Anda di halaman 1dari 11

Volume XVI Nomor 1, April 2021 (halaman 25 - 35) https://ojs.unm.ac.

id/supremasi 25

RADIKALISME DI KALANGAN MAHASISWA

Oleh:
Muhammad Nur Yamin1, Millah Hanifah2, Bakhtiar3
1, 2, 3
FIS Universitas Negeri Makassar
1
nuryamin1@gmail.com, 2millahh08@gmail.com, 3bakhtiar@unm.ac.id

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk radikalisme dan


faktor-faktor yang membangun radikalisme di kalangan mahasiswa dilihat dari resistensi
terhadap norma menurut Robert K. Merton yaitu konformitas, inovasi, ritualisme,
retreatisme, dan pemberontakan. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, tempat
penelitian di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar. Pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data hasil penelitian
diolah dengan menggunakan teknik analisis data interaktif menurut Milless dan
Hubermann yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bentuk radikalisme dalam demonstrasi mahasiswa
ditimbulkan oleh indikator inovasi dan pemberontakan, maka aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh mahasiswa seringkali berakhir ricuh atau anarkis (telah terpapar dalam
radikalisme), sedangkan jika dilihat dari indikator konformitas, ritualisme, dan
retreatisme, bukan penyebab mahasiswa terpapar dalam radikal dalam demonstrasi yang
dilakukan oleh mahasiswa. Faktor-faktor yang membangun radikalisme di kalangan
mahasiswa yaitu: Pertama, gerakan sosial dilahirkan oleh kondisi yang memberikan
kesempatan bagi gerakan itu. Kedua, gerakan sosial timbul karena meluasnya
ketidakpuasan atas situasi yang ada. Ketiga, gerakan sosial semata-mata masalah
kemampuan kepemimpinan dari tokoh penggerak. Aksi demonstrasi mahasiswa yang
berakhir ricuh tidak selamanya termasuk dalam radikalisme. Pemegang kewenangan
terhadap pelaksanaan kebijakan yang dikeluarkan baik dalam sektor pemerintahan
maupun universitas menghindari penggunaan kekerasan, hal ini juga berlaku bagi
mahasiswa agar kiranya tidak menggunakan kekerasan dalam merespon kebijakan yang
dikeluarkan sehingga dapat diterima oleh semua pihak.
KATA KUNCI: Radikalisme, Mahasiswa, Demonstrasi

ABSTRACT: This study aims to find out the forms of radicalism and factors that build
radicalism among students judging by resistance to norms according to Robert K. Merton
namely conformity, innovation, ritualism, retreatism, and rebellion. This research method
is descriptive qualitative, the place of research in the Faculty of Social Sciences, Makassar
State University. Data collection using interview, observation, and documentation
techniques. The data was processed using interactive data analysis techniques according
to Milless and Hubermann, namely data reduction, data presentation, and conclusion
drawing. The results showed that the form of radicalism in student demonstrations was
caused by indicators of innovation and rebellion, then demonstrations conducted by
students often end ricuh or anarchist (have been exposed in radicalism), whereas when
viewed from indicators of conformity, ritualism, and retreatism, not the cause of students
exposed in radicals in demonstrations conducted by students. The factors that build
radicalism among students are: First, social movements are born by conditions that

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
26 _________________________Radikalisme di Kalangan Mahasiswa, Muhammad Nur Yamin, dkk

provide opportunities for the movement. Second, social movements arise because of
widespread dissatisfaction over the situation. Third, social movements are solely a matter
of leadership ability of the mobilizer. Student demonstrations that ended in riots are not
always included in radicalism. The authority of the implementation of policies issued in
both the government and university sectors avoids the use of violence, this also applies
to students so as not to use violence in responding to the policies issued so that it can be
accepted by all parties.

