Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH ORIENTASI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI POLITIK


PEMILIH PEMULA PADA PILKADA KABUPATEN SIDOARJO TAHUN
2020

Disusun Oleh:
Muhammad Farid Al Farizi (10040120086)

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
A. LATAR BELAKANG

Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat yang
didasarkan prinsip bahwa rakyatlah yang memegang kedaulatan. Maksudnya adalah rakyat
memegang kekuasaan paling tinggi dalam negara tersebut sehingga mereka berhak terlibat
dalam segala aktivitas politik. Salah satu perwujudan dari hal ini dilaksanakan melalui
proses pemilihan umum atau pemilu untuk mencari sosok pemimpin bagi negara tersebut.
Selain itu, pemilu juga dapat menjadi tempat bagi rakyat untuk turut serta dalam
mempengaruhi kebijakan-kebijakan maupun sistem-sistem pemerintahan yang berlaku,
dengan berkesempatan untuk memutuskan wakilnya di berbagai lembaga-lembaga negara,
seperti lembaga eksekutif dan lembaga legislatif. 1

Pelaksanaan pemilu di Indonesia diselenggarakan oleh komisi pemungutan suara


bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang selanjutnya disebut Komisi Pemilihan Umum
(KPU), seperti yang tertulis dalam Pasal 22E ayat 5 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Pada umumnya kegiatan ini diselenggarakan dalam jangka waktu 5
tahun sekali. Pemilu, dalam prosesnya sendiri berpegang pada 6 asas yaitu langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Parameter demokrasi dalam sistem perekrutan
pejabat politik dapat dicapai dengan menerapkan asas-asas ini. 2

Pada 17 April 2020, negara Indonesia menyelenggarakan “pesta demokrasi”


melalui pemilihan umum yang tujuan utamanya adalah untuk memilih presiden dan wakil
presiden serta badan legislatif periode selanjutnya. Pelaksanaan pemilu tersebut menjadi
bukti nyata Indonesia merupakan negara demokrasi. Penyelenggaraan pemilihan umum
dapat dikatakan sebagai salah satu indikator keberhasilan atau sebagai tolak ukur
kesuksesan negara demokrasi. Hal ini dikarenakan dalam prosesnya seluruh masyarakat
dengan kriteria yang telah terpenuhi, ikut serta untuk memberikan partisipasinya secara

1
Arif Ikhwan, “Perilaku Memilih Pemilih Pemula Pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di
Kabupaten Tanah Datar”, skripsi, 2016, hlm. 1.
2
Moch. Rico Fiki Effendi, “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Perilaku Pemilih Pemula pada Pilkada
Kota Surabaya Tahun 2015 (Studi pada Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya)”, skripsi, 2017, hlm. 2.
langsung dalam pengambilan keputusan dan penentuan seorang pemimpin. 3 Oleh karena
itu, pemilu dianggap sebagai kegiatan yang berperan besar terhadap suatu negara.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, warga negara sebagai pemilih merupakan
penentu atau dapat dikatakan mengambil bagian penting dalam pemilu. Pengertian dari
pemilih sendiri telah dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum pada Pasal 1 ayat 34 yang menyebutkan bahwa pemilih adalah warga
Negara Indonesia yang sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah
kawin, atau sudah pernah kawin. 4 Di antara para pemilih dalam pemilu yang
diselenggarakan tersebut terdapat pemilih pemula yang ikut terdaftar sebagai pemilih.
Maksud dari pemilih pemula ini yaitu mereka yang menyumbangkan suaranya dalam
pemilihan umum untuk pertama kali dengan rentang usia 17- 21 tahun, serta mereka yang
merupakan pensiunan anggota TNI/Polri.

