Anda di halaman 1dari 79

1

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) MELALUI

MEDIA GOOGLE CLASSROOM DI TENGAH PANDEMI COVID-19

di SMAN 4 BOJONEGORO

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :

RAHAYU LESTARI PUTRI

NIM : 2017.5501.01.04245

NIRM: 2017.4.055.0101.1.004142

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO

2021
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Salah satu komponen dalam hidup yang paling urgen yakni

pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan akan terus berjalan semenjak manusia

berada di dunia hingga berakhirnya kehidupan.1 Melalui pendidikan, manusia

dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut Kompri, pendidikan

merupakan kegiatan penyelenggaraan pengembangan diri pada peserta didik

yang bertujuan agar mereka menjadi manusia paripurna sesuai dengan tujuan

yang telah ditentukan dan dilakukan secara sadar oleh pendidik.2 Hal tersebut

menandakan bahwa manusia tidak dapat lepas dari pendidikan. Pun,

pendidikan juga sangat melekat dalam diri manusia, sehingga tidak dapat

dipisahkan satu sama lain.

Adapun tujuan pendidikan tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1) yang berbunyi,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan spiritual

1
Benni Setiawan, Agenda Pendidikan Nasional: Analisis Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2008), hlm. 11.
2
Kompri, Manajemen Pendidikan : Komponen Elementer Kemajuan Sekolah, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2017), hlm. 15.
3

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan

usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk mencetak generasi unggul yang

memiliki budi pekerti luhur, taat pada agama serta kepada Tuhan Yang Maha

Esa serta kelak diharapkan dapat berkonstribusi positif bagi agama, nusa dan

bangsa.

Menurut Sri Minarti, Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan

yang memiliki ciri khas islami yang memfokuskan pada pemberdayaan umat

berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis.4 Selain itu, menurut Muhaimin yang

dikutip oleh Mahmudi menyatakan, bahwa Pendidikan Agama Islam

berupaya mendidik agama Islam atau ajaran Islam serta nilai-nilainya agar

menjadi pandangan serta sikap hidup seseorang.5 Dalam proses pembelajaran

PAI, diharapkan pendidik dapat membuat pembelajaran menjadi lebih

bermakna, sehingga peserta didik dapat menghayati serta mengamalkan nilai-

nilai PAI dalam kehidupan sehari- hari. Pun, hal tersebut nantinya tidak

hanya menyentuh aspek kognitif peserta didik saja, melainkan juga pada

aspek afektif dan psikomotoriknya.

Namun, berdasarkan kenyataan di lapangan, problematika

pembelajaran PAI masih hangat untuk diperbincangkan, khususnya di tingkat

3
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Online),
(http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf, diakses 14 November 2020).
4
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam : Fakta Teoritis- Filosofis & Aplikatif- Normatif, (Jakarta:
Amzah. Cet.2 2016), hlm. 25.
5
Mahmudi, “Pendidikan Agama Islam Dan Pendidikan Islam Tinjauan Epistemologi, Isi, Dan
Materi” dalam Jurnal Ta‟dibuna: Pendidikan Agama Islam, no. 1 (Mei 2019): hlm. 92
4

Sekolah Menengah Atas (SMA). Banyak dijumpai peserta didik yang masih

kesulitan dalam membaca dan menulis Al-Qur‟an6, motivasi belajar PAI

tergolong rendah dibandingkan dengan belajar ilmu umum, metode

pembelajaran PAI yang digunakan oleh pendidik cenderung monoton,

minimnya penggunaan media pembelajaran yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor, sehingga kurang menarik perhatian peserta didik.

Selain itu, nilai- nilai PAI yang diajarkan kepada peserta didik di

sekolah cenderung lebih sedikit dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Apalagi di era digital saat ini, usia- usia tingkat SMA mudah sekali

terpengaruh ke dalam hal- hal negatif, baik dari faktor lingkungan internal

maupun eksternal. Hal ini sesuai dengan pemaparan Al- Mighwar dalam buku

Psikologi Remaja, bahwa usia remaja merupakan masa transisi sekitar usia10

hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Masa ini

merupakan pencarian identitas diri sehingga remaja mudah terpengaruh dan

semakin senang menghabiskan waktu di luar keluarga.7 Dengan demikian,

peserta didik perlu dibekali dengan aspek spiritual yang kuat.

Fakta di lapangan secara umum, kenakalan remaja khususnya pelajar,

kian hari kian meningkat. Pertama, kasus penyalahgunaan narkotika. Pada

tahun 2018, kalangan pelajar ditemukan sebanyak 2,29 juta.8 Kemudian, pada

tahun 2019, kasus meningkat menjadi 2,93 juta. Hal ini menandakan bahwa

6
Susiana, “Problematika Dalam Pembelajaran PAI di SMKN 1 Turen” dalam Jurnal Al-Thariqah :
Jurnal Pendidikan Islam, no. 1 (Juni 2017): hlm. 74
7
Muhammad Al- Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm.80.
8
Pusat Penelitian Data dan Informasi Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Penggunaan
Narkotika di Kalangan Remaja Meningkat, (Online), (https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-
kalangan-remaja-meningkat/, diakses 24 Desember 2020).
5

ada kenaikan 28% dalam kurun satu tahun.9 Kedua, kasus pergaulan seks

bebas. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang

dikutip dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan, pada tahun 2012 menunjukkan

sekitar 9,3% atau setara dengan 3,7 juta remaja mengaku pernah melakukan

hubungan seksual pranikah. Kemudian, pada tahun 2017, mengalami

peningkatan yakni 50% remaja laki- laki dan 30% perempuan pun mengaku

pernah melakukan hubungan seksual pranikah.10 Ketiga, kasus minum-

minuman keras (miras). Pada November 2020, terdapat 223 remaja yang

terkena kasus miras.11

Berdasarkan fakta di atas, hal tersebut menunjukkan salah satu

indikator bahwa pengamalan PAI pada peserta didik dalam kehidupan sehari-

hari cenderung masih rendah. Kendati demikian, hal tersebut tidak berlaku

untuk semua peserta didik, karena faktor internal (keluarga) yang yang baik

tentu akan menunjang tumbuh kembang peserta didik menjadi lebih baik.

Pada dasarnya, pembelajaran PAI lebih banyak mengajarkan praktik

daripada teori. Hal tersebut karena pembelajaran PAI berorientasi pada 3

9
Badan Narkotika Nasional (BNN) Mengatakan Penggunaan Narkoba di Generasi Muda Naik
Hingga 28 persen, (Online), (https://news.detik.com/berita/d-4600731/bnn-penyalahgunaan-
narkoba-di-generasi-muda-naik-28-persen, diakses 21 Desember 2020)
10
Rasid Ansari, “Media Komik Sebagai Alternatif Media Promosi Kesehatan Seksualitas Remaja”
dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan, no.1 (Maret 2020): hlm. 11.
11
https://nasional.tempo.co/read/1405505/ruu-larangan-minuman-beralkohol-polri-catat-ada-223-
kasus-karena-mirashttps://nasional.tempo.co/read/1405505/ruu-larangan-minuman-beralkohol-
polri-catat-ada-223-kasus-karena-miras
6

(tiga) hal, yaitu penguasaan ilmu (science), pengetahuan (knowledge) serta

nilai-nilai (values) sebagai sebuah transformasi pendidikan.12

Guna mencapai ketiga aspek tersebut, tentu dibutuhkan proses

pembelajaran yang ideal, yakni pembelajaran yang diselenggarakan di

sekolah. Selain itu, kehadiran guru memiliki peran yang strategis sebagai role

model yang baik di hadapan peserta didik.

Hal tersebut senada dengan pendapat Munandar yang dikutip oleh Ni

Nyoman Purwati, bahwa pembelajaran yang dikondisikan mampu mendorong

kreativitas peserta didik secara keseluruhan, membuat peserta didik aktif,

mencapai tujuan pembelajaran secara efektif serta berlangsung dengan

menyenangkan.13

Namun, semenjak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia, sistem

kebijakan pendidikan di Indonesia mengalami perubahan. Proses

pembelajaran yang awalnya konvensional (offline) di sekolah sekarang

beralih ke daring (online) dari rumah. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 202014 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat

Penyebaran Corona Virus Deseas (Covid-19). Selain itu, Bupati Bojonegoro

Anna Muawanah juga mengeluarkan Surat Edaran Nomor 338/ 999/ 412201/

12
Masmuallim, “Paradigma Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berwawasan Integratif”
dalam Jurnal Insania: Jurnal Pendidikan Agama Islam, no. 2 (Mei- Agustus 2013): hlm. 189-190.
13
Ni Nyoman Parwati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Depok: PT. Raja Grafindo
Persada, 2018), hlm. 108
14
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Terbitkan Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari
Rumah, (Online), (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia)
(kemdikbud.go.id), diakses 4 Desember 2020).
7

2020 tanggal 2 Juni 2020 tentang Perpanjangan Pelaksanaan Kebijakan

Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Virus Corona (Covid-19).15

Pandemi Covid-19 membawa transformasi baru bagi Pendidikan

Agam Islam. Adanya pandemi, pendidik dan peserta didik dituntut untuk

cakap dalam memanfaakan teknologi serta mampu bertahan (survive) dari

virus berbahaya tersebut. Kendati demikian, diberlakukannya sekolah daring,

justru menjadi salah satu penyumbang problematika baru pada pembelajaran

PAI. Hal tersebut dibuktikan adanya kendala- kendala yang timbul akibat

pembelajaran secara daring di antaranya, tidak semua rumah tangga memiliki

smartphone, tidak ada sinyal (blank spot)16, tugas lebih menumpuk, banyak

distraction ketika sedang belajar17, guru dituntut melek teknologi, menyajikan

pembelajaran secara aktif dan menarik. Selain itu, menurut Syafitri yang

dikutip oleh Muhammad Ilham, bahwa pembelajaran daring hanya sebatas

transfer pengetahuan (transfer of knowledge), sehingga mengakibatkan

pemahaman siswa kurang mendalam dan berdampak pada kurangnya

pengamalan PAI dalam kehidupan sehari- hari.18

15
Imam Nurcahyo, Pemkab Bojonegoro Perpanjang Masa Belajar di Rumah Hingga Batas Waktu
Yang Belum Ditentukan, (Online), (https://beritabojonegoro.com/read/20102-pemkab-bojonegoro-
perpanjang-masa-belajar-di-rumah-hingga-batas-waktu-yang-belum-ditentukan.html), diakses 04
November 2020).
16
Andy Satria, Pembelajaran Daring Banyak Kendala, Guru dan Siswa Banyak Tak Siap,
(Online), (link di wa)
17
Kompas Corner, Hambatan dan Solusi Saat Belajar Daring Dari Rumah, (Online), (link di wa)
18
Muhammad Ilham Saefulmilah, “Hambatan- Hambatan Pada Pelaksanaan Pembelajaran
Daring Di SMA Riyadhul Jannah Jalancagak Subang” dalam Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial,
no.3 (November 2020): hlm.399.
8

Pembelajaran dapat diartikan sebagai pola umum yang ditetapkan oleh

seorang pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan.19 Apalagi di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pendidik

diharapkan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Hal tersebut sebagai

upaya menghasilkan perubahan perilaku, pengetahuan, wawasan, dan

pengalaman positif pada peserta didik.20 Guna mencapai keberhasilan

pembelajaran PAI tersebut, di antaranya disebabkan oleh kemampuan seorang

pendidik dalam menyiapkan pembelajaran yang sesuai.21 Dengan demikian,

diharapkan tujuan pembelajaran pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

dapat tercapai.

Adapun salah satu SMAN yang terletak di Bojonegoro, yakni SMAN

4 Bojonegoro melaksanakan pembelajaran PAI melalui media Google

Classroom di tengah pandemi Covid-19. Google Classroom merupakan

layanan web gratis yang dikembangkan oleh Google untuk sekolah, yang

bertujuan sebagai penyederhanaan membuat, mendistribusikan, dan menilai

tugas tanpa harus bertatap muka.22 Melalui Google Classroom, pendidik juga

dapat membuat forum diskusi. Selain itu, pendidik dapat mengunggah

19
M. S. Sumantri, Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), hlm. 7
20
Mujamil Qomar, Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). (Jakarta: Erlangga,
2018), hlm.29.
21
Nana Saodih Sukamdinata, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosda karya, 2006), hlm. 191.
22
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Definisi Google Classroom, (Online), (https://id.wikipedia.org/
diakses 06 November 2020.
9

berbagai tugas yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dengan tenggang

waktu yang ditentukan guru.23

Kendati demikian, perlu adanya manajemen pembelajaran yang

matang, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta evaluasi

secara berkala yang harus dilakukan oleh pendidik. Selain itu, perlu adanya

solusi atau masukan- masukan dari stakeholder dari pihak SMAN 4

Bojonegoro agar pembelajaran PAI lebih mengarah tidak hanya aspek

kognitif, melainkan aspek afektif dan psikomotoriknya juga mengalami

peningkatan ke arah yang lebih baik. Diharapkan, agar pembelajaran PAI

melalui media Google Classroom dapat terlaksana sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Berdasarkan konteks penelitian di atas, peneliti merasa perlu dan

tertarik untuk mengangkat judul “PEMBELAJARAN PAI MELALUI

GOOGLE CLASSROOM DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI

SMAN 4 BOJONEGORO.”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang telah dikemukakan, fokus penelitian

yang peneliti ajukan adalah:

1. Bagaimana pembelajaran PAI melalui media Google Classroom di tengah

pandemi Covid-19 di SMAN 4 Bojonegoro?

