Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Kinerja Pemerintah Daerah di Masa Pandemi Terhadap

Preferensi Pemilih Muda dalam Menyongsong Pilkada 2024

DISERAHKAN OLEH
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR)

1
I. INFORMASI ORGANISASI

(a) Nama Organisasi: (b) Entitas: (c) Nomor Dokumen Hukum (Akta Pendirian): (d) Anggota
Pengurus: (e) Nama Direktur: (f) Tanggal Pendirian: (g) Team Leader (Penanggung
Jawab/PIC) untuk kegiatan yang diajukan: (h) NPWP: (i) Alamat: (j) Telepon: (k) Faks: (l)
Email: (m) Website:

II. PROFIL ORGANISASI


II.1. PROFIL UMUM
Jelaskan secara singkat mengenai tujuan umum lembaga Anda, later belakang
lembaga, dan jenis kegiatan yang menjadi kegiatan pokok lembaga. Jika yang
mengajukan proposal adalah konsorsium, mohon berikan informasi ini untuk
semua lembaga yang tergabung dalam konsorsium.

MAARIF Institute adalah lembaga yang fokus pada nilai-nilai toleransi, anti-
diskriminasi, pluralisme, dan kemajemukan. Dirikan pada tahun 2003 sebagai upaya
untuk mengkampanyekan gagasan yang merekatkan hubungan antara Islam,
Kebangsaan, dan Kemanusiaan.

MAARIF Institute sejak 2011 fokus dalam penguatan nilai-nilai HAM, demokrasi,
pluralisme, dan anti-kekerasan di sekolah-sekolah menengah atas negeri. Selama 7
tahun terakhir, MAARIF Institute telah melakukan advokasi dan pendampingan
kepada guru, khususnya Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan
siswa untuk memperkuat skil dan pengetahuan mereka terkait dengan pentingnya
menciptakan kehidupan yang demokratis dan menjaga keragaman dari berbagai
pengaruh buruk radikalisme, ekstremisme dan sektarianisme.

Pada tahun 2016 hingga 2017 ini MAARIF Institute memberi perhatian mendalam
dalam upaya membendung arus radikalisasi melalui penguatan kebijakan sekolah.
MAARIF Institute telah melakukan pendampingan di 25 SMU Negeri yang tersebar
di 7 Kota/kabupaten (6 Provinsi) dalam upaya menyusun dan merumuskan kebijakan
sekolah yang mampu membendung penetrasi radikalisme di lingkungan sekolah.

II.2. SEJARAH KERJASAMA LEMBAGA


Daftarkan semua kerjasama yang pernah dilakukan lembaga Anda selama 5 tahun
terakhir. Jika yang mengajukan proposal adalah konsorsium, mohon berikan
informasi ini untuk semua lembaga yang tergabung dalam konsorsium.

No. Nama Program


Periode Kerjasama
Nilai Kontrak Kerjasama
Nama Lembaga yang bekerjasama dan kontak

2
Penanggungjawab Program
1 2 3 4

III. PROPOSAL TEKNIS


3.1. RINGKASAN PROPOSAL TEKNIS
(a) Nama Kegiatan:
Memperkuat Community Resilience dan Penguatan Kebinekaan dan Demokrasi Melalui
Lembaga Pendidikan di Sekolah Menengah Sebagai Upaya Menghadang Radikalisme di
Kalangan Anak Muda
(b) Tujuan:
Memastikan terciptanya budaya demokrasi dan kebinekaan di lembaga pendidikan melalui
peran aktif pelajar SMA serta keterlibatan komunitas masyarakat sipil dalam menanggulangi
terorisme
Hal tersebut dicapai melalui empat langkah:
i. Mendorong pemerintah supaya lebih responsif dalam menangani radikalisme melalui
kebijakan dan mekanisme pembinaan siswa yang efektif di lembaga pendidikan
ii. Memperkuat lembaga pendidikan untuk meningkatkan kultur kebinekaan untuk
menangkal radikalisme
iii. Mengembangkan keterampilan Pelajar/ aktivis ROHIS/ OSIS untuk memperoleh
informasi dalam penanggulangan radikalisme
iv. Terlibatnya kelompok masyarakat sipil moderat dalam memperkuat kebinekaan di
lembaga pendidikan
(c) Hasil Akhir Program:
Hasil tujuan i:
 Kajian dan evaluasi Peraturan Menteri No.39 Tahun 2008 tentang pembinaan siswa
 Adanya usulan peraturan dan mekanisme evaluasi terhadap pembinaan siswa yang
memperkuat kebinekaan di lembaga pendidikan
Hasil tujuan ii:
 Adanya kebijakan sekolah dan mekanisme implementasinya yang responsif terhadap
upaya penanggulangan radikalisme
 Pengembangan keterampilan dan memperluas akses bagi guru-guru untuk
memperoleh informasi sehingga mereka lebih sensitif terhadap bahaya radikalisme

