diteliti. Studi kepustakaan dalam penelitian ini
dengan mengumpulkan data melaui penelaahan terhadap dokumen-
dokumen sumber serta laporan berkaitan dengan permasalahan politik
uang. Variabel yang akan dikaji adalah evaluasi politik uang yang terjadi
pada Pemilu 2019 dan analisis best practice pencegahan dan penanganan
politik uang pada Pemilu di Indonesia melalui perbandingan penanganan
politik uang di negara-negara demokrasi baru dan mapan yang
disesuaikan untuk kondisi politik lokal Indonesia.
Proses penelitian ini adalah pemilihan topik, eksplorasi informasi,
menentukan fokus penelitian, pengumpulan sumber data, persiapan
penyajian data dan penyusunan laporan. Sumber data dalam penelitian
ini adalah buku, jurnal dan situs internet. Sumber data pada penelitian
ini terdiri dari 10 jurnal tentang politik uang, 3 buah buku tentang
demokrasi dan politik uang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi,
mencari data mengenai variabel yang diteliti dalam makalah, jurnal dan
laporan. Analisis data dilakukan dengan analisis konten, yang dapat
diteliti ulang melalui konteksnya. Peneliti mengamati proses pencegahan
dan penanganan kasus politik uang Pemilu 2019 dengan melihat
dokumen sumber berupa peraturan dan data-data.
Bagian ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian, apa atau
siapa saja sumber datanya, bagaimana sumber data itu diperoleh (cara
menentukan sumber data) dan kemudian bagaimana data itu divalidasi.
3
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
4
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
5
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
- Ambang batas
presidential
threshold yang
tinggi akan
menciptakan
oligarki politik dan
berkembangnya
mahar politik atau
politik uang dalam
internal partai.
6
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
- dana kampanye
yang ‘mengikat’
terkait media
7
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
- Mengevaluasi dan
meningkatkan kinerja
PPID
Pendataan Pemilih
Potensi pelanggaran politik uang dalam tahapan ini adalah
pelanggaran penipuan/kesalahan disengaja untuk mobilisasi suara ke
kandidat tertentu. Menurut (Marli, 2018) masalah pendataan pemilih ini
erat kaitannya dengan sumber daya manusia dilapangan yang kurang
teliti dan sistem e-ktp yang harus diakui masih banyak kelemahan. Dari
sisi penyelenggara, ketidakprofesionalitasan ini ditandai dengan tidak ada
problem solving dalam kasus yang ditemui. Peningkatkan keakuratan data
pemilih dapat dilakukan melalui pembangunan sebuah sistem data
pemilih yang terintegrasi dengan catatan sipil, kemendagri dan lembaga
lain yang memiliki data kependudukan, sehingga perubahan yang terjadi
di lapangan bisa langsung diketahui dan dirubah di sistem. Sesuai
dengan penelitian Perludem bahwa diperlukan adanya konsolidasi data
kependudukan yang sepenuhnya dikelola oleh KPU dan berkolaborasi
dengan kemendagri dan lembaga lain yang memiliki data kependudukan.
(Khairunnisa Agustyati, 2016).
8
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Pendaftaran Calon
Dalam proses pendaftaran calon ini, dikatakan berintegritas jika
bebas dari diskriminasi dan kesetaraan. Terdapat beberapa permasalahan
pendaftaran calon yang mengurangi integritas pemilu antara lain
banyaknya kasus mahar politik dalam proses pencalonan oleh partai
politik. Pencegahan mahar politik dan politik uang dapat dilakukan secara
sistemik dan simultan, peran KPU disini adalah ikut melakukan
sosialisasi dampak buruk mahar politik dan politik uang dan
meningkatkan Efektifitas Pemantau dan Pengawas Pemilu.
9
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Kampanye
Politik uang paling banyak ditemukan pada saat kampanye,
berbagai macam jenis politik uang yang terselubung seakan tidak dapat
terbendung karena semakin kreatifnya pelaku untuk menjalankan aksi
vote buying ataupun dana kampanye yang “mengikat” (abusive donation).
Pemungutan Suara
Pemungutan suara rentan terhadap pelanggaran politik uang.
Pelanggaran tersebut seperti vote buying/pembelian suara dan serangan
fajar. Permasalahan yang lain yang menjadi catatan dalam pemungutan
suara ini adalah kurangnya pilihan/kandidat yang berkualitas yang
ditawarkan kepada pemilih. Hal ini erat kaitannya dengan kurangnya
kaderisasi di partai politik, partai politik tidak menyiapkan calon yang
berkualitas dan sentralistiknya penentuan calon yang akan diusung oleh
partai politik, sehingga calon yang diusung bukan merupakan kandidat
yang merupakan aspirasi dari masyarakat di daerah.
Penghitungan Suara
Politik uang terjadi antara calon tertentu dengan penyelenggara.
Namun, Undang-undang pemilu tidak mengatur politik uang dalam
rekapitulasi suara. Pembuktian sendiri sulit dilakukan karena
kerahasiaan pilihan suara pemilih dijamin oleh konstitusi. Sehingga perlu
indikator kualitas Pemilu diatas dengan pengawasan dan hukum yang
tidak memihak,tegas dan jelas.
Dari berbagai analisis di setiap tahapan tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat tahapan yang rentan dalam kecurangan terutama politik
uang (Utari, 2016), yaitu sebagai berikut:
10
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Tahap Kampanye
Sering terjadi aksi sumbangan yang dialkukan kandidat untuk
mendapatkan simpati masyarakat, contoh bagi uang, sembako, proyek
bahkan kitab suci agama tertentu. Namun kelemahan ini terjadi juga
karena regulasi yang ada tidak merumuskan secara eksplisit perbuatan
tersebut termasuk melanggar hukum.
11
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
12
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
13
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
14
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
15
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Gambar 1.
Rekomendasi Pencegahan Politik Uang dan Mahar Politik Melalui Penguatan
Kelembagaan, Hukum, Stakeholder, dan Pembenahan Sistem Pemilu
SUPRA
STRUK - Revisi UU Sanksi Tegas
TUR dan Jelas
- Legislatif - Peningkatan Politik
Politik Uang - Yudikatif kompetensi, integritas Uang
moral suprastruktur Dicegah
- Membentuk Pokja “Stop
Politik Uang dan Mahar
Politik”
- Teknologi pemantau
terintegrasi
- Sistem seleksi
SIST administrasi
EM PEMBENA - Calon
PEM - Sistem pendataan pemilih
HAN
ILU - Sistem kampanye,
- Sistem pemungutan
- Rekapitulasi suara.
