Anda di halaman 1dari 8

Jurnal ATSAR UNISA Vol. 2 No.

1, Desember 2022
PENDIDIKAN POLITIK MELALUI KEGIATAN ORGANISASI MAHASISWA

Fahad Achmad Sadat


STIT Buntet Pesantren Cirebon
fahad@stit-buntetpesantren.ac.id

Abstrak
Pendidikan politik adalah sebuah Pendidikan yang harus didapatkan oleh
masyarakat umu sebagai warga negara yang baik. Organisasi Mahasiswa adalah
central dan media yang penting sebagai upaya terbentuknya attitude, sikap dan
behavior mahasiswa. Pertumbuhan dan matangnya berhubungan secara
kemasyarakatan, secara emosi, dan individu yang baik dan terasah melewati
kenyataan mengikuti kegiatan suatu group. Penelitian ini menghasilkan bahwa
organisasi kemahasiswaan ialah media untuk belajar bagaimana berpartisiapasi
secara politis dengan baik. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan
(Research of Library) karena kontennya tentang kumpulan materi yang mendalam
pada satu atau beberapa subjek. Penelitian ini berkaitan dengan sumber utama serta
sumber sekunder. Disebut penelitian kepustakaan karena data atau bahan yang
diolah dalam penyelesaian penelitian ini berasal dari perpustakaan baik berupa
buku, ensklopedi, kamus, jurnal, dokumen, majalah dan lain-lainnya. Bisa menarik
benang merah bahwa keikutsertaan mahasiswa dalam berkegiatan berorganisasi
yaitu mahasiswa yang secara sadar melibatkan diri pada satu group atau organisasi
lainnya supaya bisa terlibat suatu kegiatan dalam rangka meraih target kelompok
tersebut, mengasah bakat, memperdalam wawasan serta melatih attitude mahasiswa
itu sendiri secara utuh.

Kata kunci: Pendidikan Politik, Organisasi Mahasiswa

Pendahuluan
Kesejahteraan warga negara sebuah negara tertentu bisa tercipta yaitu salah
satunya dengan upaya perbaikan kualitas Pendidikan yang ada di negara tersebut. Ada
berbagai jenis Pendidikan yang dimaksud kalimat pertama, dan salah salah satu dari jenis
Pendidikan yang harus diberikan kepada warga negara adalah Pendidikan politik. Ruslan
menegaskan bahwa berbagai usaha difokuskan oleh beberapa institusi Pendidikan entah
itu pendididan yang resmi yang diwakili oleh sekolah-sekolah sampai perguruan tinggi,
termasuk Pendidikan yang tidak resmi atau non-formal yang diwakili oleh institusi
kursus-kursus. salah satu tujuan pemberian Pendidikan politi adalah sebagai upaya
menumbuhkembangkan kepribadian politik yang searah dengan budaya politik
masyarakat yang berada di institusi-institusi tersebut pada seluruh masyarakat tanpa
terkecuali. Kesadaran politih perlu ditumbuhkembangkan dengan meningkatkan
partisipasi warga negara yang aktif dalam mencari solusi permasalahan-permasalahan
yang ada di masyarakat umum dengan berbagai macam cara sumbangsih yang
memungkinkan dan memberikan perubahan kea rah yang lebih mapan dan baik.
Dinamika perpolitikan di Indonesia sering mengalami ups and down. Setelah
terjadinya reformasi di 1998, partisipasi warga negara dalam arena perpolitikan
menunjukkan tanda kelesuan yang diindikasikan pada penurunan kualitas serta angka
partisipasi politik. Dalam penyelenggaraan pemilihan umum misalnya. Di sebagian
daerah di Indonesia masih bermasalah terkait tingginya tingkat golongan putih (golput)

