Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Vol. 2, No. 1 Tahun 2019 | Hal. 35 – 40


e-ISSN: 2614-0039

Revitalisasi peran perguruan tinggi dalam menangani gerak radikalisme dan


fenomena melemahnya bela negara di kalangan mahasiswa

Leni Anggraeni a,1*, Cecep Darmawan b,2, Sri Wahyuni Tanshzil c,3
a, b, c
Departemen Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
1
anggraeni@upi.edu ; 2 cecepdarmawan@upi.edu; 3 sriwahyunistanshzil@upi.edu
*
korespondensi penulis

ABSTRAK
Paham radikal semakin merisaukan karena berkembang pada kelompok strategis yaitu pemuda. Penyebaran
melalui media sosial dengan kemunculan hoax serta beberapa situs web radikal menjadi tren baru serta andalan
kaum teroris dalam menyebarkan pahamnya. Gerakan radikalisme sangat masif, terorganisir dan berbahaya. Hal
ini diperparah dengan lemahnya semangat bela negara dikalangan mahasiswa. Oleh karenanya penanganannya
pun harus dilaksanakan secara komprehensif yang salah satunya melalui revitalisasi peran perguruan tinggi di
Jawa Barat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif.
Responden dalam penelitian adalah dosen, pimpinan bidang kemahasiswaan dan mahasiswa pada beberapa
Universitas di Jawa Barat (UPI, Unpad, UIN Bandung, ITB, dan IPB). Tujuan penelitian adalah mengetahui peran
Perguruan Tinggi di Jawa Barat dalam menangani gerak radikalisme dan fenomena melemahnya bela negara
dikalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa peran perguruan tinggi dalam
menangani gerak radikalisme dan fenomena melemahnya bela negara dapat dilaksanakan melalui tiga jalur utama,
yaitu melalui pembelajaran Mata Kuliah Umum (MKU), lembaga kemahasiswaan, dan organisasi kemahasiswaan.
Kata kunci: perguruan tinggi, penanganan gerak radikalisme, mahasiswa

ABSTRACT
Radicalism is increasingly troubling because it develops in strategic groups, namely youth. Spreading through social media with the
emergence of hoaxes and several radical websites has become a new trend and a mainstay of terrorists in spreading their understanding.
The radicalism movement is very massive, organized, and dangerous. It compounded by the weak spirit of defending the country among
students. Therefore, the handling must carried out comprehensively, one of which is through revitalizing the role of universities in West
Java. The approach used in this research is qualitative with descriptive methods. Respondents in the study were lecturers, student
leaders, and students at several universities in West Java (UPI, Unpad, UIN Bandung, ITB, and IPB). The purpose of the study to
determine role of universities in West Java in dealing with the movement of radicalism and the phenomenon of weakening the national
defense among students. Based on the results of the study, it can seen that the role of Higher Education in dealing with the movement
of radicalism and the phenomenon of weakening state defense can carried out through three main channels, namely through General
Courses (MKU), Student Institutions, and Student Organizations.
Keywords: higher education, the encounter of radicalism, student,
Copyright ©2019 Universitas Ahmad Dahlan, All Right Reserved

PENDAHULUAN Kajian Islam dan Perdamaian (BBC, 2011)


menemukan bahwa dikalangan 1000 responden
Hasil Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan pelajar di 100 SMP dan SMA Swasta dan Negeri di
Sosial (LIPI) tahun 2016 mengungkapkan bahwa Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang, 48,9% siswa
pengaruh paham radikal semakin merisaukan mengatakan mereka mendukung aksi kekerasan
karena berkembang pada kelompok strategis yaitu atas nama agama. Hal tersebut merupakan
mahasiswa. Berbagai fenomena bom bunuh diri, beberapa bukti yang mengindikasikan bahwa
terbongkarnya jaringan NII (Negara Islam permasalahan terkait isu radikalisme menjadi isu
Indonesia) beberapa waktu lalu mengingatkan yang strategis dan penting untuk diteliti sebagai
bahwa gerakan radikalisme telah memperluas kajian akademis.
jaringanya melalui kampus dan sekolah, posisinya
yang strategis karena memiliki jangkauan Pada dasarnya, terdapat tiga alasan bahaya
pergaulan yang luas serta otonom menjadi sarana gerakan radikalisme dan terorisme bagi Indonesia
yang paling pas untuk memproliferasi paham yaitu: 1) merupakan kejahatan terorganisir, karena
radikal yang diperjuangkan oleh suatu kelompok adanya jaringan gerakan radikalisme dan terorisme
tertentu (Hanani, 2013). Selain itu, Lembaga yang terdiri dari: penyandang dana, korlap,