16
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
17
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Aspek Moneter
Solusi dari aspek moneter untuk menekan politik uang dapat
dilakukan melalui kerjasama dengan Perbankan. Pada bulan kampanye
dan pada saat hari tenang sampai pemungutan suara berlangsung
dilakukan kebijakan jangka pendek moneter. Jangka pendek moneter
dapat dilakukan dengan cara menekan pertumbuhan jumlah uang
beredar, melakukan mekanisme kontrol terhadap transaksi mencurigakan
dan penarikan tunai dalam jumlah sebesar tertentu pada saat pemilu, di
mana bank sentral independen dari pengaruh politik.
KESIMPULAN
Persoalan politik uang perlu dianalisis untuk mendapatkan strategi
efektif dalam pencegahannya. Politik uang tidak sesuai dengan prinsip
teori demokrasi yang menuntut adanya kebebasan dan keadilan. Pemilu
dikatakan adil apabila semua masyarakat memiliki hak yang sama untuk
memilih pemimpin dengan cara yang tidak melanggar aturan. Politik uang
dan mahar politik ampuh dalam mempengaruhi perilaku pemilih. Sesuai
dengan teori perilaku pemilih bahwa pemilih yang cendrung rasional akan
menimbang untung dan ruginya. Persepsi rasional disini lebih cenderung
negatif karena mementingkan keuntungan pribadi secara ekonomi diatas
kepentingan negara sehingga munculnya krisis budaya politik, krisis
integritas, dan kepercayaan hukum. Pencegahan politik uang dapat
dilakukan secara sistemik dan simultan melalui efektifitas fungsi
suprastruktur dan infrastruktur politik, pembenahan sistem politik,
budaya politik, pendidikan moral dan politik masyarakat dengan strategi
jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Aidt, Toke dkk. 2019. “Vote Buying or (Political) Business (Cycle) . Review of
Economics and Statistics Journal” . hal 1-45
Agustyati, Khoirunnisa. 2016. “Menata Ulang Mekanisme Pendaftaran
Pemilih Pilkada, Jurnal Pemilu dan Demokrasi”, Edisi April, No 8, hal
43-61
Dwipayana, Ari AAGN. 2009. “Demokrasi Biaya Tinggi: Dimensi Ekonomi
dalam Proses Demokrasi Elektoral di Indonesia Pasca Orde Baru”.
Jurnal Ilmu Sosial dan Politik. Volume 12, Nomor 3
Dwipayana, Ari AAGN. 2005. “cost of democracy di tiga kabupaten
Yogyakarta”: Fisip UGM. Hal.17-20
Dendy Lukmajati. 2016. “Praktek Politik Uang Dalam Pemilu Legislatif
2014 Studi Kasus Kabupaten Blora”. Politika: Jurnal Ilmu Politik.
Volume 7 Nomor 1
18
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
19
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Tesis
Marli,Hasnul. 2018. “Integritas Penyelenggaraan Pemilu Dalam
Penyelenggaraan Pilkada Serentak Di Sumatera Barat Tahun 2015-
2017”. Tesis: Universitas Andalas
Opini
Delia Wildianti. 2018. “mahar Politik dan Korupsi sistemik”
http://www.puskapol.ui.ac.id
Fauziah Mursid, “Definisi mahar politik menurut Fadli zon”.
http://nasional.republik.co.id
Fadhli Ramadhani. 2018. “Cara Paling Efektif Berantas Politik Uang
Menurut Peneliti Perludem”. www.m.tribunnews.com
Kompas. “Bawaslu Proses 35 Kasus Dugaan Politik Uang di Pilkada 2018
Terbanyak di Sulsel”. https://nasional.kompas.com
Saleh, Taufikurrahman. 2006. “Surplus atau defisit demokrasi? Pilkada
dibanyak daerah”. Opini Jawa Pos.
Makalah
Bratton, Michael dan Mwangi Kimenyi.2008. “Voting in Kenya: Putting
Ethnicity in Perspective”. University of Connecticut, Department of
Economics
Wahyudi Kumorotomo.2009. “Intervensi Parpol, Politik Uang dan Korupsi:
Tantangan Kebijakan Publik Setelah Pilkada Langsung”. Makalah
Konfrensi Administrasi Negara. www.kumoro.staff.ugm.ac.id
Laporan
Badan Pengawas Pemilu. 2019. “Data Pelanggaran Pemilu Tahun 2019”.
diunduh pada tanggal 25 Mei 2019.
https://www.bawaslu.go.id/sites/default/files/hasil_pengawasan/Dat
a%20Pelanggaran%20Pemilu%20Tahun%202019%20per%2025%20M
aret%202019.pdf
Badan Pengawas Pemilu.2014, 2015, 2018. “Indeks Kerawanan Pemilu”
Badan Pengawas Pemilu.2019. “Indeks Kerawanan Pemilu”
Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan Alla. 2018. “Indeks
Kerawanan Pemilu Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang”
Peraturan
UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD
dan DPRD
UU no 1 tahun 2015 Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
Dan Walikota Menjadi Undang-Undang
UU nomor 10 tahun 2016, tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang
UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
Peraturan KPU nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pencalonan Peserta
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
20
REKRUTMEN DAN PELATIHAN PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN
(PPK) PADA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI OGAN
KOMERING ULU TAHUN 2020
Taufik Hidayat
Program Tata Kelola Pemilu Batch V, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Indonesia
E-mail : fixday99@gmail.com
ABSTRAK
Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan salah satu dari 9 provinsi, 224
kabupaten dan 37 kota di wilayah Indonesia yang menyelenggarakan Pemilihan
Kepala Daerah secara serentak. Tahapan Pemilihan Kepala Daerah pada saat ini
telah memasuki tahapan pembentukan Badan Penyelenggara Adhoc. Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten Ogan Komering Ulu telah melaksanakan rekrutmen
dan pelatihan terhadap Panitia Pemilihan Kecamatan. Penulis tertarik untuk
mengetahui dan menganalisis bagaimana proses rekrutmen Panitia Pemilihan
Kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan bagaimana pengaruh pelatihan
terhadap peningkatan pengetahuan Panitia Pemilihan Kecamatan di Kabupaten
Ogan Komering Ulu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Teknik Pengumpulan data dengan cara observasi dan dengan cara memberikan
soal-soal pretest dan posttest kepada seluruh Panitia Pemilihan Kecamatan di
Kabupaten Ogan Komering Ulu. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ogan
Komering Ulu melaksanakan tahapan-tahapan perekrutan Panitia Pemilihan
Kecamatan Kabupaten Ogan Komering Ulu mulai dari pendaftaran sampai dengan
pelantikan dengan mempedomani peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku. Pelatihan yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Ogan Komering Ulu berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pengetahuan
Panitia Pemilihan Kecamatan Kabupaten Ogan Komering Ulu.
