Anda di halaman 1dari 16

Seberapa Besar Kampanye Mempengaruhi Pemilu Caleg Dan Capres Di

Indonesia

Abstrak

Paper ini dibuat untuk mengetahui bagaimana kampanye dapat mempengaruhi


pemilihan umum caleg dan capres di Indonesia. Dimana kampanye merupakan kegiatan
sebelum diberlangsungkan pemilihan umum, untuk mencari dukungan suara rakyat
untuk para bakal caleg dan pilpres. Jika tidak dilakukannya kampanye siapa yang akan
memberi dukungan, karena rakyat tidak tau dengan para calon wakilnya. Paper ini
ditinjau juga dengan menggunakan komunikasi persuasif, teori retorika, dan teori
jarum hipodermik. Selain itu terkadang kampanye hitam dan politik uang juga dapat
memberi kesan bahwa kampanye itu buruk dan tidak ada gunanya, seakan tidak
menginginkan pilpres berlangsung dalam suasan damai.

Pendahuluan

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pemilihan umum [pemilu] merupakan salah
satu instrumen demokrasi yang cukup penting dalam kepemimpinan di Indonesia. Adanya
pemilu ini dapat mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi karena terdapat kebebasan
dalam memilih kandidat yang diinginkan yang nantinya akan menduduki kursi eksekutif dan
legislatif. Pesta demokrasi yang dilakukan dalam 5 tahun sekali ini, nantinya masyarakat akan
memilih Presiden, Wakil Presiden, DPR, DPRD, dan DPD secara langsung.

Kebebasan ikut berpartisipasi dalam pemilu tersebut merupakan hasil dari era pasca orde
baru atau yang biasa disebut orde reformasi. Dimana terdapatnya partai-partai politik
bermunculan yang menyebabkan adanya kebebasan memilih dan dipilih. Jika pada masa orde
baru hanya terdapat 2 partai dan satu organisasi yaitu Partai Persatuan Pembangunan [PPP],
Partai Demokrasi Indonesia [PDI], dan organisasi sosial politik yaitu Partai Golongan Karya
[GOLKAR], pada tahun 2014 sudah ada 15 partai yang terdaftar yaitu Golkar,Pdip, Hanura,
Gerindra, Pan, Pkb, Ppp, Nasdem, Demikrat, Pbb dan Pkpi serta Pks dan 3 partai lokal Aceh
[PPLN 2014]. Kemudian pesta demokrasi kembali diadakan pada tahun 2019 ini dengan 20
partai yaitu Pkb, Gerindra, Pdip, Golkar, Nasdem. Garuda, Berkarya, Pks, Perindo, Ppp, Psi, Pan,
Hanura, Demokrat, Pbb Dan Pkpi serta 3 partai lokal Aceh [Kompas.Com].

Jika mendengar kata partai maka pikiran kita akan diingatkan pada proses pemilihan
umum [pemilu] dan kampanye. Seperti yang dikatakan Kwik Kin G [2006 ; 180] [dalam mutiara
2014] bahwa pemilu adalah sarana demokrasi yang intinya untuk menyelenggarakan negara oleh,
dari dan untuk rakyat. Sedangkan kampanye merupakan ajang bagi para calon eksekutif atau
legislatif dari berbagai partai politik untuk mengenalkan dan menawarkan dirinya pada
masyarakat. Banyaknya partai yang bermunculan tersebut membuat suasana kampanye semakin
semarak dan persaingan terasa semakin sengit, karena kampanye merupakan cara bagi kandidat
untuk memikat para calon pemberi suara.

Kampanye memang selalu ditunggu oleh sebagian banyak orang, dimana sejak
diberlakukannya sistem yang menang adalah yang paling banyak mendapatkan suara, maka
semenjak itu juga banyak partai yang menawarkan dirinya dengan cara berkampanye. Di dalam
berkampanye terdapat unsur-unsur komunikasi di dalamnya, sehingga kampanye dapat dikatakan
sebagai bagian dari komunikasi spesifiknya lagi terkait komunikasi persuasif. Defenisi
komunikasi persuasif menurut R. Wayne R. Pace, Brend D. M. Dallas Burnett [dalam Rusady,
2008;27] yaitu secara umum merupakan tindakan komunikasi bertujuan untuk menciptakan
khalayak mengadopsi pandangan komunikator tentang sesuatu hal atau melakukan suatu
tindakan tertentu. Itu lah yang dilakukan dalam berkampanye partai dan bakal calon akan
mempengaruhi masyarakat agar memiliki pemikiran yang sama sehingga mudah saja bagi partai
atau bakal calon menarik perhatian khalayak.