http://journal.uad.ac.id/index.php/citizenship
Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

operator lapangan, mobilitas tinggi serta tertutup; dalam penelitian ini tersebar di lima Perguruan
2) bersifat kejahatan lintas negara, karena gerakan Tinggi Jawa Barat, yaitu UPI, ITB, UNPAD, IPB
radikalisme ini merupakan kelompok yang berasal dan UIN Sunan Gunung Djati. Dengan jumlah 502
dari dalam dan luar negeri; 3) akibat yang orang mahasiswa. Teknik pengumpulan data
ditimbulkan dari kejahatan tersebut bersifat luar meliputi: wawancara mendalam (indepth interview);
biasa (extraordinary crime), karena gerakan ini studi literatur; observasi partisipatif.
menciptakan bahaya besar, indiscrimination orang-
orang yang tidak bersalah, menggunakan senjata HASIL DAN PEMBAHASAN
massal, level teroris bersifat nasional dan
international serta membahayakan perdamaian A. Memahami Radikalisme di Kampus
nasional dan internasional (Apriliana, Raharjanti, Kata “radikal” berasal dari kata radix yang
Sulastri, Noviana, & Nur, 2017; Badan Nasional berarti akar. Maksudnya, radikal dapat bermakna
Penanggulangan Terorisme, 2016; Capalbo, 2011; kritis atau berpikir secara komprehensif. Walaupun
Takwin, Mudzakkir, Salim, Ahnaf, & Hamdi, demikian, ada perbedaan konsep tentang makna
2016). Fakta tersebut cukup menjadi sebab bahwa radikal dan radikalisme. Dalam pandangan Simon
kajian terkait upaya deradikalisasi penting untuk Tormy (Azca, 2013, hal. 25), radikalisme
dilaksanakan. Disamping sebagai upaya penguatan merupakan sebuah konsep yang meletakan posisi
nilai-nilai idiil Pancasila, upaya deradikalisasi pun sebagai antitesis dari arus utama (mainstream).
memiliki fungsi sebagai ketahanan dan bela Negara Dalam pandangannya radikalisme tidak memberi
yang merupakan tugas seluruh elemen warga makna gagasan atau argumentasi, tetapi lebih pada
Negara, tidak terkecuali para akademisi. arah sebuah ideologi atau posisi yang menggugat
sesuatu yang telah dianggap mapan, diterima
Penelitian ini merupakan bentuk varian secara umum. Sehingga dalam pandangannya bisa
grand strategy dalam upaya deradikalisasi serta bela saja menjadi “radikal” pada satu periode menjadi
negara sebagaimana yang diamanatkan oleh bersalin pada posisi “mainstream” di era berikutnya
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 yang atau era lain.
dilatarbelakangi oleh realita permasalahan Banyak pakar yang mengemukakan
kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: pandangannya tentang akar kemunculan
munculnya aliran/golongan radikal, disorientasi radikalisme, salah satu diantaranya ialah pendapat
dan belum melembaganya bela negara; dari Ummah (2012, hal. 115) yang menyatakan
keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam tentang faktor utama yang menjadi sebab
mewujudkan nilai-nilai kecintaan terhadap tanah kemunculan radikalisme adalah: pertama, adanya
air; bergesernya nilai etika dalam kehidupan tekanan politik penguasa terhadap keberadaannya.
berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran Munculnya radikalisme di Indonesia disebabkan
terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman oleh adanya otoritarianisme (Azra, 1996, hal. 18);
disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian kedua, adanya emosi keagamaan atau biasa kita
(Pemerintah Republik Indonesia, 2010). Oleh kenal dengan sentimen keagamaan. Hal ini muncul
karena itu diperlukan pendekatan yang bersifat soft sebagai sebuah solidaritas atas kekerasan atau
approach (deradikalisasi) dengan cara counter radical ketidakadilan terhadap saudara oleh kekuatan
ideology melalui penguatan pendidikan bela negara tertentu, dengan dalih membela agama, jihad dan
yang diintegrasikan dalam berbagai kondisi pada mati syahid; ketiga, faktor kultural; keempat, faktor
lingkungan kampus. Pada Mata Kuliah Umum ideologis antiwesternisme. Dalam hal ini simbol-
Pendidikan Kewarganegaraan, rangkaian program simbol asing harus dihancurkan demi menegakan
pada lembaga kemahasiswaan serta organisasi syariat Islam; kelima, faktor kebijakan pemerintah.
kemahasiswaan. Ketidakmampuan pemerintah dalam menjaga
METODE kestabilan ekonomi dan memberikan kesejahteraan
terhadap rakyatnya yang ditopang oleh beberapa
Metode yang digunakan dalam penelitian ini faktor baik, faktor ekonomi, politik, budaya, serta
adalah metode Research and Development (R&D). penegakan hukum menjadi pemicu adanya gerakan
Pemilihan metode tersebut didasarkan pada tujuan – gerakan radikalisme; keenam, media masa.
yang hendak dicapai peneliti, yakni melahirkan lontaran yang kurang baik dari media masa barat
suatu produk berupa media CICOMDI (Civic Comic terhadap Islam , menjadi salah satu alasan
Digital) sebagai upaya Deradikalisasi dan munculnya gerakan radikalisme di Indonesia.
Penguatan Bela Negara bagi Pemuda umumnya Namun pertanyaan berikutnya adalah apa
dan mahasiswa pada khususnya. alasan kemunculan gerakan radikalisme di
Hasil penelitian pengembangan tidak hanya kampus? Apa yang menjadi latarbelakang
pengembangan sebuah produk yang sudah ada, kemunculannya? Gerakan radikalisme di
melainkan juga untuk menemukan pengetahuan lingkungan kampus ini diawali dengan pemahaman
atau jawaban atas permasalahan praktis. Subjek agama yang kurang mendalam dari kalangan