ABSTRACT
The Ogan Komering Ulu is one of the Regency from 9 Provinces, 224 Regencies and
37 Cities in Indonesia which held the Simultaneous Regional Head Elections in
2020. The stage of the Regional Election has now entered the stage of forming Adhoc
election management body. The Ogan Komering Ulu General Election Commission
had carried out recruitment and training of the District Election Committees. The
author interested in figure out and analize the recruitment process of the Sub District
Election Committees in Ogan Komering Ulu Regency and the influence of the training
in improving knowledge of the Sub District Election Committee in Ogan Komering Ulu
Regency. This research used quantitative research method. Data collection
techniques were obtained by observing and giving pretest and post-test questions to
the entire Sub District Election Committees in Ogan Komering Ulu Regency. The Ogan
Komering Ulu General Election Commission implemented the recruitment stages of
the Ogan Komering Ulu Sub District Election Committee starting from the registration
until the inauguration guiding recent applicable laws and regulations. The result
1
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
shows that the training organized by the Ogan Komering Ulu General Election
Commission was significantly affected knowledge improvement of the Ogan
Komering Ulu Sub District Election Committees.
PENDAHULUAN
Pemilihan Kepala Daerah diselenggarakan serentak, diikuti oleh 9
Provinsi, 224 Kabupaten dan 37 Kota di wilayah Indonesia. Tahapan
Pemilihan Kepala Daerah pada saat ini telah memasuki tahapan
pembentukan Badan Penyelenggara Adhoc yang dimulai pada tanggal 15
Januari sampai dengan 28 Agustus 2020 sesuai dengan Peraturan KPU
Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan KPU Nomor
15 Tahun 2019 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan
Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2020.
KPU Kabupaten Ogan Komering Ulu telah melaksanakan rekrutmen
dan pelatihan bagi Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Kabupaten Ogan
Komering Ulu. Pelatihan yang diselenggarakan setelah acara pelantikan ini
menghasilkan dua output sekaligus yaitu terbentuknya PPK secara resmi
dan meningkatnya pengetahuan PPK tentang Kepemiluan. Hal ini
mencerminkan bahwa KPU Kabupaten Ogan Komering Ulu memperhatikan
prinsip-prinsip good governance dengan berupaya mengelola anggaran
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Ogan Komering Ulu Tahun 2020 secara
efektif dan efisien.
Menurut Nurmansyah (2011:71), rekrutmen merupakan kegiatan
untuk mendapatkan tenaga kerja baru untuk mengisi lowongan-lowongan
jabatan yang ada pada unit-unit dalam perusahaan. Sedangkan menurut
Sonny dalam (Sinambela, 2016:169), pendidikan dan pelatihan merupakan
salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya
manusia, pendidikan dan latihan tidak hanya menambah pengetahuan,
tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja sehingga meningkatkan
produktivitas kerja.
Kegiatan pelatihan ini juga merupakan strategi KPU Kabupaten Ogan
Komering Ulu dalam upaya memperkuat kelembagaan, untuk mencegah
pelanggaran-pelanggaran yang dapat terjadi akibat kurangnya pemahaman
PPK dalam menjalankan tugas di lingkungan wilayah kerjanya.
Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting untuk dilakukan guna
mengetahui bagaimana proses rekrutmen PPK di Kabupaten Ogan
Komering Ulu dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pelatihan yang
diselenggarakan oleh KPU Kabupaten Ogan Komering Ulu terhadap
peningkatan pengetahuan PPK di Kabupaten Ogan Komering Ulu sebagai
bekal dalam menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya, demi
menyukseskan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Ogan Komering Ulu
Tahun 2020. Tugas, wewenang dan kewajiban PPK diatur dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
2
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
3
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif, menggunakan one group pretest-posttest design. “M
Sugiyono (2012:110) menyatakan bahwa one group pretest-posttest design
adalah suatu teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah
pemberian perlakuan. Secara bagan, desain kelompok tunggal desain
pretest dan posttest dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
One group pretest-posttest design
O1 X O2
5
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
6
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
2. Pelatihan
Pretest diberikan setelah pelantikan PPK Kabupaten Ogan Komering Ulu
atau sebelum pembekalan pelatihan dimulai, sedangkan Posttest diberikan
setelah pembekalan pelatihan selesai atau sebelum acara penutupan,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Slamet Riyanto & Aglis Andhita
Hatmawan (2020:100) yang menyatakan bahwa data pretest diperoleh
sebelum sample mendapatkan treatment atau perlakukan khusus dan data
7
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Tabel 4
Muatan Soal Pretest dan Posttest
No Muatan Soal Jumlah
1 Sejarah Kepemiluan 1 soal
2 Sistem Pemilu di Indonesia 1 soal
3 Tokoh Nasional 1 soal
4 Penyelenggara Pemilu 1 soal
5 Asas Penyelenggaraan Pemilu 1 soal
6 Prinsip Penyelenggaraan Pemilu 1 soal
7 Pengaturan Penyelenggaraan Pemilu 1 soal
8 Tugas Panitia Pemilihan Kecamatan 1 soal
9 Wewenang Panitia Pemilihan Kecamatan 1 soal
10 Kewajiban Panitia Pemilihan Kecamatan 1 soal
11 Tugas Panitia Pemungutan Suara 1 soal
12 Wewenang Panitia Pemungutan Suara 1 soal
13 Kewajiban Panitia Pemungutan Suara 2 soal
