Anda di halaman 1dari 29

Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm.

17-45

SIKAP PEMILIH PEMULA TERHADAP CALON


KEPALA DAERAH DITINJAU DARI KARAKTERISTIK SOSIAL
1) Muhammad Ali Adriansyah, 2) Muhammad Alfeisyahri Fahlevi, 3) Ratna Dyah, 4) Adie Hasthina
1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
email: ali.adriansyah@gmail.com
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
email: levi.terasconsultant@gmail.com
3
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
email: ratna.dyah@gmail.com
4
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
email: adiehasthina@gmail.com

Abstract. Local election directly, like elections, is a political community, a place for the
community to organise power and gain control over the country.In elections voters novice is
an opportunity politics are achieved by a political party to gain support. The increase in the
number and changed from every elections shows that voters by budding as a political valuable
asset, central and strategic. This research quantitative down with the data using the survey.
Research sample areas are student’s psychology the 2014 and 2015 totaling 184. The result
showed no difference attitude voters novice against a regional leader in terms of religion, the
shelter, sex, income parents, the work of old, level of education of fathers, and mothers
education

Keywords: voter’s novice, regional head, sex, religion, social status residence.

Abstak. Pemilihan kepala daerah secara langsung, seperti halnya pemilihan umum, merupakan
arena masyarakat politik, tempat bagi masyarakat untuk mengorganisir kekuasaan dan meraih
kontrol atas negara. Dalam pemilu pemilih pemula merupakan peluang politik yang dapat
diraih oleh partai politik untuk mendapatkan dukungan. Perkembangan yang meningkat secara
jumlah dan terus berubah dari tiap pemilihan umum menunjukkan bahwa pemilih pemula
sebagai aset politik yang berharga, sentral dan strategis. Penelitian ini berjenis kuantitatif
dengan pengambilan data menggunakan angket. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa
psikologi angkatan 2014 dan 2015 yang berjumlah 184. Hasil penelitian menunjukkan tidak
ada perbedaan sikap pemilih pemula terhadap calon kepala daerah baik ditinjau dari agama,
daerah tempat tinggal, jenis kelamin, penghasilan orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan
ayah, dan pendidikan ibu.

Kata kunci: pemilih pemula, kepala daerah, jenis kelamin, agama, status sosial tempat
tinggal.

PENDAHULUAN pemilihan dengan model demokratis, yang


Pilkada secara langsung, seperti halnya lebih unggul ketimbang model oligarki
pemilihan umum, merupakan arena dalam DPRD atau model birokratis yang
masyarakat politik, tempat bagi masyarakat diterapkan di era Orde Baru. Mau tidak mau
untuk mengorganisir kekuasaan dan meraih model demokratis ini akan menyingkirkan
kontrol atas negara. Bagaimanapun pilkada model pemilihan oligarki dan peran DPRD
secara langsung merupakan proses

17
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

serta model birokratis dan peran secara pemerintahan, negara ada karena adanya
kelembagaan TNI maupun birokrasi. kesepakatan (kontrak sosial) antar anggota
Pada Provinsi Kalimantan Timur, masyarakat untuk menyerahkan sebahagian
tahun 2015 merupakan tahun yang paling kedaulatan/kebebasan mereka kepada
ditunggu-tunggu masyarakat Kalimantan negara, yang bertugas mengatur dan
Timur (Kaltim). Pasalnya, ada lima menjamin keamanan dan kesejahteraan
Kabupaten atau Kota yang akan melakukan warganya.
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Ketiga, Pilkada merupakan bagian dari
Kepala Daerah (Pilkada), yaitu Kutai proses transisi demokrasi di daerah.
Kartanegara, Kabupaten Paser, Bulungan, Pemilihan kepala daerah sebelumnya
Kabupaten Berau dan Kota Samarinda. dilakukan dengan sistem perwakilan, yaitu
Menurut Arifin (2005) agenda oleh DPRD, sedangkan sekarang dipilih
Pemilihan Kepala Daerah Langsung secara langsung oleh rakyat. Proses yang
(Pilkada) yang tengah berlangsung saat ini, baru ini membutuhkan perhatian dari
merupakan agenda strategis bagi segenap unsur masyarakat sebagai wujud
pembangunan demokrasi dikarenakan, tanggungjawab bersama dalam melahirkan
Pertama, pemilihan ini merupakan hasil pemilihan yang berkualitas.
pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan Sama seperti sebelumnya pelaksanaan
secara langsung di Samarinda dan kota- pemilu sebelumnya pemilu untuk
kota lain. Konsekuensi dari hal tersebut pemilihan calon walikota dan wakil
adalah pemilihan kepala daerah ini walikota identik dengan besarnya
melibatkan seluruh masyarakat Samarinda partisipasi kaum muda di dalamnya,
yang telah memiliki hak pilih dan tentunya khususnya bagi pemilih pemula yang baru
mekanisme ini dapat memaksimalkan pertama kalinya akan memberikan
legitimasi kepala daerah yang terpilih suaranya. Berdasarkan Undang-Undang
nantinya. No. 10 tahun 2008 dalam Bab IV pasal 19
Kedua, proses Pilkada ini, sejatinya ayat 1 dan 2 serta pasal 20 menyebutkan
adalah proses penyerahan sebahagian bahwa yang dimaksud dengan pemilih
kedaulatan rakyat kepada negara pemula adalah warga Indonesia yang pada
(eksekutif), untuk kemudian negara hari pemilihan atau pemungutan suara
menjalankan fungsinya dalam mengatur adalah Warga Negara Indonesia yang sudah
dan menjamin keberlangsungan hidup genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau
masyarakat ke arah yang lebih baik. Dalam sudah/pernah kawin yang mempunyai hak
teori terbentuknya sebuah negara dan pilih, dan sebelumnya belum termasuk
18
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

pemilih karena ketentuan Undang-Undang kemasyarakatan orang tua, dan jenis


Pemilu. kelamin.
Hasil jajak pendapat kompas Menurut Trenholm (1992) pengaruh
mendapatkan hasil bahwa antusias dari jenis kelamin terhadap sikap pemilih
pemilih pemula dalam menghadapi pemilu pemula dilatarbelakangi oleh wanita lebih
2014 menjadi daya tarik. Berdasarkan dari mudah dipersuasi dibanding dengan lelaki.
jajak pendapat yang dilakukan oleh Hal ini karena merupakan akibat dari
Kompas, terbukti bahwa jumlah persentase perbedaan sosialisasi antara wanita dan
dari pemilih pemula menduduki urutan laki-laki. Wanita memiliki penyesuaian
pertama yang akan memberikan suara. terhadap tekanan dari luar atau sosialisasi
Jumlah pemilih pemula yang akan lebih tinggi dan seragam. Beda halnya laki-
memberikan suara berkisar 84,4%, diikuti laki kurang mempunyai penyesuaian
oleh kelompok usia 22-29 mencapai 81,3%, terhadap tekanan dari luar dan cenderung
kelompok usia 30-40 tahun mencapai tidak seragam. Hal tersebut menyebabkan
81,6%, dan kelompok usia 41 tahun ke atas sikap pemilih pemula antara wanita dan
mencapai 79,3% (Kompas, 1 Desember laki-laki berbeda. Penyesuaian yang lebih
2012). lunak pada wanita maka menyebabkan
Lebih lanjut hasil studi lima tahunan sikapnya dalam menentukan pilihan pada
yang dilaksanakan Tim Litbang Bali (Bali kandidat tertentu cenderung conform
Post, 4 april 2013) didapatkan temuan terhadap tekanan dari luar, sedang laki-laki
bahwa sebagian besar 64% pemilih pemula yang sulit menyesuaikan dengan
akan menggunakan haknya dalam lingkungan maka mendorong sikapya untuk
pemilihan umum sebagian lagi 26,4% memilih kandidat sulit berubah. Sikap laki-
masih ragu-ragu dan tidak tahu apakah akan laki dalam menentukan pilihannya kandidat
menggunakan haknya atau tidak, dan 7,6% tertentu relatif tetap yang didasarkan
secara tegas menyatakan tidak akan kepada keyakinan dalam dirinya.
menggunakan hak pilihnya. Pada agama terhadap sikap pemilih
Dalam menentukan pilihan, hasil pemula secara fungsional atau menurut
penelitian Karim (dalam Suyono, 2005) aliran fungsionalisme dipandang sebagai
mengatakan ada empat faktor yang dayaguna dalam membangun cita-cita
mempengaruhi partisipasi politik anak masyarakat yang mengiginkan keadilan,
muda, yaitu status sosial ekonomi orang kedamaian, dan kesejahteraan jasmani serta
tua, partisipasi orang tua, kegiatan sekolah rohani. Sejalan dengan hal tersebut maka
menengah atas remaja, dan orientasi menjadi suatu hal yang wajar jika kemudian
19
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