Para pemilih pemula ini juga merupakan pemilih yang menjadi sasaran politik elit-
elit politik. Berbagai program biasanya mereka buat dalam waktu mendekati pemilu
dengan tujuan untuk menjaring atau memikat para pemilih pemula. Pembangunan
komunitas-komunitas dan pelaksanaan kegiatankegiatan tertentu mereka lakukan untuk
mendapatkan dukungan dan suara untuk memenangkan pemilu dari para pemilih pemula
tersebut, karena satu suara sangat memengaruhi kemenangan politik dalam pemilu.

Menurut data Badan Pusat Statistik Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo


merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki luas wilayah yang cukup besar yang
berada di Provinsi Jawa Timurdengan luas wilayah sebesar 6.256,01 hektar dengan
jumlah penduduk sebanyak 201.523 ribu jiwa yang terbagi atas 100.136 berjenis
kelamin laki-laki dan 101.387 berjenis kelamin perempuan. Dari data di atas bisa
kita ketahui bahwa Kabupaten Sidoarjo memiliki warga masyarakat yang memiliki
hak pilih dalam pemilihan umum cukup banyak. Hal tersebut dilansir dalam Badan
Pusat Statistik Sidoarjo (BPS Kab Sidoarjo, 2021:21), dalam rekapitulasi perolehan suara
pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten sidoarjo Kecamatan Sidoarjo

3
Fitra Endi Fernanda, “Persepsi Pemilih Pemula terhadap Pilkada Serentak di Desa Way Mili Kecamatan Gunung
Pelindung Kabupaten Lampung Timur Tahun 2016”, skripsi, 2016, hlm. 2.
4
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
Tahun 2020 mencapai 85.081 total suara sah. Sehingga dalam artian 42,21% warga
masyarakat Kabupaten Sidoarjo menggunakan hak pilihnya dalam pelaksanaan Pilkada
2020 (BPS Kab Sidoarjo, 2021).

Sidoarjo merupakan kabupaten yang terdiri atas 18 kecamatan 322 desa dan
24 kelurahan di dalamnya (BPS Kab Sidoarjo, 2021:1). Salah satu desanya ialah
desa Lemahputro yang berada di kecamatan Sidoarjo. Pada saat pelaksanaan pemilu
2020, kecamatan Sidoarjo sendiri terdiri atas 361 TPS (Tempat Pemungutan Suara)
yang berlokasi di 361 titik dengan jumlah DPT (Daftar Pemilih Tetap) laki-laki sebanyak
69.137 orang dan perempuan 72.149 orang dengan total keseluruhan141.286 orang
yang dirilis dari hasil rekapitulasi perhitungan KPU Kabupaten Sidoarjo pada
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo 2020 (kpud-sidoarjokab.go.id).

Pemilihan umum di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan data yang diperoleh


terkait pemilih yang masuk kedalam daftar pemilih sementara pada pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sidoarjo 2020 sebanyak 1.404.887 pemilih
(kpud-sidoarjokab.go.id). Hal tersebut disampaikan oleh salah satu anggota Komisioner
KPU Sidoarjo Divisi Perencanaan setelah dilakukannya uji publik oleh pihak KPU
guna mensinkronkan informasi beserta data yang telah didapat oleh pihak KPU

Jumlah pemilih pemula di Kabupaten Sidoarjo mencapai 8 persen menurut data


dari KPU Sidoarjo. Sehingga hal tersebut diharapkan mampu menjadi motor utama
dalam menjembatani para pemilih pemula untuk menjadi pemilih yang cerdas dan
kritis. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah pemilih pemula, yakni
pemilih pemula yang terkategori remaja berusia 17 hingga 19 tahun.Menurut data
BPS (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo) sejumlah 235,566 merupakan
para remaja dengan rentang usia tersebut dan sebanyak 1.404.887 merupakan
seluruh masyarakat Kabupaten Sidoarjo yang tersebar dalam 18 Kecamatan