36
akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja partai politik maupun tokoh yang
ditawarkan. Penyelenggaraan partisipasi politik masih terancam dengan digunakannya
politik uang (money politics) dalam mempengaruhi proses pemilihan umum. Untuk
menyelesaikan semua permasalahan tersebut pemerintah bergandengan dengan
masyarakat mesti bisa menurunkan angka golput, memberi sanksi yang nyata kepada
yang melakukan money politics, Sehingga kepercayaan masyarakat pada pemerintah dan
tokoh pemimpin turut meningkat (Affandi, n.d.).
Politik sendiri tidak bisa terpisah dari keikutsertaan warga negara.
Penyelenggaraan perpolitikan termuat dalam UU Nomor 12 Tahun 2015 berkaitan
dengan jaminan dan perlindungan negara terhadap hak-hak sipil dan politik warga negara,
seperti hak menyampaikan pendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak yang
sama dihadapkan hukum dan pemerintahan serta hak mendapatkan keadilan.
Pendidikan dan pengetahuan umum tentang perpolitikan tidak selalu berasal dan
diperoleh dari Pendidikan formal semata dengan asumsi dengan mengikuti Pendidikan
atau mata kuliah yang berkaitan dengan politik, misalnya Pendidikan kewarganegaraan
atau mata kuliah yang berkaitan dengan Pendidikan politik. Pendidikan mengenai
pancasila dan mata kuliah spesifik pada jurusan tertentu pendidikan kewarganegaraan.
Pembelajaran dan pengetahuan umum berkaitan dengan politik bisa didapatkan melalui
aktifitas serta keterlibatan mahasiswa dalam berorganisasi kemahasiswaan. Berbagai
macam kampus sudah menyediakan fasilitas seperti ini. Dari keorganisasian secara
kampus, fakultas maupun jurusan. Bahkan beberapa kampus besar yang mahasiswanya
berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mereka memiliki organisasi mahasiswa yang
berasal dari satu daerah.
Budiarjo (2008: 19) menuturkan bahwa kegiatan keorganisasian para mahasiswa
memiliki berbagai jenis kegiatan: mempraktekkan berdiskusi berbagai topik yang hangat,
belajar berorasi, melakukan dan menghadiri seminar / talkshow, training, melakukan aksi
lapangan dan berdemonstrasi, melakukan pembelaan hak mahasiswa, melakukan
pemilihan mahasiswa, sidang umum mahasiswa, berbakti sosial, dan lainnya.” Kegiatan
yang disebutkan menggambarkan proses belajar Pendidikan politik para peserta kegiatan
yang notabene adalah mahasiswa yang pada akhirnya dari proses belajar mereka tersebut
mereka diharapkan bisa memiliki sudut pandang yang luas tentang politik yang baik.
Hermawan mengaitkan pengetahuan tentang politik dalam aktifitas
keorganisasian mahasiswa, (2003: 143) dengan Pemahaman para mahasiswa tentang
rumus dan formula pembelajaran politik yang terkumpul melewati proses sosial yang
berkelanjutan dan dipengaruhi oleh unsur-unsur lingkungan sosial yang beraneka warna.
Proses pembelajaran politik (sosialisasi politik) mulai ditanamkan pada situasi terkecil
yaitu keluarga, di sekolah, sumber informasi yaitu mass media, dan keaktifan pada
organisasi mahasiswa (Ormawa). Organisasi kemahasiswaan merupakan wadah bagi
mahasiswa untuk mengembangkan kapasitas kemahasiswaannya berupa aspirasi, inisiasi,
atau gagasan-gagasan positif dan kreatif melalui berbagai kwgiatan yang relafan dengan
tujuan pendidikan nasional serta visi dan misi institut perguruan tinggi itu sendiri yang
bekerja secara organisatoris (Organisasi Kemahasiswaan – Kemahasiswaan, n.d.).
Posisi organisasi kemahasiswaan yang ada di dalam kampus-kampus adalah
sebagai kesempurnaan di luar struktural pada organisasi yang ada di kampus-kampus
yang bekerja sesuai sistem dan peraturan yang telah diputuskan oleh kampus. Manfaat
keorganisasian kemahasiswaan merupakan sebagai wadah dan wahana. Keterwakilan
mahasiswa yang dapat menampung dan menyalurkan ide-ide mahasiswa, memutuskan
garis besar program, dan melakukan berbagai aktifitas yang telah putuskan. Komunikasi

