Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL KEWASPADAAN DINI TERHADAP PAHAM RADIKALISME

DI KALANGAN REMAJA

Pengusul :

1. Marsela Matul Shafrulloh (202302086)

2. Miftakhul Fata Hudia (202302089)

3. Mismala Syamsihana (202302090)

4. Muchammad Risqi (202302092)

5. Mustofa Abdul Ghoffur (202302096)


6. Nadila Prita Ariyadi (202302098)

7. Nahdia Zahrotul Putri (202302099)

8. Najwa Khoirunnisa Subekti (202302100)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2023 / 2024
KEWASPADAAN DINI TERHADAP PAHAM RADIKALISME

DI KALANGAN REMAJA

Abstrak
Penggunaan smartphone tentu saja tidak lepas dari dampak positif maupun dampak
negatif bagi penggunanya, terutama bagi pelajar salah satunya tentang radikalisme.
Sekolah - sekolah di Indonesia pada beberapa tahun belakangan ini menjadi sasaran
radikalisme. Dengan demikian, diharapkan adanya pemikiran kritis bagi siswa-
siswi sehingga dapat menangkal radikalisme di kalangan pelajar tersebut. Kegiatan
pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Tebo tepatnya di Desa
Giriwinangun. Kegiatan penyuluhan tentang paham radikalisme menggunakan
metode ceramah, tanya jawab, serta evaluasi dan refleksi. Sasaran pelaksanaan
kegiatan ini adalah siswa kelas X dan XI di SMK Negeri 5 Tebo. Hasil kegiatan
menunjukkan bahwa pemahaman siswa bertambah dengan adanya diskusi tanya
jawab dan siswa mapu menjawab dengan benar. Sosialisasi paham radikalisme
yang dilakukan di SMK Negeri 5 Tebo berjalan dengan lancar atas dukungan dari
bapak Aipda Dadan Juanda dan Sertu Daryono sebagai pemateri serta antusias para
siswa yang sangat bersemangat.
Kata kunci: Pendidikan, Radikalisme, Remaja, SMK

Abstract
The use of smartphones, of course, cannot be separated from positive and negative
impacts for its users, especially for students, one of which is about radicalism.
Schools in Indonesia in recent years have become targets of radicalism. Thus, it is
hoped that there will be critical thinking for students so that they can counteract
radicalism among these students. Methods: This community service activity was
carried out at SMK Negeri 5 Tebo, precisely in Giriwinangun Village. Counseling
activities on radicalism use the lecture method, question and answer, as well as
evaluation and reflection. The target of this activity is the students of class X and
XI at SMK Negeri 5 Tebo. Result: Shows that students' understanding increases
with the question and answer discussion and students are able to answer correctly.
Conclusion: The socialization of radicalism that was carried out at SMK Negeri 5
Tebo went smoothly with the support of Mr. Aipda Dadan Juanda and Sertu
Daryono as presenters and the enthusiasm of the students who were very
enthusiastic.
Keywords: Education, High School, Radicalism, Youth