masyarakat atau suatu kelompok tertentu adalah warga Indonesia yang pada hari
mislanya partai politik menggunakan pemilihan atau pemungutan suara adalah
agama dalam kancah politik untuk Warga Negara Indonesia yang sudah genap
merekrut massa dalam pemilihan umum. berusia 17 tahun dan atau lebih atau
Sedangkan status sosial seseorang akan sudah/pernah kawin yang mempunyai hak
sangat mempengaruhi sikap pemilih dalam pilih, dan sebelumnya belum termasuk
menentukan partai politik. Seperti kelas pemilih karena ketentuan Undang-Undang
status sosial tingkat pendidikan atas akan Pemilu. Berdasarkan pengertian tersebut,
sangat terpengaruh terhadap visi misi dan maka karakteristik yang dimiliki oleh
isu-isu yang diangkat yang dibawa oleh pemilih pemula dilihat dari karakter yang
calon kepala daerah, sedangkan status berbeda dengan pemilih yang sudah terlibat
sosial tingkat pendidikan bawah akan pemilu periode sebelumya, yaitu:
sangat terpengaruh akan uang suap dan a. Belum pernah memilih atau melakukan
janji-janji yang akan diberikan. penentuan suara di dalam TPS,
Lebih lanjut tempat tinggal seseorang b. Belum memiliki pengalaman memilih,
akan sangat menentukan partai yang c. Memiliki antusias yang tinggi
dipilih, hal ini dikarenakan masyarakat kota d. Kurang rasional,
akan lebih majemuk dalam membuat e. Pemilih muda yang masih penuh
pilihan sedangkan orang desa akan lebih gejolak dan semangat, yang apabila
populer akan tokoh partai dan isu ras atau tidak dikendalikan akan memiliki efek
semangat keusukuan yang dibawa. terhadap konflik-konflik sosial di
Berdasarkan hal di atas maka peneliti dalam pemilu,
tertarik untuk meneliti sikap pemilih f. Menjadi sasaran peserta pemilu karena
pemula terhadap calon kepala daerah jumlahnya yang cukup besar,
ditinjau karakteristik sosial yang meliputi g. Memiliki rasa ingin tahu, mencoba,
dari jenis kelamin, agama, status sosial dan dan berpartisispasi dalam pemilu,
tempat tinggal. meskipun kadang dengan bebagai latar
belakang yang berbeda.
TINJAUN PUSTAKA Lebih lanjut Azwar (2008) membagi
Pemilih Pemula pemilih di Indonesia dengan tiga kategori.
Berpondasi pada undang-undang No. Kategori pertama, adalah pemilih yang
10 tahun 2008 dalam Bab IV pasal 19 ayat rasional, yakni pemilih yang benar-benar
1 dan 2 serta pasal 20 menyebutkan bahwa memilih partai berdasarkan penilaian dan
yang dimaksud dengan pemilih pemula analisis mendalam. Kedua, pemilih kritis
20
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

emosional, yakni pemilih yang masih terhadap objek dengan cara-cara tertentu.
idealis dan tidak kenal kompromi. Ketiga, Kesiapan yang dimaksud merupakan
pemilih pemula, yakni pemilih yang baru kecenderungan potensial untuk bereaksi
pertama kali memilih karena usia mereka dengan cara tertentu apabila individu
baru memasuki usia pemilih. Kelompok dihadapkan pada suatu stimulus yang
pemilih yang berentang usia 17-21 tahun ini menghendaki adanya respon. Ketiga,
adalah mereka yang berstatus pelajar, definisi sikap dijelaskan oleh kelompok
mahasiswa, serta pekerja muda. pemikir yang berorientasi pada skema
Sikap Pemilih Pemula triadik (triadic scheme). Definisi pada
Sikap, menurut Kamus Besar Bahasa kelompok ini diwakili oleh Secord &
Indonesia, diartikan sebagai kesiapan untuk Backman yang menerangkan sikap sebagai
bertindak. Azwar (2011) mendefinisikan keteraturan tertentu dalam hal perasaan
sikap menjadi tiga kelompok. Pertama, (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
definisi sikap diformulasikan oleh ahli-ahli predisposisi tindakan (konasi) seseorang
yang memfokuskan kajiannnya pada terhadap suatu aspek di lingkungan
bidang pengukuran. Ahli-ahli tersebut sekitarnya.
adalah Thurstone, Likert, dan Osgood yang Sedangkan menurut Walgito (2003)
menyatakan bahwa sikap adalah suatu mendefinisikan sikap merupakan
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap organisasi pendapat, keyakinan individu
seseorang terhadap suatu objek adalah mengenai objek atau situasi yang relatif
perasaan mendukung atau memihak tetap, yang disertai adanya perasaan
(favorable) maupun perasaan tidak tertentu, dan menjadi dasar kepada individu
mendukung atau tidak memihak tersebut untuk membuat respon dalam cara
(unfavorable) pada objek tersebut. Secara tertentu yang dipilihnya.
spesifik Thurstone memformulasikan sikap Menurut Allport (dalam Sarwono,
sebagai derajat afek positif atau afek negatif 2009), sikap merupakan suatu proses yang
terhadap suatu objek psikologis. Kedua, berlangsung dalam diri seseorang yang
definisi sikap diterangkan oleh ahli yang didalamnya terdapat pengalaman individu
berkonsentrasi pada kajian bidang yang akan mengarahkan dan menentukan
psikologi sosial dan kepribadian. Chave, respon terhadap berbagai objek dan situasi.
Bogardus, LaPierre, Mead, dan Alport Zanna dan Rempel (dalam Voughn &
menjelaskan sikap lebih kompleks. Hoog, 2002) menjelaskan sikap merupakan
Ahli-ahli tersebut menjelaskan bahwa reaksi evaluatif yang disukai atau tidak
sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi disukai terhadap sesuatu atau seseorang,
21
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau Kesenjangan gender dalam menentukan