KEYWORDS: Radicalism, Students, Demonstrations

PENDAHULUAN Kegiatan unjuk rasa di Kota


Makassar cukup tinggi dan
Gerakan mahasiswa adalah pelaksanaannya didominasi oleh
pejuang demokrasi yang tentunya mesti mahasiswa. Pada tahun 2011 jumlah
senantiasa berjuang menegakkan prinsip- unjuk rasa yang terjadi yaitu sebanyak
prinsip dan nilai-nilai yang ada di dalam 577 kali dan 374 kali dilaksanakan oleh
demokrasi. Di sinilah pentingnya gerakan mahasiswa, tahun 2012 jumlah unjuk rasa
mahasiswa ini, yakni selain sebagai yang terjadi sebanyak 913 kali dan
prasyarat bagi proses demokratisasi yang sebanyak 711 unjuk rasa dilakukan oleh
berlangsung, tetapi juga sebagai mahasiswa.
penyeimbang di dalam mekanisme sistem Tahun 2013 kegiatan unjuk rasa di
pemerintahan. Kota Makassar juga cukup intens,
Keterlibatan pemuda, pelajar, dan meskipun tidak ada data resmi mengenai
mahasiswa telah memberi warna jumlah unjuk rasa yang terjadi pada tahun
tersendiri dalam proses pembentukan 2013, akan tetapi sudah menjadi rahasia
bangsa dan negara Indonesia dengan umum bahwa pada tahun 2013 kegiatan
segala dinamikanya. Peran dan yang cukup marak terjadi. Pada tahun
sumbangsi menjadi catatan yang penting 2014 unjuk rasa mencapai 517 kali dan
dalam perjalanan sejarah bangsa 382 kali dilakukan oleh mahasiswa.
indonesia, namun memasuki era Adapun isu-isu yang menjadi tuntutan
reformasi, peran dan fungsi mahasiswa para pengunjuk rasa yaitu diantaranya
mengalami pergeseran seiring dengan penolakan kenaikan harga bahan bakar
perubahan situasional bangsa indonesia. minyak (BBM) akibat pengurangan
Sebagai individu yang memiliki subsidi, permintaan pengesahan ranperda
rasa keingintahuan yang tinggi, disabilitas, aksi buruh dan kebijakan
mahasiswa masih rentan untuk pemerintah yang mendatangkan pro dan
dipengaruhi, hal inilah yang kontra dalam masyarakat.
dikhawatirkan pihak universitas dan Universitas sebagai lembaga
pemerintah akan sikap dan paham-paham pendidikan tinggi, diharapkan mampu
yang tidak baik yang dapat mendoktrin mencetak generasi yang berkarakter baik,
mahasiswa. Salah satu aktivitas namun beberapa data yang ada tidak
mahasiswa seperti unjuk rasa yang menunjukkan hal tersebut. Salah satunya
dilakukan malah menimbulkan keresahan yang terjadi pada Universitas Negeri
dalam masyarakat dan di perparah Makassar, di mana beberapa data
dengan aksi yang berakhir dengan menunjukkan bahwa sejak tahun 1995,
bentrokan. aksi tawuran mahasiswa UNM terjadi dan
terus berulang-ulang. Selain itu, aksi

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 1, April 2021 (halaman 25 - 35) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 27

demonstrasi yang disertai dengan kaum yang memiliki hak-hak istimewa


kerusakan fisik dan perilaku dan berkuasa. Menurut Freire dalam
kekerasanpun seringkali terjadi. Kesuma (2016) semakin radikal
Mahasiswa seharusnya muncul seseorang, semakin utuhlah ia memasuki
sebagai segmen masyarakat yang realitas hingga ia dapat memahaminya
terdidik, berbudaya dan pro-masyarakat. dengan lebih baik. Orang ini tidak takut
Kenyataannya, aksi pro-masyarakat berkonfrontasi, mendengarkan, melihat
tersebut terkadang berujung pada dunia yang tersingkap. Orang ini tidak
kerugian yang dirasakan masyarakat. takut menghadapi orang-orang atau
Sehingga tidak asing dalam perspektif terlibat dialog dengan mereka. Orang ini
masyarakat umum bahwa radikal tidak menganggap diri sendiri sebagai
merupakan salah satu sifat yang melekat pemilik sejarah atau pemilik semua
pada mahasiswa. orang, atau si pembebas kaum tertindas;
Gerakan mahasiswa pada tiap-tiap tetapi ia mengabdikan diri, dalam sejarah,
daerah di Indonesia memiliki ciri khas untuk berjuang di sisi kaum tertindas.
tersendiri namun yang menjadi Radikalisme merupakan salah
kegelisahan masyarakat saat ini adalah satu sikap yang menyimpang yang
mengapa gerakan mahasiswa beberapa dimana perilaku ini tidak sesuai dengan
tahun belakangan ini malah berubah nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik
menjadi sebuah gerakan yang dalam sudut pandang kemanusiaan
meresahkan masyarakat, bentrokan (agama) secara individu maupun
antara mahasiswa dengan aparat pembenarannya sebagai bagian daripada
kepolisian menjadi sebuah catatan buruk makhluk sosial, maka dalam memahami
dalam sejarah gerakan mahasiswa. radikalisme Robert K. Merton (1957)
Berdasarkan hal ini maka, penelitian ini dalam Kesuma (2016) mengemukakan
membahas lebih lanjut tentang Strain Theory bahwa perilaku
“Radikalisme di Kalangan Mahasiswa menyimpang ditentukan oleh seberapa
(Studi Kasus Fakultas Ilmu Sosial baik sebuah masyarakat mampu
Universitas Negeri Makassar)”. menciptakan keselarasan antara aspirasi
Radikalisme adalah paham atau warga masyarakat. Jika tidak adanya
ideologi yang menuntut perubahan dan keselarasan antara aspirasi-aspirasi warga
pembaharuan sistem sosial dan politik masyarakat dengan cara-cara legal yang
dengan cara kekerasan. Secara bahasa ada, maka akan melahirkan perilaku
kata radikalisme berasal dari bahasa latin, menyimpang.
yaitu kata “radix” yang artinya akar. Perilaku menyimpang merupakan
Esensi dari radikalisme adalah sikap jiwa akibat dari adanya ketegangan antara
dalam mengusung perubahan. Tuntutan aspirasi apa yang dianggap bernilai oleh
perubahan oleh kaum yang menganut warga masyarakat dan cara pencapaian
paham ini adalah perubahan drastis yang aspirasi yang dianggap sah oleh
jauh berbeda dari sistem yang sedang masyarakat. Terkait perilaku ini, Robert
berlaku, dalam mencapai tujuannya, K. Merton dalam Kesuma (2016)
mereka sering menggunakan kekerasan. memetakan adanya lima kemungkinan
Mulyadi (2017) mengemukakan radi- sikap seseorang terhadap norma yang ada
kalisme sebagai gerakan sosial yang yaitu: conformity, innovation, ritualism,
menolak secara menyeluruh tertib sosial retreatism, dan rebellion.
yang sedang berlangsung dan ditandai 1) Konformitas (conformity) adalah
oleh kejengkelan moral yang kuat untuk kesediaan seseorang untuk
menentang dan bermusuhan dengan menyesuaikan diri dengan norma yang