Namun demikian, karena baru memasuki usia hak pilihnya, jangkauan politik para
pemilih pemula masih sempit sehingga mereka masih kesulitan untuk memutuskan arah
pilihan mereka. Dalam beberapa kasus, hal ini menyebabkan siapa yang mereka pilih
dalam pemilu tidak seperti yang mereka harapkan, atau dapat juga dikatakan tidak sesuai
dengan keinginan mereka sendiri. Alasan inilah yang terkadang membuat para pemilih
pemula lebih mudah terpengaruh melalui berbagai pendekatan oleh partai-partai politik
maupun kandidat tertentu terutama dengan menggunakan pendekatan materi politik.
Politik praktis yang masih awam dalam kehidupan mereka, ditambah lagi dengan
banyaknya pilihan dalam pemilu, seringkali menjadikan pikiran pemilih pemula menjadi
tidak rasional dan pada akhirnya kepentingan jangka pendeklah yang menjadi dasar pilihan
mereka. Parpol atau calon tertentu bahkan berusaha memenangkan pemilihan tanpa
memberikan pencerdasan dalam hal politik dan hanya menempatkan pemilih pemula
sebagai objek politik. Pemahaman, pengetahuan, dan kesadaran dalam memilih pada
pemilu yang minim inilah yang membuat pemilih pemula memiliki potensi besar untuk
bertindak apatis.5

Saat ini pendidikan maupun sosialisasi politik tengah gencar diberikan kepada
anak-anak sekolah terutama setelah mereka memasuki jenjang pendidikan SMA (Sekolah
Menengah Atas) yang bertujuan guna memberi pemahaman yang baik dan benar mengenai
politik dan meningkatkan minat demokrasi pada anak. Memberikan pemahaman politik
yang baik dan benar kepada para pemilih pemula, khususnya dalam hal pemilu ini amat
penting untuk dilakukan. Pemberian kesan pertama yang positif harus diberikan oleh
pemerintah, bersama dengan pihak lainnya pada pemilih pemula, mereka harus diyakinkan
bahwa suaranya sangatlah penting karena mampu menaikkan kesejahteraan hidup bangsa
dan memiliki peranan penting untung menentukan nasib pemerintahan berikutnya.
Pemberian paham yang positif ini diharapkan dapat memotivasi mereka untuk terus
menjadi pemilih yang cerdas. 6

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh orientasi politik terhadap partisipasi politik pemilih pemula
pada pilkada kabupaten Sidoarjo tahun 2020?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan

5
Agung Putra Perdana dan Ishak, “Perilaku Politik Pemilih Pemula Pada Pilkada Kota Banda Aceh Tahun 2017”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, vol. 3 no.3, 2018, hlm. 4.
6
Aat Ruchiat Nugraha, dkk. “Perilaku Komunikasi Politik Pemilih Pemula di Pilkada Kabupaten Bandung”, Jurnal
Komunikasi, vol. 1 no. 02, 2016, hlm. 103.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh orientasi politik terhadap partisipasi
politik pemilih pemula pada pilkada kabupaten Sidoarjo tahun 2020

2. Manfaat
a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam


mengembangkan ilmu pengetahuan yang menggabungkan beberapa teori dengan fokus
kajian. Manfaat teroritis lainnya adalah penulisan ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai refrensi dan bahan bacaan bagi akademisi yang mempelajari Ilmu
Pemerintahan khususnya yang berhubungan dengan pengaruh orientasi politik terhadap
partisipasi politik pemilih pemula pada pilkada kabupaten Sidoarjo tahun 2020.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan manfaat kepada peneliti untuk menambah


pengetahuan dan wawasan terkait pengaruh orientasi politik terhadap partisipasi politik
pemilih pemula pada pilkada kabupaten Sidoarjo tahun 2020. Selain itu, manfaat dari
penelitian ini agar dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi kalangan masyarakat
serta memberikan referensi bagi partisipasi politik pemilih pemula di kabupaten
Sidoarjo.