Banyak aktifitas dan kegiatan yang dilakukan dalam berkampanye sebagai bentuk
komunikasi sosialiasi partai dan bakal calon. Hal ini tentu banyak membutuhkan dana dalam
melaksanakan kampanye mengingat banyaknya aktifitas tersebut, ini sebanding dengan dana
yang dikeluarkan dengan aktivitas yang dijalankan. Hal ini sesuai dengan pernyatan Rahman
[2004 ;75 ] [dalam Mutiara, 2014]bahwa dalam suatu kampanye tidak mungkin, tidak
memberikan dana [besar], karena dalam pasal 72 UU pemilu menyebutkan bahwa kampanye
pemilu dilakukan melalui ; pertemuan terbatas, tatap muka, penyebaran melalui media cetak dan
medai elektronik, penyiaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat
umum, rapat umum, dan kegiatan lain yang tidak melanggar perundang-undangan.
Kegiatan aktivitas dalam kampanye inilah yang nantinya menentukan terhadap seberapa
besar suara yang akan di dapat dari masyarakat. Apakah justru kampanye tidak berpengaruh
besar dalam mendapatkan suara, dimana masyarakat muak dengan janji-janji wakil rakyat. Atau
justru kampanye politik dikalahkan oleh politik uang untuk mendapatkan suara. Sehingga
pemilihan umum itu seakan hanya berdasar kepada seberapa banyak caleg dan capres memiliki
uang, dimana yang banyak memiliki uang tentu yang akan menang.

Landasan Teori

1. Pemilihan umum
Menurut Dr. indria Samego [Dalam Rahman 2007] pemilihan umum disebut juga
dengan political market, artinya bahwa pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu/
masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial [perjanjian masyarakat] antara peserta
pemilihan umum [partai politik] dengan pemilih [rakyat] yang memiliki hak pilih setelah terlebih
dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, propganda, iklan
politik melalui media massa ctak, audio, [radio] maupun audio visual [televisi] serta meia
lainnya seperti, spanduk, pamflet, selebaran bahkan komunikasi antar pribadi yang berbentuk
face to face [tatp muka] atau lobby yang berisi penyampaian pesan mengenai program, platform,
asas, idelogi serta janji-janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih sehingga pada
pencoblobosan dapat menentukkan pilihannya terhadap salah satu partai politik yang menjadi
peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legislatif maupun eksekutif.

Berdasarkan pasal 1 ayat 1 UU No. Tahun 2017 pemilihan umum yang selanjutnya
disebut pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota dewan perwakilan rakyat,
anggota dewan perwakilan daerah, presiden wakil presiden, dan untuk memilih anggota dewan
perwakilan rakyat daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil dlam negara kesatuan republik indonesia berdasarkan pancasila dan undang-undang neagar
republik indonesi tahun 1945.

Tujuan pemilu, pada dasarnya ada bebrapa tujuan yamg mendasari pelaksnaan pemilu di
indonesia diantaranya ;
1) Untuk memilih anggota DPR, DPRD, Provinsi dan DPRD kbupaten/kota.
2) Melaksanakan demokrasi pancasila
3) Untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
4) Untuk mempertahankan tetap tegaknya negara kesatuan republik indonesia
5) Melaksanakan hak politi warga negara indonesia
6) Menjamin kesinambungan pembangunan
7) Memngkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib
8) Untuk melaksankan kedaulatan rakyat dalam negara.

Asas – asas dan prinsip pelaksanaan pemilu di Indonesia

Dalam melaksanakan pemilu suatu negara demokrasi harus berprinsip pada kebebasan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentnag pemilu pada pasal 2 disebutkan
bahwa ; pemilu dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

2. Partai politik

Menurut Miriam Budiardjo [2015] dalam bukunya bahwa partai politik adalah suatu
kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai—nilai, dan cita-cita
yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik [biasanya] dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya.

Fungsi-fungsi partai politik

Adapun fungsi-fungsi partai politik yang melekat dalam suatu partai politik, Rahman
[2007] yaitu ;