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
28 _________________________Radikalisme di Kalangan Mahasiswa, Muhammad Nur Yamin, dkk

ada dalam mewujudkan aspirasi atau Mereka yang fanatik cenderung


apa yang dianggap bernilai oleh melihat dunia ini hitam-putih.
masyarakat. Fanatisme terhadap ideologi sangat
2) Inovasi (innovation) yaitu upaya untuk berbahaya. Sebab, masyarakat akan
mewujudkan aspirasi atau apa yang membuat garis baru antara kelompok
dianggap bernilai dengan cara-cara satu dengan kelompok lainnya.
tidak biasa atau non-konvensional. c. Eksklusivitas, yaitu membedakan diri
3) Ritualisme (ritualism) merupakan dari kebiasaan individu pada
sikap seseorang yang merasa memiliki umumnya. Orang dengan sifat
hambatan untuk meraih kesuksesan eksklusif akan memisahkan diri dan
hidup dengan cara yang sesuai dengan tidak akan mau bergabung dengan
norma yang ada. Tetapi tidak kelompok lain.
melanggar norma demi mewujudkan d. Revolusioner, yaitu cenderung
aspirasinya. menggunakan kekerasan untuk
4) Retreatisme (retreatism) merupakan mencapai tujuannya, biasanya mereka
sikap seseorang yang merasa memiliki yang revolusioner akan melakukan
hambatan untuk meraih kesuksesan perubahan dengan cepat dan
hidup dengan cara yang sesuai dengan cenderung destruktif, yang dimana
norma yang ada dan tidak melanggar tindakan tersebut dapat menimbulkan
norma demi mewujudkan aspirasinya, korban.
tetapi bersikap menolak aspirasi atau Dilihat dari pelakunya menurut
yang dianggap bernilai norma yang Henslin (1990) radikalisme dibagi
ada dengan menarik diri dari menjadi dua tipe atau bentuk; Pertama,
masyarakat dengan berperilaku apatis radikalisme individual (Individual
terhadap keadaan. violence), yaitu radikalisme yang
5) Pemberontakan (rebellion), seperti dilakukan oleh seseorang terhadap orang
retreatisme, pemberontakan menolak lain. Kedua, radikalisme kelompok
pandangan masyarakat mengenai apa (group or collective violence), yaitu
yang dianggap bernilai dan juga bentuk radikalisme yang dilakukan oleh
norma-norma yang berlaku untuk sekelompok orang terhadap seseorang
mewujudkannya. Namun, tidak atau kelompoklainnya.
menarik diri dari masyarakat dan Faktor-faktor yang membangun
budaya yang berlaku, melainkan Radikalisme dikalangan mahasiswa,
berusaha secara radikal untuk menurut Prawista (2011) adanya tiga
menggantikan nilai dan norma yang kondisi lahirnya gerakan sosial seperti
ada dengan nilai dan norma yang sama gerakah mahasiswa; Pertama, gerakan
sekali baru. sosial dilahirkan oleh kondisi yang
Radikalisme adalah pemikiran memberikan kesempatan bagi gerakan
atau sikap menurut Sabirin (2004) itu. Pemerintah yang moderat, misalnya
ditandai dengan empat hal, yaitu : memberikan kesempatan yang lebih besar
a. Intoleran, tidak mau menghargai bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang
pendapat dan keyakinan orang lain, pemerintah yang sangat otoriter.Kedua,
masyarakat yang intoleran biasanya gerakan sosial timbul karena meluasnya
tidak menyukai perbedaan. Mereka ketidakpuasan atas situasi yang ada.
cenderung mengotak-kotakkan suku, Perubahan dari masyarakat tradisional ke
agama, ras, dan antargolongan. masyarakat modern, misalnya dapat
b. Fanatisme, yaitu selalu merasa benar mengakibatkan kesenjangan ekonomi
sendiri, menganggap orang lain salah. yang makin lebar untuk sementara antara

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 1, April 2021 (halaman 25 - 35) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 29