23
Siti Qomariah, Nursobah, dkk, “Implementasi Pemanfaatan Google Classroom untuk
pembelajaran di Era Revolusi 4.0, (dipresentasikan dalam Seminar Nasional Hasil Pengabdian
Kepada Masyarakat 2019. Pontianak. 29 Juli 2019), hlm. 227
10

2. Bagaimana solusi atau upaya dari stakeholder pihak SMAN 4 Bojonegoro

agar tujuan pembelajaran PAI melalui media Google Classroom di tengah

pandemi Covid-19 dapat tercapai?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai fokus penelitian, peneliti mengemukakan adanya dua tujuan yaitu:

1. Untuk mengetahui pembelajaran PAI melalui media Google Classroom di

tengah pandemi Covid-19 di SMAN 4 Bojonegoro.

2. Untuk mengetahui solusi atau upaya dari stakeholder pihak SMAN 4

Bojonegoro agar tujuan pembelajaran PAI melalui media Google Classroom

di tengah pandemi Covid-19 dapat tercapai.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yakni :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini sebagai sumbangsih keilmuwan bagi pendidikan, khususnya

pada pembelajaran PAI melalui media Google Classroom di tengah Pandemi

Covid-19.

2. Manfaat praktis

a) Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pengetahuan, khususnya

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI melalui pembelajaran

dengan media Google Classroom di tengah Pandemi Covid-19.

b) Bagi pendidik
11

Upaya memberikan masukan guna meningkatkan kualitas pembelajaran PAI

melalui pembelajaran dengan media Google Classroom di tengah Pandemi

Covid-19.

c) Bagi peserta didik

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai pemicu semangat belajar peserta didik

dalam pembelajaran PAI melalui media Google Classroom di tengah

Pandemi Covid-19.

d) Bagi perpustakaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian-penelitian yang

akan mendatang.

e) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi khazanah pengetahuan terkait bidang kajian

pembelajaran PAI melalui media Google Classroom di tengah Pandemi

Covid-19 di SMAN 4 Bojonegoro.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Guna menghindari kemungkinan kesalahan dalam penafsiran

pembaca, maka peneliti memberikan ruang lingkup penelitian. Adapun ruang

lingkup penelitian ini mencakup hal-hal berikut, yakni :

1. Obyek penelitian ini adalah pembelajaran PAI melalui media Google

Classroom di tengah pandemi Covid-19.

2. Subyek penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Pendidik

PAI dan Peserta didik di SMAN 4 Bojonegoro.

3. Lokasi penelitian ini di SMAN 4 Bojonegoro.


12

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan digunakan sebagai pedoman serta diharapkan

penelitian ini menjadi terarah. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian

ini terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN yang berisi konteks penelitian, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,

sistematika penulisan, keaslian penelitian serta definisi istilah tentang

pembelajaran PAI melalui media Google Classroom di tengah pandemi

Covid-19 di SMAN 4 Bojonegoro.

BAB II KAJIAN PUSTAKA memaparkan tinjauan kepustakaan yang

menjadi pendukung penelitian mengenai pembelajaran PAI melalui media

Google Classroom di tengah pandemi Covid-19 serta ruang lingkupnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN memaparkan jenis penelitian

yang digunakan, lokasi penelitian, rencana waktu penelitian, data dan sumber

data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data tentang pembelajaran

PAI melalui media Google Classroom di tengah pandemi Covid-19 di SMAN

4 Bojonegoro.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN memaparkan data-data yang

diperoleh oleh peneliti selama proses penelitian, pengolahan data, analisis

serta pembahasannya tentang pembelajaran PAI melalui media Google

Classroom di tengah pandemi Covid-19 di SMAN 4 Bojonegoro.


13

BAB V PENUTUP berisi kesimpulan penelitian dan saran tentang

pembelajaran PAI melalui media Google Classroom di tengah pandemi

Covid-19 di SMAN 4 Bojonegoro.

G. Keaslian Penelitian

No Penelitian Judul dan Variabel Pendekatan Hasil Penelitian

dan Tahun Tempat Penelitian Penelitian

Penelitian

1. Jurnal. Eko Optimalisasi Pembelajara Kualitatif Google Classroom

Purnomo Pembelajaran n memiliki dampak

Susanto dan Pendidikan Pendidikan dalam

Rahmatulla Agama Islam Agama mempersiapkan

h. 2020. (PAI) Melalui Islam (PAI) proses

Google Melalui pembelajaran,

Classroom. Google sehingga menjadi

Classroom. bekal yang positif

dalam memperoleh

ilmu pengetahuan

(transfer of

knowledge).

2. Jurnal. Implementasi Pemanfaata Kualitatif Google Classroom

Sukmawati. Pemanfaatan n Google mempermudah

2020. Google Classroom pendidik dan


14

Classroom Dalam peserta didik dalam

Dalam Proses Proses proses

Pembelajaran Pembelajara pembelajaran serta

Online di Era n Online di peserta didik

Industri 4.0. Era Industri memiliki karakter

4.0. yang disiplin dalam

pengerjaaan dan

pengumpulkan

tugas.

3. Skripsi. Penerapan Penerapan Kualitatif. Google Classroom

Himyatul Google Google dilakukan melalui

Muyasaroh. Classroom Classroom tahap pembuatan

2020 Pada Pada kelas online,

Pembelajaran Pembelajara metode penugasan,

PAI Kelas XI n PAI Kelas serta evaluasi

Jurusan Bisnis XI Jurusan melalui penilaian

Daring Bisnis pada aspek

Pemasaran Di Daring pengetahuan, sikap

SMK Negeri 1 Pemasaran dan keterampilan.

Purwokerto Di SMK

Tahun Ajaran Negeri 1

2019/2020. Purwokerto

Tahun
15

Ajaran

2019/2020.

4. Skripsi. Implementasi Implementa Kualitatif Diadakan pelatihan

Zeda Google si Google khusus penggunaan

Hammi. Classroom Classroom Google Classroom,

2017. Pada Kelas XI Pada Kelas namun aplikasi ini

IPA MAN 2 XI IPA masih kurang

Kudus MAN 2 efektif dalam

Kudus pembelajaran, guru

masih butuh tatap

muka langsung

untuk menjelaskan

materi pelajaran.

5. Tesis. Efektivitas Efektivitas Kualitatif Pembelajaran

Muhammad Model Model menjadi lebih

Alif Pembelajaran Pembelajara efisien dan efektif

Burhanudin Pendidikan n serta menambah

.2019 Agama Islam Pendidikan keaktifan peserta

Berbasis Agama didik dalam

Google Islam pembelajaran PAI.

Classroom Berbasis

Dalam Google
16

Meningkatkan Classroom

Motivasi Dalam

Belajar Peserta Meningkatk

Didik (Studi an Motivasi

Kasus di SMA Belajar

Semesta BBS Peserta

Semarang. Didik (Studi

Kasus di

SMA

Semesta

BBS

Semarang

6. Skripsi. Analisis Analisis Hasil penilaian

Anita Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran

Ningrum. Pembelajaran Pembelajara melalui Google

2020. Google n Google Classroom belum

Classroom Era Classroom berhasil mencapai

Pandemi Era KKM, persepsi

Covid-19 Pandemi peserta didik

Materi Tata Covid-19 mengenai Google

Surya Pada Materi Tata Classroom menarik

Siswa Kelas Surya Pada namun kurangnya

VII MTs Siswa Kelas akses internet dan


17

Negeri VII MTs kurangnya

Salatiga Tahun Negeri manajemen waktu,

Pelajaran Salatiga persepsi pendidik

2019/2020. Tahun terkait Google

Pelajaran Classroom yakni

2019/2020. hasil belajar siswa

masih rendah, 50%

tidak aktif dalam

mengikuti tanya

jawab, serta peserta

didik belum siap

dalam

pembelajaran

digital.

7. Skripsi. Wa Efektivitas Efektivitas Kualitatif. Pembelajaran

Linda. Penggunaan Penggunaan melalui media

2019. Media Google Media Google Classroom

Classroom Google cukup efektif

Sebagai Media Classroom (dalam pembuatan

Pembelajaran. Sebagai dan pengiriman

Media tugas), namun tidak

Pembelajara efisien karena

n. beberapa
18

mahasiswa tidak

memiliki android

dan paket data saat

diskusi online

sedang

berlangsung.

8. Skripsi. Model Model Kualitatif. Tersedianya

Ivah Nur Pembelajaran Pembelajara koneksi internet di

Fitriyani. Online n Online sekolah sehingga

2020. (Daring) (Daring) pembelajaran

Menggunakan Menggunak melalui Google

Google an Google Classroom berjalan

Classroom Classroom optimal, terdapat

Pada Mata Pada Mata kendala

Pelajaran Pelajaran penambahan

Pendidikan Pendidikan pembelian kuota

Agama Islam Agama internet, sehingga

dan Budi Islam dan ada pemberian

Pekerti di Budi modul

SMPN 4 Pekerti di pembelajaran dan

Ambarawa SMPN 4 peserta didik yang

Tahun Ajaran Ambarawa belum mengikuti


19

2020/ 2021. Tahun bisa datang ke

Ajaran sekolah untuk

2020/ 2021. mengambil tugas.

9. Skripsi. Siti Pemanfaatan Pemanfaata Kualitatif. Google Classroom

Haniah. Google n Google sebagai sarana

2019. Classroom Classroom penyedia ruang

Sebagai Sarana Sebagai belajar IPS,

Belajar Dalam Sarana memberikan

Pembelajaran Belajar materi, tugas serta

IPS di SMPN Dalam penilaian. Namun,

7 Bandung. Pembelajara memiliki kendala

n IPS di pada biaya kuota

SMPN 7 internet dan

Bandung. terhambatnya

proses evaluasi.
20

Posisi Penelitian

10. Skripsi. Pembelajaran Pembelajara Kualitatif

Rahayu PAI Melalui n PAI

Lestari Media Google Melalui

Putri. 2020. Classroom Di Media

Tengah Pandemi Google

Covid-19 di Classroom

SMAN 4 Di Tengah

Bojonegoro. Pandemi

Covid-19

H. Definisi Istilah

1. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik, peserta didik dan

sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.24

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan upaya memahami nilai-nilai yang

terkandung dalam Islam, meliputi penghayatan makna, maksud serta tujuan.

Diharapkan, nilai- nilai tersebut diamalkan oleh peserta didik serta menjadi

pandangan hidup yang dapat menyelamatkan kehidupan di dunia maupun di

24
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, hlm. 6
21

akhirat. Upaya tersebut dilakukan melalui bimbingan serta asuhan dari

pendidik.25

3. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan

serta menyalurkan pesan guna menunjang proses belajar yang efisien dan

efektif, sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif melalui sumber

yang terencana.26

4. Google Classroom

Google Classroom merupakan layanan web gratis yang membantu

menyederhanakan membuat, mendistribusikan, dan menilai tugas tanpa harus

bertatap muka yang dikembangkan oleh Google untuk sekolah.27

5. Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 merupakan pandemi yang pertama kali ditemukan di kota

Wuhan, Cina pada Desember 2019. Pandemi ini disebabkan oleh sindrom

pernafasan akut parah virus corona 2 (SARS-CoV-2) dan termasuk pandemi

global.28

25
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 88
26
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Referensi, 2013),
hlm. 8
27
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Definisi Google Classroom, (Online), (https://id.wikipedia.org/
diakses 12 November 2020).
28
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Covid-19, (Online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_COVID-19 diakses 12 November 2020.
22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan

Menurut Ramayulis, pendidikan merupakan usaha sadar serta

terencana melalui proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki keyakinan spiritual

yang kuat, mampu mengendalikan diri, berkepribadian baik, cerdas,

berakhlak mulia serta mampu terampil baik bagi diri sendiri, masyarakat

serta negara.29

Menurut Kompri, pendidikan merupakan kegiatan

penyelenggaraan pengembangan diri pada peserta didik yang bertujuan

agar mereka menjadi manusia paripurna sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan dan dilakukan secara sadar oleh pendidik.30

Menurut Ary H. Gunawan yang dikutip oleh Hamdani

mendefinisikan pendidikan merupakan proses interaksi yang dilakukan

oleh pendidik kepada peserta didik agar menjadi manusia paripurna yang

sesuai dengan nilai- nilai kebudayaan. Selain itu, diharapkan peserta didik

dapat mengalami perkembangan sebagai bekal di masa mendatang.31

29
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm.
30
Kompri, Manajemen Pendidikan : Komponen Elementer Kemajuan Sekolah, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2017), hlm. 15.
31
Hamdani, Dasar- Dasar Kependidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), hlm.
23

Dedi Mulyasana, memaparkan bahwa pendidikan merupakan suatu

bimbingan yang memberikan pengajaran, guna memperbaiki baik dari sisi

intelektual maupun moral yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta

didik.32

Selain itu, menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Kandiri,

mendefinisikan pendidikan sebagai proses bimbingan jasmani serta rohani

yang diberikan oleh pendidik guna membentuk kepribadian peserta didik

yang lebih baik.33

Definisi pendidikan juga dipaparkan oleh Nanang Purwanto

sebagai kegiatan membina, mengajarkan pikiran maupun jasmani guna

memperbaiki kepribadian peserta didik dan dapat berperan aktif pada

masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan secara sadar oleh pendidik dan

berlangsung sepanjang hayat.34

Dari beberapa pendapat pakar pendidikan di atas, dapat

disintesiskan bahwa pendidikan merupakan usaha terencana dan dilakukan

secara sadar oleh pendidik guna mengajar, membimbing, serta membina

peserta didik agar menjadi manusia paripurna yang cerdas serta memiliki

kepribadian yang baik. Selain itu, potensi peserta didik juga dapat

berkembang baik, sehingga pendidikan menjadi bekal untuk meraih masa

depan yang gemilang. Dengan demikian, pendidikan menjadi bagian

32
Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hlm.
4
33
Kandiri, “Pendidikan Islam Ideal” dalam Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, no. 2 (April 2020),
hlm.159.
34
Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 19.
24

paling urgen guna memenuhi kebutuhan hidup manusia dan berlangsung

sepanjang hayat.

B. Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam merupakan

upaya memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Islam, meliputi

penghayatan makna, maksud serta tujuan. Diharapkan, nilai- nilai tersebut

diamalkan oleh peserta didik serta menjadi pandangan hidup yang dapat

menyelamatkan kehidupan di dunia maupun di akhirat. Upaya tersebut

dilakukan melalui bimbingan serta asuhan dari pendidik.35 Selain itu,

pendidikan dalam Islam memiliki keterkaitan dengan iman dan taqwa

kepada Allah.36

Rusdiana mendefinisikan Pendidikan Agama Islam sebagai

kegiatan terencana membimbing peserta didik melalui pengajaran, latihan

serta pengalaman guna mempersiapkan mereka agar mampu mengenal,

memahami, menghayati, mengimani, serta menjadi manusia yang

bertakwa dan memiliki akhlak mulia sebagai pengamalan ajaran Islam

yang sesuai dengan Al- Qur‟an dan Al- Hadist.37

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha mempersiapkan peserta

didik agar mengimani ajaran Islam melalui pengenalan, pemahaman serta

35
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 88.
36
Abuddin Nata, Tafsir Ayat- Ayat Pendidikan , (Jakarta :RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 74.
37
Rusdiana, “Integrasi Pendidikan Agama Islam Dengan Sains dan Teknologi” dalam Jurnal Istek:
Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Teknologi, no. 2 (Agustus 2014), hlm. 127.
25

penghayatan, serta mampu menjadi insan yang dapat menghormati ajaran

agama lain, sehingga dapat menciptakan persatuan bangsa yang rukun.38

Dari ketiga pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

Pendidikan Agama Islam merupakan upaya terencana mendidik,

membimbing, serta mengarahkan peserta didik yang bersifat kompleks

yang dilakukan oleh pendidik guna mencetak insan yang bertakwa kepada

Allah, berbudi luhur, cerdas, serta diharapkan mampu mengamalkan

ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadist.

C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA

Pembelajaran berasal dari kata “belajar.” Menurut Syaiful Bahri

belajar merupakan sebuah usaha memperoleh perubahan ke arah yang

lebih baik setelah melewati fase aktivitas belajar.39 Sedangkan, sesuai UU.

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran

merupakan hubungan dua arah yang terjadi antara pendidik dan peserta

didik melalui sumber belajar dan lingkungan belajar.40

Pembelajaran memiliki fokus tiga hal, di antaranya pembelajaran

termasuk usaha mendesain lingkungan belajar belajar peserta didik,

pembelajaran disiapkan agar peserta didik dapat menjadi harapan negara,

38
Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005), hlm. 130.
39
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 44.
40
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Online), (https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2003/20tahun2003uu.htm diakses 21
November 2020).
26

pembelajaran disiapkan untuk mematangkan peserta didik supaya mampu

beradaptasi dengan baik di lingkungan masyarakat.41

Dari ketiga definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar terencana antara

peserta didik dan pendidik yang melibatkan sumber serta lingkungan

belajar guna memperbaiki dan memperoleh suatu perubahan yang baik.

Adapun definisi SMA berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 17 tahun 2020 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 13, berbunyi Sekolah

Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada

jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs atau bentuk

lain yang sederajat atau lanjutan dari hasik belajar yang diakui sama/

setara SMP atau Mts.

Selain itu, usia peserta didik yang dapat masuk ke dalam jenjang

Pendidikan SMA juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018 tentang

Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak- Kanak, Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah

Menengah Kejuruan atau Bentuk Lain Yang Sederajat. Pada bagian dua

(persyaratan) Pasal 8 ayat (1) berbunyi persyaratan calon peserta didik

41
Saifuddin Zuhri dan Mutmainah, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru dan Pola Asuh Orang Tua
terhadap Iklim Belajar di Kelas IX SMP Muhammadiyah Serpong, Tangerang Selatan,
Banten”dalam Jurnal El-Moona: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, no.2 (Februari 2019), hlm. 160.
27

baru kelas 10 (sepuluh) SMA/ SMK atau bentuk lain yang sederajat

berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun.

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ruang lingkup

materi pada jenjang SMA/SMK/MA yakni meliputi, aspek Al-Qur‟an

Hadist, Aqidah, Akhlak, Fikih serta Kebudayaan Islam. Hal tersebut sesuai

dengan standar isi Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006.42

1. Materi Pembelajaran PAI dan Indikator Kelas X

Adapun materi PAI di SMA Kelas X terdiri dari 12 bab, yaitu

dengan ringkasan sebagai berikut.43

BAB I “Aku Selalu Dekat Dengan Allah”

Al-Asmaul Husna berarti nama-nama Allah Swt., yang baik dan

indah. Di dalam Asmaul Husna terdapat sifat- sifat Allah Swt., yang wajib

kita imani serta menjadikannya petunjuk oleh orang- orang yang beriman,

baik dalam sikap serta perilaku.

Menurut bab ini, orang beriman berarti orang yang menjadikan ke

tujuh sifat Asmaul Husna sebagai pedoman hidupnya. Misalnya, mampu

bersikap adil, pemaaf, bijaksana, mampu menjadi pemimpin yang baik,

berintrospeksi diri, berbuat baik, memiliki kasih sayang, bertakwa,

42
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah
Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah, (Jakarta: Depdikbud RI, 2006), hlm.2.
43
Endi Suhendi Zen dan Nelty Khairiyah, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2014).
28

menjaga kesucian, menjaga keselamatan diri, berusaha menjadi orang yang

amanah, senang memberikan rasa aman pada orang- orang di sekitarnya,

gemar bersedekah, dan lain- lain.

Adapun ke tujuh sifat Asmaul Husna tersebut antara lain:

1) Al Karim artinya Yang Maha Mulia, Yang Maha Dermawan.

2) Al- Mu‟min artinya Maha Pemberi Rasa Aman Bagi Makhluk.

3) Al- Wakil artinya Maha Pemelihara.

4) Al- Matin artinya Maha Kukuh.

5) Al- Jami‟ artinya Maha Mengumpulkan.

6) Al-Adl artinya Maha Adil.

7) Al- Akhir artinya Maha Akhir.

Indikator Pembelajaran:

a. Meyakini bahwa Allah Maha Mulia, Maha Mengamankan, Maha

Memelihara, Maha Sempurna Kekuatan-Nya, Maha Penghimpun, Maha

Adil, dan Maha Akhir.

b. Memiliki sikap keluhuran budi; kokoh pendirian, pemberi rasa aman,

tawakal dan adil sebagai implementasi pemahaman al-Asmau al-Husna:

Al-Karim, Al-Mu‟min, Al-Wakil, Al- Matin, Al-Jami‟, Al-„Adl, dan Al-

Akhir.

c. Meneliti secara lebih mendalam pemahaman Asmaul Husna, Q.S. al-

A‟raf/7:180, Q.S. al-Infitar:6, Q.S. al-An‟am/6:82, Q.S. Az- Zariyat/5:58,

Q.S. Ali „Imran/3:9, Q.S. al-An‟am/6:115, dan Q.S. Al- Hadid/57:3,

tentang Asmaul Husna dengan menggunakan IT.


29

d. Menganalisis makna Asmaul Husna al-Karim, al-Mu‟min, al-Wakil, al-

Matin, al-Jami‟, al-„Adl, dan al-Akhir.

e. Menjelaskan makna isi Asmaul Husna, Q.S. al-A‟raf/7:180,

Q.S. al-Infitar:6, Q.S. al-An‟am/6:82, Q.S. Az- Zariyat/5:58, Q.S. Ali

Imran/3:9, Q.S. al- An‟am/6:115, dan Q.S. al-Hadid/57:3, tentang Asmaul

Husna dengan menggunakan IT.

f. Mendemonstrasikan hafalan Asmaul Husna dengan menerapkan berbagai

jenis nada bacaan secara baik dan lancar.

g. Menyajikan hubungan makna- makna Asmaul Husna al-Karim, al-

Mu‟min, al-Wakil, al-Matin, al-Jami‟, al-„Adl, dan al-Akhir dengan

perilaku keluhuran budi, kokoh pendirian, rasa aman, tawakal dan perilaku

adil.

h. Meneliti secara lebih mendalam bentuk perilaku tentang Asmaul Husna

Q.S. al-A‟raf/7:180, Q.S. al-Infitar:6, Q.S. al-An‟am/6:82, Q.S. Az-

Zariyat/5:58, Q.S. Ali Imran/3:9, Q.S. al-An‟am/6:115, dan Q.S. al-

Hadid/57:3 sebagai dasar dalam menerapkan Asmaul Husna dengan

menggunakan IT.

i. Menampilkan contoh perilaku berdasarkan Asmaul Husna, Q.S. al-

A‟raf/7:180, Q.S. al-Infitar:6, Q.S. al-An‟am/6:82, Q.S. Az- Zariyat/5:58,

Q.S. Ali Imran/3:9, Q.S. al-An‟am/6:115, dan Q.S. al-Hadid/57:3 ayat Al-

Qur‟an dan hadis-hadis yang mendukung lainnya, sebagai dasar dalam

menerapkan Asmaul Husna melalui presentasi, demonstrasi dan

bersimulasi, dalam bentuk powerpoint, video atau CD pembelajaran.


30

BAB 2 “Berbusana Muslim dan Muslimah Merupakan Cermin

Kepribadian dan Keindahan Diri”

Menutup aurat merupakan sautu kewajiban agama yang ditegaskan

di dalam Al-Qur‟an maupun hadis Rasulullah Saw., Selain itu, kewajiban

menutup aurat sebagai wujud kasih sayang Allah Swt., kepada hamba-

Nya. Bagi kaum wanita, perintah menggunakan jilbab serta

memanjangkanya sampai ke dada bertujuan untuk memberikan rasa aman

dan nyaman, hal ini telah dijelaskan di dalam Q.S Al-Ahzab/33:39.

Di dalam Q.S An- Nur/24:31 Allah menganjurkan hamba-Nya

untuk senantiasa menjaga pandangan, memelihara kemaluan serta tidak

memperlihatkan aurat, kecuali pada suami, ayah suami, anak laki-laki

suami, saudara laki-laki, anak laki saudara laki- laki, anak lelaki saudara

perempuan, perempuan mukminah, hamba sahaya, serta pembantu tua

yang tidak lagi memiliki hasrat terhadap wanita. Allah juga

memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa bertaubat agar

mendapat keberuntungan.

Indikator Pembelajaran:

a. Terbiasa berpakaian sesuai dengan syariat Islam.

b. Menunjukkan perilaku berpakaian sesuai dengan syariat Islam.

c. Meneliti secara lebih mendalam pemahaman Q.S. al-Ahzab/33:59 dan an-

Nur/24:31 tentang berbusana muslim dan muslimah, dengan menggunakan

IT.

d. Menganalisis ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam.


31

e. Menjelaskan makna yang terkandung dalam al- Ahzab/33:59, dan an-

Nur/24:31 tentang berbusana muslim dan muslimah dengan menggunakan

IT.

f. Menyajikan keutamaan tata cara berpakaian sesuai syariat Islam.

g. Menampilkan contoh perilaku berdasarkan, Q.S. al- Ahzab/33:59, dan an-

Nur/24:31 sebagai dasar dalam menerapkan berbusana muslim dan

muslimah melalui presentasi, demonstrasi dan simulasi dengan

menggunakan IT.

h. Memberikan contoh-contoh perilaku, berdasarkan ayat-ayat al-Qur‟ān dan

hadis-hadis lainnya sebagai dasar dalam menerapkan berbusana muslim

dan muslimah.

“BAB 3 Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Kepribadian”

Jujur merupakan mengatakan sesuatu yang sesuai dengan

kenyataan. Sedangkan dusta berarti mengatakan sesuatu yang tidak sesuai

dengan kenyataan. Orang yang berkata jujur akan mendapat petunjuk serta

jalan menuju surga Allah Swt. Sebaliknya, orang yang berdusta akan

menuju jalan neraka.

Sifat jujur merupakan sifat para Nabi dan Rasul Allah Swt.,

sedangkan sifat dusta berarti ciri- ciri bagi orang munafik. Orang yang

jujur senantiasa mendapat ketenangan, ketentraman serta keselamatan

secara lahir batin, baik di dunia maupun di akhirat. Dan berdusta akan

membuat orang merasa gelisah, hidupnya kacau dan sengsara.


32

Berdusta yang diperbolehkan hanya ada tiga, yakni ketika seorang

suami memuji istrinya atau sebaliknya, seorang yang menyelamatkan

orang lain dari seseorang yang akan melukai orang tersebut. Biasanya

mereka akan bilang kalau orang yang dicari tidak ada. Kemudian, berdusta

guna mendamaikan orang yang sedang bertikai agar mereka rukun

kembali.

Indikator Pembelajaran:

a. Meyakini bahwa jujur adalah ajaran pokok agama.

b. Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.

c. Meneliti secara lebih mendalam pemahaman Q.S. al-Maidah/5:8, Q.S. at-

Taubah/9:119, Q.S. al-Anfal/8:58, dan Q.S. an-Nahl/16:105 tentang

kejujuran dengan menggunakan IT.

d. Menganalisis manfaat kejujuran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Menjelaskan makna yang terkandung dalam Q.S. al-Maidah/5:8, Q.S. at-

Taubah/9:119, Q.S. al-Anfal/8:58, dan Q.S. an-Nahl/16:105 tentang

kejujuran dengan menggunakan IT.

f. Menyajikan kaitan antara contoh perilaku jujur dalam kehidupan sehari-

hari dengan keimanan.

“BAB 4 Al- Qur’an dan Hadist Adalah Pedoman Hidupku”

Al-Qur‟an merupakan kalam Allah Swt., yang disampaikan kepada

Nabi Muhammad Saw., melalui Malaikat Jibril dan diajarkan kepada

umatnya, serta ketika membacanya terhitung sebagai ibadah. Al-Qur‟an


33

merupakan kitab suci yang menjadi pedoman hidup serta sumber hukum

bagi seluruh umat manusia.