D. KAJIAN PUSTAKA
Hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukuan sebelumnya oleh
beberapa peniliti digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini sebagai bahan perbandingan
dan kajian bagi peneliti. Penelitian-penelitian tersebut juga memiliki tujuan yang sejalan
dengan penelitian ini yaitu guna mencari tahu tentang perilaku pemilih dalam pemilihan
umum di Indonesia, khususnya terhadap pemilih pemula, serta apa yang mempengaruhi
mereka dalam menentukan pilihannya tersebut. Dalam penelitian terdahulu tersebut
ditemukan hasil yang beragam yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
peneliti dalam melakukan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang
dijadikan referensi dalam penelitian ini :
1. Renciansyah (2015) Perilaku Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum (Studi
Kasus Pemilih Pemula di Kecamatan Siantan Tengah Kabupaten Anambas
Tahun 2014) Para pemilih pemula di daerah ini memberikan suara mereka
dengan mengikuti anggota keluarga mereka. Mereka pun merasa bahwa pilihan
keluarganya tersebut adalah pilihan yang terbaik. Pemilih jenis ini biasa disebut
pemilih ikut-ikutan 12 karena memprioritaskan polihan anggota kelompoknya,
terutama keluarga.
2. Indar Melani (2014) Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Duampua dalam
Pemilukada Kabupaten Pinrang 2013 Para pemilih pemula di Kecamatan
Duampua ini, mereka memutuskan pilihannya dengan dipengaruhi oleh latar
belakang lingkungan sosialnya. Di mana keluarga memiliki pengaruh yang
besar terhadap pilihan kandidat pemilih pemula.
3. Fitra Endi Fernanda (2016) Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Pilkada
Serentak di Desa Way Mili Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten
Lampung Timur tahun 2016 Persepsi pemilih pemula terhadap pemilihan di
Desa Way Mili adalah mereka kurang memahami teori, konsep, dan maksud
dari dilaksanakannya proses pilkada serentak ini, di mana kegiatan ini
dilakukan pemerintah sebagai usaha untuk menampung aspirasi dari
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh masih minimnya pengetahuan masyarakat,
khususnya para remaja yang merupakan pemilih pemula karena kurangnya
sosialisasi yang diberikan oleh pemerintah. Padahal Pengetahuan ini sangatlah
penting bagi mereka untuk memutuskan arah mana yang akan diambil dalam
memilih.
4. Khairunnisa (2017) Partisipasi dan Perilaku Politik Pemilih Pemula dalam
Pemilihan Presiden 2014 (Studi pada Siswa Lembaga Pendidikan NonFormal
Bta 45 Tebet, Jakarta Selatan) Sebagian besar data dari penelitian ini
menunjukkan bahwa para pemilih cenderung mengarah ke pilihan rasional.
Faktor utama yang mempengaruhi pilihan ini adalah dikarenakan adanya
dukungan dari para orang tua siswa yang memberikan kebebasan memilih
kepada anakanaknya. Di samping itu, siswa dapat dikatakan sangat antusias
mengikuti Pilpres 2014 ini, mengingat pemilu kali ini adalah yang pertama bagi
mereka. Peneliti juga melihat bahwa media sosial memegang peran yang amat
penting untuk membantu para pemilih pemula dalam mencari informasi yang
dibutuhkan terkait dengan para kandidat dalam pemilihan kali ini.
5. Totok Wahyu Abadi dan Ridlaty Ayu Oktaviana Putri (2016) Media dan
Perilaku Pemilih Pemula pada Pilihan Presiden Tahun 2014 di Kabupaten
Sidoarjo Berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Sidoarjo, ditemukan bahwa
sosok presiden yang diidam-idamkan para pemilih pemula adalah calon yang
dekat dengan rakyat, memprioritaskan kepentingan masyarakat, murah hati,
taat beragama, berprestasi, memiliki kesabaran, dikenal banyak orang, 14 dan
cerdas. Selain itu, ditemukan bahwa adanya kegiatan sosialisasi dan
penggunaan media secara bersamaan berdampak signifikan terhadap perilaku
para pemilih pemula di Pilpres 2014. Secara khusus, penggunaan media
merupakan faktor yang memiliki pengaruh terbesar dalam perilaku pemilih
pemula, dengan persentase sebesar 80,4%. Sementara itu, pengaruh sosialisasi
terhadap perilaku pemilih adalah sebesar 11,4%.