yang kaya dan yang yang miskin. mahasiswa mulai dari aktivitas
Perubahan ini dapat pula menyebabkan intelektual yang kritis melalui seminar,
krisis identitas dan lunturnya nilai-nilai diskusi dan penelitian merupakan bentuk
sosail yang selama ini diagungkan. aktualisasi, selain kegiatan ilmiah,
Perubahan ini akan menimbulkan gejolak gerakan mahasiswa juga menyuarakan
yang dirugikan dan kemudian meluasnya sikap moralnya dalam bentuk petisi,
gerakan sosial. Ketiga, gerakan sosial pernyataan dan suara protes. Bentuk-
semata-mata masalah kemampuan bentuk konservatif ini kemudian
kepemimpinan dari tokoh penggerak. berkembang menjadi radikalisme yang
Tokoh penggerak yang mampu dimulai dari aksi demonstrasi di dalam
memberikan inspirasi, membuat jaringan, kampus.
membangun organisasi yang Mahasiswa adalah sebagai pelaku
menyebabkan sekelompok orang utama dan agent of change dalam
termotivasi terlibat dalam gerakan. gerakan-gerakan pembaharuan memiliki
Gerakan mahasiswa mengaktualisasikan makna yaitu sekumpulan mahasiswa
potensinya melalui sikap-sikap dan intelektual, memandang segala sesuatu
pernyataan yang bersifat imbauan moral, dengan pikiran jernih, positif, kritis yang
mereka mendorong perubahan dengan bertanggung jawab serta dewasa secara
mengetengahkan isu-isu moral sesuai moril, karena mahasiswa akan dituntut
sifatnya yang bersifat ideal. Ciri khas tanggung jawab akademisnya, dalam
gerakan mahasiswa ini adalah menghasilkan buah karya yang berguna
mengaktualisasikan nilai-nilai ideal bagi kehidupan lingkungan.
mereka karena ketidakpuasan terhadap
lingkungan sekitarnya. METODE PENELITIAN
Seperti halnya gerakan sosial
umumnya senantiasa melibatkan Metode yang digunakan dalam
pengorganisasian, melalui organsasi penelitian adalah metode deskriptif
inilah gerakan mahasiswa melakukan kualitatif, dimaksudkan mengumpulkan
pula aksi massa, demonstrasi dan informasi mengenai status suatu gejala
sejumlah aksi lainnya untuk mendorong radikalisme di kalangan mahasiswa,
kepentingannya, dengan kata lain keadaan gejala menurut apa adanya pada
gerakan massa turun ke jalan atau aksi saat penelitian dilakukan tanpa
pendudukan gedung-gedung publik bermaksud membuat kesimpulan yang
merupakan salah satu jalan untuk berlaku untuk umum atau generalisasi.
mendorong tuntutan mereka, dalam penelitian berlokasi di Fakultas Ilmu
mewujudkan fungsi sebagai kaum Sosial Universitas Negeri Makassar.
intelktual itu mahasiswa memainkan Fokus penelitian merupakan
peran sosial mulai dari pemikir, penyamaan pemahaman cara pandang
pemimpin dan pelaksana. Menurut karya ilmiah ini dan penjelasan dari
Prawista (2011) motif mahasiswa kerangka konsep sebagai berikut:
membangun organisasi adalah untuk a. Radikalisme
membangun dan memperlihatkan Radikalisme adalah paham atau
identitas mereka didalam merealisasikan ideologi yang menuntut perubahan dan
peran-peran dalam masyarakatnya, pembaharuan sistem sosial dan politik
bahkan mereka membangun organisasi dengan cara kekerasan. Esensi dari
karena yakin akan kemampuan lembaga radikalisme adalah sikap jiwa dalam
masyarakat tersebut sebagai alat mengusung perubahan. Tuntutan
perjuangan. Bentuk-bentuk gerakan perubahan oleh kaum yang menganut

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
30 _________________________Radikalisme di Kalangan Mahasiswa, Muhammad Nur Yamin, dkk

paham ini adalah perubahan drastis yang makna yaitu sekumpulan mahasiswa
jauh berbeda dari sistem yang sedang intelektual, memandang segala sesuatu
berlaku. Penelitian sikap dan aktivitas dengan pikiran jernih, positif, kritis yang
unjuk rasa atau demo yang sering terjadi bertanggung jawab serta dewasa secara
di kalangan mahasiswa, terdiri dari: moril, karena mahasiswa akan dituntut
1) Konformitas adalah kesediaan tanggung jawab akademisnya, dalam
seseorang untuk menyesuaikan diri menghasilkan buah karya yang berguna
dengan norma yang ada dalam bagi kehidupan lingkungan.
mewujudkan aspirasi atau apa yang Informan dalam penelitian ini
dianggap bernilai oleh masyarakat. adalah Pembantu Dekan III FIS UNM,
2) Inovasi yaitu upaya untuk Mahasiswa pengurus lembaga kampus
mewujudkan aspirasi atau apa yang FIS UNM (BEM dan MAPERWA), dan
dianggap bernilai dengan cara-cara Mahasiswa pengurus organisasi kampus
tidak biasa atau non-konvensional. FIS UNM (HIMA, HMJ, dan HMPS).
3) Ritualisme merupakan sikap Sumber data primer diperoleh langsung
seseorang yang merasa memiliki dari hasil wawancara yang berisi
hambatan untuk meraih kesuksesan pertanyaan yang berkaitan dengan aksi
hidup dengan cara yang sesuai dengan demonstrasi mahasiswa dari informan
norma yang ada. Tetapi tidak yang dianggap berpotensi untuk
melanggar norma demi mewujudkan memberikan informasi yang relevan dan
aspirasinya. sesuai dengan apa yang terjadi di
4) Retreatisme merupakan sikap lapangan.Sedangkan data sekunder
seseorang yang merasa memiliki diperoleh secara tidak langsung untuk
hambatan untuk meraih kesuksesan mendukung penulisan pada penelitian ini
hidup dengan cara yang sesuai dengan melalui dokumen atau catatan yang ada
norma yang ada dan tidak melanggar serta tulisan-tulisan karya ilmiah dari
norma demi mewujudkan aspirasinya, berbagai media, literatur-literatur, arsip-
tetapi bersikap menolak aspirasi atau arsip resmi yang dapat mendukung
yang dianggap bernilai norma yang kelengkapan data primer yang senantiasa
ada dengan menarik diri dari berkaitan dengan masalah.
masyarakat dengan berperilaku apatis Teknik keabsahan data dengan
terhadap keadaan. triangulasi sumber berarti
5) Pemberontakan, seperti retreatisme, membandingkan dengan cara mengecek
pemberontakan menolak pandangan ulang derajat kepercayaan suatu
masyarakat mengenai apa yang informasi yang diperoleh melalui sumber
dianggap bernilai dan juga norma- yang berbeda. misalnya membandingkan
norma yang berlaku untuk hasil pengamatan dengan wawancara,
mewujudkannya. Namun, tidak membandingkan antara apa yang
menarik diri dari masyarakat dan dikatakan umum dengan yang dikatakan
budaya yang berlaku, melainkan secara pribadi, membandingkan hasil
berusaha secara radikal untuk wawancara dengan dokumen yang ada.
menggantikan nilai dan norma yang Kegiatan dalam analisis data
ada dengan nilai dan norma yang sama adalah mengelompokkan data
sekali baru. berdasarkan variabel dan jenis responden,
b. Mahasiswa mentabulasi data berdasarkan variabel
Mahasiswa adalah sebagai pelaku dari seluruh responden, dan menyajikan
utama dan agent of change dalam data tiap variabel yang diteliti. Data
gerakan-gerakan pembaharuan memiliki dianalisis dengan menggunakan analisis