35
Leni Anggraeni, dkk. Revitalisasi peran perguruan tinggi dalam menangani gerak radikalisme dan fenomena melemahnya bela
negara di kalangan mahasiswa

mahasiswa, serta adanya fasilitas dukungan dari dalam proses deradikalisasi yang dilakukan oleh
kondisi biologis mahasiswa yang belum matang Lembaga Kemahasiswaan menjadi sangat strategis,
(Arifuddin, 2016, hal. 453). Mudahnya mahasiswa karena dengan sendirinya mahasiswa tidak akan
mengalami fase krisis identitas menjadi salah satu memikirkan paham-paham radikalisme dan fokus
faktor penentu kecenderungan untuk bergabung pada pengembangan kemampuannya. Selain pada
dengan kelompok radikal. Menurut Wiktorowicz pendekatan kesejahteraan, Lembaga
(2004, hal. 85), dalam situasi ‘krisis identitas’ Kemahasiswaan dan umumnya Institut Teknologi
seseorang biasanya cenderung lebih mudah Bandung harus dapat melakukan deteksi secara dini
mengalami apa yang disebutnya sebagai (early warning) terhadap pergerakan paham radikal
‘pembukaan kognitif’ (cognitive opening): sebuah fase baik yang melalui proses dari atas ke bawah (top-
penting yang dialami oleh seorang aktivis untuk down process) yang dilakukan oleh pihak luar,
bergabung dengan gerakan radikal, yang lazim maupun yang dilakukan dari bawah ke atas (bottom-
diawali dengan sebuah krisis di mana mereka up process) yakni individu sendiri mengeksplorasi
mengalami ketidakpastian, termasuk menyangkut paham radikal melalui berbagai sumber sehingga
identitas diri, sehingga mereka menjadi mudah dirinya terinfiltrasi (Ramadhan, 2016).
menerima kemungkinan ide-ide dan pandangan- Pada aspek pembelajaran departemen MKU
pandangan hidup baru. Proses ‘pembukaan memegang peran penting dalam proses
kognitif’ misalnya terjadi sebagai buah dari deradikalisasi atau boleh dikatakan menjadi ujung
persinggungan dan pergaulan dengan ajaran-ajaran tombak kegiatan deradikalisasi, karena
kelompok Islam radikal, baik yang bercorak politik, pembelajarannya menyeluruh kepada semua
salafi maupun jihadi (Azca, 2013, hal. 40). mahasiswa, pembelajaran departemen MKU
memiliki banyak aspek seperti aspek keagamaan,
B. Peran Strategis Perguruan Tinggi dalam kenegaraan, politik maupun hukum yang bertujuan
Menangani Gerak Radikalisme Mahasiswa untuk membentuk mahasiswa yang mempunyai
kesadaran akan hidup berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan Kegiatan pembelajaran ini menjadi sangat penting
melalui wawancara, studi dokumentasi serta karena dalam proses pembelajaran akan mengubah
literasi, dapat diketahui bahwa kekuatan perguruan mahasiswa dari segi kognitif, afektif dan
tinggi di Jawa Barat dalam mengurangi kegiatan psikomotor. Sehingga akan terjadi perubahan