1) Sosialisasi politik
Adalah fungsi sebagaimana proses melalui mana seseorang memperolah sikap dan
orientas terhadap fenomena politi yang umunya berlaku dalam masyarakat dimana ia
berada. [Miriam Budiardjo, 2014].
2) Partisipasi politik
Adalah fungsi yang dimiliki oleh partai politik untuk mendorong masyarakat agar ikut
aktif dalam kegiatan politik. Biasanya dilakukan melalui indoktinasi ideologi, platform,
asas partai kepada anggota, masyarakat yang ada dalam jangkauan partainya.
3) Komunikasi politik
Adalah fungsi menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan
mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat
berkurang. [Miriam Budiardjo, 2015].
4) Artikulasi kepentingan
Adalah fungsi menyatakan atau menyampaian [mengartikulasi kepentingan konstituen
[masyarakat] kepada badan-badan politik dan pemerintah melalui kelompok-kelompok
yang mereka bentuk bersama orang lain yang memiliki kepentingan yang sama [Miriam
Budiardjo, 2015]
5) Agregasi kepentingan
Adalah menjadi fungsi partai politik untuk memadukan semua aspirasi yang ada dalam
masyarakat yang kemudian dirumuskan sebagai program politik dan diusulkan kepada
badan legislatif dan calon-calon yang diajukan untuk jabatan pemerintahan mengadakan
tawar-menawar denagn kelompok-kelompok kepentingan, dengan menawarkan
pemenuhan kepentingan mereka kalau kelompok kepebtingan itu mau mendukung calon
tersebut [Miriam Budiardjo, 2015].
6) Pembuat kebijaksanaan
Fungsi ini adalah fungsi yang dimiliki oleh partai politik setelah partai politik meraih dan
mempertahankan kembali kekuasaan di dalam pemerintahan secar konstitusional.
Kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan di lembaga eksekutif maupun legislatif.

3. Kampanye

Defenisi kampanye menurut Djik [1985;60] [dalam Mutiara 2014 ;13] ‘a pre-planned set
of communication activities designed by change agents to achieve certain changes in receiver
behavior in a specified time peroiod’.

Sedangkan menurut pasal 1 angka 35 UU No. tahun 2017 tentang pemilu, kampanye
adalah kegiatan peserta pemilu atau pihak lain yang ditunjuk oleh peserta pemilu atau pihak lain
yang ditunjuk oleh peserta pemilu untuk meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi,
program dan atau citra diri peserta pemilu.
Adapun fungsi dari kampanye adalah untuk menyampaikan suatu pesan yang berisi
tentang ajakan kepada masyarakat atau mempengaruhi masyarakat agar dapat mengerti maksud
dan tujuan dari apa yang akan dikomunikasikan.

Jenis-jenis kampanye

Terdapat beberapa jenis program kampanye yang bertitik tolak untuk memotivasi atau
membujuk, dan mencapai tujuan tertentu. Menurut charles U. Larson, bukunya persuasion,
reception dan responbility [california wardsworth publisco. 1992] [Dalam Gilang Cahya Utomo,
2017] membagi jenis-jenis kampanye yaitu sebagai berikut ;

1) Product – Oriented Campaigns


Kampanye yang berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan
komersial kampanye promosi pemasaran atau peluncuran produk yang baru. Istilah lain
yang dipertukaran dengan kampanye jenis ini adalah commercial atau corporate
campaigns.
2) Candidate – Oriented Campaigns
Kegiatan kampanye yang beriorentasi pada calon kandidat untuk kepentingan kampanye
politik [political campaign] dengan meraih dukungan sebanyak-sebanyaknya dari
masyarakat.
3) Ideological Or Cause – Oriented Campaigns
Jenis kampanye yang bertujuan bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan
sosial [social change campaign], misalnya kegiatan kampanye sosial bersifat khusus
nonkomersial.

Jenis kampanye yang dijelaskan Charles U. Larson bisa dikatakan sebagai jenis
kampanye berdasarkan orientasi. Namun ada juga beberapa jenis kampanye berdasarkan isinya,
yaitu ;

1) Kampanye positif
Kampanye yang berisi pengenalan tentang produk atau seseorang yang dikampanekan.
Pada umumnya informasi yang disampaikan tentang hal-hal baik saja.
2) Kampanye negatif
Kampanye negatif biasanya dilakukan oleh kompetitor dimana isi kampanye nya
menyampaikan tentang kekurangan produk atau seseorang. Pada umunya kampanye
negatif ini berdasarkan data dan fakta yang sudah terjadi sebelumnya.
3) Kampanye hitam
Kampanye hitam adalah kampanye yang bertujuan untuk membunuh karakter seseorang
atau produk yang menjadi kompetitor. Namun, informasi yang disampaikan dalam
kampanye hitam adalah fitnah, kebohongan, atau tuduhan tanpa bukti.
4) Kampanye putih
Kampanye putih berarti penggunaan metode rayuan yang memperbagus, pujian atau
berita yang tersebar mengenai sasaran kepada para kandidat atau calon kepada
masyarakat agar menimbulkan presepsi yang dianggap etis dan sangat baik terutama
dalam kebijakan hal publik [Dedi Rahmat Hidayat, 2014]
4. Komunikasi persuasif

Menurut Effendi [2011] komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan atau untuk mengubah
sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung [lisan] maupun tak langsung. sedangkan
menurut shannon dan weaver komuniasi sebagai ‘all procedures by which one mind may affect
another’, komunikasi adalah semua prosedur tentang pikiran seseorang yang dapat
mempengaruhi.

