Anda di halaman 1dari 9

Gerakan Demokrasi Deliberatif Organisasi Ekstra Kampus Unesa

GERAKAN DEMOKRASI DELIBERATIF ORGANISASI EKSTRA KAMPUS UNESA


Lukman Amin
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya
mamen19991@gmail.com
Pambudi Handoyo
Dosen S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya
pam_pam2013@yahoo.co.id

Abstrak

Pelaksanaan demokratisasi di negeri ini memerlukan respon dan kepekaan dari masyarakat tentang posisi
masyarakat sebagai aktor dalam sistem ini. Salah satu yang harus diperkuat adalah masalah civil society.
Gerakan mahasiswa tidak bisa dipisahkan dari proses demokratisasi yang berlangsung di negara ini.
Beberapa tonggak sejarah menunjukkan peran mahasiswa yang sangat vital. Beberapa perubahan rezim
dalam konstelasi politik Indonesia selalu melibatkan peran mahasiswa sebagai aktor. Mahasiswa sebagai
wujud partisipasi golongan intelektual dalam upaya menentukan arah pendulum kepemimpinan Negara.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini
mengambil lokasi di Universitas Negeri Surabaya. Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan
yaitu dengan cara purposive. Sementara itu, untuk teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan dua cara yaitu primer dan sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dalam menjalankan setiap gerakannya
organisasi ekstra kampus selalu melalui proses pembentukan ruang publik. Pembentukan ruang publik ini
dijalankan untuk membangun suatu opini mahasiswa terkait suatu permasalahan di ranah kampus yang
perlu mendapat respon dari arus bawah dan merupakan proses awal demokrasi deliberatif. Selain itu,
ruang publik organisasi ekstra kampus UNESA, ruang publik menjadi sarana komunikasi antar
mahasiswa dalam membahas setiap problematika di ranah kampus yang perlu mendapatkan tanggapan
secara langsung dan memiliki bentuk yang berbeda-beda setiap organisasi ekstra kampus. Terakhir
adalah tindakan komunikatif organisasi ekstra kampus yang berbentuk suatu pandangan dari organisasi
ekstra kampus serta penyikapan dalam merespon kebijakan kampus. Pandangan dari organisasi ekstra
kampus merupakan cara pandang dari organisasi ekstra kampus dalam mengkritisi kebijakan kampus.
Kata Kunci: Ruang publik, Demokrasi Deliberatif, Organisasi dan Mahasiswa.

Abstract

Implementation of democratization in the country requires a response and sensitivities of people about
the position of the communities as actors in this system. One of which must be reinforced is a matter of
civil society. The student movement cannot be separated from the process of democratization that took
place in the country. Some milestone demonstrates the role of student who is very vital. Several future
modifications of the regime in Indonesia's political constellation always involves the role of students as
actors. Students as a form of participation of the intellectuals in an effort to determine the direction of the
pendulum's leadership of the country. This research uses qualitative research methods with the case study
approach. of fenomenology. This study take place in Surabaya State University. The techniques used in
the selection of the informant i.e., purposive manner. In the meantime, for data gathering techniques in
this study using two ways: primary and secondary. Whereas, data analysis techniques used are
qualitative, descriptive methods. The results of this research is in running any extra campus organization
movement has always been through the process of the formation of public spaces. The creation of public
space is run to establish a student opinion regarding a matter in the realm of the campus that need to get
response from the Undertow and a inception process of deliberatif democracy. Next up is the public
space extra campus organization UNESA, public space becomes a means of communication between
students in discussing any problems in the realm of the campus that need to obtain responses directly and
dimensionally different Extras each organization on campus. Communicative action is the last extra
campus organization in the form of a view of the campus as well as how the extra organization in
responding to the policies of the College. The views of the organizations on campus is a great way of
extras from the extra organization campus in critiquing campus policies.
Keywords: Public space, Organization, Deliberatif Democracy and Students.

*)Terima kasih kepada Moh Mudzakir selaku mitra bestari yang telah mereview dan memberi
masukan berharga terhadap naskah ini.
Paradigma. Volume 2 Nomor 2 Tahun 2014