14 Perundang-Undangan 1 soal
15 Masa Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan 1 soal
16 Masa Kerja Panitia Pemungutan Suara 1 soal
17 Sistem Informasi KPU 1 soal
18 Peran Pemerintah Daerah 1 soal
19 Pidana Pemilu 1 soal
20 Prinsip Pengelolaan Anggaran Pemilu 1 soal
21 Indeks Kerawanan Pilkada 2020 1 soal
Jumlah 22 soal
Sumber: Hasil Olahan, 2020
8
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Tabel 5
Data PPK pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Ogan Komering Ulu
Tahun 2020
Jenis
No PPK Pendidikan Usia Pengalaman
Kelamin
1 Baturaja Barat Laki-Laki Strata 1 48 Ya
2 Baturaja Barat Laki-Laki SLTA/Sederajat 27 Tidak
3 Baturaja Barat Laki-Laki Strata 1 32 Ya
4 Baturaja Barat Laki-Laki SLTA/Sederajat 30 Tidak
5 Baturaja Barat Laki-Laki Strata 1 59 Tidak
6 Baturaja Timur Laki-Laki Diploma 3 31 Ya
7 Baturaja Timur Laki-Laki Strata 1 32 Tidak
8 Baturaja Timur Laki-Laki Strata 1 35 Ya
9 Baturaja Timur Laki-Laki Strata 1 46 Ya
10 Baturaja Timur Laki-Laki SLTA/Sederajat 39 Tidak
11 Kedaton Peninjauan Laki-Laki SLTA/Sederajat 35 Ya
Raya
12 Kedaton Peninjauan Laki-Laki SLTA/Sederajat 37 Ya
Raya
13 Kedaton Peninjauan Laki-Laki SLTA/Sederajat 44 Tidak
Raya
14 Kedaton Peninjauan Laki-Laki Diploma 3 29 Tidak
Raya
15 Kedaton Peninjauan Laki-Laki Strata 1 28 Tidak
Raya
16 Lengkiti Laki-Laki Strata 1 36 Ya
17 Lengkiti Laki-Laki SLTA/Sederajat 32 Tidak
18 Lengkiti Laki-Laki SLTA/Sederajat 30 Tidak
19 Lengkiti Laki-Laki SLTA/Sederajat 44 Ya
20 Lengkiti Laki-Laki SLTA/Sederajat 40 Ya
21 Lubuk Batang Laki-Laki Diploma 3 40 Tidak
22 Lubuk Batang Laki-Laki SLTA/Sederajat 38 Tidak
23 Lubuk Batang Laki-Laki SLTA/Sederajat 36 Ya
24 Lubuk Batang Laki-Laki Strata 1 28 Tidak
25 Perempua SLTA/Sederajat 30 Tidak
Lubuk Batang n
26 Lubuk Raja Laki-Laki SLTA/Sederajat 39 Tidak
27 Lubuk Raja Laki-Laki Strata 1 40 Tidak
28 Lubuk Raja Laki-Laki SLTA/Sederajat 39 Tidak
29 Lubuk Raja Laki-Laki SLTA/Sederajat 49 Ya
30 Perempua Strata 1 33 Ya
Lubuk Raja n
31 Muara Jaya Laki-Laki SLTA/Sederajat 34 Tidak
32 Muara Jaya Laki-Laki Strata 1 27 Tidak
33 Muara Jaya Laki-Laki Diploma 3 35 Ya
9
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Jenis
No PPK Pendidikan Usia Pengalaman
Kelamin
34 Muara Jaya Laki-Laki Strata 1 31 Ya
35 Muara Jaya Laki-Laki Diploma 3 38 Ya
36 Pengandonan Laki-Laki Diploma 3 29 Ya
37 Pengandonan Laki-Laki Strata 1 31 Ya
38 Perempua Strata 1 37 Tidak
Pengandonan n
39 Pengandonan Laki-Laki Strata 1 34 Ya
40 Pengandonan Laki-Laki SLTA/Sederajat 46 Tidak
41 Peninjauan Laki-Laki SLTA/Sederajat 33 Tidak
42 Peninjauan Laki-Laki SLTA/Sederajat 41 Tidak
43 Perempua SLTA/Sederajat 32 Ya
Peninjauan n
44 Peninjauan Laki-Laki SLTA/Sederajat 47 Ya
45 Peninjauan Laki-Laki SLTA/Sederajat 37 Ya
46 Semidang Aji Laki-Laki Diploma 3 38 Tidak
47 Semidang Aji Laki-Laki Strata 1 37 Ya
48 Semidang Aji Laki-Laki Strata 1 37 Tidak
49 Semidang Aji Laki-Laki SLTA/Sederajat 41 Tidak
50 Semidang Aji Laki-Laki Strata 1 32 Ya
51 Sinar Peninjauan Laki-Laki Strata 1 32 Ya
52 Perempua Strata 1 30 Tidak
Sinar Peninjauan n
53 Sinar Peninjauan Laki-Laki Strata 1 26 Tidak
54 Sinar Peninjauan Laki-Laki SLTA/Sederajat 40 Tidak
55 Sinar Peninjauan Laki-Laki Strata 1 25 Tidak
56 Sosoh Buay Rayap Laki-Laki Strata 1 36 Tidak
57 Sosoh Buay Rayap Laki-Laki SLTA/Sederajat 34 Ya
58 Sosoh Buay Rayap Laki-Laki SLTA/Sederajat 32 Tidak
59 Sosoh Buay Rayap Laki-Laki Strata 1 23 Tidak
60 Sosoh Buay Rayap Laki-Laki Strata 1 51 Tidak
61 Ulu Ogan Laki-Laki SLTA/Sederajat 34 Tidak
62 Ulu Ogan Laki-Laki Strata 1 29 Ya
63 Ulu Ogan Laki-Laki Strata 1 31 Ya
64 Ulu Ogan Laki-Laki SLTA/Sederajat 50 Tidak
65 Ulu Ogan Laki-Laki Strata 1 33 Ya
Sumber: Hasil Olahan, 2020
Data PPK pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Ogan Komering Ulu
Tahun 2020 beserta hasil pretest dan posttest dianalisis menggunakan
analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
10
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Tabel 6
Analisis Deskriptif Hasil pretest dan posttest
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Pretest 65 14 86 49.00 17.166
Posttest 65 27 91 63.23 16.028
Valid N (listwise) 65
Sumber: Hasil Olahan, 2020
Terdapat peningkatan nilai PPK Kabupaten Ogan Komering Ulu setelah
diberikan pelatihan, nilai minimum meningkat sebesar 13 poin atau
48,14% dari 14 poin menjadi 27 poin dan nilai maksimum PPK meningkat
sebesar 5 poin atau 5,49% poin dari 86 poin menjadi 91 poin.
Tabel 7
Analisis Deskriptif Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-Laki 60 92.3 92.3 92.3
Perempuan 5 7.7 7.7 100.0
Total 65 100.0 100.0
Sumber: Hasil Olahan, 2020
Tabel 8
Analisis Deskriptif Pendidikan
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Strata 1 29 44.6 44.6 44.6
SLTA / 29 44.6 44.6 89.2
Sederajat
Diploma 3 7 10.8 10.8 100.0
Total 65 100.0 100.0
Sumber: Hasil Olahan, 2020
11
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Tabel 9
Analisis Deskriptif Usia
Kelompok Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 17 - 25 tahun 2 3.1 3.1 3.1
26 - 35 tahun 33 50.8 50.8 53.8
36 - 45 tahun 22 33.8 33.8 87.7
46 - 55 tahun 7 10.8 10.8 98.5
56 - 65 tahun 1 1.5 1.5 100.0
Total 65 100.0 100.0
Sumber: Hasil Olahan, 2020
Syarat usia untuk menjadi anggota PPK adalah paling rendah 17 (tujuh
belas) tahun. PPK Kabupaten Ogan Komering Ulu yang masuk dalam
kategori remaja akhir berjumlah 2 orang atau 3,1%, kategori dewasa awal
berjumlah 33 orang atau 50,8%, kategori dewasa akhir berjumlah 22 orang
atau 33,8 persen, kategori lansia awal berjumlah 7 orang atau 10,8%,
kategori lansia akhir berjumlah 1 orang atau 1,5%.