Sedangkan, Hadis merupakan segala perkataan, perbuatan, serta

ketetapan Nabi Muhammad Saw., yang tidak mengandung hawa nafsu

serta perkara-perkara tercela. Hadis termasuk sumber hukum kedua setelah

Al-Qur‟an. Adapun fungsi hadis yakni sebagai penegas, penjelas ketentuan

yang ada dalam Al-Qur‟an.

Istilah ijtihad berarti bersungguh-sungguh dalam mencurahkan

segala kemampuan untuk mendapatkan hukum syari‟at terhadap masalah-

masalah yang tidak ada nashnya. Kesimpulan ijtihad diperoleh dari prinsip

serta aturan yang ada dalam Al-Qur‟an serta sunnah Nabi Muhammad

Saw.

Jika seseorang ingin terbebas dari taqlid, maka harus bersikap

rasional, kritis, logis dalam beragama. Hal tersebut berarti seseorang selalu

bertanya terkait landasan serta dalil dari setiap amalan keagamaan yang

dilakukan.

Segala aturan maupun hukum yang bersumber dari Allah Swt., dan

Rasul-Nya dapat mendatangkan kebaikan di dunia maupun di akhirat.

Dengan demikian, merealisasikan serta menerapkan hal tersebut akan

membawa manfaat yang luar biasa bagi orang- orang yang mau

mengamalkannya.

Indikator Pembelajaran:

a. Meyakini Al-Qur‟an, hadis dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam.


34

b. Menunjukkan perilaku ikhlas dan taat beribadah sebagai implemantasi

pemahaman terhadap kedudukan Al-Qur‟an, hadis, dan ijtihad sebagai

sumber hukum Islam.

c. Memahami Q.S. al-Isra‟/17:9 dan Q.S. an- Nisa/4:59, 105 tentang Al-

Qur‟an, hadis dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam dengan

menggunakan IT.

d. Menganalisis kedudukan Al-Qur‟an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber

hukum Islam.

e. Menjelaskan makna Al-Qur‟an, hadis dan ijtihad sebagai sumber hukum

Islam dengan menggunakan IT.

f. Mendeskripsikan macam-macam sumber hukum Islam.

“BAB 5 Meneladani Perjuangan Rasulullah Saw., di Makkah”

Nabi Muhammad Saw., menerima wahyu pertama kali melalui Q.S

Al- Alaq ayat 1-5 pada tanggal 17 Ramadan. Sejak saat itu, beliau

diangkat menjadi Nabi. Selanjutnya, Nabi menerima wahyu Q.S Al-

Muddassir ayat 1-7. Sejak saat itu pula beliau diangkat menjadi Rasul.

Kemudian, wahyu itu tak kunjung datang lagi. Nabi Muhammad Saw.,

merasa gelisah. Beliau merasa bingung, apa yang harus disampaikan,

bagaimana cara menyampaikan, dan kepada siapa wahyu disampaikan?

Kemudian, turunlah surah ad-Duha.

Pada mulanya, Nabi Muhammad Saw., berdakwah secara rahasia

(hanya mengajak orang- orang terdekat saja). Adapun orang pertama yang

menerima Nabi dengan hati lapang adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib,
35

sepupu Nabi, dan Zaid bin Haritsah. Selain itu, lelaki pertama yang

memeluk Islam yakni Abu Bakar bin Quhafah, Usman bin „Affan, Abdur

Rahman bin „Auf, Talhah bin „Ubaidillah, Sa‟ad bin Abi Waqqas, Zubair

bin „Awwam. Kemudian, Abu „Ubaidah bin Jarrah serta beberapa

penduduk Makkah juga memeluk Islam. Dakwah secara rahasia ini

berjalan selama tiga tahun.

Allah menurunkan Q.S Asy- Syu‟ara/26: 214- 216 dan Surah Al-

Hijr/15: 94 yang menganjurkan Nabi Muhammad Saw., agar melakukan

dakwah secara terang-terangan. Kemudian, Nabi Muhammad Saw.,

mengumpulkan segenap keluarga di rumahnya. Selepas makan, beliau pun

menyampaikan maksudnya. Namun, tiba- tiba Abu Jahal berusaha

menghentikan pembicaraan Nabi, lalu mengajak orang-orang untuk pergi

meninggalkan tempat.

Nabi kembali mengundang keluarganya. Saat Nabi memulai

berdakwah, Abu Jahal kembali dengan mengacaukan suasana. Dan Ali bin

Abi Talib berkata, “Wahai Rasulullah! Saya akan membantumu, saya

merupakan lawan bagi siapa saja yang menentangmu.”

Ketika gagal mengajak kerabatnya, Nabi pun beralih, beliau

dakwah kepada masyarakat Quraisy. Beliau naik ke bukit Śafa dan

menyeru semua orang. Pada saat itu, Abu Jahal berteriak, “Celakalah

Engkau, wahai Muhammad! Apakah karena ini engkau mengumpulkan

kami?” Sesudah itulah Allah Swt., menurunkan Q.S Al-Lahab.


36

Dakwah Nabi ditentang oleh kaum Quraisy. Nabi beserta

pengikutnya kerap kali dicaci dan disiksa. Kemudian, Nabi

memerintahkan sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Abisinia. Dakwah

Nabi Muhammad Saw., di Makkah berjalan selama 13 tahun. Di manapun

Nabi berada, beliau senantiasa menanamkan nilai-nilai tauhid dan akhlak

mulia.

Indikator Pembelajaran:

a. Meyakini kebenaran dakwah Nabi Muhammad Saw., di Makkah.

b. Bersikap tangguh dan rela berkorban menegakkan kebenaran sebagai ibrah

dari sejarah strategi dakwah Nabi Muhammad Saw., di Makkah.

c. Membacakan dalil-dalil naqli sebagai dasar perjuangan dakwah yang

dilakukan Nabi Muhammad Saw., di Makkah dengan nada yang khidmat,

menarik, dan indah.

d. Menjelaskan makna perjuangan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad

Saw., di Makkah dengan menggunakan IT.

e. Menganalisis perjuangan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw.,

di Makkah dari berbagai sumber baik media cetak maupun elektronik.

f. Menganalisis substansi, strategi, dan penyebab keberhasilan dakwah Nabi

Muhammad Saw., di Makkah.

g. Menjelaskan makna perilaku perjuangan dakwah yang dilakukan Nabi

Muhammad Saw., di Makkah yang patut diteladani dengan menggunakan

IT.
37

h. Mendemonstrasikan bacaan hadis-hadis yang terkait dan mendukung

lainnya, tentang perjuangan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad

Saw., di Makkah.

i. Menyajikan keterkaitan antara substansi dan strategi dengan keberhasilan

dakwah Nabi Muhammad Saw., di Makkah.

“BAB 6 Meniti Hidup Dengan Kemuliaan”

Pengendalian diri merupakan perilaku menahan diri agar terhindar

dari sifat- sifat tercela serta merugikan diri sendiri. Dengan demikian,

wujud dari pengendalian diri adalah perilaku kebaikan- kebaikan.

Berbaik sangka (husnuzzan) merupakan sifat yang selalu

memandang apapun itu baik, serta harus diperlakukan dengan baik.

Namun, berbaik sangka juga harus mengetahui fakta terlebih dahulu,

sehingga orang yang berhusnuzzan harus senantiasa waspada.

Dalam Q.S Al- Anfal/8:72 berisi perintah hijrah dari keburukan

menuju kebaikan, berjihad dari kemelaratan menuju kesejahteraan, dari

kebodohan menuju gemilang setelah hijrahnya Rasulullah Saw., dan kaum

muslimin ke Kota Madinah dan Makkah.

Selain itu, di dalam Q.S Al- Hujurat/ 49:10 Allah Swt.,

memerintahkan hamba-Nya agar senantiasa menciptakan dan menjaga

perdamaian, memberi nasihat- nasihat kebaikan, mendamaikan jika ada

saudara yang berselisih dengan saudara yang lain.

Pada Q.S Al- Hujurat/49:12 dijelaskan perintah untuk berprasangkan baik

kepada semua orang. Dengan demikian, kita juga diperintahkan untuk


38

menjauhkan dan menghindarkan diri dari sifat berburuk sangka. Karena

sifat yang demikian, dapat merusak keimanan serta dapat merusak

persaudaraan.

Indikator Pembelajaran :

a. Terbiasa membaca al-Qur‟an dengan meyakini bahwa kontrol diri

(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan

(ukhuwwah) adalah perintah agama.

b. Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik

(husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwwah) sebagai implementasi perintah

Q.S. al- Hujurat/49: 10 dan 12 serta Hadis terkait.

c. Menganalisis Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta Hadis tentang kontrol

diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan

(ukhuwwah).

d. Menjelaskan makna isi Q.S. al-Hujurāt/49:12 dan Q.S. al-Hujurāt /49:10

tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan

persaudaraan (ukhuwwah) dengan menggunakan IT.

e. Membaca Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12, sesuai dengan kaidah tajwid dan

makharijul huruf.

f. Menyajikan model-model jenis cara membaca indah Q.S. al-Hujurāt/49:12

dan Q.S. al-Hujurāt /49:10 tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs),

prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwwah).

g. Mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-Hujurat/ 49: 10 dan 12 dengan fasih

dan lancar.
39

h. Meneliti secara lebih mendalam pemahaman dan pembentukan perilaku

berdasarkan Q.S. al-Hujurāt/49:12 dan Q.S. al-Hujurat /49:10 tentang

kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan

persaudaraan (ukhuwwah) dengan menggunakan IT.

i. Menyajikan hubungan antara kualitas keimanan dengan kontrol diri

(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan

(ukhuwwah) sesuai dengan pesan Q.S. al-Hujurat/ 49: 10 dan 12, serta

hadis terkait.

“BAB 7 Malaikat Selalu Bersamaku”

Beriman kepada malaikat berarti kita harus mempercayai dan

meyakini dengan sepenuh hati, bahwa malaikat diciptakan dari cahaya dan

diberi tugas oleh Allah Swt., Adapun ciri orang yang beriman kepada

Malaikat yakni memiliki keyakinan yang kuat yang dibuktikan melalui

ucapan serta dalam perilaku sehari- hari.

Jumlah Malaikat yang wajib diimani ada 10. Meski demikian,

jumlah malaikat tidak terbatas. Di antara dalil iman kepada Malaikat yakni

terdapat pada QS. Al-Baqarah/2: 285, QS. An-Nisa/4: 136 serta hadis-

hadis Nabi Muhammad Saw.

Hikmah beriman kepada Malaikat yaitu, meningkatkan ketakwaan

kepada Allah Swt., mendorong manusia agar lebih hati- hati dalam

beramal serta menghindari diri dari sifat tercela, serta selalu yakin bahwa

apapun yang mereka lakukan selalu diawasi oleh malaikat.


40

Indikator Pembelajaran:

a. Meyakini keberadaan malaikat-malaikat Allah Swt.

b. Menunjukkan sikap disiplin, jujur dan bertanggung jawab sebagai

implementasi beriman kepada malaikat-malaikat Allah Swt.

c. Meneliti secara lebih mendalam pemahaman Q.S. Al-Baqarah/2:285 dan

Q.S. an-Nisa‟/4:136 tentang beriman kepada malaikat-malaikat Allah

Swt., dengan menggunakan IT.

d. Menganalisis makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah Swt.

e. Meneliti secara lebih mendalam isi Q.S. Al-Baqarah/2:285 dan Q.S. an-

Nisa‟/4:136 sebagai dasar dalam menerapkan beriman kepada malaikat,

dengan menggunakan IT.

f. Menjelaskan makna isi Q.S. Al-Baqarah/2:285 dan Q.S. an-Nisa‟/4:136

tentang beriman kepada malaikat-malaikat Allah Swt. dengan

menggunakan IT.

g. Menyajikan model-model jenis cara membaca indah Q.S. Al-

Baqarah/2:285 dan Q.S. an-Nisa‟/4:136 tentang beriman kepada malaikat-

malaikat Allah Swt.

h. Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Baqarah/2:285 dan Q.S. an-

Nisa‟/4:136 tentang beriman kepada malaikat dengan menerapkan

berbagai jenis nada bacaan secara baik dan lancar.

i. Membacakan sari tilawah Q.S. Al-Baqarah/2:285 dan Q.S. an-Nisa‟/4:136

tentang iman kepada malaikat-malaikat Allah Swt., dengan nada yang

khidmat, menarik, dan indah.


41

j. Menyajikan hubungan antara beriman kepada malaikat-malaikat Allah

Swt., dengan perilaku teliti, disiplin, dan waspada.

k. Menampilkan contoh perilaku berdasarkan Q.S. Al-Baqarah/2:285 dan

Q.S. an- Nisa‟/4:136 sebagai dasar dalam menerapkan beriman kepada

malaikat melalui presentasi, demonstrasi dan simulasi.

“BAB 8 Sayang, Patuh, dan Hormat Kepada Orang Tua dan Guru”

Perintah ibadah kepada Allah Swt., merupakan suatu kewajiban

bagi setiap manusia. Namun, masih banyak manusia yang mengingkari

perintah tersebut. Allah Swt., melarang manusia untuk mempersekutukan-

Nya, yakni meyakini bahwa ada kekuatan yang bisa mendatangkan sesuatu

selain dari Allah Swt.

Allah memerintahkan setiap manusia agar senantiasa berbakti

kepada kedua orang tua. Karena keridaan orang tua merupakan keridaan

Allah Swt., pun sebaliknya, murka orang tua adalah murkanya Allah Swt.,

Jika berbakti kepada kedua orang tua, Allah Swt., menjanjikan pahala

yang besar. Dan Allah Swt., pula yang menjanjikan siksa yang amat pedih

kepada manusia yang durhaka kepada orang tua.