kecenderungan perilaku seseorang pilihan pada proses pemilihan kandidat ini
(Sarwono, 2009). dikarenakan peran wanita dalam perubahan
Azwar (2011) menyebutkan komponen sosial. Wanita semakin memiliki pengaruh
sikap terdiri dari: besar dalam perubahan sosial yang
1. Komponen kognitif berisi persepsi, didorong oleh semakin menipisnya
kepercayaan, dan stereotipe yang perlakuan perbedaan gender antara laki-laki
dimiliki individu mengenai sesuatu. dan perempuan. Proses tersebut sebagai
2. Komponen afektif merupakan hasil dari perjuangan gerakan wanita dalam
perasaan individu terhadap objek sikap mengupayakan kesetaraan gender.
dan menyangkut masalah emosi. Harrop dan Miller (1999)
Komponen tersebut biasanya berakar mencontohkan bahwa wanita dalam suatu
paling dalam sebagai komponen sikap. gerakan sosial mengangkat isu perang dan
Selain itu aspek sikap yang paling damai. Gerakan yang diwujudkannya
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh adalah menentang pemerintah melakukan
yang akan mengubah sikap individu. intervensi dengan cara kekerasan seperti
3. Komponen perilaku yaitu tendensi atau perang kepada negara lain. Hal lain
kecenderungan untuk bertindak atau menunjukkan bahwa laki-laki lebih
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara mendukung pada kandidat yang
-cara tertentu melontarkan isu-isu yang berkaitan dengan
Jenis Kelamin pasar tenaga kerja dan perubahan-
Jenis kelamin ternyata ikut perubahan yang revolusioner. Proses
diperhitungkan dalam perilaku pemilihan seperti ini menyebabkan implikasi pilihan
kandidat. Harrop dan Miller (1999) politik tergantung kepada kandidat dalam
mencatat bahwa perilaku pemilih wanita memberikann isu-isu yang disodorkan
cenderung mendukung konservatif kepada publik. Melihat realitas tersebut
dibanding dengan laki-laki. Selain itu maka Harrop dan Miller (1999)
pengalaman menunjukkan bahwa wanita menyatakan bahwa esensi dari perbedaan
memberikan dukungan lebih besar partai perilaku pemilih antara laki-laki dan wanita
berideologi kanan dibanding partai yang lebih didasarkan pada keputusan sosial
berideolo gi kiri. Sebaliknya laki-laki yaitu melihat isu-isu yang dilontarkan oleh
memberikan dukungan lebih besar pada kandidat.
partai yang berideologi kiri dibanding
dengan partai yang berhaluan kanan.
22
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Agama Status Sosial


Para ahli memiliki pandangan yang Ada beberapa pendapat tentang
bermacam-macam mengenai definisi penggolongan status sosial seperti jumlah
agama. Shihab (2007) menyatakan bahwa anak, jabatan, jumlah pendapatan, tingkat
agama adalah hubungan antara makhluk pendidikan, jenis kegiatan, organisasi
dan khaliq yang terwujud dalam sikap batin seseorang (Nasution, 2005). Lebih lanjut
dan ibadah yang dilakukan serta dalam Horton dan Hunt (1993) mengatakan status
sikap hidup keseharian. Thouless (2000) sosial dikatakan sebagai keadaan dari
menyatakan bahwa agama adalah sikap tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
atau cara penyesuaian diri terhadap dunia penghasilan.
yang mencakup acuan yang menunjukkan Sedangkan menurut Davis (dalam
pada lingkungan yang lebih luas dari Horton dan Hunt (1993) status sosial adalah
lingkungan dunia fisik yang terikat ruang kedudukan orang tua dalam keluarga di
dan waktu. lingkungan masyarakat dimana keluarga
Anshari (1980) berpendapat bahwa tersebut tinggal, dilihat dari jabatan, gelar,
agama adalah suatu sistem credo (tata pekerjaan, dan taraf perekonomian. Status
keyakinan) atas adanya Yang Mutlak di merupakan kedudukan seseorang yang
luar diri manusia dan suatu sistem ritus (tata dapat ditinjau terlepas dari individunya
peribadatan) manusia kepada yang dimana status merupakan objektif yang
dianggap mutlak, serta suatu system norma memberi hak dan kewajiban kepada orang
(tata kaidah) yang mengatur hubungan yang menempati kedudukan tersebut.
manusia dengan sesama manusia dan alam Tempat Tinggal
sekitarnya sesuai dan sejalan dengan tata Menurut Insiklopedia bahasa indonesia
keimanan dan peribadatan tersebut. (2013) tempat tinggal biasanya merupakan
Agama dianggap sebagai sesuatu yang wujud bangunan rumah, tempat berteduh,
mempunyai kekuatan lebih dalam atau struktur lainnya yang digunakan
menyelesaikan masalah yang tak dapat sebagai tempat manusia tinggal. Istilah ini
diatasi oleh manusia dan agama dapat digunakan untuk rupa-rupa tempat
didefinisikan sebagai: “serangkaian tinggal, mulai dari tenda-tenda nomaden
bentuk-bentuk simbol dan bentuk hingga apartemen-apartemen bertingkat.
perbuatan yang menghubungkan manusia Dalam konteks tertentu tempat tinggal
dengan kondisi dasar dan keberadaannya” memiliki arti yang sama dengan rumah,
(McKee, 1996). kediaman, akomodasi, perumahan, dan arti-
arti yang lain.
23
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Calon Kepala Daerah dalam bentuk apapun, mendahulukan


Oetama (2004) mendefinisikan profil kepentingan bersama, mempunyai
kepala daerah adalah diskripsi mengenai solidaritas sosial yang tinggi, mampu
sosok kandidat yang mencalonkan dalam memberantas korupsi, mampu menegakkan
kompetisi pemilihan. Gambaran tentang hukum.
figur calon kepala daerah tersebut berkaitan Rakhmat (1991) menyebutkan aspek-
dengan popularitas, kredibilitas, dan aspek profil calon kepala daerah yaitu:
kepercayaan publik. Melihat problem yang 1. Kredibilitas
dihadapi dalam memimpin suatu negara, Hal yang penting untuk diperhatikan
maka kepala daerah harus mampu menyangkut kredibilitas adalah
berkomunikasi, persuasi, kesabaran, keahlihan. Keahlian merupakan kesan
mengajak dan meyakinkan, ketahanan dari kemampuan calon kepala daerah
dalam menjalankan perbedaan, dan mau dalam hubungannya dengan pekerjaan
mendengar kritik. Selain itu figur kepala yang ditangani. Calon kepala daerah
daerah harus bekerja tanpa pamrih pribadi, yang dinilai tinggi pada keahlihan
bukan dilayani tetapi melayani, dan mau diaggap sebagai seorang yang cerdas,
berkorban. Citra diri seperti ini yang mampu, ahli, memiliki pengetahuan
diminati publik pemilih. banyak, dan/atau terlatih. Unsur lain
Seda (2004) menjelaskan bahwa profil yang perlu diperhatikan untuk
calon kepala daerah berkaitan dengan mengukur kualitas profil calon kepala
kepribadian politik seperti dalam setiap daerah berupa kepercayaan yang
problem kepribadian, maka watak, diwujudkan melalui kesan profil calon
karakter, dan pembawaan seseorang calon kepala daerah berhubungan dengan
kepala daerah akan menentukan sikap wataknya. Profil calon kepala daerah
politiknya. Seseorang calon kepala daerah dapat dinilai dari kejujuran, tulus,
yang memiliki kepribadian politik memiliki bermoral, adil, sopan, dan/atau etis.
kepribadian yang mantap dan prinsipil. Unsur tambahan yang dapat menjadi
Selain itu calon kepala daerah juga mampu indikator profil calon kepala daerah
berpenampilan sederhana, bersahaja, mempunyai pengaruh terhadap massa
rendah hati, dan mau mendengar semua. pemilih berupa dinamisme yang
Hal tak ketinggalan yang perlu dimiliki berkaitan dengan cara berkomunikasi;
sebagai calon kepala daerah adalah sosiabilitas berkaitan dengan profil
berkemampuan menjaga eksistensi bangsa, calon kepala daerah merupakan orang
menghormati pluralitas, anti diskriminasi yang periang dan pandai bergaul;
24
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