radikalisasi yang berada di dunia kampus, tingkah laku mahasiswa sesuai dengan yang
dilaksanakan melalui tiga lembaga strategis, yaitu tercantum dalam Pancasila dan Undang-Undang
Departemen MKU, lembaga kemahasiswaan dan Dasar 1945. Selain itu, departemen MKU juga
organisasi kemahasiswaan. Ketiga lembaga di mengadakan suatu kegiatan diluar jam pelajaran,
perguruan tinggi ini memiliki tugas dan fungsi yang seperti ada simposium kebangsaan dengan
berbeda, baik dari segi kelembagaan maupun secara menghadirkan pemateri yang ahli dalam bidang
substansial. Dari unsur kelembagaan kampus, kenegaraan. Hal ini tentu akan menambah fungsi
peran Lembaga Kemahasiswaan memiliki dari Departemen MKU menjadi sangat penting
pengaruh yang sangat strategis untuk memberikan dalam melakukan bela negara bagi mahasiswa,
pengetahuan mengenai kenegaraan kepada karena dilihat dari sumber pembelajaran tidak
mahasiswa. hanya dari buku, akan tetapi langsung dari tokoh
Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh yang memegang peran penting dalam kehidupan
Lembaga Kemahasiswaan dilakukan melalui tiga berbangsa dan bernegara.
pendekatan yaitu pendekatan keilmuan, Dalam pelaksanaan kegiatan deradikalisasi
kesejahteraan dan keprofesian. Hal ini dipandang yang dilakukan departemen MKU supaya lebih
sebagai cara yang efektif untuk mencegah paham optimal harus adanya sinergitas antara setiap mata
radikalisme masuk pada dunia kampus karena jika kuliah yang ada di departemen MKU, karena
menggunakan pendekatan yang bersifat hukum, hal persoalan bela negara menyangkut banyak unsur
tersebut dirasa kurang manusiawi dan cenderung baik kenegaraan, sosial, agama, hukum maupun
bersifat indoktrinasi, maka perlu melakukan politik. Sehingga jika terjadi perbedaan pandangan
pendekatan lain, seperti pendekatan kesejahteraan dalam pelajaran, akan mengakibatkan kontradiksi
agar mahasiswa bisa lebih fokus untuk memahami dalam pembelajaran yang mengakibatkan
kenegaraan dengan baik. Sehingga dapat mahasiswa kebingungan mencari sumber yang
disimpulkan bahwa pendekatan yang dilakukan tepat.
oleh perguruan tinggi sebagai upaya deradikalisasi Departemen MKU dalam optimalisasi
pada mahasiswa, tidak hanya dilakukan melalui kegiatan bela negara perlu mengembangkan suatu
cara-cara keilmuan dari segi keagamaan atau model pendidikan yang dapat mencegah pada suatu
kenegaraan, akan tetapi menyentuh pada ranah desain utuh yang memuat kerangka pandang yang
kesejahteraan mahasiswa dan pengembangan mendasar (philosophical foundation) terhadap Islam,
profesi mahasiswa. Pendekatan kesejahteraan materi, model pembelajaran, serta lingkungan yang