Dengan kedua orang tua diperintahkan untuk berkata santun dan

tidak menyakiti. Dalam Islam, mengucap “ah” sangat dilarang, apalagi

hingga berbicara kasar. Selain itu, bentuk bakti kepada kedua orang tua

yaitu dengan mendo‟akan, baik yang masih hidup atau yang sudah

meninggal dunia. Perintah yang lain yaitu juga dengan berbuat baik

kepada sahabat, fakir miskin, anak yatim, tetangga dan sesama manusia.
42

Indikator Pembelajaran:

a. Mampu menjelaskan isi Q.S Al- Isra‟/ 17:23.

b. Mampu menjelaskan isi hadis- hadis yang terkait dengan hormat dan patuh

kepada orang tua dan guru.

c. Mampu menunjukkan contoh perilaku yang mencerminkan hormat dan

patuh kepada orang tua dan guru.

d. Mampu menampilkan perilaku yang mencerminkan hormat dan patuh

kepada orang tua dan guru dalam kehidupan sehari- hari.

“Bab 9 Mengelola Wakaf Dengan Penuh Amanah”

Wakaf dapat mendatangkan kebaikan- kebaikan bagi umum serta

agama. Wakaf termasuk ibadah maaliyah jika pengelola serta pengurusnya

amanah. Adapun sah atau tidaknya wakaf tersebut ditentukan oleh syarat

dan rukunnya.

Pemerintah juga mengatur peraturan dalam rangka pelaksanaan

wakaf. Pengelolaan wakaf bersifat dinamis, bukan statis.

Indikator Pembelajaran:

a. Meyakini bahwa wakaf merupakan perintah Allah Swt., yang dapat

memberi kemaslahatan bagi individu dan masyarakat.

b. Menunjukkan kepedulian sosial sebagai hikmah dari wakaf.

c. Menganalisis hikmah wakaf bagi individu dan masyarakat.

d. Menjelaskan makna hikmah wakaf dalam membentuk kepedulian sosial,

baik dan benardengan menggunakan IT.


43

e. Menjelaskan hikmah wakaf dalam kehidupan dengan menerapkan

berbagai jenis cara pengelolaan, yang lebih mengantarkan pada kreatifitas

dan inovasi pembelajaran.

f. Menjelaskan makna isi kandungan Q.S. Ali-Imran/3:92 dan Q.S. al-

Maidah/5:8 tentang hikmah wakaf dalam kehidupan dengan menggunakan

IT.

g. Mendemontrasikan bacaan hadis-hadis yang terkait tentang hikmah wakaf

dalam kehidupan sehari- hari.

h. Mensimulasikan ibadah wakaf.

“Bab 10 Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah Saw., di

Madinah”

Ketika Nabi sampai di Madinah, beliau langsung membangun

Masjid. Selain menjadi pusat untuk beribadah, masjid juga digunakan

sebagai pusat pemerintahan. Di Madinah, Nabi menyatukan antara suku

Aus dan Khazraj. Selain itu, juga mempersatukan kaum Muhajirin dan

Anshar. Nabi membuat perjanjian untuk berdamai dengan orang- orang

Yahudi dan warga di sekitar Madinah.

Dakwah Nabi semakin berkembang, kaum Quraisy mulai khawatir,

akhirnya terjadilah Perang Badar pada tahun ke 2 Hijriyah tanggal 08

Ramadan. Nabi membawa pasukan sebanyak 305 orang. Sedangkan

pasukan Quraisy sebanyak 900- 1000 orang. Meski demikian, pasukan

Nabi berhasil memenangkan perang Badar tersebut.


44

Kaum Quraisy semakin membenci kaum muslimin. Pada tahun ke

3 Hijriyah, mereka kembali lagi dengan membawa pasukan sebanyak 3900

orang yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Sedangkan pasukan Nabi

berjumlah 1000 orang.

Selanjutnya, pada tahun ke 5 Hijriyah, terjadi perang Ahzab yang

beranggotakan 24.000 pasukan. Tak hanya itu, terjadi perang Hunain

yakni perang antara pasukan Nabi dengan pasukan Bani Hawazin. Nabi

membawa 12.000 pasukan.

Kemudian, terjadi perang Tabuk. Nabi membawa pasukan

sebanyak 3.000 orang. Perang ini terjadi di Mu‟tah dan merupakan perang

terakhir Nabi yang melawan Raja Gasan. Raja ini telah membunuh utusan

pembawa surat Nabi.

Perjanjian Hudaibiyah dibatalkan oleh orang- orang Makkah,

hingga akhirnya Nabi membawa 10.000 pasukan dan mereka semua

menghancurkan berhala- berhala yang selama ini disembah. Kendati

demikian, saat nabi berkhutbah, beliau memaafkan orang- orang Quraisy

dan peristiwa ini dinamai penaklukan Makkah.

Indikator Pembelajaran:

a. Meyakini kebenaran dakwah Nabi Muhammad Saw., di Madinah.

b. Menunjukkan sikap semangat ukhuwwah dan kerukunan sebagai ibrah

dari sejarah strategi dakwah Nabi Muhammad Saw., di Madinah.

c. Menjelaskan contoh perjuangan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad

Saw., di Madinah.
45

d. Menganalisis substansi, strategi, dan keberhasilan dakwah Nabi

Muhammad Saw., di Madinah.

e. Menyajikan keterkaitan antara substansi dan strategi dengan keberhasilan

dakwah Nabi Muhammad Saw., di Madinah.

“BAB 11 Nikmatnya Mencari Ilmu dan Indahnya Berbagi

Pengetahuan”

Perintah Q.S At- Taubah/9: 122 hendaknya tidak dimaknai hanya

dengan mengangkat senjata, melainkan juga memperdalam ilmu

pengetahuan dan menyebarluaskan. Hal tersebut termasuk dalam jihad.

Ayat ini menjadi pedoman manusia agar senantiasa sadar akan kewajiban

belajar dan mengajarkannya jika ilmunya telah mumpuni.

Salah satu cara mencerdaskan umat adalah dengan ilmu. Kendati

demikian, mencari ilmu tidak boleh hanya bertujuan untuk mengejar

kedudukan, pangkat atau hanya untuk keuntungan pribadi. Apalagi

digunakan untuk menyombongkan diri.

Berikut adalah pokok- pokok dari menuntut ilmu:

a) Manusia wajib untuk belajar dan mengajarkan agama

b) Anjuran untuk mempelajari dan memperdalam ilmu agama.

c) Mencari ilmu itu penting, dan mengamalkan ilmu lebih utama.

d) Tidak menyebar informasi palsu, maka perlu memperdalam pemahaman.

e) Jihad ada dua: jihad yang bersenjata dan jihad memperdalam ilmu

pengetahuan dan agama.


46

Indikator Pembelajaran:

a. Meyakini bahwa menuntut ilmu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya.

b. Memiliki sikap semangat keilmuan sebagai implementasi pemahaman

Q.S. at-Taubah/9:122 dan hadis terkait.

c. Menganalisis semangat menuntut ilmu, menerapkan, dan

menyampaikannya kepada sesama.

d. Menjelaskan makna isi Q.S. at-Taubah/9:122 tentang nikmatnya mencari

ilmu dan indahnya berbagi pengetahuan dengan menggunakan IT.

e. Mendemonstrasikan hafalan Q.S. at-Taubah/9:122 tentang nikmatnya

mencari ilmu dan indahnya berbagi pengetahuan dengan menerapkan

berbagai jenis nada bacaan secara baik dan lancar.

f. Menyajikan kaitan antara kewajiban menuntut ilmu, dengan kewajiban

membela agama sesuai perintah Q.S. at-Taubah/9: 122 Adan Hadis terkait.

“Bab 12 Menjaga Martabat Manusia Dengan Menjauhi Pergaulan

Bebas dan Zina”

Perintah larangan mendekati zina dijelaskan dalam Q.S. Al-Isra

/17:32. Zina merupakan perbuatan yang keji dan buruk. Pengertian zina

berarti antara laki- laki dan perempuan (tidak/ belum sah) dalam ikatan

suci pernikahan, namun telah melakukan hubungan biologis.

Allah telah berfirman di dalam Q.S. An-Nµr/24: 2 yang berisi

hukuman bagi pezina laki- laki maupun perempuan masing- masing

dipukuli 100 kali.

Adapun kategori zina ada dua jenis, yaitu :


47

1) Zina Muhsan merupakan pezina yang sudah balig, sudah pernah menikah

dan merdeka. Hukumannya dilempari batu sampai mati (dirajam).

2) Zina Gairumuhsan merupakan pezina yang belum pernah menikah.

Hukumannya dicambuk sebanyak 100 kali dan diasingkan selama satu

tahun.

3) Perbuatan zina harus didukung dengan bukti yang kuat dan benar. Jangan

sampai menuduh orang berzina namun tidak terbukti.

Adapun dampak negatif dari zina yaitu, Allah akan melaknat orang pezina,

dikucilkan oleh masyarakat, anak dari hasil zina tidak bisa dinasabkan

kepada bapaknya, anak dari hasil zina tidak berhak mendapat warisan.

Dengan demikian, hendaknya hindari lingkungan yang tidak jelas, serba

bebas dan tidak terkontrol oleh orang tua. Mencari lingkungan yang sehat,

baik agar melindungi diri serta keluarga dari perbuatan zina.

Indikator Pembelajaran:

a. Meyakini bahwa pergaulan bebas dan zina adalah dilarang agama.

b. Menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan zina sebagai

pengamalan Q.S. al-Isra‟/17: 32, dan Q.S. an-Nur /24: 2, serta Hadis

terkait.

c. Menjelaskan makna isi Q.S. al-Isrā‟/17:32 dan Q.S. an-Nµr/24:2 perilaku

larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina dengan menggunakan IT.

d. Menganalisis Q.S. al-Isra‟/17: 32, dan Q.S. an-Nur/24 : 2, serta Hadis

tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina.


48

e. Mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-Isrā‟/17:32 dan Q.S. an-Nµr/24:2,

tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina dengan menerapkan

berbagai jenis nada bacaan (nagham) secara baik dan lancar.

f. Meneliti secara lebih mendalam bentuk perilaku tentang , Q.S. al-

Isrā‟/17:32 dan Q.S. an-Nµr/24:2, sebagai dasar dalam menerapkan

larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina , dengan menggunakan IT.

g. Menampilkan contoh perilaku berdasarkan , Q.S. al-Isrā‟/17:32 dan Q.S.

an- Nµr/24:2 sebagai dasar dalam menerapkan larangan pergaulan bebas

dan perbuatan zina berdasarkan Q.S. al-Isrā‟/17:32 dan Q.S. an-Nµr/24:2

melalui presentasi, demonstrasi dan simulasi.

h. Memberikan contoh-contoh perilaku, berdasarkan tambahan bacaan ayat

al- Qur‟ān dan Hadis-hadis yang mendukung lainnya, Q.S. al-Isrā‟/17:32

dan Q.S. an-Nµr/24:2 sebagai dasar dalam menerapkan larangan pergaulan

bebas dan perbuatan zina.

2. Metode Pembelajaran PAI di SMA

Metode pembelajaran diartikan sebagai penggunaan teknik dan

sumber daya guna menjalankan proses pembelajaran.44 Metode

pembelajaran bertujuan sebagai penyampaian informasi yang dilakukan

pendidik guna memudahkan peserta didik dalam mengusai aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikap.45 Selain itu, metode pembelajaran

44
Abdurrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Humaniora, 2008),
hlm. 42.
45
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 147.
49

sebagai bentuk implementasi dari perencanaan yang telah disusun agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.46

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

merupakan langkah- langkah kreatif dan inovatif yang harus dipersiapkan

oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Berikut merupakan macam- macam metode pembelajaran PAI di

SMA:

a. Metode Expert Group

Expert Group merupakan metode yang dapat menumbuhkan rasa

kerja sama, saling membantu untuk menyelesaikan tugas yang

dilaksanakan oleh anggota kelompok. Dengan demikian, metodi ini dapat

melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan logis, mendorong motivasi

belajar, menghargai pendapat, melatih kedisiplinan, keberanian,

kreativitas, kerjasama, kemandirian dan melatih tanggungjawab pada

kelompok masing- masing.47

b. Metode Proyek

Metode ini berawal dari pemberian suatu masalah yang kemudian

dicari solusinya secara mendalam agar pembelajaran menjadi bermakna.48

46
Lisa‟diyah Ma‟rifataini, Implementasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di
SMA 11 Bandung dalam Jurnal Edukasi: Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, no. 1,
2018, hlm. 113.
47
(Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
RI, 2015, Modul Metode Pembelajaran, Bimbingan Teknis Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti berbasis ISRA, hal.73)
48
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Cet. III, (Jakarta:
Reneka Cipta, 2010), hlm. 233.
50

c. Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang

melakukan suatu percobaan dengan melibatkan peserta didik untuk

mengalami dan membuktikannya sendiri terhadap materi yang ia

pelajari.49

d. Metode Pemberian Tugas

Metode ini berbentuk penugasan yang diberikan kepada peserta

didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun bentuk tugasnya

beragam, tergantung pada kebijakan pendidik.50

e. Metode Problem Solving

Menurut Majid, metode pemecahan masalah (problem solving)

diartikan sebagai pemberian stimulus kepada peserta didik agar mampu

mengamati, mempelajari, serta berpikir terhadap suatu masalah dan

kemudian dianalisis agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan.51

f. Metode Demonstrasi

Menurut Muhibbin Syah yang dikutip oleh Handartiningsih,

metode ini dilakukan melalui cara memperagakan urutan, kejadian, barang

49
Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kajian Teori dan Aplikasi
Pembelajaran PAI, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2017), hlm. 171.
50
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Cet. III, (Jakarta:
Reneka Cipta, 2010), hlm. 235.
51
Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kajian Teori dan Aplikasi
Pembelajaran PAI, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2017), hlm. 178.
51

baik secara langsung atau menggunakan media yang sesuai dengan materi

pembelajaran.52

g. Metode Tanya Jawab

Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada

peserta didik guna memberikan stimulus dan bimbingan untuk

meningkatkan pemahaman.53

3. Strategi Pembelajaran PAI di SMA

Menurut Dick and Carey yang dikutip oleh Sapuadi, strategi

pembelajaran mencakup pemilihan, pengelompokkan komponen belajar,

serta pemilihan media yang tepat untuk pelaksanaan pembelajaran.54

Menurut Sapuadi, strategi pembelajaran diartikan sebagai

pendekatan guna pengelolaan isi serta proses pembelajaran yang dilakukan

secara komprehensif untuk mencapai tujuan pembelajaran.55

Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan cara pendidik

dalam mensiasati alur proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat

tepat sasaran.