koorientasi adalah orang yang mampu dimilikinya; kekuasaan informasional


mewakili kelompok; dan karisma yang menyangkut isi komunikasi yang
berhubungan dengan keistimewaan mempunyai informasi-informasi baru;
sifat yang dimiliki calon kepala daerah kekuasaan rujukan yaitu kekuasaan
untuk menarik dan mengendalikan sebagai kerangka rujukan untuk
massa pemilih. menilai dirinya. Kekuasaan rujukan ini
2. Atraksi berhubungan dengan calon kepala
Atraksi merupakan bagian penting daerah berhasil menanamkan
untuk menentukan nilai tinggi dan kekaguman pada pemilih; kekuasaan
rendahnya profil calon kepala daerah legal yaitu kekuasaan yang berasal dari
di mata pemilih. Atraksi tersebut terdiri seperangkat peraturan atau norma yang
dari daya tarik fisik, ganjaran, menyebabkan calon kepala daerah
kesamaan, dan kemampuan. Pemilih berwenang melakukan tindakan.
cenderung menilai lebih tinggi pada Hipotesis Penelitian
profil calon kepala daerah yang 1. H1 : Ada perbedaan sikap pemilih
memiliki penampilan fisik cukup baik, pemula terhadap calon kepala daerah
mempunyai banyak kesamaan dengan ditinjau dari jenis kelamin.
dirinya, memberikan banyak reward, H0 : Tidak ada perbedaan sikap
dan berkemampuan lebih tinggi. pemilih pemula terhadap calon kepala
3. Kekuasaan daerah ditinjau dari jenis kelamin.
Kekuasaan merupakan kemampuan 2. H1 : Ada perbedaan sikap pemilih
yang menimbulkan ketaatan kepada pemula terhadap calon kepala daerah
massa pemilih. Kekuasaan ditinjau dari agama.
menyebabkan profil calon kepala H0 : Tidak ada perbedaan sikap
daerah mempengaruhi orang lain pemilih pemula terhadap calon kepala
karena memiliki sumber daya yang daerah ditinjau dari agama.
sangat penting (critical sources). 3. H1 : Ada perbedaan sikap pemilih
Kekuasaan tersebut terdiri dari pemula terhadap calon kepala daerah
kekuasaan koersif yaitu kekuasaan ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.
yang dapat mendatangkan hukuman H0 : Tidak ada perbedaan sikap
maupun ganjaran; kekuasaan pemilih pemula terhadap calon kepala
keahlihan yaitu kekuasaan yang daerah ditinjau dari jenis pekerjaan
berasal dari pengetahuan, pengalaman, orang tua.
ketrampilan, atau kemampuan yang
25
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

4. H1 : Ada perbedaan sikap pemilih Populasi


pemula terhadap calon kepala daerah Populasi penelitian merupakan
ditinjau dari tingkat penghasilan orang keseluruhan dari objek penelitian
tua. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam
H0 : Tidak ada perbedaan sikap penelitian ini adalah seluruh mahasiwa
pemilih pemula terhadap calon kepala Program Studi Psikologi angkatan 2014
daerah ditinjau dari tingkat dan 2015 yang telah berumur minimal 17
penghasilan orang tua. tahun yang berjumlah 180 orang
5. H1 : Ada perbedaan sikap pemilih mahasiswa. Tehnik pengambilan sampel
pemula terhadap calon kepala daerah dalam penelitian ini adalah purposife
ditinjau dari tempat tinggal. random sampling yang artinya setiap
H0 : Tidak ada perbedaan sikap subyek yang telah berumur 17 tahun ke atas
pemilih pemula terhadap calon diberi kesempatan yang sama untuk
legislatif partai politik ditinjau dari menjadi sampel penelitian. Total sampel
tempat tinggal. dalam penelitian ini adalah 180 orang
siswa.
METODE PENELITIAN Jenis Sumber Data
Jenis Penelitian Jenis data yang digunakan dalam
Adapun jenis penelitian dari tesis ini penelitian ini adalah menggunakan data
adalah penelitian kuantitatif. Menurut primer, yakni data yang diperoleh langsung
Sugiyono (2010) penelitian kuantitatif dari sumber atau objek penelitian. Data
merupakan penelitian ilmiah yang primer ini diperoleh melalui kuesioner.
sistematis terhadap bagian-bagian dan Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
fenomena serta hubungan-hubungannya. data yang dilakukan dengan cara memberi
Adapun pendekatan yang digunakan adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan
korelasi dan komparasi yaitu suatu tertulis kepada responden untuk dijawab
penelitian yang digunakan untuk (Sugiyono, 2010).
mengetahui pengaruh dan perbedaan Teknik Pengumpulan Data
keberadaan variabel yang diteliti yaitu Teknik pengumpulan data dalam
variabel bebas (sikap pemilih pemula), penelitian ini yaitu:
variabel variabel terikat (calon kepala 1. Library research (penelitian
daerah), dan variabel sertaan (jenis kepustakaan) yaitu mengumpulkan dan
kelamin, agama, status sosial, dan tempat mempelajari bahan dari literatur yang
tinggal) (Sugiyono, 2010). berhubungan dengan penelitian.
26
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

2. Field Work research (penelitian dengan jalan mengedarkan suatu


lapangan) yaitu penelitian langsung ke pertanyaan berupa formulir,
lokasi yang menjadi objek penelitian diajukan secara tertulis kepada
sebagai berikut: responden untuk mendapatkan
a. Observasi, Suatu studi yang jawaban tertulis.
disengaja dan sistematis tentang Teknik Analisis Data
fenomena sosial dan gejala psikis Sesuai dengan tujuan penelitian, data
dengan jalan pengamatan dan yang diperoleh dianalisis menggunakan
pencatatan. Metode ini digunakan analisis statistik anava (analisis of variance)
untuk mengamati keadaan yang digunakan untuk mengetahui
responden yang tidak secara mudah pengaruh karakterisitik sosial terhadap
dapat ditangkap melalui metode sikap pemilih pemula, dan uji one way
wawancara. anova yang digunakan untuk mengkaji
b. Wawancara/interview, Suatu perbedaan sikap pemilih pemula yang
percakapan yang diarahkan pada dilihat dari jenis kelamin (laki-laki dan
suatu masalah tertentu. Hal ini perempuan), agama (islam, protestan,
merupakan proses tanya jawab lisan katolik, hindu, budha, dan konghucu),
dimana dua orang atau lebih status sosial (tingkat pendidikan orang tua
berhadapan secara fisik. Hal ini dan jumlah anggota keluarga), dan tempat
dilakukan untuk mendukung data tinggal (tengah kota, pinggiran kota, dan
pada penelitian awal. pedesaan). Penghitungan direncanakan
c. Skala, Suatu penelitian mengenai menggunakan fasilitas komputer program
suatu masalah yang dilakukan SPSS 20.00 for windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Responden
Individu yang menjadi subjek dalam subjek penelitian di Program Studi
penelitian ini adalah mahasiswa Program Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Mulawarman dapat
Ilmu Politik Universitas Mulawarman dilihat pada tabel berikut:
angkatan 2014 dan 2015. Karakteristik