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 1, April 2021 (halaman 25 - 35) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 31

tema dari Miles, Huberman dan Saldana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
dalam sugiyono (2017), menganalisis Makassar) berdasarkan konsep dari
data dengan tiga langkah : Reduksi data, Robert K. Merton, ditemukan beberapa
penyajian data, dan penarikan informasi sebagai berikut :
kesimpulan dan verifikasi. a) Konformitas
Berdasarkan faktadilapangan
HASIL DAN PEMBAHASAN terkait konformitas sesuai yang dilakukan
mahasiswa dimana bentuk interaksi yang
Fakultas Ilmu Sosial adalah salah di dalamnya seseorang berperilaku
satu fakultas tertua di Universitas Negeri terhadap orang lain sesuai dengan
Makassar dan merupakan proses harapan kelompok atau masyarakat
dinamika evolusi dari Fakultas Keguruan dimana ia tinggal. Hal ini dikarenakan
Pengetahuan Sosial (FKPS) IKIP sifat kritis dan rasa ingin tahu mahasiswa
Yogyakarta Cabang Makassar (SK yang tinggi membuat mereka selalu
Menteri PTIP Nomor 154 Tahun 1964 mencari tahu apa yang terjadi, sehingga
dan berakhir Fakultas Ilmu Sosial, hasil ketika mendengar akan adanya suatu
pemekaran dari Fakultas Ekonomi dan ketimpangan dalam kebijakan di
Ilmu Sosial yang diatur dalam Surat sekitarnya maka mereka akan ikut andil
Keputusan Rektor No dalam kegiatan yang dapat mencegah
4219/H36/KL/2008 Tanggal 11 Juni atau menghilangkan ketimpangan
2008. tersebut. Melihat dari indikator
Di awal pemisahan, Fakultas Ilmu konformitas dapat disimpulkan bahwa
Sosial sebagai fakultas induk hanya demonstrasi yang dilakukan mahasiswa
membina 4 (empat) Program Studi yaitu, termasuk dalam konformitas karena
Pendidikan Sejarah (S1), Pendidikan mahasiswa melakukan beberapa cara agar
Pancasila Dan Kewarganegaraan (S1), dapat menarik massa untuk bergabung
Pendidikan Administrasi Perkantoran dalam pelaksanaan aksi demonstrasi
(S1) dan Program Studi Sosiologi, namun beberapa diantaranya yaitu ada
dalam kurun waktu (2012, 2013, dan pertemuan-pertemuan yang dilakukan
2014) dengan tekad dan komitmen tinggi, sebelum melaksanakan aksi untuk
Fakultas Ilmu Sosial mendapatkan membahas isu-isu yang akan dikawal
kepercayaan dari Dikti Fakultas Ilmu pada saat demonstrasi.
Sosial Universitas Negeri Makassar (FIS b) Inovasi
UNM) berupa pemberian izin operasional Demonstrasi yang dilakukan oleh
pada 5 Program Studi baru ini yakni (1) mahasiswa termasuk dalam inovasi
Program Studi Pendidikan IPS, (2) karena aksi yang dilakukan oleh
Program Studi Pendidikan Sosiologi, (3) mahasiswa memerlukan beberapa variasi
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, yang akan digunakan, salah satu variasi
(4) Program Studi Pendidikan yang digunakan mahasiswa yaitu chaos
Antropologi, dan (5) Program Studi Ilmu dimana hal ini menjadi jalan terkhir yang
Administrasi Bisnis, dengan demikian dilakukan oleh mahasiswa ketika tidak
jumlah Program Studi yang ada dalam menemui titik terang dalam aksi
lingkungan Fakultas Ilmu Sosial saat ini demonstrasi. Hal ini dikarenakan
sebanyak sebanyak 9 Program Studi. biasanya aksi demonstrasi yang berakhir
Setelah melakukan analisis data ricuh atau anarkis yang dilakukan oleh
dan beberapa peninjauan secara ilmiah mahasiswa merupakan aksi yang di
dan sistematis mengenai radikalisme setting, maksudnya telah di rencanakan
dikalangan mahasiswa (studi kasus sebelumnya, aksi seperti ini yang kita

