ABSTRAK
Radikalisme merupakan suatu paham yang sangat berbahaya jika berkembang
dikalangan remaja. Oleh karena itu dalam mencegah bahaya radikalisme ini tidak
cukup jika hanya menggunakan jalur hukum, polisi, dan pemerintahan saja, akan
tetapi juga perlu melibatkan dunia pendidikan. Pendidikan disini yang dimaksud
adalah pendidikan di sekolah formal, mengapa demikian, karena pendidikan formal
merupakan pendidikan yang dilaksanakan dengan cara yang teratur, konsisten,
sistematis, direncanakan, dan mempunyai jenjang sehingga lebih terarah. Berangkat
dari kasus tersebut peneliti berkesempatan untuk mengadakan penelitian di SMP
Negeri 1 Ngoro. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi
data, data display dan verifikasi. Hasil penelitian adalah: (1) langkah-langkah
pembelajaran PAI dalam mencegah radikalisme di mulai dengan (a) Pendahuluan,
salam, berdoa dan mengulang dengan singkat materi yang kemarin, (b)
Penyampaian materi baru kemudian anak diuji satu per satu di hadapan guru (c)
Pembelajaran ditutup dengan do’a dan pemberian motivasi ataupun kuis-kuis
kepada siswa. (2) strategi pembelajaran PAI dalam mencegah radikalisme dilakukan
dengan dua cara: (a) dilakukan pembelajara PAI didalam kelas. (b) pembelajaran
dalam mencegah radikalisme diluar kelas yaitu melalui pendekatan kepada siswa,
melakukan pembiasaan-pembiasaan yang dapat membentuk pribadi siswa, membuat
kelas khusus diluar jam sekolah untuk menjelaskan bahaya radikalisme, melakukan
acara-acara keagamaan salah satunya dengan upacara peringatan hari santri,
peringatan isro’ mi’roj, dan juga membuat buku pribadi siswa yang berisi tentang
tata tertib sekolah dan juga point-point pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Menurut Fauzi Nurdin, paham radikalisme tidak sesuai dengan ajaran Islam
karena cara-cara yang digunakan bersifat revolusioner, artinya membalikkan nilai
kebaikan yang ada secara drastis dengan kekerasan serta diikuti aksi-aksi yang
ekstrim. Akan tetapi apa yang dilakukan ini diatas namakan rakyat dan untuk rakyat
dengan tujuan agar apa yang disampaikan dan dilakukan dapat diterima oleh
masyarakat.1
Menurut Desmita, aksi-aksi ekstrim ini sering dilakukan oleh para remaja.
Misalnya tawuran antar pelajar, tawuran antar geng motor, dan baru-baru ini yang
terjadi pada kasus Audrey. Semua ini terjadi karena masa remaja merupakan masa
dimana emosi mereka masih sangat labil, dan dimasa inilah mereka cenderung lebih
mudah dipengaruhi pemikirannya dalam berbagai hal, dan mereka langsung
mempercayainya tanpa menyikapinya secara kritis.2 Oleh karena itulah masa remaja
1
A. Fauzi Nurdin, Islam dan Perubahan Sosial (Semarang: Reality Press, 2005), 16.
2
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang Tua dan Guru
dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD,SMP,SMA (Bandung: Rosda, 2009), 37.
sering kali menjadi sasaran dalam penyebaran radikalisme, tidak hanya remaja saja
yang menjadi sasaran mereka, bahkan tidak jarang anak dibawah umur pun menjadi
target dalam penyebaran radikalisme.
