Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIK MEMBUAT RANCANGAN PENELITIAN

(TUGAS DIKUMPULKAN SAAT UAS TANGGAL 23 JUNI 2021)

Nama : SILFI NISFIYANI 11180480000107


Kelas : IH 6A
Judul : GERAK PENYEBARAN FAHAM RADIKALISME SUDAH SAMPAI
PADA TINGKATAN PELAJAR
A. Latar Belakang Masalah
(1,5 halaman)

Perbincangan panas yang semakin hari semakin menggetarkan negri,yaitu faham faham
radikalisme yang sampai saat ini masih sangat mengkhawatirkan seluruh warga Indonesia.
Semakin menyebar dengan halus dan perlahan yang sangat meresahkan semua kalangan.
Yusuf al-Qardawi memberikan istilah radikalisme dengan istilah al-Tatarruf al-Dini.
Radikalisme mempraktikkan ajaran agama dengan mengambil posisi tarf atau pinggir.
Biasanya adalah sisi yang berat, memberatkan dan berlebihan. Sehingga akan menimbulkan
sikap keras dan kaku1
Idiologi yang berkembang saat ini akan terus berkembang dan saling mempengaruhi antara
satu idiologi dengan idiologi yang lain. Biasanya ideologi radikal akan berkembang secara
subur dan cepat membesar di daerah-daerah dimana masyarakatnya merasa terpinggirkan.
Mereka merasakan bagaimana keadilan itu benar-benar diwujudkan oleh pemerintah bagi
semua rakyatnya2 . Maka dari situ banyak perbincangan mengenai masalah ini dari setiap
sudut.
Namun, sejatinya radikalisme adalah satu tahapan atau satu langkah sebelum
terorisme3 . Meskipun minoritas muslim di Indonesia yang sudah terdoktrin faham faham
ini,namun tetap saja sangat berbahaya untuk semua kalangan. Karen kekerasan adalah hal
yang mereka lakukan. Kekerasan akan semakin membengkak kalau hanya didiamkan saja.
Semakin maraknya faham radial di Indonesia dengan banyaknya para remaja dan pemuda
yang ikut terdoktrin dengan faham ekstrim ini. banyak dari para remaja yang ikut terdoktrin
karena mudahnya dan besarnya akses sosial media.
Hal yang lebih memprihatinkan adalah masuknya faham faham radikal ini
sudah masuk pada dunia pendidikan. Para mahasiswa dan siswa yang masih berada dalam
proses pencarian identitas diri dan tahap belajar mengenal banyak hal, menjadi sasaran yang
paling strategis untuk memperkuat gerakan radikalisme keagamaan ini. Terlebih lagi, posisi
strategis mahasiswa dan siswa yang mempunyai jangkauan pergaulan luas dan relatif otonom,
dianggap oleh gerakan radikal sebagai sarana yang paling pas dan mudah untuk
memproliferasi paham-paham radikal yang mereka perjuangkan4 .
Sangat rentan penyebaran pada pelajar muda. Berbeda dengan hal nya
mahasiswa yang sudah lebih banyak memiliki pengetahuan dan pengalaman dibandingkan
dengan para pelajar SMA,SMP, atau bahkan SD. Proses pendidikan disekolah pun merupakan
hal penting dalam pembentukan karakter pelajar, terutama dalam menangkal faham radikal.

1
Didin Wahyudin,’ Pendidikan Aswaja Sebagai Upaya Menangkal radikalisme’, Vol. 17, No. 2, November 2017,
Hal 10.
2
Nur Khamid,”Bahaya Radikalisme terhadap NKRI”, MillatīJournal of islamic studies andhumanities, Vol
1,No.1,Juni 2016 hal. 1
3
Fajar Riza Ul Haq, ‘Fenomena Radikalisme di Kalangan Kaum Muda’, Maarif Vol 8 No.1,Juli 2013,hal 5.
4
Ibid.
Pendidikan merupakan usaha sengaja untuk mendewasakan manusia muda menjadi manusia
yang bertanggung jawab dan memiliki kemampuan tertentu sebagai penerus kebudayaan5 .
Ketika pelajar dan generasi muda yang nantinya akan menjadi pemimpin
bangsa di berbagai tingkatan dan bidang ini sudah terinfiltrasi pemahaman radikal, kita tentu
patut menyatakan keprihatinan terhadap nasib bangsa Indonesia ke depan. Tentu banyak
faktor yang menyebabkan fenomena radikalisme dikalangan kaum muda ini, mulai dari soal
ekslusifisme paham keagamaan, krisis identitas, aksi identitas, hingga soal gejala krisis sosial-
budaya-ekonomi dan politik6 .
Banyak dari semua kalangan yang ikut turun untuk mengatasi kasus ini. baik
itu dari ormas,pemerintah,pengusaha, dan semua kalangan masayarakat. Semua hal yang tidak
diinginkan baru akan dapat terwujud jika semua kompak bekerja sama. Saling membahu
untuk mengatasi ini. dari ormas sendiri sudah banyak melakukan edukasi. Bahkan ada yang
ikut membantu mengedukasi melalui sosial media. Yang mana sosial media sudah menjadi
salah satu faktor penyebaran.
Peran pemerintah sudah banyak dilakukan,screening kepada para ASN,
Menteri Agama Fachrul Razi memiliki cara untuk mengatasi paham radikalisme. Kementerian
Agama akan menyisir masjid-masjid dan memberi peringatan kepada pengurus masjid.
Begitupun masyarakat yang banyak sudah bergerak bersama. Namun faham ini masih terus
saja menjalar bahkan sampai pelajar pun ikut terpapar. Maka dari itu,peneliti mengambil
topik ini untuk diteliti lebih dalam masalah ini dan diberi judul “GERAK PENYEBARAN
FAHAM RADIKALISME SUDAH SAMPAI PADA TINGKATAN PELAJAR”.
B. Pokok masalah penelitian
(Maksimal 1/3 halaman)
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, bahaya yang sangat
fatalketika semua yang di khawatirkan itu benar benar real dilakukan oleh seluruh pelajar
yang ada di indonesia. maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. penyebaran radikal dikalangan pelajarSMA,SMP dan SD melalu pendidikan sekolah
2. penyebaran radikal pelajar pada sosial media
3. dotrin faham radikal melalui lingkar pertemanan
4. penyebaran radikal melalui lingkungan keluarga
5. celah penyebaran faham radikal yang lengah diperhatikan