27
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia


No. Usia Frekuensi Persentase
1 18 68 36,96
2 19 81 44,02
3 20 21 11,41
4 21 11 5,98
5 22 2 1,09
6 23 1 0,54
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat 11 (5,98persen), mahasiswa dengan usia 22


diketahui bahwa subjek penelitian di tahun berjumlah 2 (1,09persen), dan
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu mahasiswa dengan usia 23 tahun berjumlah
Sosial dan Ilmu Politik Universitas 1 (0,54persen). Sehingga dapat diambil
Mulawarman yaitu mahasiswa dengan usia kesimpulan bahwa subjek penelitian di
18 tahun berjumlah 68 (36,96persen), Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
mahasiswa dengan usia 19 tahun berjumlah Sosial dan Ilmu Politik Universitas
81 (44,02persen), mahasiswa dengan usia Mulawarman didominasi oleh mahasiswa
20 tahun berjumlah 21 (11,41persen), dengan usia 19 tahun berjumlah 81
mahasiswa dengan usia 21 tahun berjumlah (44,02persen).
Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Agama
No. Agama Frekuensi Persentase
1 Islam 163 88,58
2 Hindu 0 0
3 Protestan 19 10,33
4 Budha 0 0
5 Katolik 2 1,09
6 Konghucu 0 0
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat mahasiswa dengan agama Budha berjumlah


diketahui bahwa subjek penelitian di 0 (0persen), mahasiswa dengan agama
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Katolik berjumlah 2 (1,09persen), dan
Sosial dan Ilmu Politik Universitas mahasiswa dengan agama Konghucu
Mulawarman yaitu mahasiswa dengan berjumlah 0 (0persen). Sehingga dapat
agama Islam berjumlah 163 (88,58persen), diambil kesimpulan bahwa subjek
mahasiswa dengan agama Hindu berjumlah penelitian di Program Studi Psikologi
0 (0persen), mahasiswa dengan agama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Protestan berjumlah 19 (10,33persen), Universitas Mulawarman didominasi oleh

28
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

mahasiswa dengan agama Islam berjumlah


163 (88,58persen).
Tabel 3. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tempat Tinggal
No. Tempat tinggal Frekuensi Persentase
1 Tengah kota 112 60,87
2 Pinggiran kota 58 31,53
3 Pedesaan 14 7,60
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat tinggal di pedesaan berjumlah 14


diketahui bahwa subjek penelitian di (7,60persen). Sehingga dapat diambil
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu kesimpulan bahwa subjek penelitian di
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
Mulawarman yaitu mahasiswa bertempat Sosial dan Ilmu Politik Universitas
tinggal di tengah kota berjumlah 112 Mulawarman didominasi oleh mahasiswa
(60,87persen), mahasiswa bertempat bertempat tinggal di tengah kota berjumlah
tinggal di pinggiran kota berjumlah 58 112 (60,87persen).
(31,53persen), dan mahasiswa bertempat
Tabel 4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 39 21,19
2 Perempuan 145 78,81
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat (78,81persen). Sehingga dapat diambil


diketahui bahwa subjek penelitian di kesimpulan bahwa subjek penelitian di
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman yaitu mahasiswa dengan jenis Mulawarman didominasi oleh mahasiswa
kelamin laki-laki berjumlah 39 dengan jenis kelamin perempuan berjumlah
(21,19persen) dan mahasiswa dengan jenis 145 (78,81persen).
kelamin perempuan berjumlah 145

29
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Tabel 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Ketertarikan Partai


No. Ketertarikan Partai Frekuensi Persentase
1 Partai berbasis agama 49 26,63
2 Partai berbasis nasionalis 135 73,37
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 5 tersebut dapat nasionalis berjumlah 135 (73,37persen).


diketahui bahwa subjek penelitian di Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu subjek penelitian di Program Studi
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Mulawarman yaitu mahasiswa dengan Politik Universitas Mulawarman
ketertarikan partai berbasis agama didominasi oleh mahasiswa dengan
berjumlah 49 (26,63persen) dan mahasiswa ketertarikan partai berbasis nasionalis
dengan ketertarikan partai berbasis berjumlah 135 (73,37persen).
Tabel 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Penggunaan Hak Suara
No. Menggunakan hak suara Frekuensi Persentase
1 Ya 136 73,91
2 Tidak 48 26,09
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat (26,09persen). Sehingga dapat diambil


diketahui bahwa subjek penelitian di kesimpulan bahwa subjek penelitian di
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman yaitu mahasiswa yang Mulawarman didominasi oleh mahasiswa
menggunakan hak suaranya berjumlah 136 yang menggunakan hak suaranya
(73,91persen) dan mahasiswa yang tidak berjumlah 136 (73,91persen).
menggunakan hak suaranya berjumlah 48
Tabel 7. Karakteristik Subjek Berdasarkan Penghasilan Orang Tua
No. Penghasilan Orang Tua Frekuensi Persentase
1 > Rp3,5juta 50 27,17
2 Rp2,5juta-Rp3,5juta 46 25
3 Rp1,5juta-Rp2,5juta 50 27,17
4 < Rp1,5juta 38 20,66
Jumlah 184 100

30
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Berdasarkan tabel 7 tersebut dapat penghasilan orang tuanya <Rp1,5juta


diketahui bahwa subjek penelitian di berjumlah 38 (20,66persen). Sehingga
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu dapat diambil kesimpulan bahwa subjek
Sosial dan Ilmu Politik Universitas penelitian di Program Studi Psikologi
Mulawarman yaitu mahasiswa yang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
penghasilan orang tuanya >Rp3,5juta Universitas Mulawarman didominasi oleh
berjumlah 50 (27,71persen), mahasiswa mahasiswa yang penghasilan orang tuanya
yang penghasilan orang tuanya Rp2,5juta- >Rp3,5juta berjumlah 50 (27,71persen) dan
Rp3,5juta berjumlah 46 (25persen), mahasiswa yang penghasilan orang tuanya
mahasiswa yang penghasilan orang tuanya Rp1,5juta-Rp2,5juta berjumlah 50
Rp1,5juta-Rp2,5juta berjumlah 50 (27,71persen).
(27,71persen), dan mahasiswa yang
Tabel 8. Karakteristik Subjek Berdasarkan Penghasilan Orang Tua
No. Pekerjaan Orang Tua Frekuensi Persentase
1 Pegawai Negeri/Swasta 95 51,63
2 Non Pegawai 26 14,13
3 Wiraswasta/Wirausahawan 56 30,43
4 Tidak Bekerja 7 3,81
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 8 tersebut dapat penelitian di Program Studi Psikologi


diketahui bahwa subjek penelitian di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Universitas Mulawarman didominasi oleh
Sosial dan Ilmu Politik Universitas mahasiswa yang pekerjaan orang tuanya
Mulawarman yaitu mahasiswa yang pegawai negeri/swasta berjumlah 95
pekerjaan orang tuanya pegawai (51,63persen).
negeri/swasta berjumlah 95 (51,63persen), 2. Karakteristik Calon Kepala Daerah
mahasiswa yang pekerjaan orang tuanya Pilihan Responden
non pegawai berjumlah 26 (14,13persen), Karakteristik calon kepala daerah
mahasiswa yang pekerjaan orang tuanya yang dipilih oleh subjek penelitian di
wiraswasta/wirausahawan berjumlah 56 Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
(30,43persen), dan mahasiswa yang Sosial dan Ilmu Politik Universitas
pekerjaan orang tuanya tidak bekerja Mulawarman dapat dilihat pada tabel
berjumlah 7 (3,81persen). Sehingga dapat berikut:
diambil kesimpulan bahwa subjek

31
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Tabel 9. Responden Memilih Calon Kepala Daerah Berdasarkan