Radikalisme ini merupakan suatu paham yang sangat berbahaya jika
berkembang dikalangan remaja. Oleh karena itu dalam menangkal bahaya
radikalisme ini tidak cukup jika hanya menggunakan jalur hukum, polisi, dan
pemerintahan saja, akan tetapi juga perlu melibatkan dunia pendidikan. Pendidikan
disini yang dimaksud adalah pendidikan di sekolah formal, mengapa demikian,
karena pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan dengan cara
yang teratur, konsisten, sistematis, direncanakan, dan mempunyai jenjang sehingga
lebih terarah.3
Pendidikan formal yang lebih cocok disini adalah dalam materi pendidikan
agama Islam. Mengapa demikian, karena pendidikan agama Islam dijadikan sebagai
model pendidikan yang mengajarkan dan menanamkan ideologi yang memahami,
menghormati, dan menghargai harkat dan martabat manusia tanpa membeda-
bedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, tanpa melihat
status sosial mereka, tanpa melihat apakah mereka kaya ataupun miskin. Dengan
demikian, akan terjalin sikap saling mendengar, menghormati, dan menghargai
pendapat untuk menemukan jalan terbaik dalam mengatasi berbagai macam
problema yang dihadapi.4
Peranan seorang guru sangat penting dalam menangkal radikalisme, terutama
seorang guru PAI, karena guru PAI dapat memberikan pemahaman tentang aqidah
Islam secara benar dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai kebhinekaan dan
kebangsaan sebagai bekal untuk mencegah terjadinya konflik antar umat Islam atau
antar umat beragama, dengan kata lain guru PAI diibaratkan sebagai dokter dan
pendidikan agama Islam sebagai obatnya sedangkan lingkungan sekolah sebagai
salah satu rumah sakitnya.5 Dan pendidikan agama Islam seperti inlah diharapkan
dapat menangkal radikalisme pada kalangan remaja di lingkungan sekolah. Selain
itu juga perlu dukungan dari orang tua dalam proses menangkal radikalisme
dilingkungan rumah dintaranya adalah orang tua mengawasi pergaulan anaknya
dirumah, dengan siapa anaknya berteman dan dengan siapa anakanya bergaul, dan
memastikan juga apakah setiap hari anaknya benar-benar pergi ke sekolah atau
tidak, dan jika ada sesuatu yang janggal dengan anaknya maka segera konfirmasi
3 Qurrotul Aniyah dan Moch. Sya’roni Hasan, Kehidupan Pluralisme Dan Penangkalan
Radikalisme (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al – Urwatul Wutsqo Jombang)
Proceedings: International Conference on "Islam Nusantara, National Integrity, and World
Peace" 2018), 329.
4
Moch. Sya’roni Hasan, Internalisasi Nilai Toleransi Beragama Di Masyarakat (Sidoarjo:
Kanaka Media, 2019), 42.
5
Z. Aqib, Profesionalisme Dalam Pembelajaran (Surabaya: Cendekiawan, 2002), 22.
Moch. Sya’roni Hasan dan Nurul Chumaidah
38
Jurnal Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman
Vol. 6, No. 1, Maret 2020
METODE PENELITIAN
Penulisan ini bertujuan: (1) mendiskripsikan langkah-langkah pembelajaran
PAI dalam mencegah radikalisme di SMP Negeri 1 Ngoro. (2) untuk mengetahui
strategi pembelajaran PAI dalam mencegah radikalisme. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Metode
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.6
Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, data display dan verifikasi.
Sedangkan untuk mengecek keabsahan data meliputi perpanjangan pengamatan,
ketekunan penelitian dan trianggulasi.7 Selanjutnya Instrumen Penelitian meliputi
wawancara dan observasi dijelaskan seperti dalam tabel di bawah ini:
No Jenis Informan Pertanyaan
Instrumen
1 Wawancara Guru a. Bagaimana langkah-langkah
pembelajaran PAI yang dilakukan di
SMP Negeri 1 Ngoro ?
b. Bagaimana strategi pembelajaran
yang dilakukan di SMP Negeri 1
Ngoro ?
c. Metode apa saja yang digunakan guru
PAI dalam proses pembelajaran ?
d. Apakah di SMP Negeri 1 Ngoro ini
ada indikasi yang mengarah pada
radikalisme ?
e. Apa yang dilakukan guru PAI untuk
menangkal radikalisme?
6
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2014), 37.
7
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta. 2013),
guru yang satu dengan guru yang lain berbeda-beda sesuai dengan tujuan,
media, metode dan evaluasi yang dilakukan oleh masing-masing guru.
Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi secara langsung yang
dilakukan di SMP Negeri 1 Ngoro ini maka diperoleh data tentang langkah-
langkah pembelajaran PAI yng dilakukan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru 1 selaku guru PAI di SMP
Negeri 1 Ngoro yang menyatakan bahwa :
“langkah-langkah pembelajaran PAI dalam mencegah bahaya
radikalisme yang saya lakukan adalah saya selalu mengaitkan materi yang
sedang dipelajari dengan pengalaman dalam kehidupan nyata. Misalnya
pada bab toleransi jika dikaitkan langsung dalam kehidupan maka akan
mudah dipahami oleh siswa. Jika kita bersatu maka pekerjaan seberat
apapun akan menjadi ringan, begitu juga dengan sebaliknya pekerjaan yang
mudah namun jika dikerjakan dengan adanya pertengkaran akan menjadi
berat. Dengan mengaitkan materi dengan kehidupan masyarakat akan
mudah dimengerti oleh siswa”.