Mengacu pada defenisi komunikasi yang terakhir dari shannon dan weaver, maka penting
untuk membahas mengenai komunikasi dari shannon dan weaver, maka paling penting untuk
membahas mengenai komunikasi persuasif. Dimana komunikasi persuasif menurut Adya
[2003;70] [dalam mutiara 2014] adalah komunikasi yang dilakukan sebagai ajakan atau
bujukkan agar mau bertindak sesuai denagn keingianan komunikator, dan defenisi komunikasi
persuasif menurut R. Wayne R. Pace, Brend D. Peterson and M. Dallas Burnett [dalam Rusady,
2008;27] yaitu secara umum merupakan tindakkan komunikasi yang bertujuan untuk
menciptakan khalayak mengadopsi andanagn komunikator tentang suatu hal atau melakukan
suatu tindakkan tertentu.

Komunikasi persuasi yang efektif menurut Burgon dan Huffener [2002] [dalam Febriana,
2014] ;

1) Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebagai
bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan.
2) Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu mengguankan fenomena yang menakutkan bagi
audiens atau komunikator dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesan yang
diberikan kmunikator.
3) Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat
lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek
emosi yang positif.
4) Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu mengguanakan pilihan kata yang mudah diingat
[memorable] oleh komunikator dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negatif.

Efek komunikasi persuasif menurut perloff [2003 ; 24] [dalam Mutiara, 2014] ;

1) Membentuk, maksud dari efek ini adalah sesuatu yang terbentuk dari seseorang karena
adanya rasa suka atau sennag pada produk, seseorang atau ide.
2) Memperkuat, banyak komunikiasi persuasif tidak didesaign untuk mengubah orang,
melainkan untyk memperkuat posisi mereka.
3) Mengubah, efek ini ini adalah efek yang paling sering terlintas dalam pikiran kita ketika
kita berbicara mengenai persuasi. Bahwa komunikasi persuasif yang kuat mengubah
sikap kita dengan terlebih dahulu mempengaruhi sikap dan perilaku. Namun efek
mengubah ini bukanlah efek yang mudah di dapatkan dengan waktu yang singkat
melainkan perlu waktu yang panjang untuk mendapatkan efek mengubah ini.

5. Teori Retorika
Teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika, yang disebut Aristoteles
sebagai alat persuasi yang tersedia. Maksudnya, seorang pembicara yang tertarik untuk
membujuk khalayaknya harus mempertimbangkan tiga bukti retoris: logika (logos), emosi
(pathos) dan etika/kredibilitas (ethos). Khalayak merupakan kunci dari persuasi yang efektif, dan
silogisme retoris, yang memandang khalayak untuk menemukan sendiri potongan-potongan yang
hilang dari suatu pidato, digunakan dalam persuasi. Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa
teori retorika adalah teori yang yang memberikan petunjuk untuk menyusun sebuah presentasi
atau pidato persuasive yang efektif dengan menggunakan alat-alat persuasi yang tersedia.

Asumsi-asumsi Retorika, [West Richard, 2008]


1) Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khlayak mereka.
Asumsi ini menekankan bahwa hubungan antara pembicara – khlayak harus
dipertimbangkan. Para pembicara tidak boleh menyusun atau menyampaikan pidato
mereka tanpa mempertimbangkan khalayaknya, tetapi mereka harus berpusat pada
khalayak. Dalam hal ini, khalayak dianggap sebagai sekelompok besar orang yang
memiliki motivasi, keputusan, dan pilihan dan bukannya sebagai sekelompok besar orang
yang homogeny dan serupa. Asumsi ini menggarisbawahi definisi komunikasi sebagai
sebuah proses transaksional. Agar suatu pidato efektif harus dilakukan analisis khalayak
(audience analysis), yang merupakan proses mengevaluasi suatu khalayak dan latar
belakangnya dan menyusun pidatonya sedemikian rupa sehingga para pendengar
memberikan respon sebagaimana yang diharapkan pembicara.
2) Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam presentasi mereka.
Asumsi ini berkaitan dengan apa yang dilakukan pembicara dalam persiapan pidato
mereka dan dalam pembuatan pidato tersebut. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk
pada cara-cara persuasi yaitu: ethos, pathos dan logos. Ethos adalah karakter, intelegensi,
dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara. Logos adalah bukti logis atau
penggunaan argument dan bukti dalam sebuah pidato. Pathos adalah bukti emosional atau
emosi yang dimunculkan dari para anggota khalayak.