PENDAHULUAN seluruh warga negara dapat mematuhi opini-opini


Masyarakat tidak secara bebas menyuarakan itu. Melalui penjelasan di atas, kita dapat mengerti
aspirasi dan kritik-kritiknya terhadap pemerintah. bahwa demokrasi deliberatif mengacu pada
Rezim Orde Baru dengan kekuatan militernya prosedur formasi opini dan aspirasi secara
menjadikan masyarakat terdiam (silent people).
demokratis itu sendiri. (Hardiman, 2009: 128-129)
Kini setelah sistem yang telah lama memenjara
kebebasan berpendapat yang menjamin hak-hak Praktik civil society dapat diukur melalui
asasi manusia runtuh. Demokrasi menjadi penerang partisipasi dalam politik kampus yang berkaitan
dalam gelapnya rezim Orde Baru dengan dengan student government. Hal tersebut dapat
meniscayakan partisipasi masyarakat dalam segala dilihat dari mahasiswa yang berpartisipasi dalam
aspek kehidupan negara. Masa awal ini menjadi segala bentuk proses demokrasi di kampus, baik
proses interpretasi yang panjang bagi masyarakat secara individu maupun organisasi. Selain itu dapat
untuk mencapai substansi dari demokrasi. Proses
pula dilihat bentuk-bentuk penegakan demokrasi di
interpretasi akan demokrasi yang membutuhkan
waktu yang lama ini menyiratkan bahwa setelah kampus. Ini terkait dengan civic culture, dimana
Orde Baru runtuh tidak serta merta negara ini budaya partisipasi mahasiswa dalam kegiatan
menjadi demokratis. Untuk menjadi negara yang politik kampus menyangkut kesadaran berpolitik
demokratis membutuhkan suatu kemauan politik yang menjadi fondasi dari civil society di kampus.
yang kuat dari segenap elemen masyarakat. Gerakan mahasiswa tidak bisa dipisahkan dari
Ketidakpastian hingga dalam proses penataan proses demokratisasi yang berlangsung di Negara
kehidupan politik yang lebih demokratis. Melihat
ini. Beberapa tonggak sejarah menunjukkan peran
proses-proses politik yang sedang berjalan dalam
tingkat elit maupun massa belum berhasil mahasiswa yang sangat vital. Beberapa perubahan
ditemukan titik pandang yang sama tentang rezim dalam konstelasi politik Indonesia selalu
bagaimana hidup demokrasi secara par excellence melibatkan peran mahasiswa sebagai aktor.
karena dalam proses ini memerlukan pembentukan Dalam membahas organisasi mahasiswa saat
budaya madani (civic culture) dalam masyarakat ini terdapat penggolongan jenis organisasi, yakni
(Arifin,2003:5). organisasi intra kampus dan organisasi ekstra
Pembentukan budaya madani (civic culture) kampus. Organisasi intra kampus adalah organisasi
menjadi penting dalam demokrasi. Dalam yang berada secara langsung dibawah birokrasi
mewujudkan demokrasi bukan pekerjaan mudah, kampus dari level jurusan, fakultas dan universitas.
demokrasi memiliki banyak syarat yang harus Organisasi ekstra kampus sangat berbeda dengan
dipenuhi. Salah satunya yang paling penting adalah organisasi intra kampus, organisasi ini berada
tersedianya lapisan masyarakat yang disebut dalam posisi independen karena tidak memiliki
dengan civil society. Pembentukan budaya madani garis secara struktural dari birokrasi kampus.
dalam masyarakat akan dapat melahirkan civil Dalam segi peran organisasi ekstra kampus
society dalam mewujudkan demokrasi di indonesia. justru memiliki peran yang besar khususnya dalam
Tugas awal yang harus dipenuhi dalam rangka proses demokratisasi kampus. Melalui gerakannya
merealisasikan demokrasi adalah menciptakan organisasi ekstra kampus menjadi bagian dalam
masyarakat madani melalui pembentukan budaya gerakan demokrasi di ranah kampus maupun dalam
madani (civic culture). skala regional maupun nasional. Organisasi ekstra
Demokrasi Deliberatif tidak memusatkan diri menjadi ujung tombak di ranah kampus dalam
pada penyusunan daftar aturan-aturan tertentu yang membangun iklim yang demokratis dalam kegiatan
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh warga politik. Perkembangan ideologisasi inilah yang
Negara. Dengan kata lain, model demokrasi mendorong mahasiswa untuk memprotes kebijakan
deliberatif meminati persoalan kesahihan pemerintah tentang perjudian undian berhadiah dan
keputusan-keputusan kolektif itu. Opini-opini pelarangan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah
publik bisa jadi merupakan opini-opini mayoritas negeri (Arif pandu Wijanarko, 2009:66). Artikel ini
yang mengklaim suatu legitimitas mereka. Akan membahas tentang bagaimana bentuk gerakan
tetapi, opini-opini mayoritas tidak niscaya identik demokrasi deliberatif dari organisasi ekstra kampus
dengan opini-opini yang benar. Bagi model Unesa
demokrasi deliberatif jauh lebih penting
memastikan dengan cara manakah opini-opini
mayoritas terbentuk sedemikian rupa sehingga