1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Survei Badan Litbang SDM menggunakan smartphone yakni sekitar
Kominfo (Kominfo, 2017) menunjukkan 84,14%.
bahwa pulau, Sumatera menjadi nomor dua
Penggunaan smartphone pada pelajar akan
terbesar 66,3% atau lebih dari setengah
berdampak positif, seperti
masyarakat dalam memiliki dan
kemudahandalam berdiskusi dan
berkomunikasi, dapat mencari dan
menemukan informasi secara cepat, serta bernegara. Akademisi Komunikasi Fisip
meningkatkan wawasan pelajar. Tetapi, Unsyiah, Rahmat Saleh menyatakan,
kemudahan dalam mencari informasi radikalisme menjadikan kaum muda
tersebut membuat berbagai informasi sebagai sasaran untuk direkruitmen. Maka
dengan mudah diterima pelajar terutama dari itu, kaum muda sangat penting untuk
terkait isu radikalisme. memiliki bekal pengetahuan dan
pemahaman yang baik dan benar terutama
Menurut Sudjito (2018), persoalan besar
tentang media serta konsumsi konten media
tengah dihadapi negeri ini, bukan hanya
(Warsito, 2019).
terletak pada pesoalan politik dan ekonomi
saja, akan tetapi juga telah memasuki Sekolah - sekolah di Indonesia pada
konteks sosial dan budaya. Sadar atau tidak beberapa tahun belakangan ini menjadi
sadar, kita telah disusupi dengan isu-isu sasaran radikalisme. Menurut Al Ayyubi
radikal dengan tujuan agar masyarakat berdasarkan data yang didapatkan dari
Indonesia menjadi terpecah belah. Hal ini Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian
sangat berkaitan ketika kita hubungkan (LaKIP), data itu menyebutkan sekolah
dengan pesan yang disampaikan oleh sang memang rawan dipengaruhi dengan
proklamator, yakni Soekarno yang pada radikalisme, dimana seharusnya sekolah
saat itu menyampaikan pidato menjadi tempat menuntut ilmu bagi
kenegaraannya pada tahun 1956, dengan generasi muda, dengan persentase 48,9%.
mengatakan bahwa “suatu bangsa tidak Maka, dapat dikatakan bahwa tindakan
akan bisa berdiri tanpa suatu keyakinan radikal di sekolah didukung oleh para siswa
(nation without faith can’t stand).” Maka (Al Ayyubi, 2019).
dari itu, sangatlah jelas bahwa setiap
Beberapa kasus terorisme pernah terjadi,
gerakan-gerakan radikal dan sikap
contohnya pada kasus bom bunuh diri yang
intoleransi yang muncul di negeri ini
terjadi di Medan yang membuat masyarakat
bukanlah merupakan karakter dari bangsa
merasa was-was jika berdekatan dengan
Indonesia.
orang asing. Pasalnya, pelaku bom bunuh
Menurut Muthohirin (2015), diri biasanya merupakan seseorang yang
gerakangerakan radikalisme semakin tidak diketahui secara jelas identitasnya.
banyak muncul keruang-ruang publik di Meskipun begitu, masyarakat diminta
Indonesia. Berbagai aksi-aksi yang bersifat untuk tidak berlebihan dalam mencurigai
terorisme semakin hadir begitu pesat, dari orang asing karena justru akan merusak
aksi terorisme yang berskala kecil hingga kehidupan bermasyarakat (Ayu, 2019).
aksi yang berskla besar. Aksi-aksi
Hasil penelitian ini akan menguatkan
terorisme tersebut juga terjadi secara
penelitian - penelitian sebelumnya
berulangulang dihadapan publik. Berbagai
(Saifuddin,
langkah pemberantasan dan pencegahan
dilakukan oleh pemerintah terhadap 2011) bahwa penyebaran radikalisme
kelompok - kelompok teroris yang terus sasarannya bukan hanya masyarakat biasa
bermunculan. Fenomena fenomena seperti tetapi juga kepada mahasiswa perguruan
ini menjadi tanda - tanda kemunculan tinggi umum dengan alasan perguruan
gerakan radikalisme. tinggi umum lebih mudah menjadi target
radikal karena mahasiswa yang ada di
Saat ini paham - paham radikalisme dinilai
PTUN umumnya berasal dari SMU/SMK
masih mempunyai ancaman serius bagi
yang pemahaman agamanya rendah,
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan
sementara dari perguruan tinggi keagamaan adalah pihak Bhabinkamtibmas dan pihak
mahasiswanya berasal dari sekolah yang Babinsa Desa Giriwinangun. Tahap kedua
berbasis keagamaan yang pemahaman adalah tanya jawab atau dapat berupa
keagamaannya sudah kuat sehingga tidak diskusi antara pemateri dan audien.
mudah didoktrinasi oleh paham radikal. Sebanyak 3 orang siswa memberikan
pertanyaan kepada pemateri. Kemudian
SMK Negeri 5 Tebo merupakan satu
pada tahap ketiga, moderator melakukan
satunya sekolah menengah atas di Desa
evaluasi dan refleksi tentang sejauh mana
Giriwinangun yang terletak di tengah -
pemahaman siswa terhadap materi yang
tengah pemukiman penduduk, sehingga
telah disampaikan. Untuk membangkitkan
mayoritas siswa berasal dari remaja Desa
semangat dan antusias audien, bagi yang
Giriwinanangun. Pemahaman agama yang berhasil menjawab pertanyaan diberikan
ada di SMK Negeri 5 Tebo hanya terdapat hadiah. Tahapan evaluasi dan refleksi yang
mata pelajaran agama saja sehingga sangat dilaksanakan dengan melibatkan guru
sedikit dibandingkan dengan pemahaman untuk melihat kemungkinan pengabdian
mata pelajaran lainnya. Sehingga perlu dapat
dilakukan penambahan pengetahuan
dilaksanakan secara berkelanjutan
tentang paham radikalisme di SMK Negeri
5 Tebo dengan cara melakukan program
kerja sosialisasi kewaspadaan dini paham
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
radikalisme dikalangan remaja.
Pelaksanaan sosialisai dilaksanakan dalam
Dengan demikian, diharapkan adanya
tiga tahapan. Pada tahap pertama, siswa
pemahaman atau pemikiran kritis bagi
diberikan materi oleh pemateri. Serda
siswa siswi sehingga dapat menangkal atau
Darmanto sebagai pemateri pertama
jadi titik awal untuk mematikan isu - isu
memberikan materi tentang konsep
terkait radikalisme di kalangan pelajar
pemahaman radikalisme dan beberapa
tersebut. Hal terpenting adalah pelajar
contoh tindakan radikal yang dilakukan di
harus meningkatkan atau imunitas nya
Sekolah. Namun sebelum diberikan
terhadap cara berpikir yang baik dan bijak
pemahaman lebih lanjut, Serda Darmanto
serta sangat memerlukan akan literasi
meminta kepada seluruh siswa untuk
media terhadap terpaan informasi informasi
menyanyikan lagu Indonesia Raya,
tersebut.
pembacaan pancasila, dan UUD 1945.
Materi tentang bahaya pemahaman
radikalisme diberikan dengan tujuan agar
2. METODE
siswa mengetahui bahwa radikalisme dapat
Kegiatan pengabdian masyarakat ini mengancam setiap orang, khususnya siswa
dilaksanakan di SMK Negeri 5 Tebo sebagai generasi penerus bangsa. Selain itu,
tepatnya di Desa Giriwinangun. Kegiatan pemateri memberikan beberapa contoh
edukasi atau penyuluhan menggunakan tindakan yang mungkin secara tidak sadar
metode ceramah, tanya jawab, serta sering dilakukan oleh siswa yang termasuk
evaluasi dan refleksi. Sasaran pelaksanaan tindakan radikal seperti tidak ingin
kegiatan ini adalah siswa kelas X dan XI di mengikuti upacara bendera, tidak ingin
SMK Negeri 5 Tebo. menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan lain
- lain. Penyampaian materi yang diberikan
Pada tahap pertama, pembicara
memberikan materi. Pemateri dalam hal ini
bersifat komunikasi dua arah terhadap Intoleransi merupakan kebalikan dari
siswa. seluruh prinsip yang terdapat pada
toleransi; (1) ketidakmampuan menahan
Penyampaian materi disampaikan secara
diri yang tidak suka terhadap orang lain, (2)
bergantian. Materi selanjutnya disampaikan
adanya sikap mencampuri dan atau
oleh Aipda Dadan Juanda tentang sikap
menentang pendapat atau keyakinan orang
intoleransi terhadap paham radikalisme.
lain, dan (3) sengaja mengganggu orang
Menurut Aipda Dadan Juanda, sikap
lain.
intoleransi dan radikalisme bukan bagian
sikap yang berbeda. Keduanya saling
menopang.