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
32 _________________________Radikalisme di Kalangan Mahasiswa, Muhammad Nur Yamin, dkk

sebut dengan chaos. Akan tetapi tidak karena mereka menyadari akan adanya
semua kericuhan yang terjadi saat aksi ketimpangan yang terjadi seperti
demonstrasi itu karena di setting, kebijakan-kebijakan yang tidak pro
biasanya hal ini juga terjadi karena ada rakyat dan lain sebagainya hal ini
kondisi yang mendorong massa menunjukkan bahwa kawan-kawan
melakukan tindakan yang tiba-tiba, entah mahasiswa peduli akan kehidupan
itu kurangnya koordinasi karena massa masyarakat dan tidak acuh akan masalah
yang terlalu banyak, adanya provokator, yang terjadi. Mereka menjalankan tugas
dan atau tergantung kondisi lapangan sebagai agent of change dalam negara
pada saat itu. demokrasi, dengan sifat kritis yang
c) Ritualisme berintelektual, dan argument-argumen
Penyebab terjadinya demonstrasi yang logis, karena hal itulah mahasiswa
karena adanya tujuan yang ingin dicapai diakui oleh masyarakat dan dipercaya
sedangkan sikap ritualisme tidak mampu menyalurkan aspirasi dari
menginginkan tujuan meskipun masyarakat.
melakukan cara-cara yang telah e) Pemberontakan
ditetapkan jika seperti itu hal ini dapat Indikator pemberontakan
diumpakan seperti seseorang yang menunjukkan bahwa aksi demonstrasi
melakukan aksi demonstrasi tanpa tujuan yang dilakukan mahasiswa termasuk
dapat dikatakan hanya ikut-ikutan saja dalam pemberontakan dimana mahasiswa
atau tim hore, massa aksi yang seperti melakukan aksi demonstrasi karena
inilah yang mudah di provokasi oleh menentang kebijakan yang dikeluarkan
oknum-oknum yang tidak bertanggung oleh pemangku kebijakan dan untuk
jawab sehingga terjadinya hal-hal yang mengubah kebijakan tersebut. Kebijakan
tidak diinginkan. yang dikeluarkan oleh pemangku
Cara-cara aksi demonstrasi yang kebijakan mengakibatkan terjadi
dilakukan oleh mahasiswa saat ini masih perlawanan dari mahasiswa, disini
sesuai dengan cara-cara penyampaian mahasiswa mencoba memperbaiki,
pendapat yang telah di tetapkan, memiliki melakukan perubahan terhadap kebijakan
tujuan yang jelas dan mengikuti aturan- yang dikeluarkan, memperbaiki
aturan yang berlaku. Model atau cara- ketimpangan-ketimpangan yang terjadi
cara berdemokrasi saat ini, pola dasarnya dengan memberikan saran dan kritik,
masih mengikuti demo-demo namun ada cara yang dilakukan oleh
sebelumnya hanya saja seiring mahasiswa untuk mengekang pimpinan
perkembangan zaman banyak variasi- dalam hal ini pemangku kebijakan yang
variasi baru yang dilakukan oleh dapat merugikan banyak pihak termasuk
mahasiswa. mahasiswa itu sendiri, yaitu dengan cara
d) Retreatisme chaos atau aksi demonstrasi yang
Tujuan dilaksanakannya berakhir ricuh. terkadang demonstrasi
demonstrasi itu agar adanya perubahan yang berakhir ricuh memiliki kaitan
dari kebijakan-kebijakan yang dengan konflik-konflik yang sebelumnya
menyimpang dan sebagainya, kemudian terjadi di mana kasus yang di kawal tidak
dalam aksi demonstrasi yang dilakukan mendapat titik temu dalam waktu yang
oleh mahasiswa itu tidak ada tujuan pihak cukup lama hingga membuat massa aksi
lain yang di titipkan, semua itu murni dari demonstran geram.Namun beberapa aksi
pemikiran dan kesadaran mahasiswa akan juga berakhir dengan ricuh karena adanya
adanya ketimpangan yang terjadi. provokator atau adanya oknum-oknum
Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa yang melenceng dari hasil kesepakatan