Pembeda dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian di atas yaitu
penelitian ini memiliki fokus pada pengaruh orientasi politik terhadap pemilih pemula pada
pilkada kabupaten Sidoarjo tahun 2020 di mana pemilihan kepala daerah ini merupakan
pemilihan yang memiliki tujuan guna memilih kandidat Bupati dan wakil bupati. Penelitian
ini akan mencari tahu secara lebih rinci mengenai pengaruh orientasi politik terhadap
pemilih pemula pada pilkada kabupaten Sidoarjo tahun 2020

E. KERANGKA TEORI
1. Orientasi politik

Orientasi politik merupakan suatu cara pandang dari suatu golongan masyarakat
dalam suatu struktur masyarakat. orientasi politik yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah orientasi politik yang dikemukakan oleh almond dan verba (1990: 16), yaitu :

a. Orientasi kognitif, yaitu pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik,


peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya;
b. Orientasi afektif, yaitu perasaan terhadap sistem politik, peranan, keberadaan aktor
dan penampilannya; dan
c. Orientasi evaluatif, yaitu keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik yang
melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan.
2. Pemilihan Umum
Pemilu dapat dikatakan menjadi syarat minimal dari negara demokrasi.
Pelaksanaan pemilihan yang fair dan periodik merupakan salah satu karakteristik dari
berjalannya sistem demokrasi. 7 Selain itu, terdapat syarat lain sebagai berikut :
a. Pemilihan umum harus menjamin kerahasiaan dalam proses pemungutan
suaranya, serta menjamin adanya kejujuran dalam proses penghitungan suara.
b. Partai-partai politik dengan sistem kepartaian kompetitif yang mengikuti
pemilihan umum harus bersaing secara sehat satu sama lain.
c. Bagi negara dengan sistem pemungutan suara langsung, hasil dari proses
pemungutan suaranya digunakan untuk menetapkan pemimpin negara tersebut.
Sedangkan bagi negara dengan prinsip demokrasi tidak langsung atau
demokrasi perwakilan, hasilnya digunakan untuk menentukan jumlah anggota
dan komposisi dari lembaga perwakilan negaranya.8
Pemilu juga menjadi bentuk lain dari upaya pemenuhan hak asasi masyarakat dalam
bidang politik. 9 Pemilu ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai kedaulatan warga,
karena seperti yang kita ketahui, tidak memungkinkan bagi seluruh warga negara untuk
menjalankan pemerintahan secara langsung. 10 Hal ini sejalan dengan yang disebutkan
dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
sebagai berikut :
“Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan
rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

