17-45
Abstract. Local election directly, like elections, is a political community, a place for the
community to organise power and gain control over the country.In elections voters novice is
an opportunity politics are achieved by a political party to gain support. The increase in the
number and changed from every elections shows that voters by budding as a political valuable
asset, central and strategic. This research quantitative down with the data using the survey.
Research sample areas are student’s psychology the 2014 and 2015 totaling 184. The result
showed no difference attitude voters novice against a regional leader in terms of religion, the
shelter, sex, income parents, the work of old, level of education of fathers, and mothers
education
Keywords: voter’s novice, regional head, sex, religion, social status residence.
Abstak. Pemilihan kepala daerah secara langsung, seperti halnya pemilihan umum, merupakan
arena masyarakat politik, tempat bagi masyarakat untuk mengorganisir kekuasaan dan meraih
kontrol atas negara. Dalam pemilu pemilih pemula merupakan peluang politik yang dapat
diraih oleh partai politik untuk mendapatkan dukungan. Perkembangan yang meningkat secara
jumlah dan terus berubah dari tiap pemilihan umum menunjukkan bahwa pemilih pemula
sebagai aset politik yang berharga, sentral dan strategis. Penelitian ini berjenis kuantitatif
dengan pengambilan data menggunakan angket. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa
psikologi angkatan 2014 dan 2015 yang berjumlah 184. Hasil penelitian menunjukkan tidak
ada perbedaan sikap pemilih pemula terhadap calon kepala daerah baik ditinjau dari agama,
daerah tempat tinggal, jenis kelamin, penghasilan orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan
ayah, dan pendidikan ibu.
Kata kunci: pemilih pemula, kepala daerah, jenis kelamin, agama, status sosial tempat
tinggal.
17
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
serta model birokratis dan peran secara pemerintahan, negara ada karena adanya
kelembagaan TNI maupun birokrasi. kesepakatan (kontrak sosial) antar anggota
Pada Provinsi Kalimantan Timur, masyarakat untuk menyerahkan sebahagian
tahun 2015 merupakan tahun yang paling kedaulatan/kebebasan mereka kepada
ditunggu-tunggu masyarakat Kalimantan negara, yang bertugas mengatur dan
Timur (Kaltim). Pasalnya, ada lima menjamin keamanan dan kesejahteraan
Kabupaten atau Kota yang akan melakukan warganya.
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Ketiga, Pilkada merupakan bagian dari
Kepala Daerah (Pilkada), yaitu Kutai proses transisi demokrasi di daerah.
Kartanegara, Kabupaten Paser, Bulungan, Pemilihan kepala daerah sebelumnya
Kabupaten Berau dan Kota Samarinda. dilakukan dengan sistem perwakilan, yaitu
Menurut Arifin (2005) agenda oleh DPRD, sedangkan sekarang dipilih
Pemilihan Kepala Daerah Langsung secara langsung oleh rakyat. Proses yang
(Pilkada) yang tengah berlangsung saat ini, baru ini membutuhkan perhatian dari
merupakan agenda strategis bagi segenap unsur masyarakat sebagai wujud
pembangunan demokrasi dikarenakan, tanggungjawab bersama dalam melahirkan
Pertama, pemilihan ini merupakan hasil pemilihan yang berkualitas.
pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan Sama seperti sebelumnya pelaksanaan
secara langsung di Samarinda dan kota- pemilu sebelumnya pemilu untuk
kota lain. Konsekuensi dari hal tersebut pemilihan calon walikota dan wakil
adalah pemilihan kepala daerah ini walikota identik dengan besarnya
melibatkan seluruh masyarakat Samarinda partisipasi kaum muda di dalamnya,
yang telah memiliki hak pilih dan tentunya khususnya bagi pemilih pemula yang baru
mekanisme ini dapat memaksimalkan pertama kalinya akan memberikan
legitimasi kepala daerah yang terpilih suaranya. Berdasarkan Undang-Undang
nantinya. No. 10 tahun 2008 dalam Bab IV pasal 19
Kedua, proses Pilkada ini, sejatinya ayat 1 dan 2 serta pasal 20 menyebutkan
adalah proses penyerahan sebahagian bahwa yang dimaksud dengan pemilih
kedaulatan rakyat kepada negara pemula adalah warga Indonesia yang pada
(eksekutif), untuk kemudian negara hari pemilihan atau pemungutan suara
menjalankan fungsinya dalam mengatur adalah Warga Negara Indonesia yang sudah
dan menjamin keberlangsungan hidup genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau
masyarakat ke arah yang lebih baik. Dalam sudah/pernah kawin yang mempunyai hak