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 1, April 2021 (halaman 25 - 35) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 33

konsolidasi bukan karena konflik-konflik dilakukan dan tidak mendapatkan titik


yang sebelumnya terjadi. Demonstrasi terang. Demonstrasi mahasiswa yang
dan kebijakan adalah suatu hal yang berakhir ricuh, melihat dari indikator
berkaitan erat, tidak mungkin mahasiswa inovasi dapat disimpulkan radikal.
melakukan aksi demonstrasi jika tidak 2. Pemberontakan adalah bentuk
ada kebijakan yang dikeluarkan oleh adaptasi seseorang tidak lagi
pimpinan universitas. mengakui struktur sosial yang ada dan
Radikalisme di kalangan maha- berupaya menciptakan struktur sosial
siswa (studi kasus Fakultas Ilmu Sosial yang baru. pemberontakan terjadi
Universitas Negeri Makassar, terlihat karena apa yang diharapkan tidak
bahwa dari kelima indikator, terdapat dua sesuai dengan apa yang dijalankan
yang radikal yaitu inovasi dan oleh otoritas yang ada, sehingga
pemberontakan, untuk lebih jelasnya memunculkan penolakan terhadap
dapat diuraikan sebagai berikut : kebijakan yang ada hingga upaya
1. Inovasi dipersepsikan sebagai upaya untuk meruntuhkan otoritas tersebut.
yang dilakukan seseorang untuk Mengakibatkan terjadinya perlawanan
mencapai tujuan, tetapi mengabaikan dari mahasiswa, disini mahasiswa
norma yang berlaku dalam mencoba memperbaiki, melakukan
masyarakat, dalam menentukan ide perubahan terhadap kebijakan yang
yang akan diterapkan atau akan dikeluarkan, memperbaiki
dilaksanakan, sebelum dilakukan ketimpangan-ketimpangan yang
pengambilan keputusan. Aksi terjadi dengan memberikan saran dan
mahasiswa awalnya dilakukan varian- kritik.
varian aksi sederhana seperti orasi dan Melihat dari indikator
puisi-puisi, namun ketika hal itu tidak pemberontakan dapat disimpulkan
mendapat titik terang maka mahasiswa radikal, karena pemberontakan
akan melakukan varian-varian merupakan penolakan terhadap
lainnya, sebelum menjalankan varian otoritas yang ada dan ingin
aksi yang ekstrim seperti chaos. menggantinya bahkan menggunakan
Aksi chaos biasanya aksi kekerasan, salah satu terjadinya
demonstrasi yang berakhir ricuh atau demonstrasi kebijakan yang tidak pro
anarkis yang dilakukan oleh terhadap mahasiswa ataupun rakyat
mahasiswa merupakan aksi yang di sehingga mendapat penolakan dengan
setting, maksudnya telah di cara Demonstrasi mahasiswa yang
rencanakan sebelumnya,. Hal ini juga berakhir ricuh. Radikalisme
terjadi karena ada kondisi yang dikalangan mahasiswa (studi kasus
mendorong massa melakukan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
tindakan yang tiba-tiba, entah itu Negeri Makassar, terlihat bahwa dari
kurangnya koordinasi karena massa kelima indikator, terdapat tiga yang
yang terlalu banyak, adanya tidak radikal yaitu konformitas,
provokator, dan atau tergantung retreatisme dan ritualisme, untuk lebih
kondisi lapangan pada saat itu. Salah jelasnya dapat diuraikan sebagai
satu varian aksi yaitu aksi plan C atau berikut:
yang biasa dikatakan sebagai chaos, 3. Aksi demonstrasi yang dilakukan
dimana aksi chaos ini telah disetting mahasiswa sebagai perilaku
sebelumnya dalam konsolidasi dan konformitas dimana sebagian dari
merupakan langkah terakhir massa yang ikut aksi demonstrasi
mahasiswa jika segala cara telah tersebut pada dasarnya tidak ingin

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
34 _________________________Radikalisme di Kalangan Mahasiswa, Muhammad Nur Yamin, dkk

melakukan aksi demonstrasi namun tujuan yang seharusnya tidak


karena beberapa pengaruh yang dipertimbangkan.
diberikan serta beberapa pemahaman Demonstrasi mahasiswa
mengenai isu-isu yang terjadi maka melihat dari indikator ritualisme dapat
mereka ikut dalam aksi demonstrasi disimpulkan tidak radikal, karena
tersebut. Hal ini dikarenakan sifat ritualisme merupakan upaya
kritis dan rasa ingin tahu mahasiswa penyesuaian seseorang terhadap
yang tinggi membuat mereka selalu kondisi yang ada tanpa
mencari tahu apa yang terjadi, mempertimbangkan tujuan namun
sehingga ketika mendengar akan dalam demonstrasi mahasiswa ada
adanya suatu ketimpangan dalam tujuan yang ingin dicapai.
kebijakan di sekitarnya maka mereka 5. Retreatisme di sini diartikan sebagai
akan ikut andil dalam kegiatan yang upaya seseorang untuk menarik diri
dapat mencegah atau menghilangkan dari sistem, dalam artian tindakan
ketimpangan tersebut. seseorang tidak lagi berdasarkan pada
Demonstrasi mahasiswa meli- norma dan tujuan yang berlaku dalam
hat dari indikator konformitas dapat masyarakat. Orang-orang itu ada
disimpulkan bahwa hal ini tidak dalam masyarakat, tetapi dianggap
radikal karena konformitas kesediaan tidak menjadi bagian dari
seseorang dalam menyesuaikan diri masyarakat.Aksi demonstrasi yang
terhadap norma yang ada atau pada dilakukan mahasiswa karena tujuan
kelompok berinteraksi kita sehari-hari yang ingin dicapai yaitu agar adanya
dan di sini peran konformitas hanya pembaharuan atau perombakan
menarik massa dan memberikan terhadap kebijakan-kebijakan yang
pemahaman-pemahaman tentang isu menyimpang. Cara demonstrasi yang
yang ada. dilakukan untuk mencapai tujuan
4. Ritualisme dalam hal ini adalah upaya tersebutmasih sesuai dengan norma
penyesuaian seseorang terhadap yang berlaku, hal ini dapat dibuktikan
kondisi tanpa mempertimbangkan dengan adanya dukungan dari
tujuan, tetapi sesuai dengan norma masyarakat. Mereka mencoba
yang berlaku di masyarakat. menjalankan tugasnya sebagai agent
Sedangkan dalam aksi demonstrasi of change dalam negara demokrasi,
sendiri ada tujuan yang ingin di capai. dengan menggunakan sifat kritis
Dalam Ritualisme ada pola hubungan mereka,
yang tidak menyenangkan kedua belah Demonstrasi mahasiswa yang
pihak karena salah satu menduduki terlihat dari indikator retreatisme dapat
posisi yang lebih superior dan yang disimpulkan tidak radikal, karena
lain inferior. retreatisme merupakan sikap seseorang
Terkadang dalam penyesuaian yang menolak aspirasi dan bersikap
pola hubungan seseorang atau apatis terhadap keadaan, sedangkan aksi
kelompok ada hal-hal yang kurang demonstrasi merupakan bentuk aspirasi
menyenangkan kedua belah pihak mahasiswa pada sikap kepedulian
dimana hal ini terjadi karena terhadap keadaan yang ada.
perbedaan tingkatan seseorang atau Gerakan mahasiswa berupa
kelompok tersebut, maka hal ini demonstrasi timbul karena meluasnya
menyebabkan munculnya pemikiran ketidakpuasan atas situasi yang ada
untuk menyusuaikan diri terlebih kesenjangan ekonomi yang makin lebar
dahulu, sehingga apa yang menjadi menyebabkan krisis identitas dan