6. Teori jarum hipodermik

Teori jarum hipodermik ini sebagai konsep awal efek komunikasi massa yang berkembang
pada tahun 1930-1940 an yang di gagas oleh Harold Lasswell dan merupakan teori media massa
pertama yang ada. Defenisinya yaitu teori media massa yang dapat menimbulkan efek yang kuat,
langsung, terarah dan segera. Menurut teori jarum hipodermik, pesan digambarkan seperti
sebuah peluru ajaib yang yang memasuki pikiran khalayak dan menyuntikkan beberapa pesan
khusus.

Asumsi teori ini berpendapat bahwa media itu memiliki efek terhadap khalayak massa
yang bersifat langsung, segera, dan sangat kuat. Studi mengenai efek media massa yang
berkembang selama rentang tahun 1920 an dan 1930 an menunjukkan bahwa teori jarum
hipodermik merupakan salah satu teori yang menggambarkan efek media massa yang sangat
kuat. Pesan – ppesan media massa berperan sebagai peluru atau jarum, yang menembak secara
langsung ke dalam pikiran setiap individu dan memiliki konsekuensi mengubah perilaku
khalayak massa.

Dengan begitu intisari dari asumsi teori jarum hipodermik [Ambar,2016] adalah sebagai
berikut ;

1) Manusia memberikan reaksi yang seragam terhadap stimuli atau rangsangan.


2) Pesan meia secara langsung menyuntik atau menembak ke dalam kepala dari dari setiap
anggota populasi.
3) Pesan diciptakan sedemikian rupa agar dapat mencapai respon atau tanggapan yang
diinginkan
4) Efek dari pesan media bersifat langsung, segera, dan sangat kuat dalam menyebabkan
perubahan perilaku manusia.
5) Masyarakat atau publik tidak memiliki kekuatan untuk menghindar dari pengaruh media.

Pembahasan

Pemilihan umum yang diadakan 5 tahun sekali di indonesia ini, dulunya sebelum tahun
2004 pemilihan umum hanya dilakukan untuk pemilihan legislatif seperti DPR, DPRD, dan
DPD. Namun pada tahun 2004 pertama kali pemilihan umum juga dilakukan untuk pemilihan
eksekutif, yaitu presiden dan wakil presiden. Yang mana pada waktu itu yang terpilih menjadi
presidennya adalah Bpk Susilo Bambang Yudhoyono Dan Wakil Presidennya Bpk. Jusuf Kalla.

Pemilihan umum di indonesia juga didasarkan pada asas dan prinsip [ LUBER
JUBERDIL] ; langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dimana pelaksanaannya sangat
tertutup dan rahasia, masyarakat dapat masuk kesuatu bilik untuk melakukan pencoblosan , dan
kemudian hasil suara dapat langsung dimasukkan dikotak suara yang di gembok. Dan penjagaan
saat pemilu dijaga dengan sangat ketat oleh aparat kepolisian.

Kemudian ada perbedaan pada sistem pemilu pada tahun 2019 dengan 2014, dilansir dari
Tribun Kaltim.Co jika pileg dan pilpres pada tahun 2014 dilakukan di waktu yang berbeda,
sekarang pemilu 2019 tahun ini pileg dan pilpresnya dilakukan di waktu yang bersamaan.
Komisioner KPU Kaltim Ida Farida menjelaskan bahwa juga ada perbedaan penghitungan suara
untuk pileg 2014 dengan 2019 ini, dimana pada tahun 2014 perhitungan suara menggunakan
metode bilangan pembagi pemilih [BPP]. Namun, pada pileg 2019 perhitungan suara
menggunakan metode saintae lague murni.

Sistem quote haree yang sering dikenal dengan istilah bilangan pembagi pembilah [BPP]
ini, digunakan untuk menetapkan suara sesuai dengan jumlah suara dibagi dengan jumlah kursi
yang ada di suatu dapil. Metode ini sering merugikan partai besar dikarenakan hak untuk
mendapat kursi secara maksimal harus terlempar pada partai bersuara kecil dikarenakan asas
pembagian pemilih tersebut. sedangkan metode saint league murni, digunakan pada pemilu 2019
ini, adalah metode perhitungan suara yang menggunakan angka pembagi untuk mengalokasikan
kursi yang diperoleh setiap partai politik dalam sebuah dapil. Angka yang digunakan untuk
pembagi adalah angka ganjil [1,3,5,7,dst]. Jumlah suara yang telah dibagi oleh angka ganjil
tersebut akan diperingkatkan dan menentukkan siapa saja partai atau caleg yang lolos. [Iqbal
Yunazwardi, Era.Id].