7
Raoda Nur, dkk, “Perilaku Politik Pemilih Pemula dalam Pelaksanaan Pemilihan Presiden 2014 di Desa Kanaungan
Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep”, Jurnal Ilmu Pemerintahan, vol. 5 no. 1, 2015, hlm. 92.
8
Antonius P. Sitepu, System Politik Indonesia, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2006), hlm. 138.
9
Syarial Syarbaini, dkk, Pengetahuan Dasar Ilmu Politik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 141.
10
Fitra Endi Fernanda, Op. Cit., hlm. 32.
Pemilihan umum juga merupakan wadah bagi seseorang guna terlibat dalam
kontrak sosial dengan para pemilih (masyarakat) yang telah mempunyai hak pilihnya.
Berbagai rangkaian kegiatan politik pun dapat dilaksanakan sebelumnya, seperti
melakukan kampanye, membuat iklan politik melalui berbagai jenis media, yaitu media
cetak, audio (radio), maupun audio-visual (televisi) serta media lain seperti spanduk,
selebaran, juga melalui komunikasi antar individu dalam bentuk tatap muka atau lobbying
yang berupa penyampaian pesan dari kandidat untuk meyakinkan para pemilih agar mereka
dapat memutuskan calon pilihan mereka untuk mewakili mereka di lembaga eksekutif
maupun lembaga legislatif. Selain itu, pemilu ini juga menjadi wadah bagi para aktor
politik untuk berkompetisi (berkontestasi) untuk memperoleh kekuatan dari masyarakat
dan meliberalisasi hak mereka. 11 Pemilihan umum didasari oleh 6 asas, yang akan
dijelaskan secara lebih rinci di bawah ini :
a. Langsung Para pemilih memiliki hak untuk memberikan suaranya secara
langsung
b. Umum Seluruh masyarakat dengan kriteria yang sudah terpenuhi mempunyai
hak untuk ikut serta dalam kegiatan memilih
c. Bebas Setiap warganegara memiliki kebebasan untuk menentukan siapa yang
akan mereka pilih tanpa mendapatkan tekanan dan paksaan dari siapapun
d. Rahasia Terdapat jaminan bahwa pihak manapun tidak akan mengetahui pilihan
dari para pemilih dengan cara apapun itu
e. Jujur Saat penyelenggaraan pemilihan umum, seluruh pihak dituntut untuk
bertindak secara jujur sesuai dengan yang tertulis dalam peraturan perundang-
undangan. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah penyelenggara pemilu,
pemerintah, parpol kontestan pemilu, pengawas dan pemantau pelaksanaan
pemilu, pemilih, dan pihakpihak lain yang terlibat secara tidak langsung
f. Adil Dalam kegiatan pemilihan, seluruh pihak yang terlibat mendapat
perlakuan setara tanpa adanya ketimpangan dan kecurangan dari pihak
tertentu.12
3. Pemilih Pemula

11
Antonius P. Sitepu, Studi Ilmu Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 177.
12
Sarundajang, Pilkada Langsung: Problematika dan Prospek, (Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2013), hlm. 8.
Pemilih didefinisikan sebagai pihak yang dapat dipengaruhi dan diberi keyakinan
yang kuat dari para peserta pemilu agar mereka mendapat dukungan dan suara dari para
pemilih tersebut.13 Sedangkan pemilih pemula sendiri merupakan seorang WNI dengan
usia 17 tahun atau lebih, atau telah menikah, ataupun mereka yang merupakan pensiunan
anggota TNI/Polri di mana sebelumnya mereka belum pernah berada dalam daftar pemilih
karena ketentuan undang-undang tentang pemilihan umum.

Mayoritas pemilih pemula biasanya berusia sekitar 17-21 tahun, kecuali yang sudah
menikah serta mereka yang merupakan pensiunan anggota TNI/Polri. Secara umum, para
pemilih pemula ini terdiri dari para pelajar, mahasiswa, pekerja muda, dan pensiunan
TNI/Polri. Para pemilih pemula umumnya memiliki perbedaan karakteristik jika
dibandingkan dengan pemilih lainnya yang telah memberikan suaranya pada pemilu
sebelumnya, yaitu :

a. Belum pernah memberikan suaranya di TPS


b. Belum mempunyai pengalaman dalam proses pemilihan
c. Mempunyai semangat/antusiasme yang besar
d. Rasa ingin tahunya sangat tinggi
e. Kurang rasional
f. Menjadi incaran para kontestan dalam pemilihan umu, dikarenakan memiliki
jumlah besar.14