37
ide-ide antar mahasiswa. Mengembangkan potensi dan jati diri mahasiswa sebagai insan
akademik yang lengkap dan utuh. Mengembangkan keterampilan berorganisasi,
manajemen, dan jiwa kepemimpinan. Membina dan mengembangkan jiwa
kepemimpinan yang bisa berpeluang menjadi kader-kader bangsa dimasa depan.
Memelihara dan mengembangkan ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi yang dilandasi
oleh norma-norma akademik, etika, moral, agama, dan berpengetahuan secara
kebangsaan.
Beban keorganisasian kemahasiswaan pada derajat kebebasan dan mekanisme
kerja pada semua aktifitas atau acara yang telah putuskan haruslah: Selalu menjunjung
tinggi nilai-nilai moral dan nilai-nilai akademik. Menjaga amanah dengan sungguh-
sungguh. Menjaga dan melangsungkan keberlangsungan organisasi yang diembannya.
Menjaga citra kampusnya sebagai kampus yang unggul.
Organisasi mahasiswa merupakan central dan wadah yang sangat tepat dalam
pembentukan karakter, sikap sehari-hari para mahasiswa. Pertumbuhan dan kepandaian
berkomunikasi dengan sesama, emosi para mahasiswa, tumbuh dan terasah melalui
realitas keorganisasian. Berdasarkan fakta-fakta yang telah terbukti tersebut jelas sekali
bahwa keorganisasian mahasiswa merupakan wadah untuk pembelajaran politik yang
sangat ideal. Dengan mengikuti kegiatan keorganisasian mahasiswa, kemungkinan besar
dapat memberikan dampak positif terhadap pembelajaran politik secara praktis, entah itu
melalui aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh organisasi sendiri maupun melalui
memperhatikan gejolak politik yang terjadi di masyarakat pada umumnya.
STIT Buntet Pesantren Cirebon adalah satu dari sekian banyak Pendidikan tinggi
swasta di Cirebon. Seperti perguruan tinggi yang lain, STIT Buntet Pesantren Cirebon
memiliki wahana keorganisasian untuk mahasiswa sebagai media untuk mahasiswa
berposes dan mengembangkan karakter secara politis. Ini bisa terbukti dengan melihat
secara langsung keorganisasian mahasiswa yang ada di STIT Buntet Pesantren, seperti
Badan Eksekutif Mahasiswa yang biasa dikenal dengan sebutan BEM. keorganisasian
mahasiswa di kampus STIT Buntet Pesantren Cirebon mempunyai andil dalam
membentuk sudut pandang mahasiswa dan bagaimana sikap mahasiswa dalam menyikapi
berbagai situasi politik di kampus secara khusus maupun negara secara umum,
menyuguhkan pengetahuan kepada mahasiswa dalam pembentukan kepengurusan
organisasi yang ada di kampus.
Lebih dari itu, mahasiswa juga akan bisa menumbuhkan semua talenta dan
keahlian saat berorganisasi dalm proses pembelajaran secara politik, entah itu dari segi
kognitif, pengetahuan yang kritis, attitude, dan mahasiswa yang terampil. Sikap
vandalism sering terjadi jika mahasiswa kurang mendapatkan Pendidikan berpolitik yang
baik entah itu dalam menyikapi kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh para pejabat
kampus maupun para pemangku kebijakan yang ada di pemerintahan. Oleh karena itu,
pendidikan bagaimana berpolitik dengan baik sangat diperlukan lebih-lebih oleh
mahasiswa di lingkungan kampusnya. Seperti ini di support oleh kondisi mahasiswa
sebagai kaum terdidik, ahli waris perpolitikan yang harus terus diwariskan dan
dikembangkan. Pendidikan bagaimana berpolitik dengan baik menjadi urgent bagi
mahasiswa sebagai usaha penyampaian (penanaman) norma-norma wawasan pandangan
warga negara terkait bagaimana proses sistemnya, peraturan serta ketetapan, begitu juga
sesuatu yang diputuskan oleh terkait dalam dunia perpolitikan. Mahasiswa yang bertindak
sebagai salah satu bagian warga negara luas juga mempunyai peran dan mengemban
moral ideologi sebagai ahli waris perjuangan bangsa dan juga tanggung jawab secara
profesional.