Sistem penentuan di 2019 ini, membuat mau tak mau, caleg dan partai harus bekerja
sama dalam peraihan suara terbanyak. Menang secara individual untuk suara caleg tetapi suara
partai tak terdongkrak, akan mempengaruhi proses duduknya calon dilegislatif. Dalam artian,
caleg juga dituntut untuk menangkan partai. Hal itu tentu dilakukan melalui berkampanye.

Dengan adanya 2 pemilihan umum di indonesia pileg dan pilpres, mengharuskan


kampanye sangat dibutuhkan. Dimana eksistensi kampanye ini menjadikan hal yang sangat
ditunggu tunggu di indonesia. Dibuktikan semaraknya masa kampanye terdapat banyak sekali
spanduk-spanduk, baliho, bendera – bendera partai di pinggir jalan dan iklan di televisi mengenai
caleg dan capres serta partai politiknya dan dimana masyarakat indonesia langsung dapat
mendengar bentuk orasi dan pidato sebagai penyampaian visi dan misi dalam kemasan acara
yang diadakan oleh partai politik yang menaungi yang juga mengundang artis sebagai daya
tariknya.

Kampanye merupakan hal terpenting dalam semaraknya pemilihan umum di indonesia,


dimana kampanye sangat berpengaruh besar dalam menentukkan seberapa besar suara yang
akan di dapat kan oleh partai politik. Kampanye ini dilakukan para jajaran aktor partai politik
dan bakal calon legislatif dan eksekutif. Dimana dalam mensosialisasiksan partainya dan bakal
calon dari partai itu sendiri, biasanya partai itu mencari perhatian masyarakat dengan membuat
acara-acara yang disukai masyarakat, misalnya dalam bentuk hiburan itu mengundang penyanyi
dangdut, dalam bentuk kesehatan misalnya mengadakan sosialisasi intinya bagaimana partai itu
membentuk citra yang baik dulu. Setelah itu baru mengedapankan janji-janji yang akan dibuat
pada rogram kerja sesuai dengan permasalahan yang ada di masyarakat.

Kemudian ada juga kampanye yang dilakukan dengan media massa, seperti spanduk,
baliho, pamflet, koran, atau melalui media sosial instagram, twitter dan lain sebagainya. Ini bisa
menjadi pengingat bagi masyarakat siapa saja yang menjadi bakal calon yang akan dipilih,
berapa nomor urutnya, dan visi misi serta jargonnya. Karena melalui media massa kampanye
selalu dilakukan tanpa henti-hentinya, seperti spanduk yang dipasang itu baru dilepaskan setelah
pemilu berakhir. Sehingga masyarakat akan selalu ingat dengan bakal calon yang akan mewakili
rakyat.

Kampanye yang dilakukan para aktor politik ini adalah bentuk dari komukasi persuasif
dimana sesuai dengan pengertiannya kampanye ada hal yang mempengaruhi khalayak dalam
menentukkan keputusan yang diambil. Seperti menurut effendi bahwa komunikasi persuasif
merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan atau
untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung [lisan] maupun tak
langsung.

Komunikasi persuasif ini lah yang di gunakan oleh partai, caleg, maupun capres dalam
berkampanye dalam bentuk pidato orasi, maupun quotes, sehingga dengan mudah masyarakat itu
di pengaruhi. Namun dalam menggunakan komunikasi persuasif yang efektif dalam
berkampanye perlu melakukan pendekatan. Seperti yang dijelaskan Effendi [2011] pertama
melakukan pendekatan berdasarkan bukti, dimana aktor politik memberi pidato atau orasi nya
berdasarkan bukti tidak semerta-merta hanya ngomong saja tetapi ada bukti di dalamnya, kedua
itu pendekatan menakutkan, maksud menakutkan disini bagaimana nantinya para aktor politik
dalam berkampanye itu menjelaskan hal-hal yang ditakuti masyarakat, yang nantinya berujung
pada hal perjanjian sehingga masyarakat tertarik dengan janji yang diberikan sesuai dengan
ketakutan yang sedang di hadapi masyarakat, ketiga pendekatan berdasarkan humor artinya
dalam berkampanye aktor politik tidak harus selalu berbicara serius ada hal yang dsampaikan
dalam bentuk kelucuan sehingga masyarakat dengan mudah akan memahami apa yang di
maksud. Keempat pendekatan berdasarkan diksi, pendekatan yang terakhir ini adalah yang
paling terpenting dimana para aktor politik harus bisa memilah kata-kata yang bagus di
keluarkan dalam berkampanye, jangan sampai menyinggung perasaan masyarakat karena ini
akan berakibat fatal dalam kesuksesan berkampanye.