Persamaan Jenis Kelamin
No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ya 7 3.81
2 Tidak 177 96.19
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 9 tersebut dapat berdasarkan persamaan jenis kelamin


diketahui bahwa jawaban dari subjek berjumlah 7 (3,81persen) dan mahasiswa
penelitian di Program Studi Psikologi yang tidak memilih calon kepala daerah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berdasarkan persamaan jenis kelamin
Universitas Mulawarman yaitu mahasiswa berjumlah 177 (96,19persen).
yang memilih calon kepala daerah
Tabel 10. Responden Memilih Berdasarkan
Jenis Kelamin dari Calon Kepala Daerah
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 165 89.67
2 Perempuan 19 10.33
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 10 tersebut dapat berjenis kelamin laki-laki berjumlah 165


diketahui bahwa jawaban dari subjek (89,67persen) dan mahasiswa yang
penelitian di Program Studi Psikologi memilih calon kepala daerah yang berjenis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik kelamin perempuan berjumlah 19
Universitas Mulawarman yaitu mahasiswa (10,33persen).
yang memilih calon kepala daerah yang
Tabel 11. Responden Memilih Calon Kepala Daerah Berdasarkan
Persamaan Agama
No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ya 100 54.35
2 Tidak 84 45.65
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 11 tersebut dapat yang memilih calon kepala daerah


diketahui bahwa jawaban dari subjek berdasarkan persamaan agama berjumlah
penelitian di Program Studi Psikologi 100 (54,35persen) dan mahasiswa yang
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tidak memilih calon kepala daerah
Universitas Mulawarman yaitu mahasiswa

32
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

berdasarkan persamaan agama berjumlah


84 (45,65persen).
Tabel 12. Responden Memilih Berdasarkan
Agama dari Calon Kepala Daerah
No. Agama Frekuensi Persentase
1 Islam 170 92.39
2 Hindu 2 1.09
3 Protestan 10 5.44
4 Budha 0 0
5 Katolik 1 0.54
6 Konghucu 1 0.54
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 12 tersebut dapat memilih calon kepala daerah yang


diketahui bahwa jawaban dari subjek beragama Protestan berjumlah 10
penelitian di Program Studi Psikologi (5,44persen), mahasiswa yang memilih
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik calon kepala daerah yang beragama budha
Universitas Mulawarman yaitu mahasiswa berjumlah 0 (0persen), mahasiswa yang
yang memilih calon kepala daerah yang memilih calon kepala daerah yang
beragama Islam berjumlah 170 beragama Katolik berjumlah 1
(92,39persen), mahasiswa yang memilih (0,54persen), dan mahasiswa yang memilih
calon kepala daerah yang beragama Hindu calon kepala daerah yang beragama
berjumlah 2 (1,09persen), mahasiswa yang Konghucu berjumlah 1 (0,54persen).
Tabel 13. Responden Memilih Calon Kepala Daerah
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kategori
No Frekuensi Persentase
Jawaban
1 Ya 152 82.61
2 Tidak 32 17.39
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 13 tersebut dapat berdasarkan tingkat pendidikan berjumlah


diketahui bahwa jawaban dari subjek 152 (82,61persen) dan mahasiswa yang
penelitian di Program Studi Psikologi tidak memilih calon kepala daerah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berdasarkan tingkat pendidikan berjumlah
Universitas Mulawarman yaitu mahasiswa 32 (17,39persen).
yang memilih calon kepala daerah

33
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Tabel 14. Responden Memilih Berdasarkan


Tingkat Pendidikan dari Calon Kepala Daerah
Tingkat
No Frekuensi Persentase
Pendidikan
1 SMA 1 0.54
2 S1 37 20.11
3 S2 62 33.69
4 S3 84 45.66
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 14 tersebut dapat calon kepala daerah dengan tingkat


diketahui bahwa jawaban dari subjek pendidikan S1 berjumlah 37 (20,11persen),
penelitian di Program Studi Psikologi mahasiswa yang memilih calon kepala
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik daerah dengan tingkat pendidikan S2
Universitas Mulawarman yaitu mahasiswa berjumlah 62 (33,69persen), dan
yang memilih calon kepala daerah dengan mahasiswa yang memilih calon kepala
tingkat pendidikan SMA berjumlah 1 daerah dengan tingkat pendidikan S3
(0,54persen), mahasiswa yang memilih berjumlah 84 (45,66persen).
Tabel 15. Responden Memilih Calon Kepala Daerah Berdasarkan
Asal Daerah Pemilihan
Kategori
No Frekuensi Persentase
Jawaban
1 Ya 60 32.61
2 Tidak 124 67.39
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 15 tersebut dapat berdasarkan asal daerah pemilihan


diketahui bahwa jawaban dari subjek berjumlah 60 (32,61persen) dan mahasiswa
penelitian di Program Studi Psikologi yang tidak memilih calon kepala daerah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berdasarkan asal daerah pemilihan
Universitas Mulawarman yaitu mahasiswa berjumlah 124 (67,39persen).
yang memilih calon kepala daerah
Tabel 16. Responden Memilih Calon Kepala Daerah Berdasarkan
Persamaan Suku
Kategori
No Frekuensi Persentase
Jawaban
1 Ya 25 13.59
2 Tidak 159 86.41
Jumlah 184 100

34
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Berdasarkan tabel 16 tersebut dapat berdasarkan persamaan suku berjumlah 25


diketahui bahwa jawaban dari subjek (13,59persen) dan mahasiswa yang tidak
penelitian di Program Studi Psikologi memilih calon kepala daerah berdasarkan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik persamaan suku berjumlah 159
Universitas Mulawarman yaitu mahasiswa (86,41persen).
yang memilih calon kepala daerah
Tabel 17. Responden Memilih Berdasarkan Suku dari Calon Kepala Daerah
No. Suku Frekuensi Persentase
1 Jawa 84 45.65
2 Banjar 22 11.96
3 Bugis 15 8.15
4 Kutai 14 7.61
5 Dayak 9 4.89
6 Lainnya 40 21.74
Jumlah 184 100

Berdasarkan tabel 17 tersebut dapat mahasiswa yang memilih calon kepala


diketahui bahwa jawaban dari subjek daerah dengan suku dayak berjumlah 9
penelitian di Program Studi Psikologi (4,89persen), dan mahasiswa yang memilih
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik calon kepala daerah dengan suku lainnya
Universitas Mulawarman yaitu mahasiswa berjumlah 40 (21,74persen).
yang memilih calon kepala daerah dengan Hasil Uji Hipotesis
suku jawa berjumlah 84 (45,65persen), Pengujian terhadap hipotesis yang
mahasiswa yang memilih calon kepala diajukan dalam penelitian ini dilakukan
daerah dengan suku banjar berjumlah 22 dengan menggunakan analisis statistik uji
(11,96persen), mahasiswa yang memilih turkey untuk mengetahui perbedaan sikap
calon kepala daerah dengan suku bugis pemilih pemula terhadap calon kepala
berjumlah 15 (8,15persen), mahasiswa daerah ditinjau dari karakteristik sosial.
yang memilih calon kepala daerah dengan Hasil uji turkey untuk variansi agama
suku kutai berjumlah 14 (7,61persen), didapatkan hasil:

35
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Tabel 18. Hasil Uji Tuker dan LSD Varian Agama

Berdasarkan tabel di atas didapatkan antara mahasiswa yang beragama


hasil: islam dengan katolik.
1. Tidak ada perbedaan sikap pemilih 3. Tidak ada perbedaan sikap pemilih
pemula terhadap calon kepala daerah pemula terhadap calon kepala daerah
antara mahasiswa yang beragama antara mahasiswa yang beragama
islam dengan protestan. protestan dengan katolik.
2. Tidak ada perbedaan sikap pemilih
pemula terhadap calon kepala daerah
Tabel 28. Hasil Uji Tuker dan LSD Varian Tempat Tinggal

36
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Berdasarkan tabel di atas didapatkan antara mahasiswa yang tinggal


hasil: ditengah kota dengan dipedesaan.
1. Tidak ada perbedaan sikap pemilih 3. Tidak ada perbedaan sikap pemilih
pemula terhadap calon kepala daerah pemula terhadap calon kepala daerah
antara mahasiswa yang tinggal antara mahasiswa yang tinggal
ditengah kota dengan dipinggiran kota. dipinggiran kota dengan dipedesaan.
2. Tidak ada perbedaan sikap pemilih
pemula terhadap calon kepala daerah
Tabel 29. Hasil Uji One Way Anova Varian Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel di atas didapatkan daerah antara mahasiswa yang berjenis


hasil bahwa tidak ada perbedaan sikap kelamin laki-laki dan perempuan.
pemilih pemula terhadap calon kepala