38
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (Research of Library) karena
kontennya tentang kumpulan materi yang mendalam pada satu atau beberapa subjek.
Penelitian ini berkaitan dengan sumber utama serta sumber sekunder. Disebut penelitian
kepustakaan karena data atau bahan yang diolah dalam penyelesaian penelitian ini berasal
dari perpustakaan baik berupa buku, ensklopedi, kamus, jurnal, dokumen, majalah dan
lain-lainnya.
Mengikuti garis-garis besar penelitian, referensi bacaan yang dipakai pada
penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua bidang yaitu: (Umar, 2021a, p. 25).
1. Referensi umum yang umumnya terkait tentang formula dan konsep-konsep yaitu
kepustakaan yang bisa disebutkan seperti teks-teks buku, ensiklopedi, monograp, dan
lainnya.
2. Referensi khusus yaitu umumnya berupa artikel junal, penelitian yang berbentuk
buletin, Skripsi dan lain-lain.

Hasil dan Pembahasan


Pendidikan Politik
Secara kebahasaan, pendidikan politik adalah salah satu upaya dengan kesadaran
penuh yang dilaksanakan untuk memperbaiki attitude dan tutur kata mahasiswa,
menjadikan mereka mengikuti proses pembelajaran bagaimana berpolitik dengan baik
bisa membuat mereka menjadi manusia yang paham dan menyeimbangkan hak dan
kewajiban, berpengetahuan luas ke depan dan mempunyai attitude serta bertanggung
jawab dalam menjalani hidup berbangsa dan bernegara.
Akan halnya dengan pembelajaran politik, dalam Instruksi Presiden No.12 tahun
1982 tentang Pendidikan Politik Generasi Muda (1982: 2) dijelaskan bahwa:
“Sejatinya pembelajaran politik bagi kalangan muda ialah serangkaian upaya agar
bisa meningkat dan mantap dalam kesadaran berpolitik dan bernegara guna
menunjang dan merawat pancasila dan UUD 1945 sebagai kultur berpolitik di
Indonesia. Pembelajaran berpolitik juga mestinya sebagai bahan dari proses
dibangunnya kehidupan berpolitik dan berbangsa Indonesia yang sedang
dilaksanakan akhir-akhir ini agar bisa menciptakan satu formula berpolitik yang
benar-benar merata, tenang, dinamis, efektif, dan efisien”.
Berkaitan pembelajaran berpolitik dengan arti yang lebih sederhana, Alfian (1986:
235) menyampaikan bahwa pembelajaran berpolitik bisa dimaknai dengan upaya dengan
kesadaran untuk merubah proses memasyarakatkan berpolitik dengan baik sehingga
masyarakat paham dan benar-benar tahu tentang nilai-nilai yang ada di dalam sistem
berpolitik yang layak yang akan digalakkan. Kartono (1996: 64) juga menyampaikan
bahwa pembelajaran berpolitik adalah usaha pembelajaran yang dengan sengaja serta
terukur untuk menciptakan personal supaya bisa merubah peserta yang bisa dipercaya
secara etis/moral untuk menggapai arah akhir dalam berpolitik.
Berdasarkan uraian beberapa paragraf tersebut di atas, bisa ditarik benang merah
bahwa pendidikan bagaimana berpolitik dengan baik adalah upaya yang dipraktekan
entah dalam ruang resmi atau tidak resmi sehingga ada perubahan attitude dan karakter
diri menjadi insan yang paham serta bisa menemukan nilai-nilai kemanusiaan dalam
sistem berpolitik, yang bisa menyeimbangkan antara tugas tanggung jawab, mempunyai
rasa dan sikap siap menerima kewajiban dan rasa peduli terhadap kemasyarakatan yang
ditunjukkan dengan keikutsertaan di kemasyarakatan dengan mengikuti bermacam-