2
Gerakan Demokrasi Deliberatif Organisasi Ekstra Kampus Unesa

KAJIAN TEORITIK berkat “paksaan tidak memaksa dari argumen yang


Gerakan Demokrasi Deliberatif lebih baik”. (Hardiman, 2007:130)
Masyarakat memerlukan ruang publik (public Habermas menegaskan bahwa ruang publik
sphere) yang mampu menampung aspirasi-aspirasi memberikan peran yang penting dalam proses
dari mereka sehingga mampu mempengaruhi demokrasi. Ruang publik merupakan ruang
kebijakan-kebijakan pemerintah. Menurut Jurgen demokratis atau wahana diskursus masyarakat,
Habermas dalam Bantas melalui demokrasi yang mana warga negara dapat menyatakan opini-
deliberatifnya, kebijakan-kebijakan penting opini, kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-
(perundang-undangan) dipengaruhi oleh diskursus- kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik
diskursus liar yang terjadi dalam masyarakat. harus bersifat otonom, tanpa intervensi dari
(Bantas, 2010:30). Sehingga negara tidak lagi pemerintah. Ruang publik merupakan sarana warga
menentukan hukum dan kebijakan-kebijakan berkomunikasi, berdiskusi, berargumen, dan
politik lainnya dalam ruang tertutup yang nyaman, menyatakan sikap terhadap problematika politik.
tetapi masyarakat sipil melalui media dan Ruang publik tidak hanya sebagai institusi atau
organisasi yang vokal memainkan pengaruh yang organisasi yang legal, melainkan adalah
sangat signifikan dalam proses pembentukan komunikasi antar warga itu sendiri. (Hardiman,
hukum dan kebijakan politik itu. 2009: 128)
Dalam rangka mengatasi kompleksitas pada Ruang publik tidak dapat dibatasi, dimana ada
masyarakat modern yang memiliki kemajemukan masyarakat yang berkomunikasi, berdiskusi tentang
gaya hidup dan orientasi nilai, Habermas tema-tema yang relevan, maka disitulah akan hadir
mempunyai keyakinan bahwa melalui tindakan ruang publik. Ruang publik berifat bebas dan tidak
komunikatif masyarakat modern dengan segala terbatas. Ia tidak terikat dengan kepentingan-
kompleksitasnya dapat diintegrasikan. Tindakan kepentingan pasar ataupun kepentingan-
komunikatif adalah tindakan yang mengarahkan kepentingan politik. Pada gagasan teori politik
diri pada konsensus. (Hardiman, 2007:126) demokrasi deliberatif, Habermas optimis bahwa
Artinya, setiap tindakan menjadi tindakan rasional jurang pemisah yang ada antara lembaga
yang berorientasi kepada kesepahaman, persetujuan pemerintah (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) dan
dan rasa saling mengerti. Konsensus semacam itu, lembaga non-pemerintah (para akademisi, pers,
bagi Habermas, hanya dapat dicapai melalui cendekiawan, mahasiswa, aktifis LSM, dan
diskursus praktis yang tidak lain adalah prosedur sebagainya), dapat terjembatani lewat jalan
komunikasi. Diskursus praktis adalah suatu komunikasi politis. Menurut Habermas, masyarakat
prosedur (cara) masyarakat untuk saling kompleks dapat membendung imperatif-imperatif
berkomunikasi secara rasional dengan pemahaman kapitalisme dan desakan-desakan birokrasi negara
intersubjektif. dengan cara menyambungkan antara sistem politik
Untuk mencapai konsensus rasional yang demokrasi deliberatif dengan ruang publik.
diterima umum, Habermas mengajukan tiga (Hardiman, 2009: 133)
prasyarat komunikasi sebagai berikut: Pertama
keikutsertaan di dalam sebuah diskursus hanya METODE
mungkin, jika orang mempergunakan bahasa yang Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
sama dan secara konsisten mematuhi aturan-aturan dengan dengan menggunakan pendekatan
logis dan semantis dari bahasa tersebut. Kedua, fenomenologi ilmiah yaitu peneliti berusaha untuk
kesamaan dalam memperoleh kesempatan dalam masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang
diskursus hanya dapat terwujud, jika setiap peserta diteliti sedemikian rupa sehingga peneliti mengerti
memiliki maksud untuk mencapai konsensus yang apa dan bagaimana suatu pengertian yang
tidak memihak dan memandang para peserta dikembangkan oleh peneliti di sekitar peristiwa
lainnya sebagai pribadi-pribadi otonom yang tulus, dalam kehidupan sehari-hari subjeknya dan
bertanggungjawab sejajar dan tidak menganggap berusaha menghubungkan dengan teori-teori yang
mereka ini hanya sebagai sarana belaka. Ketiga, ada. Penelitian ini dilakukan di kawasan UNESA
harus ada aturan-aturan yang dipatuhi secara umum karena banyak sekali organisasi ekstra kampus
yang mengamankan proses diskursus dari tekanan yang berada disana. Teknik yang digunakan dalam
dan diskriminasi. Aturan-aturan tersebut harus pemilihan informan yaitu dengan cara purposive, di
memastikan bahwa orang mencapai konsensus mana peneliti sudah menentukan informan yang

*)Terima kasih kepada Moh Mudzakir selaku mitra bestari yang telah mereview dan memberi
masukan berharga terhadap naskah ini.
Paradigma. Volume 2 Nomor 2 Tahun 2014

dianggap cukup tahu dalam kegiatan tersebut. Hal ini diperkuat dari beberapa penejelasan
Peneliti telah menentukan beberapa subjek yang dari subjek penelitian terkait tindakan komunikatif
terlibat dalam gerakan demokrasi organisasi ekstra dari organisasi ekstra kampus. Tindakan
kampus. komunikatif yang dilakukan oleh SMI ada
Pengumpulan data dalam penelitian ini beberapa bentuk dalam menjalankan kegiatan
menggunakan dua cara, yaitu wawancara dan secara organisasi. Menurut subjek komunikasi bagi
observasi. Wawancara dilakukan dengan organisasi tidak bias ditinggalkan dan menjadi
melakukan interview secara langsung terhadap sesuatu yang fundamental. Dalam tindakan
informan penelitian. Selanjutnya, setelah data komunikatifnya SMI melakukan safari organisasi
terkumpul dari para informan kemudian dilakukan untuk membangun komunikasi dengan ormek lain.
analisis. Teknik analisis data yang dilakukan adalah Safari organisasi adalah praktik komunikasi antara
dengan metode deskriptif kualitatif yang berusaha SMI dengan ormek lain khususnya untuk
memahami kehidupan sehari-hari. Dengan cara pengkonsolidasian gerakan aliansi. Selanjutnya
memaparkan data yang diperoleh melalui SMI membuka ruang diskusi secara umum untuk
wawancara mendalam dan observasi secara naratif. membahas isu-isu kampus atau isu nasional. Dari
diskusi ini SMI mencoba melakukan persamaan
HASIL DAN PEMBAHASAN perspektif dalam pandangan dan pernyataan sikap.
Penelitian ini menganalisis kegiatan-kegiatan yang PMII dalam membangun ruang publik
dilakukan organisasi ekstra merupakan manifestasi diwujudkan dalam membangun komunikasi dengan
dari bentuk gerakan demokrasi di ranah kampus. lintas organisasi ekstra dalam membahas
Gerakan demokrasi deliberatif yang dilakukan oleh permasalahan internal kampus. PMII
beberapa organisasi ekstra kampus di Unesa mengagendakan secara rutin untuk membuka ruang
menjadi pilar-pilar penting dalam melakukan diskusi ormek dalam membahas isu-isu nasional
proses konsolidasi demokrasi kampus. Penguatan sampai masalah kampus. Diskusi ini biasanya
dalam hal demokrasi kampus dipimpin oleh dilakukan di salah satu tempat dikampus yang
partisipasi dan gerakan demokrasi dari organisasi mengundang semua ormek di Unesa untuk
ekstra khususnya dalam mengawal kebijakan berdialektika dan mencapai suatu rekomendasi
kampus dan menumbuhkan partisipasi dari arus bersama. Selain itu PMII juga pernah keliling
bawah yakni mahasiswa. Peranan ini dilakukan komisariat ormek lain untuk membangun jaringan
oleh organisasi ekstra kampus dalam menjalankan dan komunikasi diantara ormek. Menurut subjek
setiap aktivitasnya di ranah kampus. Partisipasi PMII dalam membangun demokrasi dikampus
secara organisatoris memberikan sumbangsi besar tidak bias berjalan sendiri, kesatuan dari ormek-
terhadap penegakan dan konsolidasi demokrasi ormek Unesa akan memperkuat gerakan dalam
kampus di Unesa. mendukung terciptanya iklim kampus yang
demokratis
Proses Pembentukan Ruang Publik Pembentukan ruang publik dari IMM dalam
Pembentukan ruang publik ini dijalankan untuk kegiatan politik kampus. Dalam pembentukan
membangun suatu opini mahasiswa terkait suatu ruang publik ini IMM membangun komunikasi
permasalahan di ranah kampus yang perlu dengan setiap organisasi ekstra kampus atau
mendapat respon dari arus bawah. Pembentukan organisasi intra kampus. Komunikasi ini cenderung
ruang publik adalah medium awal bagi organisasi membahas permasalahan seputar masalah internal
ekstra kampus dalam melakukan gerakan kampus khususnya dalam mengawal dan
demokrasi deliberatif di ranah kampus. Proses ini mengkritis kebijakn dari birokrasi kampus.
menjadi embrio bagi gerakan-gerakan organisasi Beberapa permasalahan juga pernah menjadi
ekstra kampus selanjutnya. Pembentukan ruang perhatian IMM dengan ormek lain seperti
publik dilakukan dengan membangun komunikasi penerapan dana BPKP, dana UKT dan rencana
dengan organisasi ekstra kampus lain dalam penggusuran pedagang kaki lima (PKL) di sekitar
merespon kebijakan kampus yang tidak memihak area Telkom. Tindakan komunikatif ini dimulai
pada kepentingan mahasiswa. Beberapa organisasi dalam bentuk ruang diskusi antar ormek dalam
ekstra kampus membentuk ruang publik sebagai membahas suatu masalah. Dalam diskusi tersebut
kekuatan dalam menyikapi setiap kebijakan dari terdapat penyataan pandangan dan sikap dari
birokrasi kampus. ormek terkait permasalahan yang diangkat. Setelah