Kategori usia menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun
2009 yaitu sebagai berikut :
1. Masa balita usia 0 sampai dengan 5 tahun;
2. Masa kanak-kanak usia 5 sampai dengan 11 tahun;
3. Masa remaja awal usia 12 sampai dengan 16 tahun;
4. Masa remaja akhir usia 17 sampai dengan 25 tahun;
5. Masa dewasa awal usia 26 sampai dengan 35 tahun;
6. Masa dewasa akhir usia 36 sampai dengan 45 tahun;
7. Masa lansia awal usia 46 sampai dengan 55 tahun;
8. Masa lansia akhir usia 56 sampai dengan 65 tahun;
9. Masa manula usia 65 tahun ke atas.
Tabel 10
Analisis Deskriptif Pengalaman
Pengalaman
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 29 44.6 44.6 44.6
Tidak 36 55.4 55.4 100.0
Total 65 100.0 100.0
Sumber: Hasil Olahan, 2020.
12
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
13
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
3. Uji Homogenitas
Guna mengetahui suatu varian data bersifat homogen atau heterogen
dilakukan uji homogenitas. Data yang homogen merupakan salah satu
syarat tetapi tidak mutlak dalam uji independent sample t test. Dalam
penelitian ini, uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah
varian data hasil pretest dan data posttest bersifat homogen atau tidak.
Tabel 13
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Hasil Based on Mean .062 1 128 .803
Based on Median .103 1 128 .749
Based on Median and with .103 1 119.840 .749
adjusted df
Based on trimmed mean .052 1 128 .820
Sumber: Hasil Olahan, 2020
14
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Tabel 14
Uji Independent Sample Test
Tabel 15
Analisis Pengaruh Jenis Kelamin dengan Hasil Pretest
Chi-Square Tests
Value Df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 14.836a 15 .463
Likelihood Ratio 11.881 15 .688
Linear-by-Linear .144 1 .704
Association
N of Valid Cases 65
a. 28 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .08.
Sumber: Hasil Olahan, 2020
15
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 7.845a 13 .854
Likelihood Ratio 9.313 13 .749
Linear-by-Linear .037 1 .847
Association
N of Valid Cases 65
a. 22 cells (78.6%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .08.
Sumber: Hasil Olahan, 2020
Dari hasil Chi-Square Test sebaimana tabel di atas, nilai Asymptotic
Significance adalah 0,854 yaitu lebih besar dari 0,05, maka dapat
diartikan bahwa jenis kelamin tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dengan nilai hasil posttest PPK Kabupaten Ogan Komering
Ulu.
16
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
17
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
KESIMPULAN
1. KPU Kabupaten Ogan Komering Ulu telah melaksanakan tahapan-
tahapan perekrutan PPK Kabupaten Ogan Komering Ulu mulai dari
pendaftaran sampai dengan pelantikan dengan mempedomani Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016,
18
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
SARAN
1. Penulis menyarankan kepada KPU Kabupaten Ogan Komering Ulu, agar
PPK Kabupaten Ogan Komering Ulu diberikan pelatihan-pelatihan
lainnya terutama berkaitan dengan teknis kepemiluan, seperti
pelatihan penyusunan daftar pemilih, pelatihan manajemen logistik,
serta pelatihan pemungutan dan penghitungan suara.
2. Penulis menyarankan kepada akademisi agar turut serta meneliti lebih
dalam tentang Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan
Suara dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, karena badan
adhoc merupakan bagian dari penyelenggara yang tidak kalah penting
yang turut serta berperan dalam suksesnya penyelenggaraan suatu
Pemilihan.
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Aziza, A. D. 2016. Rekrutmen dan Pembekalan Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) pada Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) di Samarinda Tahun 2015 oleh KPU (KPU)
Kota Samarinda. eJournal Ilmu Pemerintahan, 4 (4): 1489-1498.
Enterprise, Jubilee. 2018. Lancar Menggunakan SPSS untuk Pemula.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Gunawan, Ce. 2020. Mahir Menguasai SPSS Panduan Praktis Mengolah
Data Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.
Haris. 2016. Kinerja Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD Dan DPRD
Tahun 2014 di Kecamatan Palasa Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal
Untad. 4 (4) : 4.
Nurmansyah. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pengantar.
Pekanbaru: Unilak Press.
Rivai, Veithzal dan Sagala, Ella Jauvani. 2009. Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
19
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Peraturan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi
Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi/ Komisi Independen
Pemilihan Aceh dan Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen
Pemilihan Kabupaten/Kota tentang Pembentukan dan Tata Kerja
Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, dan
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dalam Penyelenggaraan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati
dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dan dikelola oleh unit kerja
yang menangani bidang Sumber Daya Manusia.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan KPU Nomor 15
Tahun 2019 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan
Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2020.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor
88/Kpts/KPU/TAHUN 2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pengelolaan, Penyaluran Dan Pertanggungjawaban Penggunaan
Anggaran Dana Hibah Untuk Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati Dan/Atau Walikota
Dan Wakil Walikota
20
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
21
PROBLEMATIKA PELAPORAN DANA KAMPANYE PADA
PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2019
Rudi Hermanto
Program Tata Kelola Pemilu Batch II , Universitas Padjajaran, Bandung, Indonesia
E-mail: rudihermanto1980@yahoo.com
ABSTRAK
Pendanaan kampanye adalah salah satu faktor penentu kemenangan pada
kompetisi Pemilu 2019. Tranparansi dan akuntabilitas laporan dana kampanye
sangat menentukan integritas Pemilu di Indonesia. Tulisan ini mengkaji laporan
dana kampanye partai politik peserta Pemilu 2019 dengan fokus pada aspek
penerimaan dan pengeluaran dana kampanye, serta kepatuhan pada aturan dana
kampanye yang berlaku. Melalui metode kualitatif dengan menggunakan data
sekunder, berupa Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK)
dan Laporan Asuransi Independen dari Kantor Akuntan Publik ditemukan bahwa
penerimaan dana kampanye partai politik Peserta Pemilu 2019 didominasi oleh
sumbangan dari calon legislatif dan pengeluaran terbanyak dana kampanye
berasal dari jasa kampanye. Hasil audit memperlihatkan masih adanya
ketidaktransparanan dan ketidakpatuhan pada aturan dana kampanye dari
mayoritas partai politik. Lemahnya sanksi diduga menjadi salah satu penyebab,
disamping regulasi dana kampanye yang belum mengatur batasan sumbangan
dana kampanye dari partai politik dan calon legislatif, serta batasan pengeluaran
dana kampanye sehingga prinsip kesetaraan dan prinsip keadilan Pemilu
tercederai.
Kata Kunci: dana kampanye, calon legislatif, partai politik, pemilu 2019
1
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
PENDAHULUAN
Kampanye merupakan tahapan krusial dalam pemilu dimana
pasangan calon dan calon legislatif akan berlomba menawarkan visi dan
misi serta program kerja jika terpilih kepada pemilih sebagai pemilik
kedaulatan dalam negara demokrasi. Kampanye sejatinya adalah
sosialisasi dan pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengenal
sosok calon pemimpin dan model pengelolaan negara yang ditawarkan.