3
Hasil tujuan iii:
 Adanya peer group untuk melakukan pendampingan sebaya serta memperkuat
peran pelajar perempuan dalam pendampingan sebaya
 Program ROHIS/ OSIS yang mempromosikan kebinekaan
 Tersedianya sumber informasi alternatif yang mempromosikan kebinekaan di
antara pelajar

Hasil Tujuan iv
 Memperkuat kapasitas dan kemampuan jaringan kelompok masyarakat sipil moderat
dalam meningkatkan kebinekaan di sekolah
 Hadirnya kelompok masyarakat sipil moderat yang dapat melaksanakan mentoring
untuk mempertahankan kebinekaan di sekolah
(d) Penerima Manfaat:
Penerima manfaat ini adalah kepala sekolah dan pembina OSIS/ROHIS, aktivis
OSIS/ROHIS, Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di tingkat local, pemimpin agama dan
akademisi dari kelompok masyarakat sipil serta pemerintah lokal dan nasional
9 kota @ 3 SMUN/SMK/MA

(e) Lokasi Program:


Jakarta, Bogor, Bekasi, Malang, Lamongan, Surabaya, Bima, dan Poso.
(f) Durasi:
24 bulan
(g) Perkiraan Biaya Total (lihat Lampiran untuk detil anggaran):
Rp. 500.000.000- 2.000.000
3.2. PROPOSAL TEKNIS MENDETIL
3.2.1 Konteks dan Rasional
Upaya yang dikembangkan adalah bagaimana menghidupkan kembali nilai-nilai universal
seperti toleransi, menghormati kemajemukan serta keadilan sosial untuk mengatasi
radikalisme dan ekstremisme. Salah satu tesis Maarif Institute adalah sikap intoleran
merupakan tahap pertama menuju radikalisme dan radikalisme adalah tahap selanjutnya
menuju terorisme. Untuk itu, penyemaian toleransi di dunia pendidikan merupakan hal yang
krusial. Pendidikan merupakan pintu masuk yang cukup penting bagi peserta didik untuk
mendapatkan pemahaman kognitif, afektif, dan psikomotorik dari berbagai materi pelajaran
yang diperoleh di sekolah.
Dalam perjalanannya, dunia pendidikan merupakan ladang subur terjadinya kontestasi
gagasan, terutama gagasan keagamaan. Kontestasi ini Nampak dalam beberapa penelitian
yang dilakukan Maarif Institute (2011), Wahid Institute, Lakip, serta PPIM. Paham
4
keagamaan yang menyuarakan dan mengkampanyekan khilafah, menyebut NKRI dan
Pancasila sebagai thagut mendapatkan tempatnya di sebagian sekolah kita. Demikian pula
paham yang mengajarkan kekerasan dan intoleransi sebagaimana yang ditemukan dalam
beberapa modul dan turut disebarkan secara luas melalui mentoring-mentoring keagamaan.
Sekolah dan guru bukan merupakan aktor tunggal dalam pendidikan. Peran alumni dan
mentor agama dari luar institusi sekolah juga sangat menentukan dalam menyebarkan paham-
paham ini.
Menurut Martyn E.Marty, paham keagamaan yang mempertentangkan atau memperhadapkan
antara Islam dengan paham lain adalah ciri fundamentalisme agama, yang salah satunya
adalah oposisionalisme. Artinya, fundamentalisme agama (tak terkecuali fundamentalisme
Islam) selalu berada pada posisi yang bertentangan untuk menantang segala sesuatu yang
dianggap sebagai ancaman bagi keberadaan agama Islam, di antara ancaman-ancaman
tersebut adalah modernitas, sekularisasi, liberalisasi, dan nilai-nilai Barat secara umum.
Termasuk di dalam anacaman tersebut adalah segala produk pemikiran dari Barat seperti
demokrasi dan negara-bangsa.
Paham agama yang fundamentalis, radikal, ekstrim tak pelak menjadi sasaran kesalahan atas
berkembangnya kelompok-kelompok yang melakukan infiltrasi ke sekolah. Pada tahap paling