36
Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

dapat menumbuhkan pengetahuan dan sikap yang berbeda dalam menjalankan kegiatan bela
pengakuan, toleran dan kooperatif terhadap pihak negara bagi mahasiswa. Dikaitkan dengan
yang berbeda baik karena alasan agama, paham kewajiban perguruan tinggi sebagaimana yang
keagamaan, budaya dan lain sebagainya tercantum dalam Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang
(Ramadhan, 2016). Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Dari unsur mahasiswa tentu peran yang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “perguruan
sangat strategis dipegang oleh ormawa, karena tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
secara ruang lingkup bukan hanya pada ranah penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat”.
departemen atau fakultas, akan tetapi pada seluruh Maka seyogiannya perencanaan yang dilakukan
ranah kampus. Kegiatan yang dilakukan oleh oleh perguruan tinggi harus berorientasi pada
ormawa menurut pandangan Tim Peneliti lebih tridharma perguruan tinggi atau dapat diartikan
fokus pada ranah praktik dari pada ranah konsep bahwa perencanaan kegiatan deradikalisasi
dan teori, terutama yang dilakukan oleh mahasiswa harus menyangkut pada aspek
kementerian Sosial Politik yang memiliki program pendidikan, penelitian dan pengabdian pada
kerja yang khas dengan penyampaian aspirasi masyarakat. Perencanaan deradikalisasi yang
mahasiswa yaitu melalui aksi demonstrasi. menyangkut kedalam pendidikan, penelitian dan
Kegiatan ini tidak bisa dianggap sebagai kegiatan pengabdian akan berdampak baik, bukan hanya
yang bersifat radikal, karena demonstrasi pada terciptanya budaya damai di lingkungan
merupakan bagian dari hak menyatakan pendapat perguruan tinggi, akan tetapi terciptanya budaya
dan hal itu tercantum dalam Undang-Undang damai di lingkungan masyarakat karena dampak
Dasar 1945. Hal ini menandakan bahwa kegiatan- dari penelitian dan pengabdian mahasiswa
kegiatan yang dilakukan oleh ormawa merupakan dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
kegiatan yang positif selama dijalankan sesuai Upaya penguatan kegiatan bela negara yang
dengan peraturan yang berlaku, justru hal ini sangat dilakukan oleh Lembaga Kemahasiswaan
baik sebagai kontrol terhadap negara dalam dilakukan melalui: 1) melalui evaluasi program
menerapkan setiap kebijakannya. tahun lalu, 2) berorientasi pada kebutuhan
mahasiswa, 3) akses kejuaraan bagi mahasiswa, 4)
C. Upaya yang Dilakukan oleh Perguruan koordinasi dengan para wakil dekan bidang
Tinggi Negeri di Jawa Barat dalam akademik, dan 5) koordinasi dengan wakil rektor
Memberikan Penguatan Bela Negara bagi bidang akademik. Kegiatan perencanan ini dapat
dilihat dalam dua aspek, yaitu secara kelembagaan
Mahasiswa maupun secara substansi. Secara kelembagaan
tentu ini sangat baik, karena faktor sistem lembaga
Memberikan penguatan bela negara bagi akan menentukan keberhasilan dalam perencanaan
kalangan pemuda yang dilakukan oleh perguruan kegiatan, maupun pada saat pelaksanaan. Selain
tinggi, dilakukan oleh tiga komponen yakni itu, pada aspek substansial dengan melihat
lembaga kemahasiswaan, departemen mata kuliah kebutuhan mahasiswa, ini merupakan cara yang
umum dan organisasi kemahasiswaan. Dalam baik agar kegiatan yang dilakukan dapat diterapkan
proses penguatan terhadap bela negara, maka secara efektif dan efisien. Secara teknis
penting untuk membuat perencanaan yang baik perencanaan kegiatan bela negara lembaga
sebagai upaya memberikan penguatan bela negara kemahasiswaan tidak ada yang berbeda dengan
dikalangan pemuda. Suatu kegiatan bela negara perencanaan umum dalam setiap kegiatan yang
yang baik perlu dilakukan dengan perencanaan dilakukan oleh lembaga-lembaga di perguruan
yang matang, agar dalam pelaksanaannya dapat tinggi. Akan tetapi, yang harus menjadi perhatian
diukur tingkat keberhasilannya, serta setiap khusus dari lembaga kemahasiswaan dan
tindakan yang terjadi dalam pelaksanaan dapat perguruan tinggi secara umumnya yaitu harus
terkontrol dengan baik, sehingga kegiatan bela adanya kegiatan yang bertujuan untuk mengkritisi
negara dapat berjalan dengan efektif dan efisien. karya-karya yang dihasilkan dalam konteks
Perencanaan memegang peranan penting kenegaraan seperti peraturan dan kebijakan
dalam berbagai kegiatan yang dilakukan, termasuk pemerintah, saat ini perguruan tinggi belum berani
kegiatan bela negara, karena dengan adanya membuat kegiatan yang bertujuan untuk
perencanaan kegiatan, jika dalam pelaksanaannya mengkritisi peraturan dan kebijakan pemerintah,
berbeda maka dapat diminimalisir potensi padahal hal tersebut merupakan kegiatan yang
kegagalannya. Perguruan tinggi di Jawa Barat harus dilakukan oleh perguruan tinggi (Susanti,
memiliki tiga lembaga yang berkaitan dengan 2013).
proses perencanaan kegiatan bela negara, yaitu Dampak dari perencanaan kegiatan yang
Lembaga Kemahasiswaan, Departemen Mata tidak berorientasi pada mendekatkan kehidupan
Kuliah Umum dan Organisasi Kemahasiswaan. mahasiswa dengan kebijakan-kebijakan
Ketiga lembaga ini mempunyai tugas dan fungsi pemerintah, membuat mahasiswa secara insiatif