39
macam aktifitas berpolitik, entah dalam situasi di tengah masyarakat terkecil yaitu
keluarga, entah politik dalam lingkup yang lebih serius yaitu kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Pembelajaran politik yang dianggap cukup penting berdasarkan makna
pentingnya pembelajaran politik itu sendiri, entah itu dilihat dari filosofi, arah,
hubungannya dengan pola pembelajaran yanga ada di Indonesia maupun dari bagian
esensi pengembangan generasi penerus. Ketersambungnya dengan sistem pembelajaran
nasional, pendidikan bagaimana berpolitik yang baik adalah satu proses pembangunan
warga negara yang bisa berkontribusi dalam kehidupan berpolitik hingga akhirnya bisa
ciptakan masyarakat yang sadar berdemokrasi.
Pembelajaran berdemokrasi dalam bentuk pembelajaran berpolitik mesti disusun
secara sistematis dalam sistem pembelajaran nasional secara menyeluruh dan dikreasikan
bisa berinteraksi dengan baik secara fungsi- pedagogy dengan situasi kultur kebiasaan di
dalam serta di luar sekolah. “Proses belajar saat ada di dalam ruangan diberikan
wewenang sebagai ‘laboratory of democratic, saat ada di luar ruangan sebagai
‘democracy micro cosmos’, dan orang-orang sekitar sekolah sebagai ‘democracy of open
global’ (Winataputra, 2001: 37; 2005: 17; 2007: 226)”.
Jadi, mahasiswa harus melibatkan diri di lapangang sebagai pelaku demokrasi
yang bertujuan untuk meramaikan demokrasi, hal ini demi terwujudnya serta terlatihnya
mahasiswa supaya menjadi warga masyarakat yang aktif yang akhirnya mengembangkan
peran yang cerdas berasaskan iman dan takwa, dalam berdemokrasi ala pancasila.
Dari point of view pentingnya mengembangkan penerus yang berkualitas, akan
terlihat hasil Pendidikan saat anggota masyarakat yang masih muda nanti setelah
memiliki posisi bisa membuat kebijaksanaan yang mengikuti nilai-nilai bagaimana
berdemokrasi Pancasila. Diharapkan, semua keputusan pejabat pemerintah harus
berdasarkan atau hasil kesepakatan. Arif saat membuat kebijakan yang akan menjadi
pedoman pedoman dan garis kebijakan itu adalah sesuai dengan jiwa Pancasila
(Darmodihardjo, 1991: 84).
Pembelajaran politik ialah daya dan upaya dalam bentuk pengarahan atau
pembinaan secara sadar dan terarah agar bisa meninggikan ilmu pengetahuan dalam
berpolitik dengan harapan bisa menyukai dan mempunyai koneksi yang tinggi terhadap
Bangsa Indonesia dan mempelajari nilai-nilai yang ada di dalam sistem politik agar bisa
ikut serta bertanggung jawab untuk meraih target politik (Pendidikan Politik (Pengertian,
Fungsi, Bentuk dan Hambatan), n.d.)
Pembelajaran politik adalah satu usaha dengan kesadaran yang dilaksanakan oleh
pejabat pemerintah dan masyarakat umum dengan mengikuti rencana, sistem, serta
dialogis sebagai bahan pembelajaran kemudian menghasilkan berbagai ide, tanda, nilai-
nilai, dan norma norma politik dari satu masa ke masa berikutnya. Manfaat pembelajaran
politik adalah warga negara bisa berlatih untuk peningkatan keikutsertaan kegiatan
politiknya. Lewat pembelajaran politik masyarakat diharapkan mampu bagaimana
mereka menyaring berita dari berbagai sumber berita entah itu elektronik maupun cetak,
mengenalkan kepengurusan perpolitikan, politik secara kelembagaan, pemerintahan
beserta Lembaga-lembaganya
Pembelajaran politik ialah satu proses sebagai upaya mengatur insan masyarakat
supaya bisa paham, memberikan nilai, dan mampu dengan baik dalam pengambilan
kebijakan berbagai masalah dengan tepat, cermat dan rasional, begitu juga dalam
merespon masalah yang biasa maupun isu yang masuk kategori luar biasa. Ilmu yang
mumpuni dalam berpolitik akan membawa masyarakat pada tingkat keikutsertaan yang