Tabel 30. Hasil Uji Tuker dan LSD Varian Penghasilan Orang Tua

37
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Berdasarkan tabel di atas didapatkan 4. Tidak ada perbedaan sikap pemilih


hasil: pemula terhadap calon kepala daerah
1. Tidak ada perbedaan sikap pemilih antara mahasiswa yang orang tuanya
pemula terhadap calon kepala daerah berpenghasilan 2.500.000 – 3.500.000
antara mahasiswa yang orang tuanya dengan mahasiswa yang orang tuanya
berpenghasilan > 3.500.000 dengan berpenghasilan 1.500.000 – 2.500.000.
mahasiswa yang orang tuanya 5. Tidak ada perbedaan sikap pemilih
berpenghasilan 2.500.000 – 3.500.000. pemula terhadap calon kepala daerah
2. Tidak ada perbedaan sikap pemilih antara mahasiswa yang orang tuanya
pemula terhadap calon kepala daerah berpenghasilan 2.500.000 – 3.500.000
antara mahasiswa yang orang tuanya dengan mahasiswa yang orang tuanya
berpenghasilan > 3.500.000 dengan berpenghasilan < 1.500.000.
mahasiswa yang orang tuanya 6. Tidak ada perbedaan sikap pemilih
berpenghasilan 1.500.000 – 2.500.000. pemula terhadap calon kepala daerah
3. Tidak ada perbedaan sikap pemilih antara mahasiswa yang orang tuanya
pemula terhadap calon kepala daerah berpenghasilan 1.500.000 – 2.500.000
antara mahasiswa yang orang tuanya dengan mahasiswa yang orang tuanya
berpenghasilan > 3.500.000 dengan berpenghasilan < 1.500.000.
mahasiswa yang orang tuanya
berpenghasilan < 1.500.000.
Tabel 31. Hasil Uji Tuker dan LSD Varian Pekerjaan Orang Tua

38
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Berdasarkan tabel di atas didapatkan 4. Tidak ada perbedaan sikap pemilih


hasil: pemula terhadap calon kepala daerah
1. Tidak ada perbedaan sikap pemilih antara mahasiswa yang orang tuanya
pemula terhadap calon kepala daerah berprofesi buruh dengan mahasiswa
antara mahasiswa yang orang tuanya yang orang tuanya berprofesi
berprofesi PNS/Swasta dengan wiraswasta.
mahasiswa yang orang tuanya 5. Tidak ada perbedaan sikap pemilih
berprofesi buruh. pemula terhadap calon kepala daerah
2. Tidak ada perbedaan sikap pemilih antara mahasiswa yang orang tuanya
pemula terhadap calon kepala daerah berprofesi buruh dengan mahasiswa
antara mahasiswa yang orang tuanya yang orang tuanya tidak bekerja.
berprofesi PNS/Swasta dengan 6. Tidak ada perbedaan sikap pemilih
mahasiswa yang orang tuanya pemula terhadap calon kepala daerah
berprofesi wiraswasta. antara mahasiswa yang orang tuanya
3. Tidak ada perbedaan sikap pemilih berprofesi wiraswasta dengan
pemula terhadap calon kepala daerah mahasiswa yang orang tuanya tidak
antara mahasiswa yang orang tuanya bekerja.
berprofesi PNS/Swasta dengan
mahasiswa yang orang tuanya tidak
bekerja.

39
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Tabel 32. Hasil Uji Tuker dan LSD Varian Pendidikan Ayah

40
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Tabel 33. Hasil Uji Tuker dan LSD Varian Pendidikan Ibu

Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil tidak ada perbedaan sikap pemilih pemula
terhadap calon kepala daerah ditinjau dari tingkat pendidikan ayah dan ibu.

41
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

PEMBAHASAN
Hasil penelitian di atas didaptkan dasar sosial yang berdasarkan atas
bahwa tidak ada perbedaan sikap pemilih pengelompokan sosiologis seperti agama,
pemula terhadap calon kepala daerah baik kelas (status sosial), pekerjaan, umur, jenis
ditinjau dari agama, daerah tempat tinggal, kelamin dianggap mempunyai peranan
jenis kelamin, penghasilan orang tua, yang cukup menentukan dalam membentuk
pekerjaan orang tua, pendidikan ayah, dan perilaku memilih.
pendidikan ibu. Hal ini menunjukkan Sedangkan Mazhab Michigan
pemilih pemula tak menjatuhkan pilihan menekankan pada faktor psikologis pemilih
politiknya karena faktor popularitas belaka. artinya penentuan pemilihan masyarakat
Kecenderungan pemilih pemula akan banyak dipengaruhi oleh kekuatan
menaruh simpati karena faktor rekam jejak, psikologis yang berkembang dalam dirinya
visi misi, kredibilitas dan pengalaman yang merupakan akibat dari proses
birokrasi (Azwar, 2008). sosialisasi politik. Sikap dan perilaku
Tanggung jawab politik akan pemilih ditentukan oleh idealisme, tingkat
permasalahan daerah kemudian juga kecerdasan, faktor biologis, keinginan dan
menjadi pertimbangan pemilih untuk kehendak hati (Gaffar, 1992).
menentukan sikap Perilaku Pemilih Pemilih pemula selalu menjadi pusat
Perilaku pemilih merupakan tingkah laku perhatian menjelang pemilihan umum.
seseorang dalam menentukan pilihannya Disamping karena mereka merupakan
yang dirasa paling disukai atau paling generasi muda yang mempunyai karakter
cocok. Secara umum teori tentang perilaku emosi yang masih labil, pengalamannya
memilih dikategorikan kedalam dua kubu dalam memutuskan pilihan politik, menjadi
yaitu; Mazhab Colombia dan Mazhab sesuatu yang baru. Karena merupakan
Michigan (Gaffar, 1992). pengalaman baru maka banyak yang
Mazhab Colombia menekankan pada menduga bahwa perilaku politik anak-anak
faktor sosiologis dalam membentuk muda pemilih pemula ini tidak konstan.
perilaku masyarakat dalam menentukan Artinya bahwa karena didasari oleh
pilihan di pemilu. Model ini melihat ketidaktahuan sosial politik, maka
masyarakat sebagai satu kesatuan pilihannya tergantung dari lingkungan
kelompok yang bersifat vertikal dari tingkat mereka. Anak-anak muda biasanya
yang terbawah hingga yang teratas. berdampingan dengan rekan-rekan, orang
Penganut pendekatan ini percaya bahwa tua, dosen atau guru bagi mereka yang
masyarakat terstruktur oleh norma - norma sedang menempuh pendidikan di sekolah
42
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