37
Leni Anggraeni, dkk. Revitalisasi peran perguruan tinggi dalam menangani gerak radikalisme dan fenomena melemahnya bela
negara di kalangan mahasiswa

membuat kegiatan pengkajian terhadap peraturan pembelajaran sangat penting karena seorang
dan kebijakan atas dasar yang kurang ilmiah. pendidik sejenius apapun punya keterbatasan.
Sehingga muncul gerakan-gerakan mahasiswa yang Keterbatasan tersebut harus disadari sepenuhnya
ingin menentang peraturan dan kebijakan tanpa untuk diantisipasi agar ketika di tengah peserta
dasar yang ilmiah, sehingga hanya didasarkan pada didiknya mampu menjadi motivator dalam proses
cara berpikir radikal yang ingin mengubah tataran pembelajaran yang mencerdaskan (Sholeh, 2007).
kenegaraan secara cepat. Dalam mencegah kegiatan pemikiran radikalisme
Kegiatan deradikalisasi yang dilakukan oleh peran dari Departemen MKU sangat strategis,
perguruan tinggi khususnya yang dilakukan oleh karena dilakukan secara berkelanjutan dalam satu
Lembaga Kemahasiswaan sangat baik, melakukan semester dan dengan pertemuan yang intensif.
kegiatan deradikalisasi dengan pendekatan Pencegahan yang dapat dilakukan oleh
keprofesian dan hasil yang didapat memang sangat Departemen MKU ini termasuk dalam tiga aspek,
baik. Akan tetapi dalam membangun negara tentu sebagaimana pendapat Marzuki (Rakhmawati,
lepas dari unsur pemahaman mahasiswa mengenai 2012, hal. 93–94) radikalisme terdiri dari tiga
kenegaraan, maka Lembaga Kemahasiswaan selain tingkatan, yaitu: tingkat pertama adalah radical in
untuk melakukan kegiatan yang bersifat mind (radikal dalam pemikiran), tingkat kedua
keprofesian harus juga menguat pelatihan-pelatihan radical in attitude (radikal dalam perilaku), dan
terhadap mahasiswa yang berorientasi pada tingkat ketiga adalah radical in action (radikal dalam
pengembangan pengetahuan mahasiswa mengenai tindakan). Pada tingkat radikal dalam pemikiran,
kenegaraan, karena perguruan tinggi menjadi perencanaan yang dilakukan oleh Departemen
wahana yang strategis untuk melakukan MKU harus berorientasi pada pengembangan
pelatihanyaitu sebagai pusat pelatihan manusia kognitif mahasiswa baik dari unsur kenegaraan
(Susanti, 2013). maupun unsur keagamaan, maka perlu ada
Pada tataran pembelajaran yang dilakukan sinergitas dalam proses perencanaan antara mata
oleh departemen mata kuliah umum (MKU) sama kuliah Pendidikan Kenegaraan dengan mata kuliah
dengan perencanaan yang dilakukan pada mata Agama dan Etika yang disesuaikan dengan
kuliah lainnya, akan tetapi yang menjadi fokus dari kepercayaan mahasiswa. Pada tingkat radikal
perencanaan pembelajarannya yaitu melihat dalam perilaku, maka perencanaan pembelajaran
karakteristik mahasiswa yang berbeda dengan harus berorientasi pada aspek afektif, hal ini
mahasiswa sosial. Pentingnya melihat karakteristik menjadi penting karena rasa saling memiliki (sense
mahasiswa, karena pembelajaran yang baik harus of belonging) antar warga negara harus senantiasa
dapat disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa, diajarkan secara berkelanjutan. Jika perencanaan
karena hal ini akan mengakibatkan cara pemilihan pada tahap ini berjalan dengan baik, maka
model pembelajaran dan strategi mengajar. Ini selanjutnya perencanaan Departemen MKU perlu
menandakan bahwa perencanaan yang dilakukan fokus pada aspek psikomotor karena dapat
oleh Departemen MKU sangat penting dalam mencegah radikal dalam tindakan yang dilakukan
proses pembelajaran yang akan dilakukan, oleh mahasiswa.
mengingat materi Dari unsur mahasiswa perencanaan yang
Pembelajaran harus disesuaikan dengan dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan
konteks keagamaan dan kenegaraan. Dalam menunjukkan adanya pembelajaran berorganisasi
perencanaan kegiatan deradikalisasi yang yang sangat baik, dimana perencanaan kegiatan
dilakukan oleh Departemen MKU menjadi unsur yang dilakukan untuk satu tahun kedepan
yang sangat penting terutama di perguruan tinggi, berdasarkan visi dan misi yang telah dibuat, hal ini
karena pada mata pelajaran MKU terdapat menandakan adanya haluan yang jelas bagi
pelajaran humaniora. Sebagaimana Point c Pasal 4 organisasi dalam menjalankan kegiatannya. Selain
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 itu, setiap program kegiatan organisasi
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi kemahasiswaan disesuaikan dengan keadaan dan
menyatakan bahwa fungsi perguruan tinggi yaitu kebutuhan mahasiswa, sehingga kehadiran ormawa
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara filosofis merupakan bentuk dari
dengan memperhatikan dan menerapkan nilai kehendak seluruh mahasiswa peran dan fungsinya
humariona. Secara hukum positif yang ada di dapat dirasakan. Hal ini menjadi penting karena
Indonesia peran dari Departemen MKU sangat kegiatan yang nantinya akan dilakukan, sangat
sentral dalam menerapkan nilai-nilai kemanusiaan, dekat dengan mahasiswa, sehingga ormawa
maka setiap perencanaan yang dilakukan oleh menjadi sangat strategis peran dan fungsinya dalam
Departemen MKU perlu menguatkan unsur kegiatan deradikalisasi. Dalam penguatan kegiatan
kemanusiaan dalam setiap pelajarannya. Kegiatan bela negara yang dilakukan oleh organisasi
deradikalisasi yang dilakukan oleh Departemen kemahasiswaan dengan cara melibatkan setiap
MKU, dimulai dengan perencanaan kegiatan, unsur mahasiswa, hal ini menjadi penting karena
berupa perencanaan pembelajaran. Perencanaan pelaku organisasi kemahasiswaan bersentuhan