Pendanaan kampanye menjadi penting karena akan menjadi salah satu
faktor penentu kemenangan kandidat, disamping faktor-faktor lainnya.
Karena kerja-kerja dalam kampanye membutuhkan pembiayaan tim
sukses, logistik, ongkos sosialisasi kepada pemilih, iklan media dan survei
elektabilitas.
Salah satu faktor yang menghalangi proses politik untuk mencapai
demokrasi yang ideal dibanyak negara adalah pengaruh uang. Uang
menjadi sangat penting untuk politik demokrasi, juga bisa menjadi alat
untuk mempengaruhi proses politik dengan cara membeli suara atau
mempengaruhi pengambilan kebijakan.
Sistem pemilu proporsional terbuka memaksa setiap kandidat untuk
lebih menawarkan sosok dirinya sebagai kandidat daripada partai
politiknya. Kandidat akan berlomba dengan rekan separtainya untuk
memasarkan dirinya masing-masing. Tentu saja hal ini akan membawa
permasalahan pada semakin besarnya pembiayaan kampanye masing-
masing kandidat dan pelaporan dana kampanyenya. Karena pengaturan
dana kampanye pada Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum sama seperti peraturan terdahulu menjadikan partai
politik sebagai subjek pelapor bukan kandidatnya. Sumber dana kampanye
bisa datang dari perseorangan maupun perusahaan/badan usaha non-
pemerintah.
Pemilu Legislatif di Indonesia dalam hubungannya dengan kampanye
beserta pembiayaannya memunculkan 2 gejala menarik, yaitu : pertama,
peningkatan jumlah pembiayaan kampanye, dan kedua, menguatnya
orientasi kampanye berbasis caleg. Dua gejala tersebut pada akhirnya
membatasi kontrol partai terhadap agenda isu, program, maupun
kualifikasi caleg, dan terbatas pada fungsi nominasi. Dampak selanjutnya,
muncul ketergantungan partai terhadap pembiayaan kampanye yang
bersumber dari sumbangan caleg dibandingkan sumber pembiayaan dari
partai politik (Mellaz, 2019 : 26).
Studi Mellaz (2018 : 64) dalam pembiayaan kampanye Pemilu
Legislatif Tahun 2014 menunjukan oreintasi personal kandidat dalam
kampanye. Pengeluaran pembiayaan kampanye merupakan cermin dari
belanja yang dilakukan oleh setiap caleg di dapilnya. Sistem proporsional
terbuka linier dengan beban pembiayaan kampanye yang mayoritas
ditanggung oleh caleg.
Tidak berbeda dengan Pemilu Legislatif Tahun 2019, pada Pemilu
Legislatif Tahun 2019 penerimaan dana kampanye didominasi oleh
sumbangan calon legislatif sebesar 84%, sementara sumbangan dari partai
politik hanya 13,3 % saja.
Hasil audit LPPDK memperlihatkan masih adanya
ketidaktransparanan dan ketidakpatuhan pada aturan dana kampanye
2
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
METODE PENELITIAN
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model
studi kasus, dimana penulis berusaha untuk mengungkapkan secara
empiris problematika laporan dana kampanye pada Pemilu 2019.
Penelitian ini menggunakan data sekunder, berupa Laporan Penerimaan
dan Pengeluaran dana Kampanye (LPPDK) dari partai politik peserta
Pemilu Serentak 2019 dan Laporan Asurans Independen dari setiap Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang memeriksa LPPDK partai politik peserta
Pemilu Serentak 2019 dari website KPU RI dan hasil penelitian lembaga
riset dan civil society pemerhati pemilu. Data hasil penelitian dianalisa
3
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
4
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
5
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Tabel 1
Perbandingan Batasan Sumbangan Dana Kampanye
UU No. 12/2003 UU No. 10/2008 UU No. 8/2012
Perseorangan Kelompok Perseorangan Kelompok Perseorangan Kelompok
6
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
7
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
8
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
9
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Umum Nomor 34 Tahun 2018, dan secara teknis diatur dalam Keputusan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 1126/PL.01.6-Kpt/03/KPU/IX/2018
tentang Pedoman Teknis Pelaporan Dana Kampanye Pemilihan Umum dan
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1781/ PL.01.6-
Kpt/03/KPU/XI/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Laporan Dana
Kampanye Pemilihan Umum.
Sumber penerimaan dana kampanye pada Pemilu Tahun 2019, yang
terdiri dari sumbangan dari partai politik, calon legislatif, perseorangan,
kelompok, dan badan usaha non-pemerintah dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3
Penerimaan Dana Kampanye Pemilu Tahun 2019
Sumber : www.kpu.go.id
10
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
caleg tentu saja mengutamakan modal kapital yang dimiliki caleg untuk
menyokong sumbangan dana kampanye dari pribadi mereka sendiri dan
menjalankan mesin politik atau tim suksesnya untuk meraup dukungan
politik. Seperti Pemilu Tahun 2014, penerimaan dana kampanye Pemilu
Serentak Tahun 2019 mayoritas berasal dari caleg, hal tersebut disebabkan
desain sistem pemilu proporsional-terbuka yang memaksa setiap caleg
untuk mengeluarkan biaya berlipat untuk memenangkan kursi karena
harus bersaing tidak hanya dengan caleg yang berbeda partai politik,
namun dengan teman sejawat di internal partai politiknya. Mereka harus
mengeluarkan modal untuk melakukan kampanye dalam bentuk
pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, pembuatan alat peraga
kampanye dan penyebaran bahan kampanye kepada konstituennya.
Perindo menjadi partai politik yang sumbangan dana kampanyenya
terbesar berasal dari internal partai politik sendirinya dengan nilai 88
milyar, disusul kemudian Nasdem sebesar 80 milyar, dan Golkar 72 milyar.
PKPI adalah satu-satunya partai politik yang dana kampanye tidak
bersumber dari kas partai politik, melainkan dari sumbangan kelompok
sebesar 4,7 milyar dan sumbangan dari caleg sebesar 1,5 milyar.
Perindo dan Nasdem mampu mencukupi kebutuhan finansialnya
secara mandiri dengan mengandalkan dana dari pendiri dan korporatnya
yang memiliki latar belakang pengusaha. Kedua partai ini tidak tergantung
pada partisipasi anggota melainkan pada kekuatan
perorangan/sekelompok orang. Paloh dan Hary dengan mudah
menggerakan industri media yang dipimpinnya dan jaringan bisnis media
massanya untuk mengkampanyekan parpolnya masing-masing, sebuah
karakter parpol yang disebut oleh Noor (2017 : 115) sebagai partai-partai
post democracy.