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 1, April 2021 (halaman 25 - 35) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 35

lunturnya nilai-nilai sosail yang selama mengenai permasalahan-permasalahan


ini diagungkan. Gerakan demonstrasi yang ada, tepati janji dan realisasikan.
mahasiswa mengaktualisasikan poten- Demonstrasi merupakan penyam-
sinya melalui sikap-sikap dan pernyataan paian aspirasi secara terbuka dimuka
yang bersifat imbauan moral, mereka umum dan mahasiswa selalu menjadi
mendorong perubahan dengan pelaku utama Dimana demonstrasi
mengetengahkan isu-isu moral sesuai dilakukan untuk mewakili suara
sifatnya yang bersifat ideal, karena mahasiswa maupun masyarakat akan
ketidakpuasan terhadap lingkungan adanya ketimpangan dalam kebijakan
sekitarnya. yang dikeluarkan. Dalam demonstrasi
Motif mahasiswa melakukan mahasiswa dapat menyalurkan saran dan
demonstrasi adalah untuk membangun kritikann akan kebijakan-kebijakan yang
dan memperlihatkan identitas mereka ada, dan mempertanyakan hak-hak dan
didalam merealisasikan peran-peran kewajiban yang seharusnya dilaksankan.
dalam masyarakatnya. Bentuk-bentuk
gerakan mahasiswa mulai dari aktivitas DAFTAR PUSTAKA
intelektual yang kritis melalui seminar,
diskusi dan gerakan mahasiswa Henslin, James M. 1990. Social
menyuarakan sikap moralnya dalam Problems. Second Edition. New
bentuk petisi, pernyataan dan suara Jersey: Englewood Cliffs
protes. Bentuk-bentuk konservatif ini Prentice Hall.
kemudian berkembang menjadi Mulyadi. 2017. Peran Pemuda dalam
radikalisme yang dimulai dari aksi Mencegah Paham Radikalisme.
demonstrasi di dalam kampus. Palembang: Prosiding Seminar
nasional PPs. Universitas PGRI
Prawista, Kusumandita Gilar. 2011.
PENUTUP Gerakan Mahasiswa Makassar
(Studi Kasus Mengenai
Bentuk radikalisme dalam Karakteristik Gurakan
demonstrasi mahasiswa jika melihat dari Mahasiswa dan Perilaku
lima indikator radikalisme Robert K Kekerasan dalam Unjuk Rasa di
Merton, dua indikator yaitu inovasi dan Universitas Hasanuddin Kota
pemberontakan, maka aksi demonstrasi Makassar), Skripsi. Surakarta:
yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Universitas Sebelas Maret
Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar Sabirin, Rahimi. 2004. Islam dan
yang berakhir ricuh atau anarkis telah Radikalisme. Jakarta: Ar-Raryid
terpapar dalam radikalime, tiga indikator Kesuma, Dharma dan Ibrahim, Teguh.
lainnya, mahasiswa tidak terpapar dalam 2016. Struktur Fendomental
radikalisme sehingga demonstrasi yang Pedagogik. Bandung: PT Refika
dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Aditama
Sosial Universitas Negeri Makassar tidak Sugiyono. 2017. Metode Penelitian
termasuk dalam radikalisme. Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Ketika membahas mengenai Bandung: Alfabeta.
kebijakan yang akan dikeluarkan
sebaiknya beri ruang kepada mahasiswa
untuk mengikuti pembahasan akan
kebijakan tersebut dan buka ruang
diskusi atau dialog dengan mahasiswa

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369

Anda mungkin juga menyukai