Hal yang sama disampaikan oleh guru 2 selaku guru PAI juga yang
menyatakan bahwa :
“langkah-langkah pembelajaran yang saya lakukan sebenarnya sama
seperti guru yang lain, Cuma bedanya kalau saya sebelum pembelajaran di
mulai saya selalu mensosialisasikan bahayanya kekerasan terutama bagi
kalangan remaja, bahayanya tawuran yang disebabkan karena tidak adanya
toleransi dan juga tidak adanya sikap saling menghargai antara teman yang
satu dengan teman yang lain terutama dengan yang berbeda agama. Dengan
ini diharapkan siswa dapat menjaga hubungan baik antara teman baik
sesama agama maupun beda agama“.
Pendapat lain dikemukakan oleh guru 3 selaku waka kurikulum yang
menyatakan bahwa :
“Langkah-langkah pembelajaran PAI yang dilakukan di SMP Negeri 1
Ngoro ini sama seperti langkah-langkah pembelajaran pada umumya, yaitu
sesuai dengan yang sudah ditulis di RPP, akan tetapi kalau langkah-langkah
pembelajaran PAI dalam mencegah radikalisme ini saya lakukan dengan
cara menceritakan tujuan awal masuknya agama Islam yaitu untuk rahmatan
lil’alamin yaitu untuk kemaslahatan umat. Oleh Karena itu Allah tidak suka
orang yang bersikap kasar dan suka memaksakan kehendaknya. Dengan ini
diharapkan siswa memiliki rasa persaudaraan dan persatuan dan menolak
adanya radikalisme”.
Berdasarkan dari wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti diatas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
pembelajaran PAI dalam mencegah radikalisme yang dilakukan di SMP
8
Abdulloh, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Yogyakarta, Ar-ruzz Media,
2010), 51.
9 Rusman, Manajemen Kurikulum,(Jakarta, Rajawali Pers, 2008), 114-118.
10
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 130-131.
11
Mulyono. Strategi Pembelajaran (Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global),
(Malang: UIN-Maliki Press. 2012), 29-30.
12
Abuddin Nata, Sosiologi Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2014).
13
Mulyono, Strategi Pembelajaran, 7.
Moch. Sya’roni Hasan dan Nurul Chumaidah
54
Jurnal Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman
Vol. 6, No. 1, Maret 2020
SIMPULAN
Langkah-langkah pembelajaran PAI dalam mencegah radikalisme di SMP
Negeri 1 Ngoro : a). Tahap pendahuluan yaitu guru memberikan sosialisasi tentang
radikalisme dan bahayanya terutama bagi kalangan remaja yang dikaitkan dengan
materi PAI. b). Tahap pelaksanaan, dengan terealisasinya sikap toleransi siswa lebih
jarang berselisih pendapat maupun bertengkar dengan sesama teman. c). Tahap
evaluasi, yaitu dengan menilai perilaku sikap siswa setelah dilakukan sosialisasi
bahaya radikalisme dan pentingnya bertoleransi.
Stategi pembelajaran PAI dalam mencegah radikalisme yang di lakukan di
SMP Negeri 1 Ngoro menggunakan strategi pembelajaran tidak langsung, yaitu
strategi yang menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa belajar dengan
membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dengan bantuan guru
sebagai fasilitator. Strategi ini dilakukan melalui dua cara yaitu : a). Strategi didalam
kelas, dilakukan melalui tujuan pembelajaran, media pembelajaran, metode
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. b). Strategi di luar kelas, ini dilakukan
melalui pendekatan kepada peserta didik, dan menerapkan pembiasaan-pembiasaan
yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.
Aniyah, Qurrotul dan Moch. Sya’roni Hasan, Kehidupan Pluralisme Dan
Penangkalan Radikalisme (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al – Urwatul
Wutsqo Jombang) Proceedings: International Conference on "Islam
Nusantara, National Integrity, and World Peace" 2018.
Aqib, Z. 2002. Profesionalisme Dalam Pembelajaran. Surabaya: Cendekiawan,
Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang Tua
dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD,SMP,SMA. Bandung:
Rosdakarya.
Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: RajaGrafindo
Persada,
Hasan, Musohihul. "Nilai‐nilai Pendidikan Islam dalam Maulid Nabi Muhammad
SAW." Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman 1.1 (2015): 180-213.