awal, tafsir keagamaan yang disampaikan cenderung mengarahkan anak didik untuk bersikap
intoleran kepada liyan. Hal ini harus ditanggapi secara hati-hati mengingat, sikap intoleran
merupakan tangga pertama menuju radikalisasi. Radikal sendiri, dalam makna awalnya
adalah akar. Radikal merujuk pada pemahaman yang ingin merubah suatu sistem secara
fundamental. Dalam konteks ini, pemahaman yang mencoba mengganti NKRI, asas negara
dan mengkampanyekan sistem lain adalah radikal.
Koordinasi di tingkat kota/kabupaten sangat urgen dalam menghadang gejala ini. Mengingat
berbagai kebijakan sekolah ada di tangan kepala daerah beserta perangkat-perangkatnya.
Kepala dinas pendidikan, kepala sekolah, hingga guru-guru agama. Persepsi yang sama
sangatlah penting di antara mereka. Pada temuan Maarif di tahun 2011, masalah yang muncul
adalah tiadanya kesepahaman yang sama di antara stakeholder daerah mengenai ancaman
radikalisme. Konteks saat itu, walau secara global Al-Qaeda sudah muncul, namun masih
terdapat kesimpangsiuran dalam mengantisipasi bahaya radikalisme dan ekstremisme di
lingkup tanggungjawab mereka.
Terlebih situasi politik lokal turut berkontribusi. Rotasi jabatan kepala dinas, misalnya, turut
menurunkan kualitas control atas dunia pendidikan, dalam hal ini pendidikan agama dan
karakter. Kepala dinas pendidikan yang telah memiliki komitmen untuk menanggulangi
anacaman ini di sekolah-sekolah yang berada di bawah naungannya, misalnya, tiba-tiba saja
mengalami rotasi ke dinas lain yang jauh dari urusan pendidikan. Kepala dinas yang baru bisa
saja tidak memiliki pemahaman yang cukup baik dalam mengantisipasi ancaman radikalisme
dalam pendidikan.
Peran kepala sekolah adalah keping lain dari puzzle dinamika radikalisme di sekolah. Peran
kepala sekolah memiliki peran penting dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Namun,
dengan dinamika politik lokal, pergantian kepala sekolah terjadi dalam skala yang sangat
sering. Sehingga menyebabkan control atas program yang tidak berjalan dengan baik.
Terlebih, untuk pendidikan agama, pada kasus tertentu guru-guru agama lebih senior
daripada kepala sekolah. Sehingga pada aspek pendidikan agama, kepala sekolah lebih
5
memilih untuk tidak mencampuri dan membiarkan pola dan konsep pendidikan agama yang
sudah ada.
Namun, sekolah perlu melibatkan masyarakat sipil dalam mengatasi masalah ini. Keen
(2006) berpendapat bahwa inisiatif damai akar rumput lebih efektif daripada counter
terrorism dalam mencegah terorisme dan ekstremisme. Selain itu, Clarke (2006) memperkuat
peran akar rumput seperti Organisasi berbasis keagamaan merupakan partner kunci dalam
mencegah ekstremisme religius. Peran kemitraan di antara berbagai kelompok masyarakat
sipil akan lebih kuat dan efektif daripada masing-masing berjalan sendiri. Selain itu, tanpa
bermaksud mengesampingkan peran penting institusi keamanan dalam menjaga dan
mengantisipasi bahaya radikalisme, akan lebih baik bila masyarakat sipil mengupayakan
langkah-langkahnya berdasar inisiatif dari mereka dulu daripada menggantungkan diri
kepada badan keamanan. Sebagaimana pendapat Howell (2006), yang menyebutkan bahwa
bila organisasi masyarakat sipil bekerja sama dengan badan keamanan, mereka akan dicurigai
dan tidak bisa dipercaya.