Hanura menjadi satu-satunya partai politik yang menerima dana
kampanye dari kelompok dengan total sumbangan 9,5 milyar. Adapun
partai politik penerima sumbangan dana kampanye terbesar dari
perseorangan adalah Demokrat dengan dilai 7,1 milyar, berikutnya adalah
PKPI dengan nilai 4,7 milyar dan PSI dengan nilai 3,8 milyar. Sepertinya
partai-partai politik besar/lama gagal untuk menarik partisipasi
masyarakat dalam penggalangan dana kampanye.
Penerima sumbangan dana kampanye dari badan usaha non-
pemerintah terbesar adalah PKB dengan besaran sumbangan 7,4 milyar,
disusul kemudian oleh PSI dengan nilai 6,2 milyar, Nasdem dengan nilai 1
milyar, dan Golkar 395 juta. Sedangkan partai politik yang lain tidak
menerima sumbangan dari badan usaha non-pemerintah.
Dari sisi pengeluaran dana kampanye, kecendrungan seluruh partai
politik menggunakannya untuk jasa kampanye calon legislatif, penyebaran
bahan kampanye, produksi iklan, pembuatan alat peraga kampanye, dan
sumbangan terhadap calon legislatif. Berikut total pengeluaran dana
kampanye seluruh partai politik peserta Pemilu Serentak 2019 :
11
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Grafik 1
Pengeluaran Dana Kampanye Pemilu Serentak 2019
PKPI 6,289,666,567
PBB 117,756,600,000
DEMOKRAT 189,410,785,377
HANURA 49,485,201,423
PAN 169,048,328,526
PSI 84,657,844,428
PPP 76,551,752,526
PERINDO 228,116,161,935
PKS 150,025,870,027
BERKARYA 107,159,300,058
GARUDA 3,361,424,903
NASDEM 232,113,494,650
GOLKAR 307,471,571,477
PDIP 345,006,553,771
GERINDRA 134,717,249,021
PKB 141,012,647,279
Sumber : www.kpu.go.id
133,715,077,635
338,339,772,456
350,000,000,000
300,000,000,000
250,000,000,000 180,871,110,071
235,131,587,510 138,141,622,439
200,000,000,000
150,000,000,000 177,863,557,751 123,606,099,035 116,960,000,000
100,000,000,000 105,864,300,058 168,948,328,526
133,587,647,279
50,000,000,000
64,138,502,526
0
1,294,515,041
42,657,646,880 28,858,287,278
1,530,743,254
Sumber : www.kpu.go.id
12
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
40,000,000,000 36,390,000,000
35,000,000,000
29,983,412,000
30,000,000,000
25,000,000,000
20,000,000,000 5,242,500,000
15,000,000,000 2,978,365,192
274,570,300
10,000,000,000 25,000,000 194,100,000
5,000,000,000 900,000,000 820,000,000
0 0 0 0 0 0 524,850,000
0
Sumber : www.kpu.go.id
13
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Grafik 4
Produksi Iklan
PSI,
20,850,294,170
NASDEM,
29,112,260,609
PPP, 0
PERINDO, 0
PKS, 1,494,760,000
BERKARYA, GARUDA,
77,000,000 86,909,862
Sumber : www.kpu.go.id
14
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Grafik 5
Pembuatan Alat Peraga Kampanye
25000000000
GOLKAR,
20000000000 19,289,000,000
PERINDO,
18,050,895,500
15000000000
PKS,
8,365,750,0
00
10000000000
HANURA,
PSI, 4,241,540,000
BERKARYA,
1,218,000,000 4,717,699,25
0
5000000000 PKPI,
3,572,122,625
PBB,
PKB, 0 PDIP, 0 NASDEM, 602,500,000
520,000,000
GERINDRA, 0 GARUDA, 0 PPP, 0 PAN , 0 DEMOKRAT, 0
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
-5000000000
Sumber : www.kpu.go.id
15
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Grafik 6
Pertemuan Terbatas
30000000000 23,767,110,510
20000000000
10000000000
0 0 0 0 1,116,784,433 2,900,586,500
0 0 0
0 0
0 0 17,578,000
0 0
Sumber : www.kpu.go.id
GERINDRA, 0
DEMOKRAT, PKB, 0 PKPI, 0 PBB, 0
3,165,500,000
PDIP,
4,670,420,000
HANURA, 0
PAN , 0 GOLKAR,
395,000,000
PSI, NASDEM, 0
4,362,472,666
GARUDA,
1,980,000,000
PKS, 0
PPP, 0
PERINDO,
9,705,483,000
Sumber : www.kpu.go.id
16
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
milyar, dan Golkar 395 juta. Sedangkan partai politik lainnya tidak
mengeluarkan anggaran untuk sumbangan dana kampanye.
Pengeluaran dana kampanye selanjutnya adalah pengeluaran untuk
rapat umum. Kampanye dalam bentuk rapat umum nampaknya tidak
diminati oleh mayoritas partai politik peserta Pemilu Serentak 2019. Hanya
dua partai politik lama yang masih melakukannya, yaitu Golkar dan PDIP.
Golkar mengeluarkan 4,2 milyar dan PDIP 1,9 milyar. Jumlah pengeluaran
untuk rapat umum keseluruhan hanya 6,1 milyar atau 0,26% saja dari
total pengeluaran dana kampanye.
Grafik 8
Rapat Umum
DEMOKRA
BERKARYA
GERINDRA
PERINDO
HANURA
NASDEM
GARUDA
PKPI
PKB
PKS
PAN
PBB
PPP
PSI
0%
T
0%
PDIP,
1,995,000,…
GOLKAR,
4,203,808,278
Sumber: www.kpu.go.id
Dalam kompetisi pemilu yang berpusat pada calon legislatifnya,
bentuk kampanye konvensional seperti rapat umum dan pertemuan tatap
muka mulai ditinggalkan. Sama dengan pengeluaran rapat umum,
pengeluaran keseluruhan partai politik untuk pertemuan tatap muka
hanya 6,1 milyar atau 0,2% dari saja dari total pengeluaran dana
kampanye. Hanya dua partai saja yang mengeluarkan anggaran untuk
pertemuan tatap muka, yaitu PSI dengan besaran 6 milyar dan Gerindra 1
milyar.