Pemilih pemula adalah bagian dari pemilih secara umum dengan peranan yang
tidak kecil untuk kemajuan pemerintahan Indonesia dan tidak boleh dianggap remeh atau
disepelekan. Potensi pemilih pemula pada setiap pemilu sangatlah besar. Di tingkat
nasional, jumlah pemilih pemula di setiap pemilu diperkirakan mencapai 20% dari
keseluruhan jumlah pemilih, hal ini menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
perolehan suara parpol atau kandidat dalam pemilu.15

13
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm. 144.
14
Wisnu Dani Prasetyo, “Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2019 di Kelurahan Sumber
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta”, Civics Education and Social Sciense Journal (CESSJ), vol. 1 no. 1, 2019, hlm.
96.
15
Anshary AZ, dkk, Modul 1: Pemilu untuk Pemula, (Jakarta: Komisi Pemilihan Umum, 2010), hlm. 48.
F. METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif yang


dimaksud yakni guna mengetahui fenomena yang dialami oleh objek penelitian. Pendekatan
penelitian ini menggunakan karakteristik penelitian deskriptif. penelitian deskriptif adalah
metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang
diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis dan penarikan kesimpulan yang umum. dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik random sampling, yang mana teknik ini merupakan teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel daripada populasi yang ada dan dilakukan secara acak tanpa menjadikan
strata sebagai acuan atau pertimbangan pengambilan sampel.

Penggunaan teknik random sampling tersebut bertujuan untuk memudahkan peneliti


dalam mencari sampel secara acak. Dengan syarat sampel yang terpilih tidak memiliki
pengaruh yang bertolak belakang dengan tujuan penelitian. Dan, teknik ini digunakan karena
elemen populasi yang dimiliki tersebut bersifat homogen, cenderung deskriptif serta bersifat
umum. Dengan acuan, penulis menggunakan sumber data primer yang diperoleh melalui studi
lapangan dengan penyebaran kuesioner melalui google form kepada sampel dan data sekunder
yang diperoleh dari data yang diperoleh dari pihak Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Sidoarjo, hasil studi kepustakaan baik dokumen, buku dan hasil penelitian terdahulu yang sama
membahas mengenai studi tersebut.

Kuesioner penelitian ini berisi mengenai pertanyaan yang berisi tentang apakah
orientasi politik sangat berpengaruh terhadap pemilih pemula yakni merujuk pada objek
penelitiannya. Penyebaran kuesioner tersebut dilakukan secara acak melalui link google form
kepada responden yang sesuai dengan klasifikasi peneliti. Data yang diperoleh akan diolah
melaluiteknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif guna mengetahui distribusi
frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel untuk menggambarkan karakter
responden

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
1. Analisi data
Analisis data dapat dilaksanakan sehabis penelitian pengumpulan data secara
langsung. Analisis data ialah upaya peneliti buat memfilter informasi yang didapat pada
dikala penelitian supaya informasi yang didapat oleh peneliti berdasar pada pengumpulan
informasi hasil penelitian dengan jelas, akurat, serta dapat dipercaya (kredibel). Memenuhi
perihal ini, Creswell mengatakan jika ingin menganalisis maka penulis harus
mengumpulkan dan menganalisis informasi dengan mencerna informasi dan
menyajikannya dalam wujud analisis (W. J. Creswell, 2016). Pada sesi analisis data dapat
bersumber dari wawancara kepada informan, observasi langsung ke lapangan dan langsung
memahami permasalahan yang dangkat tentang pengaruh orientasi politik terhadap pemilih
pemula pada pilkada kabupaten Sidoarjo tahun 2020. dengan dokumen mengenai tahapan
Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) tahun 2020, arsip dokumentasi Pemilihan Kepala
Daerah (PILKADA) 2020 di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sidoarjo.

