ABSTRAK
Esai ini berusaha mengkaji bagaimana tren yang terjadi di tahun 2018 dari segi
politik, sosial, budaya, dan kemahasiswaan. Esai ini difokuskan pada argumen
tidak ada visi strategik yang pasti. Hal ini semakin terlihat jelas fungsi dan
peranan pers terhadap pemilihan umum demokrasi pada pasal 28 UUD 1945 yaitu
menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan mengakui hal itu. Pers yang meliputi media cetak, elektronik dan
media lainnya merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan maksud tersebut.
Di masa mendatang, peranan pers bukan saja sebagai penyebar informasi dan
memberikan pendidikan dalam Pilkada dan Pemilu. tetapi terkadang pers
dijadikan inspirasi oleh pemangku kekuasaan dalam mengambil langkah yang
strategis dan siginifikan. Sehingga, pers harus dijaga dan ditingkatkan demi
kepentingan nasional.
Setiap tahapan Pilkada dan Pemilu tanpa peran pers akan sia-sia, sehingga
pers dianggap penting sebagai media penyebar informasi secara akurat dan
berimbang kepada massa. Peran pers sangat besar dalam mengkampanyekan
setiap tahapan Pemilu selain mengandalkan metode sosialisasi tatap muka,
spanduk, baliho, pamplet, media sosial (facebook, instagram, WhatAps, Twitter,
line, skype, email).
Harapan dari peran pers sendiri agar kegiatan tahapan Pilkada dan Pemilu
tepat sasaran, sehingga masyarakat paham dan mengerti maksud dan tujuan yang
disampaikan penyelenggara pemilu.
Selain itu, pers juga berperan menunjukkan sikap dengan mengawal dan
memberitakan Pilkada dan Pemilu, seperti dari segi regulasi, kelembagaan
penyelenggara, pengawas dan pemantau Pilkada dan Pemilu, juga lembaga survei,
hingga pemilih. Selanjutnya, visi, misi, program kerja paslon juga menarik, tapi
harus tetap menjaga independen, jangan menjadi corong kandidat tertentu.
Sebagai salah satu sarana alternatif kontrol sosial dalam upaya penataan
kehidupan berdemokrasi di Negeri yang telah berdaulat semenjak 17 Agustus
1945 lalu, secara lebih spesifik, insan Pers dituntut untuk tetap kritis terhadap
masih adanya upaya provokasi, intimidasi dan praktek “politik uang” hingga jual
beli suara serta kemungkinan adanya pelanggaran atau kelalaian yang dilakukan
oleh “lembaga penyelenggara” Pemilu tersebut atau bahkan oleh peserta Pemilu
pada setiap tingkatannya. (alumni fakultas hokum UMMY Solok : Risko
Mardianto, SH)
Kesimpulan
Bangsa yang maju adalah bangsa yang mau berpartisipasi pada setiap
kebijakan yang dibuat pemerintah salah satunya adalah pemilihan umum (pemilu),
pers memegang peranan penting terhadap mengawal proses pemilihan umum yang
demokratis. Hal ini untuk memastikan bahwa prosesi monitoring, evaluasi dan
kontrol sosial yang dilakukan oleh pers terhadap dinamika “pesta politik rakyat”
nan ritual itu berjalan dengan akurasi dan presisi yang tinggi serta tanpa tekanan
dari pihak manapun. Jika pers sebagai media “mainstream” telah memainkan
perannya dengan baik dan bertanggung jawab, maka dapat dipastikan bahwa
pemilu yang memiliki jargon Luber serta Jurdil itu akan menghasilkan para
pemimpin dan pengemban amanat rakyat yang memiliki integritas dan
kompetensi yang sangat memadai untuk menjalankan pemerintahan yang bersih,
baik dan melayani sepenuh hati.
Daftar Pustaka
Jurnal
Laura Edgar, Claire Marshall dan Bassett, Michael. (Agustus, 2006)
Partnership, Putting Good Governance Principles in Practice, dalam
Institute On Governance. Diakses dari
http://www.iog.ca/publications/2006_partnerships.pdf
p a d a t a n g g a l 2 2 A p r i l 2 0 1 8 , pukul 13.00 WIB.
Sumber Website
https://www.rappler.com/indonesia/data-dan-fakta/158472-sketsatorial-sejarah-
golput-pemilu-indonesia , diakses pada 22 April 2018 pukul 22.31
http://www.portalberitaeditor.com/peran-pers-dalam-pemilu-dan-pilkada/ ,
diakses pada 22 April 2018 pukul 22.36
http://www.rakyatpos.com/peran-pers-dalam-mengawal-pemilu-
demokratis.html/ , diakses pada 23 April 2018 pukul 08.00