Mengingat luasnya cakupan masalah regulasi pada kasus radikalisme yang ada di Indonesia,
maka ruang lingkup permasalahan penelitian ini dibatasi. Dalam hal ini penulis membatasi
permasalahan dalam ranah penangan penyebaran faham radikalisme yang ada di Jakarta
Selatan, yang ditinjau berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2018. Kasus pembunuhan
yang terjadi belakangan ini juga merupakan buah dari penyebaran faham radikalisme yang
menjalar pada tingkatan anak di bawah umur yang measih menempuh tingkatan pelajar
tingkat universitas
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah
dipaparkan. Maka pertanyaan penelitian dalam permasalahan penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
a. mengapa faaham radikalisme bisa cepat menjalar pada tingkatan pelajar

5
Zulfani Sesmiarni, “membendung radikalisme dalam dunia pendidikan melalui pendekatan brain based
learning”, IAIN Bukittinggi, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015,hal 233.
6
Abdul Munip, “Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah”, Jurnal Pendidikan Islam :: Volume I, Nomor 2,
Desember 2012/1434,hal. 24.
b. apa tindakan selanjutnya yang lebih tepat untuk membrantas faham radikalisme
c. sudah relatifkah negara memberikan peraturaan tentang penyebaran faham radikalisme
d. seberapaa peduli negara terhadap kasus radikalisme
C. Kajian Kepustakaan
(maksimal 1 halaman)
Radikalisme di Indonesia sudah banyak terjadi di hampir setiap lapisan baik sekolah, oknum
pebisnis, hingga kepemerintahan. Adanya geliat untuk mengganti ideologi Pancasila dan
sistem di Indonesia membuat oknum-oknum yang berkepentingan melakukan berbagai macam
cara hingga ke cara-cara yang bertentangan dengan hukum. Namun pada hakikatnya aksi
radikal dan teroris harus kita antipati pada momen-momen tertentu seperti menjelang pilkada,
pileg dan pilpres karena kekuatan-kekuatan yang tidak terkendali bisa saja terjadi pada
momen itu. Hal yang kasat mata harus ditanggulangi secara serius adalah menaggulangi
teroris. UU Nomor 15 Tahun 2003 pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa Tindak Pidana
Terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Penggati Undang-Undang. Perbuatan yang dimaksud
adalah perbuatan melawan hukum secara sistematis dengan maksud untuk menghancurkan
kedaulatan bangsa dan Negara dengan membahayakan bagi badan, nyawa, moral, harta benda
dan kemerdekaan orang atau menimbulkan kerusakan umum atau suasana teror atau rasa takut
terhadap orang secara luas, sehingga terjadi kehancuran terhadap lingkungan hidup,
peradaban, rahasia dan negara, kebudayaan, pendidikan, perekonomiaan, teknologi,
perindustrian, fasilitas umum, atau fasilitas Internasional.