40
baik. Dalam berpolitik masyarakat tidak hanya diharuskan berkembang dalam
pengetahuan tapi juga harus mengembangkan aspek attitude dan skill.
Di bawah ini beberapa makna dan pengertian pembelajaran politik dari beberapa
sumber:
a) Berdasarkan Alfian (1981), pembelajaran politik adalah upaya dengan kesadaran
untuk merubah proses bersosialisasi politik masyarakat sehingga mereka mampu
paham dan mempelajari betul nilai-nilai yang ada di dalam sistem politik yang ideal
yang hendak dituju.
b) Sedangkan Kartono (2009) berpendapat bahwa pembelajaran politik adalah upaya
pembelajaran yang dengan sadar dan secara sistem membentuk insan agar bisa
berpartisipasi dan bertanggung jawab secara etika dan moral sebagai upaya mencapai
target politik.
c) Kartaprawira (1988) menyampaikan bahwa pembelajaran politik merupakan usaha
peningkatan ilmu berpolitik masyarakat agar mereka bisa ikut serta secara maksimal
dalam sistem perpolitikan yang ada, sesuai dengan pemahaman kedaulatan rakyat
atau demokrasi bahwa rakyat harus bisa melakukan tugas partisipasinya.
d) Djahiri (1996) menulis bahwa pembelajaran politik adalah pembelajaran atau
pembimbingan, pembinaan masyarakat suatu bangsa agar paham sehingga bisa
mencintai dan memiliki rasa memiliki (sense of belonging) yang cukup terhadap
bangsa dan seluruh perangkat maupun secara lembaga.
Pembelajaran berpolitik tidak mungkin terwujud tanpa perencanaan yang
dilaksanakan secara real di kenyataan atau di kehidupan masyarakat. Di sisi lain,
penyelenggaraan pembelajaran berpolitik pastinya akan terkait yakin dengan bentuk
pembelajaran berpolitik yang akan dilaksanakan di kehidupan masyarakat tersebut. Bisa
dikatakan, bentuk pembelajaran berpolitik mana yang akan dilaksanakan untuk
menyokong terciptanya pembelajaran politik adalah suatu yang sangat urgent untuk
pemerintah suatu Negara, pemerintah memegang peran yang sangat urgent dalam
pelaksanaan pembelajaran politik di dalam sebuah Negara.
Pembelajaran politik bisa dilaksanakan lewat bermacam-macam cara. Penyediaan
pembelajaran berpolitik bukan hanya terbatas pada lembaga seperti institusi formal atau
organisasi saja. Namun dapat dilaksanakan lewat media massa, misalnya printed media
dalam bentuk artikel. Semua bentuk pembelajaran berpolitik sebenarnya bukan sebuah
masalah, ini menandakan semua baik asalkan mampu menggerakkan anggota masyarakat
sehingga pembelajaran berpolitik tersebut dapat merubah anggota masyarakat yang
mempunyai rasa cinta terhadap bangsanya atau mempunyai rasa memiliki (sense of
belonging) yang cukup terhadap bangsa mereka sendiri.