teori terbentuknya sebuah negara dan pilih, dan sebelumnya belum termasuk
18
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
masyarakat atau suatu kelompok tertentu adalah warga Indonesia yang pada hari
mislanya partai politik menggunakan pemilihan atau pemungutan suara adalah
agama dalam kancah politik untuk Warga Negara Indonesia yang sudah genap
merekrut massa dalam pemilihan umum. berusia 17 tahun dan atau lebih atau
Sedangkan status sosial seseorang akan sudah/pernah kawin yang mempunyai hak
sangat mempengaruhi sikap pemilih dalam pilih, dan sebelumnya belum termasuk
menentukan partai politik. Seperti kelas pemilih karena ketentuan Undang-Undang
status sosial tingkat pendidikan atas akan Pemilu. Berdasarkan pengertian tersebut,
sangat terpengaruh terhadap visi misi dan maka karakteristik yang dimiliki oleh
isu-isu yang diangkat yang dibawa oleh pemilih pemula dilihat dari karakter yang
calon kepala daerah, sedangkan status berbeda dengan pemilih yang sudah terlibat
sosial tingkat pendidikan bawah akan pemilu periode sebelumya, yaitu:
sangat terpengaruh akan uang suap dan a. Belum pernah memilih atau melakukan
janji-janji yang akan diberikan. penentuan suara di dalam TPS,
Lebih lanjut tempat tinggal seseorang b. Belum memiliki pengalaman memilih,
akan sangat menentukan partai yang c. Memiliki antusias yang tinggi
dipilih, hal ini dikarenakan masyarakat kota d. Kurang rasional,
akan lebih majemuk dalam membuat e. Pemilih muda yang masih penuh
pilihan sedangkan orang desa akan lebih gejolak dan semangat, yang apabila
populer akan tokoh partai dan isu ras atau tidak dikendalikan akan memiliki efek
semangat keusukuan yang dibawa. terhadap konflik-konflik sosial di
Berdasarkan hal di atas maka peneliti dalam pemilu,
tertarik untuk meneliti sikap pemilih f. Menjadi sasaran peserta pemilu karena
pemula terhadap calon kepala daerah jumlahnya yang cukup besar,
ditinjau karakteristik sosial yang meliputi g. Memiliki rasa ingin tahu, mencoba,
dari jenis kelamin, agama, status sosial dan dan berpartisispasi dalam pemilu,
tempat tinggal. meskipun kadang dengan bebagai latar
belakang yang berbeda.
TINJAUN PUSTAKA Lebih lanjut Azwar (2008) membagi
Pemilih Pemula pemilih di Indonesia dengan tiga kategori.
Berpondasi pada undang-undang No. Kategori pertama, adalah pemilih yang
10 tahun 2008 dalam Bab IV pasal 19 ayat rasional, yakni pemilih yang benar-benar
1 dan 2 serta pasal 20 menyebutkan bahwa memilih partai berdasarkan penilaian dan
yang dimaksud dengan pemilih pemula analisis mendalam. Kedua, pemilih kritis
20
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
emosional, yakni pemilih yang masih terhadap objek dengan cara-cara tertentu.
idealis dan tidak kenal kompromi. Ketiga, Kesiapan yang dimaksud merupakan
pemilih pemula, yakni pemilih yang baru kecenderungan potensial untuk bereaksi
pertama kali memilih karena usia mereka dengan cara tertentu apabila individu
baru memasuki usia pemilih. Kelompok dihadapkan pada suatu stimulus yang
pemilih yang berentang usia 17-21 tahun ini menghendaki adanya respon. Ketiga,
adalah mereka yang berstatus pelajar, definisi sikap dijelaskan oleh kelompok
mahasiswa, serta pekerja muda. pemikir yang berorientasi pada skema
Sikap Pemilih Pemula triadik (triadic scheme). Definisi pada
Sikap, menurut Kamus Besar Bahasa kelompok ini diwakili oleh Secord &
Indonesia, diartikan sebagai kesiapan untuk Backman yang menerangkan sikap sebagai
bertindak. Azwar (2011) mendefinisikan keteraturan tertentu dalam hal perasaan
sikap menjadi tiga kelompok. Pertama, (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
definisi sikap diformulasikan oleh ahli-ahli predisposisi tindakan (konasi) seseorang
yang memfokuskan kajiannnya pada terhadap suatu aspek di lingkungan
bidang pengukuran. Ahli-ahli tersebut sekitarnya.
adalah Thurstone, Likert, dan Osgood yang Sedangkan menurut Walgito (2003)
menyatakan bahwa sikap adalah suatu mendefinisikan sikap merupakan
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap organisasi pendapat, keyakinan individu
seseorang terhadap suatu objek adalah mengenai objek atau situasi yang relatif
perasaan mendukung atau memihak tetap, yang disertai adanya perasaan
(favorable) maupun perasaan tidak tertentu, dan menjadi dasar kepada individu
mendukung atau tidak memihak tersebut untuk membuat respon dalam cara
(unfavorable) pada objek tersebut. Secara tertentu yang dipilihnya.