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti menyertakaan beberapa hasil
penelitian terdahulu sebagai perbandingan tinjauan kajian materi yang akan dibahas, sebagai
berikut :
1. Jurnal ditulis oleh Nur Khamid Pada Jurnal yan itulis Nur Khamid yang berjudul
“Bahaya Radikalisme terhadap NKRI” tahun 2016,pada milati journal of muslim
and humanities ini membahas seperti apa dampak besar maupun kecil faham
radikalisme bagi NKRI. Yang bertujuan untuk mengedukasi secara mendalam
bahaya faham radikalisme. Dalam buku ini menjelaskan secara umum akan
bahayanya penyebaaran faham radikalisme bagi NKRI. Jelas ini sangat luas
cakupan pembaahasan yang di berikan oleh Nur Khamid.
2. Jurnal ditulis oleh Miranda Fajar Riza Ul Haq Pada jurnal yang berjudul
“Menghalau Radikalisme Kaum Muda” tahun 2019 ini membahas dengan detail
seperti awal awal penyebaran faham radikalisme di kalangan paaraa kaum
muda,dan seperti apa cara menghalau dari faham radikal sendiri menyebar
dikalangan kaum muda secara umum.
3. Jurnal ditulis oleh Didin Wahyudin Jurnal karangan Didin wahyudin ini berjudul
“Pendidikan Aswaja Sebagai Upaya Menangkal Faham Radikalisme” jurnal ini
ditulis pada tahun 2017. Berisikan tentang salah satu upaya untuk menangkal
faham radikalisme di Indonesia ialah dengan pendidikan tentang aswaja. Yang
mana memang dangat berpengaruh untuk menangkal dari faham raddikal tersebut
di Indonesia.

4. Jurnal ditulis oleh Miranda Zulfani Sesmiarni Jurnal karangan zulfani ini berjudul
“Membendung Radikalisme Dalam Dunia Pendidikan Melalui Pendekatan Brain
Based Learning ” jurnal ini dibuat pada tahun 2015. Pada jurnal menerangkan cara
efektif dalam dunia pendidikan melalui melalui pendeatan Brain Based Learning
yang sangat efektif digunakan bagi dunia pendidikan sekolah.

D. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
(maksimal 3-4 baris)
Jenis Penelitian dalam penelitian skripsi ini termasuk pada jenis penelitian Hukum Normatif.
Penelitian hokum normatif adalah penelitian yang diejawantahkan dalam kata-kata,
didasarkan pada norma atau aturan. Dengan kata lain, penelitian hukum normatif adalah
penelitian yang menggunakan data-data bersifat normatif.

2. Pendekatan penelitian
(maksimal 3-4 baris)
Berdasarkan Jenis Penelitian yang Peneliti pilih, peneliti melakukan satu pendekatan
penelitian berupa Pendekatan Peraturan Perundang-undangan (Statute Approach) yang berarti
pengumpulan data yang di dasarkan pada Hukum Positif atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam hal ini yang diambil adalah Undang-Undang , Peraturan Daerah yang
berlaku dan Peraturan yang lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

3. Data yang dibutuhkan


(maksimal 6-7 baris)
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data Primer dan data sekunder yang mana
Data Primer adalah :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2019.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2003.
c. Undang-undang nomor 15 tahun 2003
d. Undang-Undang Pasal 1 Terorisme
e. Undang-Undang Pasal 12 A
Sedangkan data sekunder adalah bahan hukum meliputi bahan-bahan dan memberikan
penjelasan dalam teori-teori yang dikemukakan para ahli hukum di dalam literatur-literatur,
makalah-makalah, artikel ilmiah, surat kabar dan sebagainya.

4. Sumber (asal) data/bahan data


(maksimal 3-4 baris)
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yakni Sumber Data
Primer dan Sumber Data Sekunder dan sedikit memuat bahan hukum tersier sebagai tambahan
yakni dokumentasi publik mengenai masalah Tindak Pidana pada pelaku penyebaran faham
radikal dan terorisme bagi anak pelajar dan lainnya.

5. Populasi dokumen dan Teknik memilih sampel


(maksimal 5-6 baris)
Populasi dan sampel penelitian yaitu berdasarkan metode induksi yaitu suatu metode yang
merupakan jalan tengah antara cara meneliti dengan hanya satu bukti saja dan cara meneliti
semua bukti-bukti yang ada. Pada penelitian ini berdasarkan sampel kasus terkait tindak
pemboman terorimse dan penyebaran faham melalui media media teknologi.
6. Metode pengumpulan data
(maksimal 6-7 baris)
Prosedur pengambilan dan pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan
menggunakan cara, yakni :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu dengan melakukan penelitian
terhadap berbagai sumber bacaan yaitu bukubuku, majalah hokum, pendapat para
sarjana, peraturan undangundang, dan juga bahan-bahan kuliah.
b. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu dengan melakukan penelitian kelapangan
pada pemboman dan penyebaran faham. Hukuman yang di jerat bagi pelaku.
Alasan peneliti mengambil dan mengumpulkan data adalah banyaknya sumber bacaan yang
dapat menunjang penelitian ini, dibutuhkan Penelitian Kepustakaan dan Lapangan terkait
metode pengumpulan data.

7. Metode analisis
(maksimal 3-4 baris)
Setelah pengambilan dan pengumpulan data selesai maka dilakukan analisis data. Data yang
diperoleh secara analisis deskriptif yang artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam
bentuk penjelasan dan uraian kalimat-kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk
diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan mengenai penyebaran faham radikalisme yang sudah
sampai pada tingkat pelajar pelajar.

Anda mungkin juga menyukai