Organisasi Mahasiswa
A college student is someone who is enrolled in or pursuing higher education at
a college, such as Sekolah Tinggi, an academy, an institute, or — the most typical — a
university. Students from other nations have historically had a significant impact on a
nation's history. For instance, in Indonesia in May 1998, hundreds of students were
successful in getting President Suharto to leave from office.(Umar, 2021b).
Dari definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa mahasiswa merupakan sebuah istilah
untuk seseorang yang sedang mengambil Pendidikan yang lebih tinggi di sebuah kampus,
entah itu Sekolah Tinggi, akademi, institute ataupun Universitas. Mahasiswa merupan
elemen yang cukup penting dalam perjalanan sejarah sebuah bangsa. Misalnya ribuan
mahasiswa berkumpul di Jakarta untuk menurunkan Presiden Soeharto di mei 1998.

41
Organisasi adalah satu persatuan dari berbagai individu dengan tujuan sama dan
saling bekerja sama. Organisasi dilahirkan atas kesadaran bersama bahwa untuk
mencapai suatu tujuan perlunya manajemen yang baik dalam mengelola agar mencapai
tujuan yang baik pula. Organisasi kemahasiswaan (Ormawa) merupakan wadah bagi
mahasiswa untuk mengembangkan kapasitas dirinya sebagai mahasiswa berupa aspirasi,
inisiasi, atau gagasan-gagasan positif dan kreatif melalui peran serta dalam berbagai
kegiatan yang relevan (Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan,
2022).
Setiap kampus memiliki keorganisasian yang berbeda-beda. Lebih dari itu,
keorganisasiannyapun bervariasi dan memiliki cakupan tersendiri. Umumnya,
keorganisasian kampus terbagi menjadi setingkat kampus, tingkat fakultas, dan tingkat
jurusan atau program studi (Apa Saja, Sih, Jenis-Jenis Organisasi Kampus? | Indonesia
College Sejak 1993, n.d.). tentu sudah familiar bagi kita dengan organisasi BEM atau
Badan Eksekutif Mahasiswa. BEM ialah keorganisasian umum yang ada di kampus
karena anggotanya berasal dari berbagai latar belakang program atau jurusan.
Keorganisasian ini mengemban tugas seperti: Sebagai perantara penyampaian aspirasi
dari mahasiswa kepada pihak kampus. Mengelola organisasi-organisasi lainnya supaya
tetap bersinergi. Mengorganisir berbagai kegiatan kampus seperti orientasi mahasiswa
baru. Menjalin hubungan baik dan kerja sama dengan BEM kampus lain dan lain-lain.
Pembinaan kegiatan kelompok mahasiswa ialah salah satu pelayanan yang urgent
dari kampus-kampus negeri maupun swasta yang merupakan tanggung jawab para
pejabat kampus-kampus tersebut. Dengan demikian, tidak dibenarkan jika ada kegiatan
kelompok mahasiswa yang dilakukan tanpa ada proses pembimbingan dan pendampingan
yang mencukupi. Demikian juga kampus-kampus, diharapkan mengembangkan kegiatan
kelompok mahasiswa sesuai peraturan dan norma luhur masyarakat terdidik. Kegiatan
kelompok mahasiswa harus bebas dari penyimpangan dan perilaku buruk antara lain
perpeloncoan, intoleransi, pelecehan seksual, kekerasan fisik, dan/atau psikis yang dapat
menimbulkan kecemasan, kekhawatiran, bahkan dapat berakhir dengan trauma atau
korban jiwa.
Malayu (2012: 32) berasumsi bahwa Organisasi adalah satu sistem perserikatan
yang resmi, berpengurus dan kepengurusannya terkordinasi dari satu group yang bahu
membahu Bersama-sama untuk mencapai target tertentu. Organisasi merupakan media
dan wahana saja. Organisasi mahasiswa merupakan salah satu contoh bentuk sebuah
organisasi. Organisasi kemahasiswaan adalah bentuk aktifitas bersama-sama di kampus-
kampus yang diselenggarakan dengan prinsip dari, oleh dan untuk para mahasiswa
(Sukirman, 2004: 72).
Organisasi yang dimaksud adalah sebagai media dan alat mahasiswa untuk
mengembangkan mereka sendiri menjadikan mereka berwawasan, berilmu serta
berpengetahuan, serta mereka berintegritas yang baik. Organisasi kemahasiswaan juga
sebagai media untuk mengembangkan aktifitas tambahan mahasiswa di kampus-kampus
yang termasuk mengembangkan nalar, ilmu, ketertarikan, talenta dan kesukaan
mahasiswa itu sendiri (Sudarman, 2004: 34-35).
Dari uraian tersebut bisa ditarik benang merah bahwa tiap organisasi mestu
mempunyai tiga bagian dasar yaitu adanya kelompok yang mempunyai visi dan misi yang
sama, kemudian mereka bekerjasama dan bertujuan yang sama yang akan dituju. Oleh
karena itu, organisasi adalah media agar para anggota bisa bekerjasama bahu membahu
dalam rangka berupaya mencapai tujuan yang sama. Jadi, bisa ditarik satu benang merah
bahwa organisasi mahasiswa adalah satu group mahasiswa yang mempunyai visi dan misi