4
Gerakan Demokrasi Deliberatif Organisasi Ekstra Kampus Unesa

itu persamaan perspektif dilakukan dan diakhiri Proses pembentukan ruang publik dari
dengan kesepakatan dalam bentuk penyikapan baik organsasi ekstra kampus ini juga bersandar pada
dalam bentuk demonstrasi maupun bentuk-bentuk konsensus umum antar organisasi ataupun dalam
lain. internal organisasi. konsensus ini memenuhi tiga
Pembentukan ruang publik dari GMNI adalah prasyarat yang diajukan oleh Habermas. Dalam
dengan membangun komunikasi dengan beberapa konsensus para mahasiswa menggunakan bahasa
organisasi ekstra lain untuk mengkontrol pihak yang sama dalam mematuhi aturan. memiliki
birokrasi kampus. Hal ini diwujudkan dalam kesempatan yang sama dalam diskurusus karena
bentuk ruang diskusi yang dihadiri oleh beberapa organisasi ekstra kampus ini tidak memihak dan
ormek lain. Diskusi menjadi ruang publik bersama memandang para anggota lain sebagai pribadi yang
dengan ormek-ormek lain dalam membahas seputar otonom. Dalam konsensus yang dipilih oleh
problematika kampus yang terjadi. Tindakan organisasi ekstra kampus ini terdapat aturan-aturan
komunikatif lain khususnya dalam bidang internal yang tersirat yang harus dipatuhi oleh para anggota
organisasi diwujudkan dengan bentuk kaderisasi konsensus ini sehingga dapat menghindarkan pada
GMNI. kaderisasi ini memiliki tiga tingkatan mulai diskriminasi dan tekanan dari pihak-pihak lain.
dari kaderisasi tingkat dasar (KTD), kaderisasi Dari proses-proses yang dilakukan oleh
tingkat menengah (KTM) dan kaderisasi tingkat organisasi ekstra kampus ini akhirnya membentuk
pertama (KTP). suatu ruang publik bersama dalam membahas
HMI berkaitan dengan hubungannya secara problematika kampus. Beberapa organisasi ekstra
eksternal dengan ormek-ormek lain atau beberapa kampus sepakat membentuk suatu konsensus
pihal lain. HMI sebenarnya tidak terlalu aktif bersama dalam merespon dan menanggapi
dalam komunikasi dengan ormek tapi seringkali kebijakan kampus. Ruang publik yang disepakati
mengikuti kegiatan yang diagendakan beberapa adalah dalam bentuk wadah aspiratif dari beberapa
ormek lain. Komunikasi ini menjadi suatu modal organisasi ekstra kampu yang memberikan
dalam bergerak bersama mendukung terciptanya kesempatan bagai seluruh mahasiswa dapat
kampus yang demokratis. Selain itu HMI juga tetap berpartisipasi. Partisipasi dari mahasiswa dapat
membuka ruang komunikasi dengan pihak rektorat dituangkan melalui argumen dan pandangan terkait
dan para kadernya diberikan kebebasan dalam permasalahan kampus yang diangkat. Ruang publik
komunikasi ini. Komunikasi ini sangat pentin ini adalah hasil manifestasi peran organisasi ekstra
dalam mendukung eksistensi HMI sebagai kampus dalam menyikapi isu kebijakan birokrasi
organisasi ekstra kampus di Unesa. tindakan kampus yang tidak berpihak pada kepentingan
komunikatif juga terdapat dalam ruang diskusi dan mahasiswa.
tulisan-tulisan di media sosial yang dilakukan oleh
HMI. Ruang Publik Organisasi Ekstra Kampus Unesa
Untuk dapat membentuk ruang publik, Ruang publik menjadi suatu wadah aspirasi secara
Habermas mengajukan tiga prasyarat komunikasi representatif yang mewakili keadaan dari
sebagai berikut: Pertama keikutsertaan di dalam masyarakat sipil. Dalam konteks masalah ini ruang
sebuah diskursus hanya mungkin, jika orang publik menjadi medium dari beberapa organisasi
mempergunakan bahasa yang sama dan secara ekstra kampus dalam menjalankan kegiatannya
konsisten mematuhi aturan-aturan. Kedua, khususnya dalam memperkuat basis gerakan arus
kesamaan dalam memperoleh kesempatan dalam bawah di ranah kampus. Ruang publik menjadi
diskursus hanya dapat terwujud, jika setiap peserta sarana komunikasi antar mahasiswa dalam
memiliki maksud untuk mencapai konsensus yang membahas setiap problematika di ranah kampus
tidak memihak dan memandang para peserta yang perlu mendapatkan tanggapan secara
lainnya sebagai pribadi-pribadi otonom yang tulus. langsung. Organisasi ekstra kampus memliki ruang
Ketiga, harus ada aturan-aturan yang dipatuhi publik sebagai sarana komunikasi dan penyamaan
secara umum yang mengamankan proses diskursus sikap dalam membahas seputar kebijakan dari
dari tekanan dan diskriminasi. Aturan-aturan birokrasi kampus yang dinilai tidak sesuai dengan
tersebut harus memastikan bahwa orang mencapai kepentingan mahasiswa di tingkat grass root.
konsensus berkat paksaan tidak memaksa dari Dalam perjalanan gerakan demokrasi di Unesa
argumen yang lebih baik. (Hardiman, 2007:130) beberapa organisasi ekstra kampus telah
membangun ruang publik bersama dalam