Gambar 1. Penyerahan sertifikat pemateri (Babinsa dan Bahinkamtibmas)


Dengan maraknya paham radikalisme ini menyampaikan pertanyaan kepada
adalah adanya nilai-nilai intoleransi yang pemateri. Namun sebelum pemateri
diajarkan oleh kelompok - kelompok menjawab pertanyaan yang diberikan,
radikalisme. Kelompok - kelompok yang pemateri memberikan kesempatan terlebih
terpapar oleh paham radikalisme ini kurang dahulu kepada siswa untuk menjawab. Pada
bisa menerima adanya perbedaan. saat proses tanya jawab, kita dapat melihat
Menganggap paham atau ajaran yang bahwa ternyata rasa ingin tahu siswa cukup
dianut kelompok di luarnya adalah salah. dalam terhadap pemahaman anti
Misalnya dalam hal ibadah. Pastilah dalam radikalisme dan berbagai contoh sikap yang
menjalankan ibadah setiap agama termasuk radikal ataupun sikap yang dapat
mempunyai cara yang berbeda beda. memancing kemunculan tindakan radikal.
Namun, kelompok-kelompok radikalisme Maka dari itu, pihak sekolah sebagai wadah
ini tidak mewajari perbedaan -perbedaan pembelajaran siswa agar dapat
seperti itu. Kelompok ini juga kurang menciptakan kedamaian, menumbuhkan
terbuka dalam menerima kritikan dan saran rasa cinta tanah air, dan memupuk sikap
dari pihak lain. Padahal, kehidupan yang saling toleransi.
ideal dalam masyarakat yang bermacam-
Tahap ketiga yaitu evaluasi dan refleksi
macam atau heterogen adalah menekankan
terhadap materi yang telah disampaikan.
cara seseorang dapat hidup saling
Pada tahap evaluasi, penilaian keberhasilan
berdampingan dengan sikap toleransi.
kegiatan sosialisasi ini dilakukan melalui
evaluasi pengetahuan siswa dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan
tentang materi yang telah disampaikan
Tahap kedua yaitu tanya jawab. Peserta melalui wawancara. Berdasarkan hasil
sosialisasi (siswa) diperkenankan untuk wawancara terhadap siswa siswa, diperoleh
keterangan bahwa siswa dapat sehingga kami bisa menyelesaikan artikel
menyebutkan konsep paham radikalisme, ini.
contoh tindakan radikal di lingkungan
masyarakat dan di sekolah, dan konsep
sikap intoleransi beserta cara DAFTAR PUSTAKA
menghindarinya. Kemudian pada tahap
refleksi, guru - guru yang hadir Al Ayyubi, S. (2019). Begini cara
menyampaikan bahwa siswa yang hadir menangkal radikalisme di sekolah.
(online). Diakses 10 Juni 2022.
sebagai peserta sosialisasi memiliki
antusias yang tinggi dalam mengikuti https://kabar24.bisnis.com/
kegiatan sosialisasi. Lalu apabila Ayu, L. A. (2019). Hadapi radikalisme
mahasiswa Kukerta UNJA bersedia maka seperti bom Medan, apa yang harus
para siswa menghendaki kembali untuk kita lakukan? (online). Diakses 10
diadakan kegiatan lanjutan. Juni 2022.
https://www.kompas.com/
[Kominfo] Kementerian Komunikasi
dan Informatika Republik
Indonesia. (2017).
Survey Penggunaan TIK
Serta
Gambar 2. Sesi tanya jawab bersama Implikasinya Terhadap Sosial Budaya
peserta Masyarakat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Aplikasi
Informatika dan Informasi dan
4. KESIMPULAN Komunikasi Publik, Badan
Secara umum adanya kegiatan ini mampu Penelitian dan Pengembangan
meningkatkan pemahaman siswa SMK 5 Sumber Daya Manusia.
Negeri Tebo mengenai bahanyanya paham Muthohirin, N. (2015). Radikalisme Islam
radikalime. Kegiatan ini dapat terlaksana dan pergerakannya di media social.
dengan baik berkat kerjasama dengan Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman
dengan pihak terkait tentang radikalisme itu Afkaruna, 11(2), 240 - 259.
sendiri yaitu Babinsa dan
Babhinkamtibmas, serta didukung oleh Saifuddin. (2011). Radikalisme Islam di
perangkat Desa Giri winangun. kalangan mahasiswa (sebuah
metamorfosa baru). Analisis: Jurnal
Studi Keislaman, 11(1), 17-32.
UCAPAN TERIMA KASIH Warsito, B. (2019). Pentingnya literasi
Ucapan terima kasih terutama ditujukan media untuk cegah radikalisme
kepada pemateri yaitu aipda Dadan juanda [Berita online].
dan sertu Daryono serta pihak SMK 5 Diakses 10 Juni 2022.
Negeri 5 Tebo telah bersedia menjadi
peserta sosialisasi. Terimakasih juga https://www.jawapos.com/
kepada Dosen Pembimbing Lapangan yaitu
yang telah memberikan bimbingan

Anda mungkin juga menyukai