38
Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

langsung dengan kehidupan kampus. Maka peran intelektual, moral dan keterampilan. Selain itu,
dari organisasi kemahasiswaan ini menjadi sangat organisasi kemahasiswaan berkerja berdasarkan
sentral untuk melakukan deteksi dini adanya keadaan dan kebutuhan mahasiswa, sehingga
pemikiran radikalisme yang masuk pada dunia kehadiran ormawa yang secara filosofis merupakan
kampus. Deteksi dini dari ancaman paham bentuk dari kehendak seluruh mahasiswa dapat
radikalisme dimulai dari adanya rasa memiliki terlealisasikan dengan baik.
mahasiswa terhadap perguruan tinggi, karena
dengan cara ini mahasiswa dapat melakukan UCAPAN TERIMA KASIH
tindakan untuk mencegah paham radikalisme Penelitian ini didukung oleh Kementerian
masuk ke dunia kampus. Hal tersebut didasarkan Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui
pada penelitian Ramadhan (2016, hal. 50–51) yang Program Penelitian Dasaran Unggulan Perguruan
mengungkapkan bahwa dunia pendidikan memang Tinggi Tahun Anggaran 2019. Peneliti pun
sangat rentan untuk dijadikan lahan dimensi mengucapkan terimakasih kepada LPPM UPI,
ideologi radikal. Karena sikap terlalu terbuka, para responden yang telah memberikan informasi
akhirnya para pembawa ideologi radikal dapat berharga serta seluruh pihak yang telah mendukung
masuk lewat kegiatan ekstrakulikuler keagamaan. dan membantu terlaksananya penelitian ini.
Hal ini akan berdampak buruk pada terbentuknya
watak yang monolitik, keras dan gemar DAFTAR PUSTAKA
menyalahkan orang lain.
Hasil penelitian Ramadhan tersebut Apriliana, D. P., Raharjanti, A. I., Sulastri, A.,
menandakan bahwa perencanaan yang dilakukan Noviana, D., & Nur, N. (2017). Respons
oleh organisasi kemahasiswaan jangan hanya mahasiswa terhadap kebijakan deradikalisasi
terfokus pada kegiatan-kegiatan formal, akan tetapi pemerintah. Academica, 1(1), 96–109.
harus dapat hadir dalam setiap kehidupan yang ada Arifuddin. (2016). Pandangan dan pengalaman
di kampus, sehingga akan munculnya peran dari dosen UIN Alauddin Makassar dalam upaya
organisasi kemahasiswaan dalam penerapan mengantisipasi gerakan islam radikal di
kegiatan-kegiatannya. Secara menyeluruh kegiatan kalangan mahasiswa. Al-Ulum, 16(2), 435.
perencanaan kegiatan bela negara yang dilakukan https://doi.org/10.30603/au.v16i2.160
oleh Institut Teknologi Bandung merupakan cara
deteksi dini mengenai penyebaran paham Azca, M. N. (2013). Yang muda yang radikal:
radikalisme di dunia kampus, serta merupakan refleksi sosiologis terhadap fenomena
upaya mengembangkan model pendidikan yang radikalsime pemuda muslim pasca orde baru
berupaya untuk mencegah paham-paham di Indonesia. Ma’Arif, 8(1), 14–44.
radikalisme masuk pada dunia kampus. Hal Azra, A. (1996). Pergolakan politik Islam: dari
tersebut sesuai dengan pendapat Arifin fundamentalisme hingga post-modermins.
(Ramadhan, 2016, hal. 66) yang mengharuskan Jakarta: Paramadina.
adanya deteksi dini dan pengembangan model
pendidikan di perguruan untuk mencegah paham Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
radikalisme. (2016). Strategi menghadapi paham radikalisme
terorisme - ISIS. Diambil dari
http://belmawa.ristekdikti.go.id/wp-
KESIMPULAN content/uploads/2016/12/Strategi-
Menghadapi-Paham-Radikalisme-
Berdasarkan uraian dalam artikel ini, maka
Terorisme.pdf
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; 1) peran
strategis yang dilakukan Perguran Tinggi dalam BBC. (2011). Survei: hampir 50% pelajar setuju
menangani gerak radikalisme dilaksanakan melalui tindakan radikal - BBC News Indonesia.
tiga jalur utama, yaitu jalur pendidikan melalui Diambil 1 Maret 2020, dari
Mata Kuliah Umum (MKU), Rangkaian program https://www.bbc.com/indonesia/berita_ind
pada Lembaga Kemahasiswaan Kampus serta onesia/2011/04/110426_surveiradikalisme
organisasi kemahasiswaan; 2) Upaya bela negara
Capalbo, R. (2011). Global education brief. In
yang dilaksankan oleh kampus bertitik tolak dari
Globalization. Diambil dari
tiga jalur strategis kampus dengan pengoptimalan
http://www.globalization101.com/uploads/
peran serta fungsinya masing – masing, yaitu
File/Education/Education.pdf
Implementasi pembelajaran MKU yang
Mengembangkan nilai – nilai kemanusiaan serta Hanani, A. F. (2013). Fenomena radikalisme pada
menjunjung tinggi toleransi diatas pluralitas yang kaum muda. Ma’Arif, 8(1), 4–13.
ada, program lembaga kemahasiswaan
dilaksanakan melalui pengembangan serangkaian Pemerintah Republik Indonesia. (2010). Kebijakan
program pro mahasiswa dengan basic penguatan nasional: pembangunan karakter bangsa