spesifik Thurstone memformulasikan sikap Menurut Allport (dalam Sarwono,
sebagai derajat afek positif atau afek negatif 2009), sikap merupakan suatu proses yang
terhadap suatu objek psikologis. Kedua, berlangsung dalam diri seseorang yang
definisi sikap diterangkan oleh ahli yang didalamnya terdapat pengalaman individu
berkonsentrasi pada kajian bidang yang akan mengarahkan dan menentukan
psikologi sosial dan kepribadian. Chave, respon terhadap berbagai objek dan situasi.
Bogardus, LaPierre, Mead, dan Alport Zanna dan Rempel (dalam Voughn &
menjelaskan sikap lebih kompleks. Hoog, 2002) menjelaskan sikap merupakan
Ahli-ahli tersebut menjelaskan bahwa reaksi evaluatif yang disukai atau tidak
sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi disukai terhadap sesuatu atau seseorang,
21
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
27
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
28
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
29
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
30
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
31
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
32
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
33
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
34
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
35
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
36
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
Tabel 30. Hasil Uji Tuker dan LSD Varian Penghasilan Orang Tua
37
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
38
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
39
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
Tabel 32. Hasil Uji Tuker dan LSD Varian Pendidikan Ayah
40
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
Tabel 33. Hasil Uji Tuker dan LSD Varian Pendidikan Ibu
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil tidak ada perbedaan sikap pemilih pemula
terhadap calon kepala daerah ditinjau dari tingkat pendidikan ayah dan ibu.
41
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
PEMBAHASAN
Hasil penelitian di atas didaptkan dasar sosial yang berdasarkan atas
bahwa tidak ada perbedaan sikap pemilih pengelompokan sosiologis seperti agama,
pemula terhadap calon kepala daerah baik kelas (status sosial), pekerjaan, umur, jenis
ditinjau dari agama, daerah tempat tinggal, kelamin dianggap mempunyai peranan
jenis kelamin, penghasilan orang tua, yang cukup menentukan dalam membentuk
pekerjaan orang tua, pendidikan ayah, dan perilaku memilih.
pendidikan ibu. Hal ini menunjukkan Sedangkan Mazhab Michigan
pemilih pemula tak menjatuhkan pilihan menekankan pada faktor psikologis pemilih
politiknya karena faktor popularitas belaka. artinya penentuan pemilihan masyarakat
Kecenderungan pemilih pemula akan banyak dipengaruhi oleh kekuatan
menaruh simpati karena faktor rekam jejak, psikologis yang berkembang dalam dirinya
visi misi, kredibilitas dan pengalaman yang merupakan akibat dari proses
birokrasi (Azwar, 2008). sosialisasi politik. Sikap dan perilaku
Tanggung jawab politik akan pemilih ditentukan oleh idealisme, tingkat
permasalahan daerah kemudian juga kecerdasan, faktor biologis, keinginan dan
menjadi pertimbangan pemilih untuk kehendak hati (Gaffar, 1992).
menentukan sikap Perilaku Pemilih Pemilih pemula selalu menjadi pusat
Perilaku pemilih merupakan tingkah laku perhatian menjelang pemilihan umum.
seseorang dalam menentukan pilihannya Disamping karena mereka merupakan
yang dirasa paling disukai atau paling generasi muda yang mempunyai karakter
cocok. Secara umum teori tentang perilaku emosi yang masih labil, pengalamannya
memilih dikategorikan kedalam dua kubu dalam memutuskan pilihan politik, menjadi
yaitu; Mazhab Colombia dan Mazhab sesuatu yang baru. Karena merupakan
Michigan (Gaffar, 1992). pengalaman baru maka banyak yang
Mazhab Colombia menekankan pada menduga bahwa perilaku politik anak-anak
faktor sosiologis dalam membentuk muda pemilih pemula ini tidak konstan.
perilaku masyarakat dalam menentukan Artinya bahwa karena didasari oleh
pilihan di pemilu. Model ini melihat ketidaktahuan sosial politik, maka
masyarakat sebagai satu kesatuan pilihannya tergantung dari lingkungan
kelompok yang bersifat vertikal dari tingkat mereka. Anak-anak muda biasanya
yang terbawah hingga yang teratas. berdampingan dengan rekan-rekan, orang
Penganut pendekatan ini percaya bahwa tua, dosen atau guru bagi mereka yang
masyarakat terstruktur oleh norma - norma sedang menempuh pendidikan di sekolah
42
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
44
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 17-45
45