*)Terima kasih kepada Moh Mudzakir selaku mitra bestari yang telah mereview dan memberi
masukan berharga terhadap naskah ini.
Paradigma. Volume 2 Nomor 2 Tahun 2014

menyikapi beberapa kebijakan dari pihak birokrasi organisasi ekstra kampus melalui media dan
kampus Unesa. organisasi yang vokal memainkan pengaruh yang
Menurut Habermas secara tegas ruang publik sangat signifikan dalam proses pembentukan
memiliki peranan penting dalam proses demokrasi kebijakan kampus bagi mahasiswa.
yang sedang berlangsung. Ruang publik merupakan Dalam perjalanan eksistensinya, organisasi
ruang demokratis atau wahana diskursus ekstra kampus melakukan pengawalan kebijakan
masyarakat yang mana warga negara dapat kampus yang diberlakukan dalam kehidupan
menyatakan opini-opini, kepentingan-kepentingan kampus. Terdapat beberapa momentum dalam
dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara diskursif. membangun ruang publik baik secara internal
Ruang publik ini juga memiliki peranan yang organisasi atau lintas organisasi ekstra kampus.
penting dalam menjembatani komunikasi antar Momentum ini berdasarkan atas penerapan suatu
organisasi ekstra dalam membahas tentang opini, kebijakan birokrasi kampus yang ditujukan kepada
kepentingan dan kebutuhan mahasiswa di ranah mahasiswa dan kelompok mahasiswa merespon
kampus. Ruang publik ini juga menjadi suatu kebijakan ini dalam beberapa bentuk. Semua
wadah aspirasi dan penyataan sikap dari tatanan respon diawali dengan membangun suatu opini
tingkat mahasiswa dalam mengawal kebijakan mahasiswa melalui ruang publik yang dibuka bagi
kampus. Ruang publik ini juga menjadi sarana mahasiswa di unesa membahas dan mengupas
dalam menumbuhkan civil society di ranah kampus permasalahan kebijakan yang baru diterapkan oleh
atau bisa disebut dengan civil student. birokrasi kampus. Dalam pembahasan ini bermuara
Organisasi ekstra kampus Unesa memiliki pada suatu penyataan sikap dan membentuk suatu
beberapa ruang publik yang sering digunakan aliansi gerakan bersama dalam merespon kebijakan
untuk menyikapi kebijakan dari pihak birokrasi yang tidak berpihak pada mahasiswa.
kampus. Ruang publik ini menjadi sarana antar Program kerja dari SMI yang lebih praksis
organisasi ekstra kampus dalam membangun dengan melakukan penyikapan isu-isu internal di
komunikasi bersama menyikapi isu-isu seputar kampus dan pengkonsolidasian gerakan. Program
kampus. Ruang publik yang sering digunakan oleh kerja ini menunjukkan respon dan penyataan sikap
beberapa organisasi ekstra kampus di Unesa adalah terkait kebijakan di ranah kampus. Program kerja
ruang diskusi. Ruang diskusi menjadi sarana yang dari SMI diwujudkan dalam bentuk aksi
efektif dalam membangun komunikasi dan demonstrasi sebagai repon terhadap seputar isu-isu
membahas permasalahan seputar kebijakan kampus dan membentuk ruang diskusi dalam
kampus. Selain itu juga ruang publik ini menjadi membahas isu-isu tersebut. Isu-isu yang manjadi
suatu wujud aspirasi bagi mahasiswa melalui opini perhatian SMI lebih terkait dengan kebijakan dari
kumpulan beberapa organisasi ekstra kampus birokrasi kampus, misalnya masalah kenaikan SPP
terkait isu-isu di ranah kampus. Dari ruang diskusi dalam bentuk uang kuliah tunggal (UKT) sampai
ini menghasilkan suatu keputusan bersama atau pada penetapan DO (drop out) pada mahasiswa
penyataan sikap terhadap permasalahan kampus yang telat membayar SPP. Penyikapan isu selalu
yan dibahas bersama. diawali dalam bentuk diskusi dengan melakukan
Ruang diskusi dari organisasi ekstra kampus pengkajian terhadap masalah dan kemudian
ini menampung aspirasi-aspirasi sehingga mampu melakukan demonstrasi sebagai penyataan sikap.
mempengaruhi kebijakan-kebijakan dari birokrasi Terkait tentang ruang publik, PMII tidak hanya
kampus. Aspirasi-aspirasi ini merupakan berpartisipasi dalam ruang diskusi antar ormek
representasi dari mahasiswa di tataran arus bawah tetapi juga dalam output diskusi tersebut. Dalam
dalam menyikapi kebijakan birokrasi kampus yang pengkajian masalah terkait kebijakan birokrasi
khususnya tidak berpihak pada kepentingan kampus kemudian dihasilkan suatu pandangan dari
mahasiswa. Menurut Jurgen Habermas dalam beberapa ormek dan sekaligus penyataan sikap.
Bantas melalui demokrasi deliberatifnya, Penyataan sikap ini menghasilkan suatu
kebijakan-kebijakan penting (perundang-undangan) rekomendasi yang kemudian disepakati dalam
dipengaruhi oleh diskursus-diskursus liar yang beberapa bentuk. Salah satu kebijakan yang
terjadi dalam masyarakat. (Bantas, 2010:30). menjadi perhatian PMII adalah masalah
Dalam konteks ini kampus tidak lagi menentukan pemberlakukan pembayaran dana BPKP tahun
kebijakan-kebijakan politiknya dalam ruang 2011. Bersama beberapa ormek lainnya seperti
tertutup yang nyaman, tetapi mahasiswa melalui gerakan mahasiswa nasionalis Indonesia (GMNI)