39
Leni Anggraeni, dkk. Revitalisasi peran perguruan tinggi dalam menangani gerak radikalisme dan fenomena melemahnya bela
negara di kalangan mahasiswa

tahun 2010-2025. In Pemerintah Republik


Indonesia.
Rakhmawati, R. (2012). Pola pengasuhan santri di
pondok pesantren dalam mengantisipasi
radikalisme agama (studi perbandingan pondok
pesantren ummul mukminin dan pesantren
pondok madinah). Univeritas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Ramadhan, H. (2016). Deradikalisasi paham
keagamaan melalui pendidikan Islam rahmatan
lil’alamin: Studi pemikiran Pendidikan Islam KH.
Abdurrahman Wahid. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Sholeh, M. (2007). Perencanaan pembelajaran
mata pelajaran geografi tingkat SMA dalam
konteks KTSP. Jurnal Geografi: Media
Informasi Pengembangan dan Profesi
Kegeografian, 4(2).
Susanti, R. (2013). Penerapan Pendidikan Karakter
Di Kalangan Mahasiswa. AL-Ta lim, 1(6),
480–487.
https://doi.org/10.15548/jt.v20i3.46
Takwin, B., Mudzakkir, A., Salim, H., Ahnaf, M.
I., & Hamdi, A. Z. (2016). Studi tentang
toleransi dan radikalisme di Indonesia:
pembelajaran dari 4 daerah, Tasikmalaya,
Jogyakarta, Bojonegoro Dan Kupang. Jakarta:
Infid.
Ummah, S. C. (2012). Akar radikalisme di
Indonesia. Humanika, 12(1), 112–124.
Wiktorowicz, Q. (2004). Introduction: Islamic
activism and social movement theory (Q.
Wiktorowicz, Ed.). Bloomington &
Indianapolis: Indiana University Press.

40

Anda mungkin juga menyukai