Grafik 9
Pertemuan Tatap Muka
GOLKAR, 0
PDIP, 0
PSI, 6,073,392,752
Sumber : www.kpu.go.id
17
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Pola pembiayaan kampanye Pileg 2019 kali ini tidak jauh berbeda
dengan pola pembiayaan kampanye di Pileg 2014 sebelumnya, yaitu
bersifat padat modal. Selanjutnya terdapat indikasi kuat bahwa para
kandidat juga mengalokasikan pengeluaran dana kampanye mereka untuk
melakukan praktik-praktik pembelian suara dengan bentuk pemberian
uang dan sembako semakin gencar dilakukan pada saat hari tenang dan
menjelang hari pemungutan suara. Praktik-praktik tersebut bersifat lebih
variatif dan masif (Sukmajati, M & Disyacitta, F., 2019 : 90-91). Sisi
transparansi sumber dana kampanye juga masih bermasalah, dari 16
partai politik peserta Pemilu Tahun 2019 terdapat 9 partai politik yang
identitas penyumbangnya. Ketidaklengkapan tersebut dapat dilihat pada
tabel 3 dibawah ini:
Tabel 4
Identitas Penyumbang Partai Politik Yang Tidak Lengkap
2 GOLKAR 1 - 1 No Telepon
3 NASDEM - - 1 No Telepon
4 GARUDA 3 - - NPWP
5 BERKARYA 1 - - No Telepon
6 PSI 70 2 - No Telepon,
NPWP
7 HANURA 1 1 - No Telepon
8 DEMOKRAT 4 - - No Telepon
9 PKPI 3 - - No Telepon
Total 89 4 2
Sumber: Bawaslu, 2019 : 285
Dari tabel 3 diatas terlihat PSI menjadi partai politik teratas dalam
ketidaktertiban administrasi, sebanyak 70 penyumbang perseorangan dan
2 kelompok yang tidak melengkapi nomor telepon dan NPWP. Sementara
itu, 7 partai politik telah melengkapi persyaratan administrasi, yaitu :
Gerindra, PDIP, PKS, Perindo, PPP, PAN dan PBB.
Berdasarkan hasil audit KAP terhadap LPPDK partai politik peserta
Pemilu 2019 ditemukan sebanyak 8 partai politik masuk kategori patuh
dan 8 lainnya masuk kategori tidak patuh. 8 partai politik yang masuk
kategori patuh adalah Golkar, Nasdem, Garuda, PKS, Perindo, PSI, PKPI
18
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
19
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Sumber : www.kpu.go.id
20
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
KESIMPULAN
Pada penelitian ini diperoleh beberapa temuan, diantaranya:
1. Regulasi dana kampanye tidak mengatur tentang batasan sumbangan
dana kampanye dari partai politik dan calon legislatif, batasan
pengeluaran dana kampanye, dan objek pelapor dana kampanyenya
partai politik bukan calon legislatifnya.
2. Penerimaan dana kampanye partai politik Peserta Pemilu 2019
didominasi oleh sumbangan dari calon legislatif, dan pengeluarannya
terbanyak pada jasa kampanye.
3. Hasil audit KAP terhadap LPPDK partai politik peserta pemilu 2019
memperlihatkan adanya ketidaktransparan dan ketidakpatuhan pada
aturan dana kampanye dari mayoritas partai politik. Laporan dana
kampanye masih bersifat formalitas dan KPU tidak memiliki
kewenangan lebih lanjut mengenai ketidakpatuhan partai politik dalam
pelaporan dana kampanye.
21
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Mellaz, A. (2018). Personal Vote, Candidate-Centered Politics, dan
Pembiayaan Pileg 2014. Dalam Sukmajati, M & Perdana, A (ed) (2018).
Pembiayaan Pemilu di Indonesia. Jakarta : Bawaslu.
__________. (2019). Pembiayaan Kampanye Pemilu 2019 : Personal Vote dan
Candidate Centered Politics dalam Bingkai Pemilu Serentak. Dalam Dede
Sri Kartini (ed), (2019). Perihal Penyelenggaraan Kampanye. Jakarta :
Bawaslu.
Nassmacher, K H .(2014). Regulasi Keuangan Partai. Dalam Katz, RS &
Crotty, W. Handbook Partai Politik. Bandung : Nusa Media.
Falguera, et.al (2014). Funding of Political Parties and Election Campaigns :
A Handbook on Political Finance. Stockholm : IDEA.
Ohman, M (2014). Getting the Political Finance System Right. Dalam
Falguera et.al . Funding of Political Parties and Election Campaigns : A
Handbook on Political Finance. Stockholm : IDEA.
Supriyanto, D & Wulandari, L (2013). Basa-Basi Dana Kampanye :
Pengabaian Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas Peserta Pemilu.
Jakarta : Yayasan Perludem.
Sukmajati, M & Perdana, A (2018). Pendahuluan: Pembiayaan Pemilu di
Indonesia. Dalam Sukmajati, M & Perdana, A (ed) (2018). Pembiayaan
Pemilu di Indonesia. Jakarta : Bawaslu.
RI, BAWASLU (2019). Laporan Kinerja 2019. Jakarta : Bawaslu.
Jurnal
Avkiran, et.al. (2015). Knowledge of campaign finance regulation reduces
perceptions of corruption. Accounting & Finance , 1-23.
Bussey, J. (2000). Campaign Finance Goes Global. Foreign Policy, (118), 74-
84.
Claessens, S,. et.al (2008). Political conections and preferiantials acess to
finance : The role of campaign contributions. Journal of Financial
Economics, 88, 554-580.
Gross, et.al. (2002). State Campaign Finance Regulations and Electoral
Competition. American Politics Research, 30(2), 143-165.
22
Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia
Vol. 1 No. 2, Mei 2020
www.journal.kpu.go.id
Hamm, K.E & Hogan R.E. (2008). Campaign Finance Laws and Candidacy
Decisions in State Legislative Elections. Political Research Quarterly,
61(3), 458-467.
Junaidi, V. (2012). Pengaturan Dana Kampanye Pemilu : Mau Dibawa
Kemana ?. Jurnal Pemilu & Demokrasi, 3, 1-26.
Mas’oed, M & Savarini, A (2011). Financing Politics in Indonesia. PCD
Journal, III(1-2). 63-94.
Mietzner, M. (2015). Dysfunction by Design : Political Finance and
Corruption in Indonesia. Ciritical Asian Studies 47(4), 587-610.
Noor, F. (2017). Fenomena Post Democracy Party di Indonesia : Kajian Atas
Latar Belakang, Karakteristik dan Dampaknya. Jurnal Penelitian
Politik 4(2), 109-125.
Sukmajati, M & Disyacitta, F. (2019). Pendanaan Pemilu Serentak 2019 di
Indonesia : Penguatan Demokrasi Patronase ?. Jurnal Antikorupsi
INTEGRITAS 5(1). 75-95.
Artikel Online
Daud, A. (2019). Sejumlah LSM Soroti Penurunan Dana Kampanye 2019.
Diakses 5 April 2020, dari :
https://katadata.co.id/berita/2019/01/28/sejumlah-lsm-soroti-
penurunan-dana-kampanye-pemilu-2019
Salabi, A. (2010). Dana Kampanye di Politik Elektoral 2019, Menanti
Keberanian Penyelenggara Pemilu. Diakses 5 Maret 2020, dari :
http://perludem.org/2018/04/13/dana-kampanye-di-politik-
elektoral-2019-menanti-keberanian-penyelenggara-pemilu-oleh-
amalia-salabi/
23