Berikut adalah macam- macam strategi pembelajaran PAI di SMA:

52
Handartiningsih, Peningkatan Kompetensi Siswa Dalam Menyiapkan Dan Menyajikan Minuman
Nonalkohol Melalui Metode Demonstrasi dalam Jurnal Pendidikan Vokasi, no. 3, (November
2014), hlm. 335.
53
Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kajian Teori dan Aplikasi
Pembelajaran PAI, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2017), hlm. 185.
54
Sapuadi, Strategi Pembelajaran, (Medan: Harapan Cerdas, 2019), hlm. 1.
55
Sapuadi, Strategi Pembelajaran, (Medan: Harapan Cerdas, 2019), hlm. 4.
52

a. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Strategi ini meliputi, Cooperative script, Think Pair and Share, Grup

Investigation.

1) Cooperative Script

Merupakan sistem memasangkan peserta didik menjadi beberapa

kelompok untuk meringkas materi yang dipelajari dan hasilnya

dipresentasikan secara bergantian. Sementara bagi peserta didik yang

mendengarkan presentasi, harus menyimak, kemudian terjadi interaksi

tanya jawab dan hasilnya disimpulkan bersama pendidik.56

2) Think Pair and Share

Strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi peserta

didik untuk berpasangan. Hal tersebut guna merenungkan sebuah

permasalahan serta menjawab persoalan yang diajukan oleh pendidik.

Strategi ini dimulai dari pendidik memberikan inti permasalahan yang

sesuai dengan materi, kemudian pendidik membantu peserta didik untuk

mengontrol jalannya diskusi yang sedang berlangsung dan hasilnya

disimpulkan bersama.57

3) Grup Investigation

Merupakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas

kelompok, mulai dari penentuan topik, pengumpulan dan analisis data dan

56
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), hlm. 12.
57
Aswan, Strategi Pembelajaran Berbasis PAIKEM, (Yogyakarta: Aswaja Pressiondo, 2016),
hlm. 79.
53

menyimpulkan hasil diskusi. Dalam hal ini, penentuan topik disepakati

bersama, antara pendidik dan peserta didik.58

b. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Menurut Rusman yang dikutip oleh Sapuadi, strategi pembelajaran

ekspositori merupakan strategi pendidik dalam memudahkan peserta didik

guna memahami materi melalui penyampaian materi secara verbal.

Strategi ekspositori diartikan sebagai pembelajaran langsung (direct

instruction). Strategi ini sebagai pendekatan yang berorientasi pada

pendidik (teacher centered approach).59

Guna mewujudkan pembelajaran yang ideal, selain pendidik harus

memperhatikan metode, strategi pembelajaran tentu memerlukan

manajemen pembelajaran yang matang. Menurut Arikunto, manajemen

diartikan sebagai sekumpulan kegiatan pengelolaan organisasi pendidikan

yang telah direncanakan sebelumnya agar berjalan secara efektif dan

efisien.60

Pada proses pembelajaran, pendidik layaknya sebagai seorang

manager yang memiliki kewenangan serta bertanggungjawab atas

manajemen pembelajaran meliputi, perencanaan pembelajaran,

pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran.61 Adanya

58
Aswan, Strategi Pembelajaran Berbasis PAIKEM, (Yogyakarta: Aswaja Pressiondo, 2016),
hlm. 80
59
Sapuadi, Strategi Pembelajaran, (Medan: Harapan Cerdas, 2019), hlm. 6.
60
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Adityia Media, 2008), hlm. 4.
61
Wiwi Hilwiah, Pengertian Manajemen Pembelajaran, (Online),
(https://www.academia.edu/10500962/Manajemenpembelajaran diakses 27 Oktober 2019).
54

manajemen pembelajaran yaitu sebagai sebagai pedoman dalam

penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai suatu tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.

Adapun definisi serta penjelasan masing- masing manajemen

pembelajaran sebagai berikut.

1. Perencanaan

Perencanaan berasal dari kata “rencana." Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), rencana memiliki arti rancangan, konsep.

Menurut M. Sobry, menjelaskan bahwa perencanaan harus dipenuhi

sebagai syarat utama dalam setiap kegiatan, terutama pembelajaran.

Kegiatan yang tidak diawali dengan perencanaan yang baik, maka sangat

rentan mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan

yang diinginkan.62

Oleh karena itu, menurut Depdiknas seorang pendidik harus

melakukan perencanaan yang baik agar proses pembelajaran dapat

berlangsung dengan efektif.63

Dalam perencanaan, seorang pendidik harus melakukan tahap

penyusunan perangkat pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) setiap mata pelajaran yang memuat Kompetensi Inti

(KI) serta Kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian, tujuan

62
M. Sobry Sutikno, Pengelolaan Pendidikan : Tinjauan Umum dan Konsep Islami, (Bandung:
Prospect, 2009), hlm. 47.
63
Depdiknas, Perangkat Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran SMA, (Jakarta:
Depdiknas, 2008), hlm. 3.
55

pembelajaran, materi pembelajaran, terdapat alokasi waktu, penggunaan

metode serta media pembelajaran, kegiatan pembelajaran, serta penilaian

hasil belajar, dan sumber belajar.64

Ahmad Munir Saifulloh dan Mohammad Darwis mendefinisikan

perencanaan sebagai upaya menetapkan tindakan serta sumber daya guna

meraih target/tujuan.65 Sedangkan, menurut Marno dan Supriyatno

perencanaan merupakan proses merencanakan sesuatu secara matang guna

mencapai tujuan yang diinginkan.66 Adanya perencanaan yang matang,

visi pembelajaran diharapkan akan memiliki gambaran secara gamblang.

Kendati demikian, perencanaan bersifat luwes. Menurut Danarwati yang

dikutip oleh Intan dan Fifi dalam Jurnal Quality,

karena perencanaan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan

kondisi.67

Dari teori-teori yang disampaikan di atas, dapat disimpulkan

bahwa perencanaan merupakan langkah awal yang harus ditempuh

pendidik dalam menyusun strategi jangka panjang maupun jangka pendek

64
Khoironsyah, “Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 4 Pagar
Alam” dalam Jurnal An- Nizom: Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Islam, no.1 (April
2017), hlm. 89.
65
Ahmad Munir Saifulloh dan Mohammad Darwis, “Manajemen Pembelajaran Dalam
Meningkatkan Efektivitas Proses Belajar Mengajar Di Masa Pandemi Covid-19” dalam Jurnal
Bidayatuna : Jurnal Manajemen Pembelajaran, no. 02 (Oktober 2020), hlm. 302.
66
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan Islam, (Bandung:
Rafika Aditama, 2008), hlm.13.
67
Intan Siska dan Fifi Nofia, “Manajemen Pembelajaran Berbasis Greenschool Meningkatkan
Religiusitas Santri Pondok Nun Tanjung Karang Kudus” dalam Jurnal Quality: Jurnal Manajemen
Pembelajaran, no. 1 (2020), hlm. 118
56

sesuai dengan lingkungan belajar. Hal tersebut guna mempersiapkan

sebaik mungkin pembelajaran yang berkualitas.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian berasal dari kata organisasi, yang berarti

kesatuan (susunan) yang terdiri dari bagian-bagian (orang dan

sebagainya) dalam suatu perkumpulan yang memiliki tujuan tertentu.68

Pengorganisasian berfungsi untuk menentukan tugas pokok serta fungsi

masing-masing sesuai prinsip organisasi, melalui pendelegasian setiap

pegawai sekolah sesuai dengan kompetensi, mata pelajaran, wewenang,

serta tanggung jawabnya masing-masing.69

Menurut Hikmat, pengorganisasian merupakan proses

menghubungkan antara satu orang dengan orang lain sesuai dengan tugas

dan fungsinya dalam lingkup kerja yang terlibat dalam organisasi

pendidikan yang sama pula.70 Dalam hal ini, tugas pendidik saling

keterkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, pendidik termasuk unsur

terpenting dalam manajemen pengorganisasian. Sedangkan, menurut

Manda dalam Journal of Islamic Education Management memaparkan

bahwa tujuan pengorganisasian yakni memudahkan pihak sekolah dalam

68
69
Ahmad Munir Saifulloh dan Mohammad Darwis, “Manajemen Pembelajaran Dalam
Meningkatkan Efektivitas Proses Belajar Mengajar Di Masa Pandemi Covid-19” dalam Jurnal
Bidayatuna: Jurnal Manajemen Pembelajaran, no. 02 (Oktober 2020), hlm. 302.
70
Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 102.
57

membagi tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan dengan

tanggungjawab.71

Adapun Menurut Nanang Fattah sebagaimana dikutip oleh Fathor

Rachman, bahwa pengorganisasian merupakan pengalokasian sumber

daya guna pembagian tugas yang dibebankan sesuai dengan keahlian

masing- masing. Dengan demikian, tugas- tugas tersebut dapat berjalan

dengan efektif dan efisien.72

Dari pemaparan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengorganisasian merupakan proses yang dilakukan setelah melakukan

perencanaan dengan pembagian tugas kepada masing- masing individu

yang sesuai dengan keahliannya serta harus dilaksanakan dengan penuh

tanggungjawab guna mencapai tujuan pengorganisasian itu sendiri.

Dengan pengorganisasian, suatu pekerjaan akan lebih tertata dan dapat

dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak sekolah yang terlibat.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari

perencanaan. Oleh karena itu, perencanaan yang baik akan memberikan

dampak terhadap pelaksanaan pembelajaran sebagai operasionalisasi dari

kurikulum.73 Selain itu, menurut Permendiknas Nomor 41 tahun 2007

71
Manda, “Fungsi Pengorganisasian dan Evaluasi Peserta Didik” dalam Jurnal Kelola: Journal of
Islamic Education Management”, no.1 (Oktober 2016), hlm. 89- 10.
72
Fathor Rachman, “Manajemen Organisasi dan Pengorganisasian Dalam Perspektif Al-Qur’an
dan Hadist” dalam Jurnal Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman, no.2 (Desember 2015), hlm. 294.
73
Hazal Fitri, “Manajemen Pelaksanaan Pembelajaran ICT di SD Negeri 46 Kota Banda Aceh”,
dalam Jurnal Manajemen Pendidikan, no.2 (Juli- Desember 2016), hlm. 185.
58

pelaksanaan pembelajaran yakni realisasi dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang berisi kegiatan pendahuluan, inti serta

penutup.74 Adapun menurut Syafaruddin dan Nasution pelaksanaan

menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidik dalam

melaksanakan pembelajaran PAI.75

Dari pemaparan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan serta

pengorganisasian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Tanpa adanya

pelaksanaan, pembelajaran tidak akan berjalan sesuai dengan yang

diharapkan. Di dalam pelaksanaan, pendidik diharapkan dapat

mengerjakannya semaksimal mungkin guna meraih hasil yang optimal.

4. Evaluasi

Evaluasi menurut Mehren dan Lehman yang dikutip Ngalim

Purwanto merupakan kegiatan memperoleh, mengumpulkan serta

penyajian data yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan untuk

pengambilan keputusan.76

Hidayat dan Machali mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan

terencana untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran. Dengan

melakukan evaluasi, pendidik dapat menemukan indikator penyebab

74
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007.
75
Syafaruddin dan Nasution, Profesionalitas Guru, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 73.
76
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet Ke-12, hlm. 3.
59

berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran.77 Selain itu, evaluasi dapat

mengetahui peningkatan prestasi peserta didik secara berkala.78

Menurut Yusuf, sebagaimana dikutip oleh Ali Miftakhu Rosyad,

evaluasi yang dilakukan oleh pendidik setidaknya mencakup tiga hal,

yakni dari mengetahui dari segi pengetahuan siswa tentang Pendidikan

Agama Islam, menganalisis pelaksanaan praktik ibadah serta amalan-

amalannya dan penghayatan agama Islam pada peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari.79 Hal tersebut tentu sesuai dengan kriteria penilaian

yang telah ditetapkan.80

Adanya evaluasi dapat memudahkan langkah pendidik dalam

mengamati serta menganalisis yang nantinya menghasilkan keputusan

yang tepat guna perbaikan proses pembelajaran.81 Adapun evaluasi yang

dilakukan oleh pendidik setidaknya mencakup tiga hal, yakni dari

mengetahui dari segi pengetahuan siswa tentang Pendidikan Agama Islam,

menganalisis pelaksanaan praktik ibadah serta amalan-amalannya dan

penghayatan agama Islam pada peserta didik dalam kehidupan sehari-

77
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Kaukaba, 2010), hlm. 317.
78
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Kaukaba, 2010), hlm. 317.
79
Ali Miftakhu Rosyad, “Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pelaksanaan
Evaluasi Pembelajaran”, dalam Jurnal Didaktika: Jurnal Kependidikan, no.02 (Desember 2019),
hlm. 16.
80
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2008), hlm. 197.
81
Hamalik, O, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.
60

hari.82 Evaluasi digunakan untuk merefleksikan terkait sistem, prinsip

pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan rencana.83

Menurut Harjanto fungsi evaluasi adalah sebagai berikut. Pertama,

evaluasi dapat membantu peserta didik guna mengukur perkembangan

serta kemajuannya setelah mengikuti proses pembelajaran. Kedua,

evaluasi dapat mengetahui sejauh mana sistem serta keberhasilan

pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik. Ketiga, evaluasi sebagai

analisis serta refleksi pendidik guna meningkatkan kualitas mengajar.84

Menurut Dimyati dan Mujiono, evaluasi dalam pembelajaran

dibagi menjadi dua, yakni evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses

pembelajaran.85

Evaluasi hasil belajar dapat dikategorikan menjadi tiga hal yakni

sesuai dengan tujuan pembelajaran PAI. Pertama, evaluasi aspek kognitif.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan intelektual peserta

didik, seperti mengetahui, mengingat hingga pemecahan suatu masalah.86

Kedua, evaluasi aspek psikomotorik. Menurut Arikunto yang dikutip

dalam Jurnal Didaktika, aspek ini merupakan implementasi dari aspek

82
Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran. Dalam
Jurnal Didaktika: Jurnal Kependidikan, no.02 (Desember 2019), hlm. 168.
83
Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011),
hlm. 65.
84
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.
85
Dimyati dan Mudjiono, Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 190.
86
Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.
61

kognitif.87 Ketiga, evaluasi aspek afektif, yakni yang menjadi tolok ukur

keberhasilan peserta didik dalam mengimplementasikan Pendidikan

Agama Islam ke dalam kehidupan sehari- hari serta menjadi indikator

bahwa peserta didik telah tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran.88

Dalam proses evaluasi di atas, tentu diharuskan menggunakan alat

evaluasi yang sesuai agar menghasilkan data yang diperoleh bisa akurat

guna pengambilan suatu keputusan.89

Dari hasil pemaparan teori beberapa pakar di atas, dapat

disintesiskan bahwa, evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah

melewati proses perencanaan, pengorganisasian, serta pelaksanaan.