6
Gerakan Demokrasi Deliberatif Organisasi Ekstra Kampus Unesa

dan serikat mahasiswa Indonesia (SMI), PMII Ruang publik harus bersifat otonom, tanpa
tergabung dalam kesatuan aksi mahasiswa Unesa intervensi dari pemerintah. Ruang publik
(KAMU) untuk menolak dana BPKP. Dalam merupakan sarana warga berkomunikasi,
aksinya tersebut KAMU menolak penerapan dana berdiskusi, berargumen, dan menyatakan sikap
BPKP yang dinilai tidak tepat sasaran dan alurnya terhadap problematika politik. Ruang publik dari
sangat tidak jelas. Demosntrasi dilakukan di organisasi ekstra kampus ini bersifat otonom lepas
rektorat untuk menuntut pihak rektorat mencabut dari pengaruh birokrasi kampus. Ruang publik ini
dan membatalkan pemberlakukan dana BPKP bagi merupakan sarana antar mahasiswa dalam
mahasiswa Unesa angkatan tahun 2011. berkomunikasi dan berargumen serta untuk
Dalam partisipasi dalam kegiatan politik menyatakan sikap terkait kebijakan kampus yang
kampus, GMNI memiliki bentuk-bentuk kegiatan dikeluarkan. Ruang publik yang berbentuk ruang
atau ruang publik yang dirintisnya. Menurut subjek diskusi ini sangat efekif dalam membentuk suatu
dalam melakukan gerakan biasanya diawali dari opini mahasiswa untuk mempengaruhi kebijakan
proses diskusi baik dalam internal GMNI atau birokrasi kampus yang bertentangan dengan
lintas ormek dengan membahas seputar mahasiswa. Dalam beberapa momentum ruang
permasalahan kampus dan juga sebagai respon diskusi ini berhasil membentuk suatu gerakan
terhadap terbitnya suatu produk dari birokrasi aliansi mahasiswa dalam menolak dan menuntut
kampus. Ruang diskusi ini menjadi suatu dialektika kebijakan kampus seperti kebijakan DO dan
bagi mahasiswa dalam melakukan analisis sosial penerapan dana BPKP (biaya peningkatan kualitas
terhadap setiap kebijakan kampus khususnya yang perkuliahan).
tidak sesuai dengan aspirasi mahasiswa. GMNI Ruang publik berifat bebas dan tidak terbatas
pernah melakukan diskusi bersama dengan ormek serta tidak terikat dengan kepentingan-kepentingan
PMII dan SMI dalam menyikapi permberlakuan pasar ataupun kepentingan-kepentingan politik.
dana BPKP bagi mahasiswa baru. Ruang diskusi Ruang publik dari organisasi ekstra kampus ini
ini membahas seputar dana BPKP yang dijalankan tanpa ada tendensi-tendensi politik dari
diberlakukan oleh pihak rektorat yang dinilai tidak golongan elit kampus. Ruang diskusi murni
berpihak pada mahasiswa. Kemudian tiga ormek dijalankan atas dasar prinsip demokrasi dengan
ini menyepakati membentuk aliansi gerakan yang partisipasi dari golongan mahasiswa dalam
diberi nama kesatuan aksi mahasiswa Unesa merespon setiap kebijakan dari kampus. Ruang
(KAMU). Setelah aliansi ini terbentuk kemudian diskusi ini juga menumbuhkan partisipasi dari
tiga ormek ini dalam beberapa diskusi menyepakati mahasiswa sehingga terwujudlah civil student
untuk menyatakan penyikapan yang menolak dana dalam dinamika politik kampus. Hal ini menjadi
BPKP. suatu prasyarat dalam pengembangan demokrasi
Dalam rangka menumbuhkan civil society, dalam ranah kampus. Dalam tatanan demokrasi
HMI melakukan beberapa kegiatan untuk mencapai yang telah di usung partisipasi dari mahasiswa
iklim kampus yang demokratis bagi para dalam konteks ini sangat fundamental sehingga
mahasiswa. Diskusi menjadi salah satu kegiatan dengan adanya ruang diskusi memberikan ruang
utama dalam menumbuhkan civil society publik bagi mahasiswa dalam berpartisipasi secara
dikalangan mahasiswa untuk turut aktif dalam politik.
mewujudkan kampus yang demokratis. HMI juga
membuat tulisan di sosial media untuk merangsang Tindakan Komunikatif Organisasi Ekstra
nalar kritis dan kepekaan dari para mahasiswa yang Kampus
membaca dan menggugah mahasiswa untuk Gerakan demokrasi dari organisasi ekstra kampus
responsif atas setiap keadaan. Untuk ini memberikan sumbangsi atas pembangunan
menyempurnakan beberapa kegiatan sebelumnya demokrasi di ranah kampus. Melalui identifikasi
HMI juga melakukan penbyadaran secara wacana gerakan demokrasi yang berwujud tindakan
untuk mewujudkan partisipasi aktif bagi mahasiswa komunikatif mahasiswa dan ruang publik
dalam kehidupan kampus. Hal ini merupakan mahasiswa dalam menyikapi kebijakan dari
tuntutan dalam sistem kampus yang demokratis birokrasi kampus dapat dijelaskan peranan gerakan
dimana tersedia civil society yang mendukung demokrasi bagi konsolidasi demokrasi kampus.
iklim kampus yang demokratis. Dalam hal ini pembangunan demokrasi dilihat dari
perspektif partisipasi dari mahasiswa dalam