Sama halnya dengan komunikasi persuasif, teori retorika ini berfungsi sebagaii
komunikasi persuasif. Dimana pembicara membujuk khalayaknya harus mempertimbangkan tiga
bukti retoris ; logika [logos], emosi [pathos] dan etika/kredibilitas [ethos]. Adanya khalayak
menjadi kunci dari teori retorika ini. Hal ini berarti dalam berkampanye masyarakat di tuntut
harus fokus terhadap pidato yang disampaikan oleh para caleg dan capres. Sehingga masyarakat
dapat memahami pesan yang disampaikan, dimana jangan sampai masyarakat kehilangan
penggalan kalimat penting dalam pidato atau orasi tersebut. Namun, agar masyarakat fokus dan
memahami pesan disampaikan, sesuai dengan asumsinya yang pertama caleg dan capres harus
mempertimbangkan khalayaknya agar khalayaknya tersebut dapat memberi respon, kemudian
asumsi kedua caleg dan capres menggunakan beberapa bukti dalam presentasi mereka jadi disini
caleg dan capres menggunakan data dalam berbicara.

Di dalam komunikasi juga terdapat teori jarum hipodermik. Dimana dilihat berdasarkan
teori komunikasi nya, kampanye ini merujuk pada teori jarum hipodermik dimana teori ini
adalah teori komunikasi media massa yang meyampaikan pesannya dapat menimbulkan efek
yang kuat, langsung, terarah dan segera. Kampanye yang dilakukan dapat melalui media massa,
seperti yang sudah di jelaskan diatas melalui televisi, radio, spanduk dll, dimana hal ini semua
adalah pesan yang disampaikan yang langsung secara cepat masuk kedalam pemikiran
masyarakat yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan asumsinya masyarakat disuntik oleh media terhadap isi pesan yang disampaikan
dalam berkampanye. Kemudian asumsi lain mengatakan pesan yang disampaikan dalm
berkampanye di susun sedemikian rupa agar dapat mencapai respon dan tanggapan dari
masyarakat.

Kampanye memang merupakan bentuk dari komunikasi, terkhususnya terhadap


komunikasi politik. Kajian komunikasi persuasif, teori retorika, dan teori jarum hipodermik
dalam kampanye itu sama-sama fungsinya mempengaruhi, merangsang masyarakat untuk
menerima pesan yang di sampaikan. Tentu dalam artian pesan dalam kampanye tersebut sesuai
dengan kondisi dan keadaan masyarakat, sehingga masyarakat tertarik dengan apa yang
disampaikan. Hal ini lah yang dapat menarik perhatian masyarakat, untuk mendapatkan suara
dari masyarakat itu sendiri.

Jadi dapat dikatakan kampanye ini memang sangat mempengaruhi kegiatan pemilihan
umum itu dimana tanpa adanya kampanye pemilihan umum tidak akan berjalan dengan
sebaiknya. Karena kampanye adalah tonggak awal sebelum diadakkan pemilu, dimana jika tidak
dilakukan kampanye tentu masyarakat tidak akan tahu siapa calon yang selanjutnya baik dari
caleg maupun capres. Inilah yang menimbulkan masyarakat golput sehingga tidak ikut dalam
melakukan pemilihan umum, dan juga dapat menimbulkan sikap yang apatis, karena tidak tahu
bakal calon yang akan naik tahun ini menjadi wakil rakyat akhirnya pemilihan umum itu menjadi
sepi tanpa antusias dari masyarakat. Apalagi setelah dikeluarkan peraturan baru mengenai
pemungutan suara di pemilu 2019, yang mana bakal caleg dan partai politiknya harus bekerja
sama untuk mencari dukungan suara masyarakat, ini juga faktor yang mengatakan besarnya
engaruh kampanye untuk mendapatkan suara.

Tetapi keberhasilan kampanye dalam mensukseskan pemilihan umum secara positif,


terkadang dinodai oleh kampanye hitam. Dimana sengitnya kompetisi pileg dan pilpres menjadi
penyebabnya. Menurut Joko Siswanto [2017] kampanye hitam dan kampanye negatif dapat
dibuat oleh perseorangan atau simpatisan pasangan calon atau kelompok relawan dan atau tim
kampanye sendiri atau pihak ketiga yang tidak ingin pilpres berlangsung damai pembuat atau
pelaku kampanye hitam biasanya tidak mau menunjkkan jati dirinya. Selain itu politik uang juga
dapat mengahambat pileg dan pilpres berjalan tidak sesuai prosedur, karena sengitnya kompetisi
tadi menyebabkan mereka para aktor partai politik, caleg, dan capres memberikan uang kepada
khalayak atau masyarakat. Sehingga kampanye yang digunakan sebagai ajang perkenalan diri
penyampaian visi misi dan rencana kebijakan yang akan dibuatpun, seakan tidak ada gunanya.
Karena politik uang menjadi hal alternatif untuk memenangkan pemilihan umum tersebut.