Evaluasi dilakukan sebagai upaya mengetahui, mengukur sejauh mana

keberhasilan proses pembelajaran. Tanpa adanya evaluasi, keberhasilan

pembelajaran tidak bisa terlihat dan susah untuk mengalami peningkatan

kualitas pembelajaran.

D. Media Google Classroom

Media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi sebagai alat

perangsang siswa agar lebih semangat dalam belajar. Dalam hal ini, media

87
Ali Miftakhu Rosyad, “Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pelaksanaan
Evaluasi Pembelajaran”, Dalam Jurnal Didaktika: Jurnal Kependidikan, no.02 (Desember 2019),
hlm. 172.
88
Ali Miftakhu Rosyad, “Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pelaksanaan
Evaluasi Pembelajaran”, Dalam Jurnal Didaktika: Jurnal Kependidikan, no.02 (Desember 2019),
hlm. 172.
89
Omar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), hlm. 210.
62

dapat menajamkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang

disajikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran.

Menurut Komsiah, media sebagai perantara guna mengemukakan

pesan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Salah satu media yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran yakni Google Classroom.

Menurut Sutia, Google Classroom merupakan media pembelajaran

berbasis online, yakni pembelajaran tanpa menggunakan kertas, sehingga

lebih memudahkan peserta didik maupun pendidik dalam proses belajar

mengajar.90 Selain itu, dunia Barat juga memanfaatkan Google Classroom

sebagai media pembelajaran. Hal tersebut sebagai respon Barat terhadap

kemajuan teknologi.91

Google Classroom merupakan layanan web gratis yang membantu

menyederhanakan membuat, mendistribusikan, dan menilai tugas tanpa

harus bertatap muka yang dikembangkan oleh Google untuk sekolah.92

Melalui media Google Classroom, pendidik lebih mudah dalam mengelola

pembelajaran serta menyampaikan informasi kepada peserta didik secara

tepat dan akurat.93 Melalui Google Classroom, pendidik dapat

90
Sutia, dkk, “Student‟s Response to Project Learning with Online Guidance Through Google
Classroom on Biology Projects”, dalam Journal of Physics: Conference Series, no 1-5. (2019)
diakses https://iopscience.iop.org/article/
91
Maharani dan Kartini, K. S, “Penggunaan Google Classroom Sebagai Pengembangan Kelas
Virtual Dalam Keterampilan Pemecahan Masalah Topik Kinematika Pada Mahasiswa Jurusan
Sistem Komputer” dalam Jurnal Pendipa: Journal of Science Education, no.3 (2019), hlm. 167–
173.
92
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Definisi Google Classroom, (Online), (https://id.wikipedia.org/
diakses 24 November 2020).

93
Siti Qomariah, Nursobah, dkk, “Implementasi Pemanfaatan Google Classroom untuk
pembelajaran di Era Revolusi 4.0, (dipresentasikan dalam Seminar Nasional Hasil Pengabdian
63

mengelompokkan materi panugasan tanpa menggunakan kertas

(paperless).94 Dalam menyampaikan materi, Google Classroom dianggap

media yang efektif dan tepat. Oleh karena itu, pengelolaan pembelajaran

akan menjadi lebih mudah dan efisien.95 Selain itu, pemanfaatan media

software tersebut diharapkan memberi kemudahan guna mewujudkan

pembelajaran yang lebih bermakna.96

Penggunaan Google Classroom dianggap efektif karena

pembelajaran bisa berlangsung kapan dan di mana saja. Peserta didik

dapat membuka materi bebentuk Microsoft Word, Power Point, Microsoft

Excel, bahkan Pdf yang telah dibagikan oleh pendidik, Sehingga dapat

melatih kecepatan berpikir peserta didik dalam belajar.

Melalui Google Classroom, pendidik lebih mudah dalam

mengunggah materi, memberikan tugas serta dapat menilainya langsung.97

Selain itu, pendidik dapat memanfaatkan fitur- fitur di dalam Google For

Kepada Masyarakat 2019. Pontianak. 29 Juli 2019), hlm.


94
Ulum, dkk, “Pemanfaatan Google Apps di Era Literasi Digital Pada Siswa Sekolah Dasar”
dalam Jurnal Lentera: Jurnal Ilmiah Kependidikan, no. 2, hlm. 22–31.
95
Hakim, “Efektifitas Penggunaan ELearning Moodle. Google Classroom Dan Edmodo” dalam
Jurnal I-Statement Stimik ESQ, no. 2, (2016), hlm. 6.
96
Sabran dan Sabara, E, Keefektifan Google Classroom sebagai media pembelajaran. Diseminasi
Hasil Penelitian Melalui Optimalisasi Sinta Dan Hak Kekayaan Intelektual, (2019), hlm. 122–
125.
97
Aris, dkk, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Bagi Guru SMA Melalui Media
Google Classroom” dalam Jurnal Jati Emas: Jurnal Aplikasi Teknik Dan Pengabdian Masyarakat,
no. 2 (2019), hlm.196–200.
64

Education dalam pembelajaran, seperti Google Mail, Google Calender,

Google Drive, Google Docs, Google Slides, Google Sheets.98

E. Pendidikan Di Tengah Pandemi Covid-19

Pendidikan merupakan salah satu sektor yang terdampak Covid-19.

Dengan demikian, dalam rangka mengurangi kasus serta menghentikan

penyebaran virus tersebut, Pemerintah berupaya untuk menutup sekolah.

Pembelajaran tatap muka beralih menjadi pembelajaran daring.99

Menurut Sri Gusty yang dikutip dari Jamaluddin, pembelajaran

secara daring merupakan inovasi baru yang telah diterapkan hampir semua

institusi pendidikan.100 Bahkan menurut UNESCO, penutupan sekolah

karena adanya Covid-19 populasi peserta didik mencapai lebih dari 91% di

dunia.101

Di tengah pandemi Covid-19, kebijakan Pendidikan lebih

mengutamakan Kesehatan serta keselamatan pendidik, peserta didik,

keluarga, tenaga kependidikan, serta masyarakat luas. Selain itu, guna

98
Diemas Bagas dan Rina Harimurti, “Pengaruh Penerapan Tools Google Classroom Pada Model
Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa.” Dalam Jurnal ITEdu, no.
01 (2017), hlm. 62.
99
Mahatma Chryshna, Kebijakan Pendidikan Formal Anak Pada Masa Pandemi Covid-19,
(Online), (https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/kebijakan-pendidikan-formal-anak-
pada-masa-pandemi-covid-19 diakses 04 Desember 2020).
100
Sri Gusty, dkk, Belajar Mandiri: Pembelajaran Daring Di Tengah Pandemi Covid-19, (Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2020), hlm. 13.
101
Panduan Pembelajaran Jarak Jauh Bagi GURU selama Sekolah Tutup dan Pandemi Covid-19
dengan semangat Merdeka Belajar, (Online), (http://pusdatin.kemdikbud.go.id/, diakses 4
Desember 2020).
65

mempertimbangkan kondisi tumbuh kembang, psikososial, serta

pemenuhan pelayanan pendidik kepada peserta didik.102

Hal tersebut sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2020103 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran

Corona Virus Deseas (Covid-19). Selain itu, Bupati Bojonegoro Anna

Muawanah juga mengeluarkan Surat Edaran Nomor 338/ 999/ 412201/

2020 tanggal 2 Juni 2020 tentang Perpanjangan Pelaksanaan Kebijakan

Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Virus Corona (Covid-19).104

Kendati demikian, pembelajaran daring dianggap menghabiskan

banyak biaya. Hal tersebut disampaikan oleh beberapa pernyataan wali

murid yang dilansir pada Republika, bahwa pengeluaran guna

pembelajaran daring lebih boros dibanding pembelajaran tatap muka.

Pengeluaran Rp.50.000,- hanya untuk tiga sampai empat hari.105 Selain itu,

tidak semua peserta didik memiliki smartphone, tidak ada sinyal (blank

102
Tim lingkar Madiun, Pembelajaran di Masa Pandemi, Mendikbud: Utamakan Kesehatan dan
Keselamatan Peserta Didik, (Online) (https://lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-
66717718/pembelajaran-di-masa-pandemi-mendikbud-utamakan-kesehatan-dan-keselamatan-
peserta-didik,, diakses 4 Desember 2020).
103
https://dispendik.surabaya.go.id/wp-content/uploads/2020/05/SE-Sesjen-Nomor- 15-Tahun-
2020.pdf diakses 31 Oktober 2020).
104
Imam Nurcahyo, Pemkab Bojonegoro Perpanjang Masa Belajar di Rumah Hingga Batas
Waktu Yang Belum Ditentukan, (Online), (https://beritabojonegoro.com/read/20102-pemkab-
bojonegoro-perpanjang-masa-belajar-di-rumah-hingga-batas-waktu-yang-belum-ditentukan.html
diakses 04 November 2020).
105
Republika, Pembelajaran Daring Dianggap Lebih Boros, (Online),
(https://www.republika.id/posts/9811/belajar-daring-dianggap-lebih-boros, diakses 24 Desember
2020).
66

spot)106, tugas lebih menumpuk, banyak distraction ketika sedang

belajar107

Kendati demikian, pemerintah berupaya memberikan fasilitas

bantuan kuota internet, baik kepada pendidik maupun peserta didik.108 Hal

tersebut guna mengatasi keterbatasan kuota internet untuk pembelajaran

daring.109

Menanggapi hal di atas, tentu tidak semua peserta didik mampu

untuk melakukan adaptasi dengan kebijakan baru ini, karena dianggap

mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran.110 Pendidikan daring

membutuhkan inovasi dari pendidik, sehingga pembinaan, transfer

pengetahuan dan keterampilan dapat berjalan dengan baik. Semua

pendidik harus menguasai komunikasi dalam jaringan, yaitu cara

berkomunikasi yang cara penyampaiannya lewat internet.111 Adapun

106
Radar Surabaya, Pembelajaran Daring Banyak Kendala, Guru dan Siswa Banyak Tak Siap,
(Online), (https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2020/10/06/217611/pembelajaran-daring-
banyak-kendala-guru-dan-siswa-banyak-tak-siap, diakses 24 Desember 2020).
107
Kompas Corner, Hambatan dan Solusi Saat Belajar Daring Dari Rumah, (Online),
(https://muda.kompas.id/baca/2020/04/10/hambatan-dan-solusi-saat-belajar-daring-dari-rumah/,
diakses 24 Desember 2020).
108
Rizlia Khairun Nisa, Capaian dan Harapan Pendidikan Di Tengah Pandemi Covid-19,
(Online), (https://www.merdeka.com/peristiwa/capaian-dan-harapan-pendidikan-di-tengah-
pandemi-covid-19.html diakses 04 Desember 2020).
109
Liputan6, Pemerintah Berikan Kuota Gratis Untuk Pelajar dan Guru, (Online),
(https://www.liputan6.com/bisnis/read/4366161/pemerintah-berikan-kuota-gratis-untuk-pelajar-
dan-guru, diakses 24 Desember 2020).
110
Ayunindya Annistri, Inilah Perubahan Dunia Pendidikan Di Tengah Pandemi Covid-19,
(Online), (https://www.cekaja.com/info/inilah-perubahan-dunia-pendidikan-di-tengah-pandemi-
covid-19, diakses 4 Desember 2020).