*)Terima kasih kepada Moh Mudzakir selaku mitra bestari yang telah mereview dan memberi
masukan berharga terhadap naskah ini.
Paradigma. Volume 2 Nomor 2 Tahun 2014

kegiatan politik secara khusus dalam merespon dan melakukan penolakan dalam bentuk demonstrasi
membangun opini terkait output dari birokrasi terhadap pihak rektorat. Ruang publik yang
kampus. Gerakan ini diinisiasi oleh beberapa dibentuk ini sangat efektif dalam menumbuhkan
organisasi ekstra kampus dalam memimpin gerakan partisipasi dan membangun suatu opini publik
demokrasi untuk menumbuhkan peran dari untuk mempengaruhi kebijakan dari birokrasi
mahasiswa dalam kegaiatan politk kampus. Peran kampus ini. Ruang publik ini menghasilkan suatu
dari organisasi ekstra kampus sangat vital dalam pandangan tentang penolakan kebijakan tersebut
menyediakan ruang publik bagi mahasiswa sebagai serta demonstrasi yang dilakukan untuk menolak
wadah aspirasi terhadap pihak birokrasi kampus. kebijakan tersebut. Penolakan ini dilakukan
Ruang publik ini menjadi ruang aspiratif dari melalui wadah aspiratif yang bernama kesatuan
mahasiwa dalam melakukan penyikapan terhadap aksi mahasiswa Unesa (KAMU).
kebijakan kampus yang tidak berpihak pada Aliansi organisasi ekstra kampus juga
mahasiswa. Melalui ruang publik ini mahasiswa menyoroti permasalahan kebijakan kampus yang
dapat berargumen dan memberikan pandangan menetapkan DO (drop out) kepada beberapa
terkait problematika kampus serta diwujudkan mahasiswa yang terlambat membayar SPP. Aliansi
dalam suatu sikap bersama dalam merespon organisasi ekstra kampus ini melakukan
kebijakan kampus tersebut sebagai tindakan pengawalan kebijakan tersebut melalui
komunikatif. Tindakan komunikatif adalah pembentukan ruang publik yang menghasilkan
tindakan yang mengarahkan diri pada konsensus. pandangan dan penyikapan. Bentuk penyikapan
(Hardiman. 2007:126) Artinya, setiap tindakan dari organisasi ekstra kampus diwujudkan dengan
menjadi tindakan rasional yang berorientasi kepada bentuk demonstrasi kepada pihak rektorat sebagai
kesepahaman, persetujuan dan rasa saling mengerti. pemegang kebijakan DO tersebut. Penyikapan ini
Konsensus semacam itu, bagi Habermas, hanya sebagai kelanjutan dari pandangan bahwa
dapat dicapai melalui diskursus praktis yang tidak kebijakan tersebut tidak memihak pada keadaan
lain adalah prosedur komunikasi. Diskursus praktis mahasiswa. Hal ini merupakan tindakan
adalah suatu prosedur (cara) masyarakat untuk komunikatif dari aliansi organisasi ekstra kampus
saling berkomunikasi secara rasional dengan dalam mengawal kebijakan kampus yang tidak
pemahaman intersubjektif. berpihak pada kepentingan mahasiswa.
Tindakan komunikatif dari organisasi ekstra Ruang publik dan tindakan komunikatif yang
kampus merupakan kelanjutan dari ruang publik dilakukan oleh organisasi ekstra kampus
yang telah terbentuk. Tindakan komunikatif merupakan manifestasi gerakan demokrasi
berbentuk suatu pandangan dari organisasi ekstra deliberatif. Organisasi ekstra kampus mengambil
kampus serta penyikapan dalam merespon peran dalam menumbuhkan ruang publik di ranah
kebijakan kampus. Pandangan dari organisasi kampus. Hal ini menunjukkan usaha dari organisasi
ekstra kampus merupkan cara pandang dari kampus sebagai gerakan arus bawah yakni
organisasi ekstra kampus dalam mengkritisi golongan mahasiswa di ranah kampus. Ruang
kebijakan kampus. Penyikapan dalam hal ini publik dari organisasi ekstra kampus menjadi salah
merupakan langkah konkrit kelanjutan dari satu wacana publik dalam mempengaruhi dan
pandangan yang dilakukan oleh antar organisasi mengkontrol kebijakan birokrasi kampus. Peran
ekstra kampus yang berwujud media tertulis organisasi kampus menumbuhkan civil society di
sampai dengan demonstrasi dalam merespon ranah kampus dalam melakukan pengawalan pada
kebijakan kampus. Bentuk pandangan dan setiap kebijakan kampus sesuai tuntutan sistem
penyikapan ini menunjukkan peran dari gerakan demokrasi. Kampus tidak bisa bebas dalam
deliberatif organisasi ekstra kampus dalam memutuskan setiap kebijakan, terdapat pengaruh
mengawal kebijakan dari birokrasi kampus. dari arus bawah dalam mengkontrol kebijakan
Salah satu contoh adalah terkait penyikapan tersebut.
dari beberapa organisasi ekstra kampus dalam
menyikapi penerapan dana BPKP atau kenaikan
SPP di Unesa. Beberapa organisasi ekstra kampus PENUTUP
membangun ruang diskusi bersama dalam Kesimpulan
menyikapi kebijakan ini dan akhirnya sepakat Ruang publik menjadi suatu wadah aspirasi secara
dalam membentuk suatu aliansi mahasiswa untuk representatif yang mewakili keadaan dari