Kesimpulan
Pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan memilih caloan anggota baru dari
legislatif dan dari eksekutif, yang dalam hal ini juga diwakili oleh partainya, dimana yang
memilihna adalah masyarakat atau rakyat indonesia. Dalam pemilihan umum caleg dan capres di
indonesia, yang diadakan dalam kurun waktu 5 tahun sekali ini selalu akan berbeda peraturannya
di setiap tahunnya sesuai dengan keadaan yang terjadi, maka kalau peraturan kemaren itu tidak
sesuai dengan keadaan kondisi di tahun berikutnya maka peraturan itu perlu diganti. Selain itu
pemilu juga menjadi pesta demokrasi yang selalu di tunggu-tunggu, untuk momen memilih dan
dipilih di indonesia.

Kampanye merupakan meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi, program dan
atau citra diri peserta pemilu. Selain itu kampanye dapat dikatakan sebagai bentuk kesuksesan
dari pemilihan umum, melalui kampanye caleg dan capres berkesampatan untuk
memperkenalkan diri dan dekat dengan masyarakat sebagai bentuk menarik perhatian
masyarakat, untuk mendapat dukungan suaranya. Sehingga adanya dukungan suara ini lah yang
akan menyemarakkan pemilihan umum, karena ditakutkan tanpa adanya kampanye masyarakat
tidak tau calon-calonnya siapa dan bingung akhirnya golput tidak ikut memilih. Jadi intinya
kampanye dalam pemilihan umum itu sangat besar pengaruhnya terhadap partisipasi politik dan
keikutsertaan masyarakat dalam memilih, karena jika tidak ada pendukung tidak yang akan
memilih.

Dikarenakan kampanye ini bersifat komunikatif, kampanye dapat dilihat dari pandangan
komunikasi persuasif, teori retorika, dan teori hipodermik. Diman semua teori ini mengarah pada
bagaimana kampanye mempengaruhi dan merangasang masyrakat dalam memberi dukungan
untuk pemilihan umum.

Daftar pustaka

Budiardjo Miriam. 2015. ‘Dasar-Dasar Ilmu Politik’. PT Gramedia Pustaka Utama ; Jakarta

Effendy, Onong Uchjana. 2011. ‘Ilmu Komunikasi ; Teori Dan Praktek’. Bandung. Rosda

Mutiara, Agnes Ponco. 2014. Pdf .‘Aktivitas Kampanye Pemilihan Calon Anggota Legislatif
DPRD I Dan Efeknya Pada Perolehan Suara Studi Deskriptif Kualitatif Pada Pemilihan
Calon Anggota Legislatif DPRD I Daerah Istimewa Yogyakarta 5]’. Online. Http://E-
Journal.Uajy.Ac.Id/6660/. Diakses 30 November 2018

Pratomo Anjas. 2018. ‘Sistem Hitungan Suara Kursi Pileg 2019 Beda, Biar Menang Caleg
Harus Lakukan Ini’. Online. Tribun Kaltim.
Http://Kaltim.Tribunnews.Com/2018/08/28/Sistem-Hitungan-Suara-Kursi-Pileg-2019-
Beda-Biar-Menang-Caleg-Harus-Lakukan-Ini. Diakses 30 November 2018

Rahman. 2007. ‘Sistem Politik Indonesia’. Graha Ilmu ; Yogyakarta

Siawanto Joko. 2017. ‘Dinamika Demokrasi Indonesia Berkualitas’. Universitas Tamansiswa


Alembang Press ; Palembang.

Tamtomo, Akbar Bhayu. 2018. ‘Infografik ; Bakal Caleg 16 Parpol Pada Pemilu’. Online.
Kompas.Com. Https://Nasional.Kompas.Com/Read/2018/07/19/16200761/Infografik-
Bakal-Caleg-16-Parpol-Pada-Pemilu-2019. Diakses 30 Novermber 2018

Utomo, Gilang Cahya. 2017. PDF. ‘Aktivitas Kampanye Gaya Hidup Hijau [Green Lifestyle]
Study Badan Pengurus Inti Hilo Green Community Malang’. Online.
Http://Eprints.Umm.Ac.Id/35120/. Diakses 30 November 2018.

Yunazwardi, Iqbal. 2018. ‘Memahami Aturan Main Pemilu 2019’. Online. Era.Id.
Https://Www.Era.Id/Read/Lyu7wv-Memahami-Aturan-Main-Pemilu-2019. Diakses 30
November 2018.

West, richard. 2008. “Pengantar Teori Komunikasi : Teori Dan Aplikas”. Jakarta : salemba
humanika.

Anda mungkin juga menyukai