111
Ketut Sudarsana, dkk, Covid-19 Perspektif Pendidikan, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020),
hlm. 4
67

inovasi media pembelajaran yang digunakan di tengah pandemi Covid-19

seperti, Ruang Guru, Edmodo, Webex, Zoom, Google Classroom dan lain-

lain.112

112
Dyah Ariani, dkk, “Pelatihan Pemanfaatan Google Classroom Untuk Mendukung Kegiatan
Pembelajaran Daring Saat Pandemi Covid-19 di SMPIT Insan Rabbani” dalam Jurnal Abdidas,
no.5 (Oktober 2020): hlm.374.
68

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

bersifat deskripsi dalam bentuk kata-kata serta bahasa yang bertujuan guna

memahami fenomena yang terjadi pada subjek penelitian, baik itu dari segi

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lan secara holistik. Penelitian

ini memiliki konteks khusus yang alamiah serta menggunakan metode yang

alamiah pula.113

Adapun karakteristik penelitian kualitatif yakni, lingkungan alamiah,

peneliti sebagai instrumen penting, menggunakan beragam metode, pemikiran

peneliti yang kompleks, pemaknaan pada partisipan, desain baru dan dinamis,

bersifat refleksivitas dan pembahasan secara holistik.114

Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif diartikan sebagai metode

penelitian yang dilakukan pada kondisi objek yang alamiah. Metode ini

113
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017),
hlm. 6.
114
John W. Creswell, Penelitian Kualitatif& Desain Riset : Memilih Antara Lima Pendekatan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 60-63.
69

menjadikan peneliti sebagai instrumen utama.115 Dengan demikian, peneliti

harus secara aktif berperan dalam kegiatan objek penelitian.116

Pada penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan terkait “Pembelajaran

PAI Melalui Media Google Classroom Di Tengah Pandemi Covid-19 di

SMAN 4 Bojonegoro.”

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Bojonegoro. Adapun subyek

penelitian merupakan Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Pendidik PAI dan

Peserta didik kelas X. Waktu penelitian ini dilakukan selama bulan Januari

hingga…..

C. Kehadiran Peneliti

Menurut Lexy J. Moleong, kehadiran peneliti dianggap sangat

penting. Hal tersebut karena peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

menjadi instrumen pengumpul data utama. Selain itu, hanya manusia saja

yang mampu berhubungan dengan responden maupun objek lainnya serta

dapat memahami fakta- fakta yang ada di lapangan.117 Oleh karena itu,

peneliti akan berperan aktif dalam pengumpulan data di lapangan.

D. Data dan Sumber Data

Menurut Lofland, sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moelong, sumber

data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata- kata dan tindakan,

115
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: PT Alfabet, 2016),
hlm. 9
116
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017),
hlm. 9.
117
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
Hlm. 9.
70

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- lain.118 Penelitian

ini menggunakan sumber data sebagai berikut.

1. Data primer

Menurut Sugiyono, data primer merupakan sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data.119 Selain itu, Suharsimi

Arikunto, mendefinisikan data primer sebagai data yang diperoleh dari pihak

sumber data melalui wawancara, jejak dan lain- lain yang dilakukan oleh

pengumpul data.120 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data primer

merupakan data yang digali langsung oleh pengumpul data langsung dari

objeknya. Adapun yang termasuk data primer yaitu, wawancara dan observasi

(pengamatan).

2. Data sekunder

Menurut Sugiyono, data sekunder merupakan sumber data yang

diperoleh pengumpul data melalui orang lain maupun dokumen.121 Di dalam

buku lain, Sugiyono juga mendefinisikan data sekunder sebagai sumber data

yang diperoleh pengumpul data melalui membaca, mempelajari serta

memahami berdasarkan media dari sumber literatur, buku, serta dokumen.122

118
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
Hlm. 157.
119
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: PT Alfabet, 2016),
hlm. 225.
120
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta, hlm 172
121
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: PT Alfabet, 2016),
hlm. 225.
122
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 141.
71

Selain itu, Ulber Silalahi mengartikan data sekunder sebagai data yang

dikumpulkan dari sumber data kedua atau sumber lain yang ada sebelum

dilakukan penelitian.123

Adapun yang termasuk data sekunder yaitu, buku- buku literatur,

majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi, dan foto.124

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan merupakan langkah strategis

yang bertujuan untuk mengumpulkan data sebelum penelitian dilakukan.125

Adapun penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui tahap

wawancara, observasi serta dokumentasi dengan definisi sebagai berikut:

1. Wawancara

Menurut Lexy J. Moelong, wawancara berarti percakapan yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu orang yang mewawancarai (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan orang yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.126 Dengan demikian,

wawancara merupakan perolehan data dari aktivitas melihat, mendengar dan

bertanya. Adapun ketiganya akan memiliki variasi berbeda dari waktu ke

waktu dan dari situasi ke situasi lain.127

123
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), hlm. 289.
124
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
Hlm. 159.
125
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 224.
126
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
Hlm. 186.
127
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
72

Adapun jenis wawancara yang peneliti gunakan yakni wawancara

semi terstruktur, yang memiliki ciri- ciri pertanyaan bersifat terbuka, namun

tetap ada batasan- batasan tema dan alur pembicaraan, waktu yang digunakan

wawancara dapat diprediksi, fleksibel namun tetap terkontrol, adanya

pedoman wawancara, urutan serta penggunaan kata. Tujuan wawancara yakni

guna memahami fenomena yang terjadi.128

Peneliti melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah, Waka

Kurikulum, pendidik PAI, dan Peserta Didik kelas X di SMAN 4 Bojonegoro.

Peneliti akan menanyakan seputar manajemen pembelajaran PAI

melalui media Google Classroom di tengah pandemi Covid-19, faktor

pendukung dan penghambat pembelajaran PAI, serta solusi atau upaya dari

stakeholder dalam pembelajaran PAI agar dapat menyentuh pada aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik.

2. Observasi

Menurut Abdurrahman Fatoni, observasi merupakan teknik

pengumpulan data yang ditempuh melalui pengamatan terhadap situasi atau

objek sasaran yang disertai dengan catatan- catatan.129 Menurut Guba dan

Lincoln yang dikutip oleh Lexy J. Moelong, teknik observasi merupakan

pengamatan yang dilakukan secara langsung. Peneliti dapat melihat dan

Hlm. 157.
128
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), hlm. 123.
129
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2011), hlm.104.
73

mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana

sesuai dengan keadaan sebenarnya.130

Peneliti akan melakukan pengamatan terhadap fenomena- fenomena

selama proses pembelajaran PAI secara daring berlangsung, pengamatan pada

pendidik PAI dalam manajemen pembelajaran, tanggapan serta keaktifan

peserta didik saat pembelajaran daring berlangsung. Observasi ini

menggunakan catatan lapangan serta membuat daftar cek guna pengecekan

semua informasi yang dibutuhkan peneliti.

3. Dokumentasi

Menurut Lexy J. Moleong, dokumentasi dalam penelitian yakni

sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan

untuk meramalkan.131 Sedangkan, menurut Sugiyono, dokumentasi

merupakan langkah yang harus ditempuh peneliti guna memperoleh data serta

informasi yang berasal dari sumber buku, arsip, dokumen, tulisan angka serta

gambar yang berupa laporan serta keterangan. Setelah dokumentasi

dikumpulkan, data tersebut kemudian dapat dikaji.132

Peneliti menggunakan dokumentasi berupa buku- buku, majalah, arsip

sekolah, catatan hasil rapat, serta foto.

130
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
Hlm. 174.
131
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
Hlm. 217.
132
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung: Alfabeta, 2015) hlm. 329.
74

F. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moelong, teknik

analisis data kualitatif merupakan upaya mengolah, mengorganisasikan,

memilah, mensintesiskan data, mencari dan menemukan pola, menemukan

data yang penting, kemudian menetapkan hasil analisis yang dapat dibagikan

kepada orang lain.133

Menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono, analisis

data dilakukan sejak awal penelitian dan berikutnya dapat dilakukan selama

penelitian berlangsung. Adapun aktivitas dalam analisis data yakni, reduksi

data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing/verification).134

1. Reduksi Data

Miles dan Huberman mengartikan reduksi data sebagai bentuk analisis

yang tajam, menggolongan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu

serta mengorganisasikan data. Dengan demikian, peneliti dapat menarik

kesimpulan dan verifikasi data.135

2. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan singkat,

berupa bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan semacamnya. 136 Selain

133
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
Hlm. 248.
134
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 246.
135
Miles, Mattew B dan Amichael Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang
Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007).
136
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 341.
75

itu, menurut Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiyono, memaparkan

bahwa penyajian data dalam penelitian kualitatif bersifat naratif.137

3. Penarikan kesimpulan

Menurut Zainal Arifin, penarikan kesimpulan hendaknya dilakukan

secara bertahap. Pertama, menyusun kesimpulan sementara. Namun, jika data

semakin bertambah perlu dilakukan verifikasi, yakni menelaah kembali data-

data yang tersedia. Kedua, menarik kesimpulan akhir. Hal ini dilakukan

setelah tahapan pertama selesai.

Penarikan kesimpulan akhir dilakukan dengan cara membandingkan

kesesuaian pernyataan responden dengan makna yang terkandung di dalam

masalah peneliti secara konseptual.138

G. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Sugiyono, uji keabsahan data dapat dilakukan melalui uji

kreadibilitas data (validitas internal), uji depenabilitas (reliabilitas) data, uji

transferabilitas (validitas eksternal/ generalisasi), serta uji konfirmabilitas

(obyektivitas).139

1. Uji Kreadibilitas Data

Menurut Lexy J. Moleong, uji kredibilitas data atau kepercayaan

terhadap data kualitatif dilakukan melalui perpanjangan keikutsertaan,

137
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 341.
138
Zainal Arifin, Pengertian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 173.
139
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
hlm. 294.
76

ketekunan pengamatan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif dan pengecekan anggota.

Selain itu, uji kredibilitas mempunyai dua fungsi. Pertama, guna

melakukan pemeriksaan terhadap tingkat kepercayaan penemuan peneliti.

Kedua, memperlihatkan derajat kepercayaan terhadap hasil penemuan peneliti

melalui pembuktian pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.140

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti tentu tidak hanya dilakukan dalam waktu yang

singkat, melainkan perlu perpanjangan dalam penelitian. Hal ini bertujuan

agar data berada pada titik kejenuhan, sehingga akan mampu membatasi

terjadinya kekeliruan peneliti, membatasi kejadian- kejadian yang hanya

pengaruh sesaat.

b. Ketekunan Pengamatan

Peneliti hendaknya melakukan pengamatan secara teliti dan rinci,

selain itu juga tekun dan dalam waktu yang panjang.

c. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik yang digunakan sebagai pemeriksa

keabsahan data melalui pemanfaatan sesuatu yang lain. Triangulasi dibagi

menjadi tiga, yakni:

1) Triangulasi sumber

Teknik ini dilakukan melalui pengecekan data yang telah diperoleh

dari ketiga sumber (wawancara, observasi dan dokumentasi). Kemudian,


140
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016)
Hlm. 324.
77

peneliti memberikan kesimpulan atas pengecekan tersebut serta meminta

kesepakatan dari sumber data.141

2) Triangulasi waktu

Guna menguji kredibilitas data, peneliti berkunjung ke sekolah pada

waktu pagi hari saat jam mengajar. Diharapkan, informan dapat memberikan

data yang akurat dan penuh semangat. Peneliti akan berulang kali dalam

partisipasi di lapangan, sehingga data yang dikumpulkan dianggap benar.

Menurut Sugiyono, pengecekan triangulasi waktu melalui wawancara,

observasi atau teknik lain pada waktu dan situasi yang berbeda.142

3) Triangulasi teknik

Dilakukan melalui pencarian informasi atau data pada informan atau

objek yang sama, namun menggunakan teknik yang berbeda. Dalam hal ini

peneliti akan menganalisis dan membandingkan data yang diperoleh pertama

kali dengan data yang diperoleh selanjutnya.

d. Diskusi dengan teman sejawat

Diskusi ini mengumpulkan teman sejawat. Diharapkan mereka

memiliki pengetahuan serta wawasan yang sama dengan bidang yang diteliti,

sehingga mereka dapat memberikan kritikan terhadap hasil penelitian.

e. Analisis Kasus Negatif

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data atau peristiwa yang

tidak sesuai dengan informasi yang telah dikumpulkan.

141
Sugiyono. 2008 hlm 127
142
Sugiyono. 2008 hlm 127
78

f. Pengecekan Anggota

Pengecekan ini dilakukan oleh anggota (sumber data) yang terlibat

dalam proses pengumpulan data. Anggota tersebut mengecek hasil data yang

telah diorganisasikan oleh peneliti. Dalam hal ini, anggota atau responden

dapat segera memperbaiki data barangkali ada kekeliruan, responden dapat

menambahi informasi yang belum terpikirkan saat pengumpulan data di

waktu lalu. Selain itu, memberikan kesempatan bagi responden agar

mengadakan penilaian serta pengecekan terhadap data secara keseluruhan.

2. Uji Dependabilitas (reliabilitas) data

Pada penelitian kualitatif, uji dependabilitas dilakukan melalui

pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian.143 Peneliti melakukan

audit terhadap seluruh data selama proses penelitian. Kemudian, peneliti

melakukan konsultasi kepada pembimbing, sehingga pembimbing mengaudit

seluruh proses penelitian agar tidak terjadi kekeliruan dalam hal penyajian

data penelitian.

3. Uji Transferabilitas Data

Sugiyono mendefinisikan uji transferabilitas (transferability) sebagai

teknik untuk menguji validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.144 Selain

143
Prastowo Andi, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Prespektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar- ruzz Media, 2012), hlm. 274.
144
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: PT Alfabeta, 2015),
hlm. 376.
79

itu, Menurut Lexy J. Moleong, uji tranferabilitas sebagai persoalan empiris

yang berkaitan pada kesamaan konteks pengirim dan penerima.145

4. Uji Konfirmabilitas Data

Menurut Prastowo Andi, mengartikan uji konfirmabilitas sebagai

pengujian hasil penelitian yang dikaitkan melalui proses penelitian

dilakukan.146 Pengujian tersebut digunakan untuk memastikan sesuatu yang

bersifat objektif serta tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang

terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Objektif di sini

berarti dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan.147

145
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
Hlm. 324.
146
Prastowo Andi, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Prespektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar- ruzz Media, 2012), hlm. 275.
147
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
Hlm. 326.

Anda mungkin juga menyukai