42
yang sama, kemudian bahu membahu bersama, di mana upaya bersama tersebut
diputuskan dengan kepengurusan organisasi atau gambaran yang berskema tentang job
description, untuk berupaya mencapai satu target organisasis yang sudah dicanangkan
oleh organisasi. Fungsi organisasi kemahasiswaan menurut UU No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi antara lain:
1. Memberi wadah aktifitas mahasiswa sebagai upaya menumbuhkembangkan talenta,
ketertarikan, dan keunggulan mahasiswa.
2. Meningkatkan creativity, kepekaan, critical thinking, keberanian, dan leadership,
serta rasa bangga dalam berbangsa dan bernegara.
3. Bisa memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan mahasiswa.
4. Menumbuhkembangkan tanggung jawab sosial melalui aktifitas yang bermanfaat
untuk masyarakat.

Kesimpulan
Berangkat dari berbagai uraian di atas, dapat ditarik benag merah bahwa keaktifan
mahasiswa dalam kegiatan keorganisasian di kampus yaitu mahasiswa yang dengan aktif
melibatkan diri pada satu group tertentu atau organisasi yang dituju untuk berusaha
Bersama dalam satu kegiatan agar tercapai target organisasi, mengembangkan bakat,
meluaskan wawasan dan membentuk kepribadian mahasiswa seutuhnya.

BIBLIOGRAFI

Affandi, F. N. (n.d.). Pelaksanaan Pendidikan Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi


Politik Generasi Muda. 21.
Apa Saja, Sih, Jenis-jenis Organisasi Kampus? | Indonesia College Sejak 1993. (n.d.).
Retrieved November 14, 2022, from https://www.indonesiacollege.co.id/apa-
saja-sih-jenis-jenis-organisasi-kampus/
Organisasi Kemahasiswaan – Kemahasiswaan. (n.d.). Retrieved November 14, 2022,
from https://bamawa.isi.ac.id/kemahasiswaan/organisasi-kemahasiswaan/
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan. (2022, March 14).
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia. https://dikti.kemdikbud.go.id/pengumuman/pedoman-
pelaksanaan-kegiatan-organisasi-kemahasiswaan/
Pendidikan Politik (Pengertian, Fungsi, Bentuk dan Hambatan). (n.d.). Retrieved
November 14, 2022, from https://www.kajianpustaka.com/2020/06/pendidikan-
politik.html
Umar, U. (2021a). Peninjauan Kembali Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh Yang Ramah
Siswa di Abad 21. Tsaqafatuna, 3(1), Article 1.
https://doi.org/10.54213/tsaqafatuna.v3i1.57
Umar, U. (2021b). English Learning Difficulties Faced By Santri In Islamic Boarding
School: An Analysis. Journal of English Language and Literature (JELL), 6(2),
Article 2. https://doi.org/10.37110/jell.v6i2.124

43

Anda mungkin juga menyukai