lanjutan atas. Lingkungan ini mempunyai REFERENSI


pengaruh signifikan yang pada akhirnya Ahmad, A. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta:
Rineka Cipta.
membuat pilihan itu berubah-ubah dari
Anas. 2007. Pengantar Psikologo Sosial.
partai politik satu kepada partai lainnya. Makassar: Bdan Penerbit UNM.
Anshari, E.S. 1980. Kuliah Al-Islam:
Atau dari figur yang satu kepada figur yang
Pendidikan agama Islam di Perguruan
berbeda. Perubahan itu bisa berlangsung Tinggi, Bandung: Pustaka
Arifin, Ahmad. 2005. Politik dan Pemilih
cepat, dalam hitungan hari dan sangat
Pemula. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
tergantung dari seberapa lincah interaksi Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
sosial (pergaulan) dari anak-anak muda
Jakarta: Rineka Cipta.
tersebut (Arjawa, 2015). Azwar, S. 2011. Sikap Manusia: Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Disinilah dioperlukan peran seorang
Pelajar.
actor untuk memberikan pendidikan kepada Azwar. 2008. Mencerdaskan Pemilih
Pemula.
pemilih pemula. Hal ini dapat didukung
http://www.ressay_wordpress.com,
dengan semakin berkembangnya teknologi diakses tanggal 20 November 2013.
Bali Post. 2013. Kamis 4 april 2013
dan semakin banyaknya pemuda dan
Baron, R.A & Byrne. 2006. Psikologi
pemudi yang melakukan pertemuan Sosial. Penerjemah: Ratna Djuwita,
dkk. Jakarta: Erlangga.
bersama (kumpul-kumpul). Dengan
Bernstein, A. D. 2010. Essential of
teknologi gadget dan semakin seringnya Psychology. (5th ed). University of
Michigan. Cengage Learning.
para pemuda untuk nongkrong atau kumpul
Brem, S.S. & Kassin, S.M. 1993. Social
bersama maka hal ini merupakan momen Psychology. Second Edition. Boston:
Houghton Mifflin Company.
dan kesempatan untuk menanamkan dan
Brigham, J.C. 2007. Social Psychology.
memperkenalkan nilai-nilai politik yang New York: Harper College Publisher.
Caroll, J. L. 2005. Sexuality. Wadsworth:
bisa bermanfaat kepada pemilih pemula
Thomson Learning, Inc
dan masyarakat. Daradjat, Zakiah. 2008 Kesehatan Mental
dalam Keluarga. Jakarta: Pustaka
Antara.
KESIMPULAN Eagly, A.H. & Chaiken, S. 1993. The
Psychology of Attitudes. Florida:
Kesimpulan dalam penelitian ini
Harcourt Brace College Publisher.
adalah tidak ada perbedaan sikap pemilih Fanzoi, Stephen. 2003. Psikologi Sosial.
Penerjemah Rahmad. Jakarta: Pustaka
pemula terhadap calon kepala daerah baik
Jaya.
ditinjau dari agama, daerah tempat tinggal, Flannelly, L, Flannelly, K. 2002.”
Reducing people’s judgment bias
jenis kelamin, penghasilan orang tua,
about their level of knowledge.” The
pekerjaan orang tua, pendidikan ayah, dan Psychological Record, 50, 587-600.
Gaffar, Afan. 1992. Javanese Voters: A
pendidikan ibu.
Case Study Of Election Under
AHegemonis Party System.
43
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Yogyakarta: Gadjah Mada University Crises: An Examination of the Impact


Press of Traumatic Events on Religious
Harrop, Martin dan William Miller. 1999. Beliefs, The Journal of Genetic
Election and Voters (A Comparative Psychology, 157 (4)455-464)
Introduction). London: The Macmillan Paloutzian, R.F. 2005. Invitation to the
Press Ltd. Psychology of Religion. Massachuttes:
Helmi, S. 2000. Psikologi Perkembangan: Allyn & Bacon Paloutzian, 1996
Pengantar Dalam Berbagai Penrod, S. 2006. Social Psychology. New
Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada Jersey: Prentice Hall. Inc.
University Press. Polak, Major. 1995. Sosiologi Suatu
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt, 1993. Pengantar Ringkas. Jakarta: PT.
Sosiologi. Terjemahan Aminuddin Ichtiar Baru.
Ram dan Tita Sobari. Jakarta: Penerbit Rakhmat, Fauzi. 1991. Komunikasi Politik.
Erlangga. Jakarta: Rajawali Press.
Hughes, Sanders, Ginnet Windlesham, dan Rudini. 1994. Atas Nama Demokrasi.
Curphy Lord. 1999. What Is Political Jakarta: Bigraf Publishing.
Communication. New York: Harper Ryan, R.M., Rigby, S. & King, K. 1993.
College Publisher. Two Types of Religious Internalization
Insiklopedia bahasa indonesia. 2013. and this Relations to Religious
Tempat Tinggal. Orientations and Mental Health,
http://id.wikipedia.org/wiki/Ensiklope Journal of Personality and Social
dia. Diakses tanggal 10 Desember Psychology, 65 (3) 586-596
2013. Sarwono, Sarito Wirawan dan Eko A,
Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Meinarno. 2009. Psikologi Sosial.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta: Salemba Humanika.
Komarudin, Ahmad. 2004. Perilaku Sarwono, Sarito Wirawan. 2009.
danPartisipasi Plitiki. Jakarta: Rineke Pengantar Umum Psikologi. Jakarta:
Cipta. Bulan Bintang
Kompas. 2012. Sabtu 1 Desember 2012 Sears, D.O., Freeman, J.L. & Peplau, L.A.
Kreek, Sander, etal. 1962. Social support 1994. Psikologi Sosial. Jilid I. Jakarta:
measurement and interventions. New Erlangga.
York: Oxford University Press. Seda, Kaid. 2004. Political
Kristiadi, J. 2004. Jurnal Ilmu Politik dan Communication, Theory and
Pembangunan, Volume 6 Nomor 1 Research: An Overview. New York:
April 2004, Laboraturiom Ilmu politik Worth Publisher inc.
FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Shihab, M.Q. 2007. Membumikan al-
Purwokerto. Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu
McKee, J. B. 1996. Introduction to dalam Kehidupan Masyarakat.
Sociology. New York: Holt, Rinehart Bandung: Mizan
and Winston, Inc. Slamet. 2005. Hubungan Antara
Myers, David G. 2002. Psychology. New Religiusitas Dan Persepsi Terhadap
York: Worth Publisher inc. Partai Islam Dengan Sikap Memilih
Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Partai Islam (Studi Kasus Pada
Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mahasiswa Uin Sunan Kalijaga
Nimmo, Dan. 1999. Political Yogyakarta). Tesis. Universitas
Communication and Public Opinion in Gadjah Mada. Yogyakarta
America. New York: Worth Publisher Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
inc. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Overcash, W.S., Calhoun, L.G., Cann, A., Bandung: Alfabeta.
& Tedeschi, R.G. 1996. Coping with

44
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45

Suyono, Hadi. 2005. Sikap Pemilih Pemula Perwakilan Rakyat, Dewan


Ditinjau Dari Kampanye Negatif, Perwakilan Daerah, dan Dewan
Profil Calon Presiden, dan Jenis Perwakilan Rakyat Daerah.
Kelamin. Tesis. Universitas Gadjah Yogyakarta: Gradien Mediatama.
Mada. Yogyakarta. Voughn, Graham M & M.A Hoog. 2002.
Taher. 2004. Politik dan Komunikasi. Social Psychology. England: Prentice
Yogyakarta: Andi Offset. Hall.
Thouless, R.H. 2000. Pengantar Psikologi Wahyudi. 2008. Manajemen Konflik Dalam
Agama. Jakarta: Rajawali Press. Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Trenholm, S. & Jensen, A. 1992. Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial: Suatu
Interpersonal Communication. 2nd. Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset.
Edition. Belmout: Wadsworth. Widiyanta, A. 2002. Sikap Terhadap
Trenholm, S. & Jensen, A. 1992. Lingkungan Alam (Tinjauan Islam
Interpersonal Communication. 2nd. dalam Menyelesaikan Masalah
Edition. Belmout: Wadsworth. Lingkungan). Program Studi Psikologi
Undang-undang Republik Indonesia Universitas Sumatera Utara. Diunduh
Nomor 10 Tahun 2008 tentang pada 26 Oktober, 2013, dari USU
Pemilihan umum Anggota Dewan Digital Libr.

45

Anda mungkin juga menyukai