Analisis data riset yang digunakan ialah model interaktif. Model interaktif yang
dimaksud ialah mencari dan menggali informasi sebanyak-banyaknya sesuai kasus
permasalahan yang diangkat, lalu informasi yang diperoleh dapat menjawab substansi
permasalahan yang diangkat peneliti. Selanjutnya pengumpulan informasi penelitian ini
dilakukan dengan penyajian informasi yang pas dengan masalah yang diangkat peneliti,
kemudian peneliti dapat menarik kesimpulan dengan tujuan supaya pembaca gampang
menguasai permasalahan yang ditulis peneliti (Matthew B. Miles, 2013).
2. Reduksi Data
Data ataupun informasi yang didapat dari hasil wawancara, observasi masalah,
serta dokumentasi akan dilakukan secara reduksi data. Maksud reduksi data ini semata-
mata bahwa informasi yang diperoleh peneliti hendak dikumpulin lalu diringkas sesuai
kebutuhan data penelitian yang akan dibahas didalam analisa penelitian. Pada tahap reduksi
data sangat berarti sebab penyaringan pengambilan informasi tidak melalui substansi
pembahasan penelitian masalah.
3. Penyajian Data/Display Data
Penyajian data ialah kegiatan penyaringan informasi serta sumber informasi yang
didapatkan setelah tersusun rapi dalam wujud paragraf dari informasi yang didapat. Tujuan
penyajian data ini supaya pembaca gampang menguasai isi dan intisari dari informasi yang
didapatnya.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Penarikan kesimpulan ialah tahapan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan
bisa dikategorikan sebagai hasil dari reduksi data, setelah itu dibuatkan paragraf (penyajian
data) dari hasil penelitian tersebut. Sehingga informasi yang didapat lewat pengumpulan
informasi hasil penelitian harus secara jelas, akurat, dan bisa dipercaya (kredibel).
Penarikan kesimpulan terdiri dari hasil pembahasan penelitian ini.

H. DAFTAR PUSTAKA

Arif Ikhwan, “Perilaku Memilih Pemilih Pemula Pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2014 di Kabupaten Tanah Datar”, skripsi, 2016, hlm. 1.

Moch. Rico Fiki Effendi, “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Perilaku Pemilih
Pemula pada Pilkada Kota Surabaya Tahun 2015 (Studi pada Mahasiswa UIN Sunan
Ampel Surabaya)”, skripsi, 2017, hlm. 2.

Fitra Endi Fernanda, “Persepsi Pemilih Pemula terhadap Pilkada Serentak di Desa Way Mili
Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur Tahun 2016”, skripsi, 2016,
hlm. 2.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Agung Putra Perdana dan Ishak, “Perilaku Politik Pemilih Pemula Pada Pilkada Kota Banda Aceh
Tahun 2017”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, vol. 3 no.3, 2018, hlm. 4.

Aat Ruchiat Nugraha, dkk. “Perilaku Komunikasi Politik Pemilih Pemula di Pilkada Kabupaten
Bandung”, Jurnal Komunikasi, vol. 1 no. 02, 2016, hlm. 103.

Raoda Nur, dkk, “Perilaku Politik Pemilih Pemula dalam Pelaksanaan Pemilihan Presiden 2014 di
Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep”, Jurnal Ilmu Pemerintahan,
vol. 5 no. 1, 2015, hlm. 92.

Antonius P. Sitepu, System Politik Indonesia, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2006), hlm. 138.

Syarial Syarbaini, dkk, Pengetahuan Dasar Ilmu Politik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm.
141.
Fitra Endi Fernanda, Op. Cit., hlm. 32.

Antonius P. Sitepu, Studi Ilmu Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 177.

Sarundajang, Pilkada Langsung: Problematika dan Prospek, (Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2013),
hlm. 8.

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm. 144.

Wisnu Dani Prasetyo, “Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2019 di
Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta”, Civics Education and Social
Sciense Journal (CESSJ), vol. 1 no. 1, 2019, hlm. 96.

Anshary AZ, dkk, Modul 1: Pemilu untuk Pemula, (Jakarta: Komisi Pemilihan Umum, 2010), hlm.
48.

Anda mungkin juga menyukai