8
Gerakan Demokrasi Deliberatif Organisasi Ekstra Kampus Unesa

masyarakat sipil. Dalam konteks masalah ini ruang kampus sebagai gerakan arus bawah yakni
publik menjadi medium dari beberapa organisasi golongan mahasiswa di ranah kampus. Ruang
ekstra kampus dalam menjalankan kegiatannya publik dari organisasi ekstra kampus menjadi salah
khususnya dalam memperkuat basis gerakan arus satu wacana publik dalam mempengaruhi dan
bawah di ranah kampus. Ruang publik menjadi mengkontrol kebijakan birokrasi kampus. Peran
sarana komunikasi antar mahasiswa dalam organisasi kampus menumbuhkan civil society di
membahas setiap problematika di ranah kampus ranah kampus dalam melakukan pengawalan pada
yang perlu mendapatkan tanggapan secara setiap kebijakan kampus sesuai tuntutan sistem
langsung. Organisasi ekstra kampus memliki ruang demokrasi. Kampus tidak bisa bebas dalam
publik sebagai sarana komunikasi dan penyamaan memutuskan setiap kebijakan, terdapat pengaruh
sikap dalam membahas seputar kebijakan dari dari arus bawah dalam mengkontrol kebijakan
birokrasi kampus yang dinilai tidak sesuai dengan tersebut.
kepentingan mahasiswa di tingkat grass root.
Dalam perjalanan gerakan demokrasi di Unesa Saran
beberapa organisasi ekstra kampus telah Partisipasi mahasiswa dalam kegitan demokrasi
membangun ruang publik bersama dalam kampus masih belum menunjukan tren positif.
menyikapi beberapa kebijakan dari pihak birokrasi Dalam tuntutan iklim demokrasi dalam ranah
kampus Unesa. kampus. Mahasiswa harus memiliki kesadaran
Organisasi ekstra kampus Unesa memiliki secara politis dalam mewarnai dinamika proses
beberapa ruang publik yang sering digunakan demokrasi kampus. Dalam menunjang kegiatan
untuk menyikapi kebijakan dari pihak birokrasi demokrasi di ranah kampus perlu menumbuhkan
kampus. Ruang publik ini menjadi sarana antar civil student. Civil student dapat terbentuk melalui
organisasi ekstra kampus dalam membangun pembangunan ruang publik di tatanan mahasiswa.
komunikasi bersama menyikapi isu-isu seputar Ruang publik menjadi suatu sarana aspiratif dari
kampus. Ruang publik yang sering digunakan oleh tatanan mahasiswa untuk mempengaruhi kebijakan
beberapa organisasi ekstra kampus di Unesa adalah birokrasi kampus, sehingga ruang publik sangat
ruang diskusi. Ruang diskusi menjadi sarana yang efektif dalam menumbuhkan partisipasi mahasiswa.
efektif dalam membangun komunikasi dan
membahas permasalahan seputar kebijakan DAFTAR PUSTAKA
kampus. Selain itu juga ruang publik ini menjadi
suatu wujud aspirasi bagi mahasiswa melalui opini Arifin, Samsul. 2003. Islam Indonesia. Malang:
UMM Press.
kumpulan beberapa organisasi ekstra kampus
terkait isu-isu di ranah kampus. Dari ruang diskusi Bantas, Hercules. 2010. Jurgen Habermas and
ini menghasilkan suatu keputusan bersama atau Deliberative Democracy. Melbourne: The
penyataan sikap terhadap permasalahan kampus Recluctant Geek.
yan dibahas bersama.
Hardiman, Budi F. 2009. Demokrasi Deliberatif.
Tindakan komunikatif ini dijalankan untuk
Yogyakarta: Kanisius
membangun suatu opini mahasiswa terkait suatu
permasalahan di ranah kampus yang perlu Hardiman, Budi F. 2007. Filsafat Fragmentaris.
mendapat respon dari arus bawah. Artinya, setiap Yogyakarta: Kansius.
tindakan menjadi tindakan rasional yang
Wijanarko, Arif pandu. 2009. “Kesatuan Aksi
berorientasi kepada kesepahaman, persetujuan dan
Mahasiswa Muslim Indonesia: kajian
rasa saling mengerti. Tindakan komunikatif dari KAMMI sebagai gerakan mahasiswa
organsasi ekstra kampus ini juga bersandar pada pasca reformasi”. Skripsi Tidak
konsensus umum antar organisasi ataupun dalam Diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas adab
internal organisasi. dan humaniora universitas islam negeri
Ruang publik dan tindakan komunikatif yang sunan kalijaga.
dilakukan oleh organisasi ekstra kampus
merupakan manifestasi gerakan demokrasi
deliberatif. Organisasi ekstra kampus mengambil
peran dalam menumbuhkan ruang publik di ranah
kampus. Hal ini menunjukkan usaha dari organisasi

*)Terima kasih kepada Moh Mudzakir selaku mitra bestari yang telah mereview dan memberi
masukan berharga terhadap naskah ini.

Anda mungkin juga menyukai