Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada zaman sekarang ini demokrasi bukanlah hal yang asing didengar oleh setiap lapisan
masyarakat. Dalam pemahamannya kata demokrasi banyak diartikan sebagai sebuah
kebebasan dimana setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam menentukan setiap hal
dalam kehidupan mereka. Demokrasi pada era globalisasi saat ini menjadi pilar-pilar bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara dimana kebebasan mengemukakan pendapat dijunjung
tinggi dan hak asasi sebagai rakyat tidak lagi dikekang.
Demokrasi secara emitologi, berasal dari bahasa Latin, dari akar kata demos yang berarti
rakyat dan cratos yang berarti kekuasaan, sehingga secara sederhana emokrasi dapat
diartikan sebagai kedaulatan di tangan rakyat. Di negara kita Indonesia telah menerapkan
sistem demokrasi sejak awal kemerdekaan hingga sekarang. Landasan negara Indonesia
sebagai negara demokrasi tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 pada alenia ke 4 yaitu: “...
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Negara RI yang
berbentuk dalam suatu susunan Negara RI yang berkedaulatan rakyat ...” dan Pasal 1 ayat 2
UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang Dasar.

Budaya Demokrasi terbentuk disuatu Negara ditentukan oleh penerapan sistem


Pendidikan yang berlaku , sehingga Pendidikan akan memberikan implikasi pada
peningkatan taraf keperdulian masyarakat terhadap hak dan kewajibannya dalam
menggunakan pikiran , tenaga , dan suaranya , dengan harapan masyarakat mempunyai pola
pikir yang kreatif serta daya inovasi yang tinggi. Dengan demikian, penanaman nilai
demokrasi merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilaksanakan sejak dini secara
terencana, sistematis, dan berkesinambungan agar pelaksanaan demokrasi tidak menjurus
pada sikap anarki yang menyebabkan rusaknya fasilitas umum. Penanaman nilai demokrasi
tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan demokrasi. Winataputra (2001:69) menjelaskan
bahwa pendidikan demokrasi adalah upaya sistematis yang dilakukan negara dan
masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negara agar memahami, menghayati,
mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai dengan
status dan perannya dalam masyarakat.
Banyaknya nilai-nilai demokrasi yang dapat diambil dan dipelajari oleh siswa di dalam
masyarakat demokratis. Seperti halnya mengemukakan pendapat sewaktu ada perkumpulan-
perkumpulan, adanya contoh-contoh toleransi yang telah dibangun dalam suatu kultur
masyarakat serta adanya tanggung jawab. Kultur demokrasi yang ada di masyarakat
demokratis ini seharusnya dapat juga dijadikan sebagai suatu alat bagi siswa untuk
mendorong dirinya menjadi warga negara yang cerdas dan baik terutama di era global ini
dimana mudahnya pengaruh dari negara luar masuk dan mempengaruhi keberlangsungan
hidup masyarakat. Selain menanamkan nilai demokrasi dalam pendidikan siswa,
pendidikan itu sendiri haruslah berjalan sebgai pendidikan yang demokratif. Zamroni (2001)
mengemukakan pendidikan yang demokratif, dapat dikaji berdasar empat aspek: (1) aspek
status siswa, berorientasi pada pendidikan modern yang mempunyai asumsi bahwa
pendidikan berlangsung dari lahir sampai mati. Artinya, sekolah adalah kehidupan itu
sendiri dan sebaliknya kehidupan itu adalah sekolah atau pendidikan. Implikasi dari
orientasi ini adalah anak didik merupakan subyek dalam proses pendidikan. Kehidupan
sosial siswa merupakan sumber transformasi kehidupan. Peran penting dalam proses
pendidikan bukan terletak pada mata pelajaran yang diberikan, melainkan terletak pada
aktivitas sosial siswa sendiri. Orientasi pendidikan modern ini memberikan penekanan dan
tempat berkembangnya kreativitas, kemandirian, toleransi dan tanggung jawab siswa. (2)
aspek fungsi guru: yaitu bahwa guru sebagai fasilitator dan motivator. Fungsi guru ini akan
muncul jika siswa berstatus sebagai subyek dalam proses pendidikan, karena sebagai
fasilitator dan motivator guru akan lebih banyak bersifat tut wuri handayani dengan
memberikan dorongan dan motivasi agar siswa dapat memperluas kemampuan pandang
untuk mengembangkan berbagai alternatif dalam aktivitas kehidupan dan memperkuat
kemauan untuk mendalami serta mengembangkan apa yang telah dipelajari dalam proses
pendidikan. (3) Dimensi Materi Pendidikan: yaitu materi pendidikan bersifat problem
oriented, guru menyampaikan bahan pengajaran berangkat dari problem riel yang dihadapi
siswa dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian materi yang bersifat teoritis akan
dihubungkan dengan realitas kehidupan siswa. Guru dituntut berperan aktif, kreatif dan
berani membawa isue-isue kontroversial ke dalam proses belajar mengajar. Adapun para
siswa mendapat kesempatan untuk mendiskusikan isue-isue yang sensitif tersebut. (4)
Dimensi Manajemen Pendidikan: yaitu manajemen yang bersifat desentralisasi yaitu
kebijakan pendidikan lebih banyak ditentukan pada level daerah, level sekolah dan level
kelas. Dengan desentralisasi ini kreativitas dan daya inovatif guru sangat diperlukan.
Dimensi manajemen yang bersifat desentralisasi diterapkan apabila dimensi siswa sebagai
subyek pendidikan, fungsi guru sebagai dinamisator dan fasilitator dan materi pengajaran
bersifat problem oriented. Orientasi pendidikan dengan keempat aspek yang dikemukakan
Zamroni (2001) tersebut akan mewujudkan praktek pendidikan yang demokratis dan akan
menghasilkan lulusan individu yang demokratis, kreatif, toleran dan mandiri. Ciri-ciri
lulusan semacam ini akan sangat berperan mewujudkan masyarakat demokratis.
Berdasarkan uraian di atas maka di buatlah makalah yang berjudul “Pendidikan yang
demokratis dalam era global”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan pendidikan dan demokrasi ?
2. Bagaimana cara membangun sistem pendidikan yang demokrasi?
3. Bagaimana kurikulum sebagai wujud demokrasi pendidikan?
4. Bagaimana penerapan demokrasi sebagai usaha penyelesaian permasalahan pendidikan
di indonesia ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dan demokrasi.
2. Untuk mengetahui cara membangun sistem pendidikan yang demokrasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum sebagai wujud demokrasi pendidikan.
4. Untuk mngetahui penerapan demokrasi sebagai usaha penyelesaian permasalahan
pendidikan di indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Winataputra, Udin S. 2001. Model-model pembelajaran Inovatif. Universitas Terbuka, Jakarta.

Zamroni (2001). Paradikma Pendidikan Masa Depan, Yokyakarta: Biograf Publishing.

Anda mungkin juga menyukai