3.2.2 Penjelasan Usulan Kegiatan


Kegiatan utama untuk Riset evaluasi Peraturan Menteri No.39 Tahun 2008
Pembinaan Kesiswaan di tingkat sekolah menengah merupakan hal yang krusial dan
menentukan dalam proses pendidikan di sekolah. Untuk itu, pemerintah menerbitkan
Peraturan Menteri No.39 Tahun 2008 yang mengatur mengenai Pembinaan Kesiswaan di
sekolah. Pada perkembangannya, banyak aspek yang harus dievaluasi dalam
implementasinya. Usulan kegiatan berupa riset evaluasi Peraturan Menteri No. 39 Tahun
2008 adalah tahap pertama untuk mendapatkan assessment di area program. Riset ini
dilakukan di tiap kota (9 kota) dengan menghadirkan kepala dinas pendidikan propinsi,
kepala sekolah, wakil kepala sekolah kesiswaan serta perwakilan guru. Hasil dari riset ini
adalah adanya pointer bahan riset yang
Workshop Penulisan draft Policy Review report
Hasil dari riset lapangan mengenai Peraturan Menteri tadi ditindaklanjuti dengan penulisan
hasil penelitian yang serta penulisan draft Policy Review. Penulisan ini akan dilakukan
melalui workshop penulisan draft policy review report
Workshop hasil evaluasi Peraturan Menteri No.39 Tahun 2008
Hasil penulisan draft policy review report akan dievaluasi dalam workshop selanjutnya
Mini workshop refining hasil workshop
Final Review Report
Tahap hasil akhir final review adalah adanya draft final review report.

6
Kegiatan utama untuk Adanya usulan peraturan dan mekanisme evaluasi terhadap
pembinaan siswa yang memperkuat kebinekaan di lembaga pendidikan

Workshop penyusunan draft usulan untuk pembinaan siswa.


Kegiatan ini dilakukan untuk mendiskusikan usulan draft materi untuk pembinaan siswa.
Pesertanya adalah perwakilan dari kota-kota yang telah disepakati dalam riset atau workshop
mengenai Permen No.38 Tahun 2008.

Penyusunan dan penulisan draft usulan peraturan untuk pembinaan siswa


Setelah workshop penyusunan draft usulan untuk pembinaan siswa, hasilnya akan disusun
dan dituliskan secara khusus oleh tim inti Maarif.

Penerbitan draft usulan peraturan

Serial diskusi publik di area program untuk sosialisasi usulan peraturan untuk pembinaan
siswa

Hearing dengan Kemendikbud

Memperkuat pengawasan dan pelaksana di tingkat nasional dan lokal.

Kegiatan Utama untuk adanya kebijakan sekolah dan mekanisme implementasinya


yang responsif terhadap upaya penanggulangan radikalisme

Riset dan kajian kebijakan sekolah tentang pengembangan budaya kebinekaan


Kebijakan sekolah yang mendorong pengembangan budaya kebinekaan perlu dikembangkan
dan ditradisikan di sekolah. Hal ini merupakan tahap awal untuk mengantisipasi radikalisme
yang mungkin saja berkembang di kalangan siswa. Riset dan kajian ini dilakukan untuk
mengkaji kebijakan sekolah yang ada, mengevaluasinya, dan menemukan kisah sukses
kebijakan sekolah yang berhasil mengembangkan budaya kebinekaan. Riset dilakukan di 9
kota dengan mengambil
Workshop tentang kebijakan sekolah untuk melindungi siswa dari radikalisme
Workshop ini merupakan kelanjutan dari riset dan kajian kebijakan. Dalam workshop ini
akan ada pemaparan hasil penelitian, respon dari stakeholder terkait, dan rekomendasi usulan
kebijakan sekolah dan mekanisme evaluasi sebagaimana dalam kegiatan selanjutnya.
Membentuk kebijakan sekolah beserta mekanisme evaluasi
Kebijakan sekolah akan dibentuk dan diperkuat dengan mekanisme evaluasinya. Mekanisme
evaluasi dalam hal ini adalah system keluhan, pelaporan, atau aspirasi terkait situasi
kehidupan kebinekaan di sekolah.
Membentuk tim pengawas
Pembentukan Tim Pengawas merupakan salah satu langkah untuk memantau pelaksanaan
kebijakan sekolah dan mekanisme evaluasi sebagaimana dijelaskan di atas. Tim pengawas

7
menjadi tim pendeteksi dini atas potensi lahirnya diskriminasi, intoleransi, dan radikalisme di
sekolah.
Studi banding representasi anggota tim pengawas dari masing-masing wilayah program
ke Sekolah Yayasan Sultan Iskandar Muda, Medan.

Sekolah Yayasan Sultan Iskandar Muda Medan merupakan salah satu sekolah yang
menerapkan kebijakan kebinekaan di sekolah. Studi banding ini akan dihadiri oleh
perwakilan dari kota pilot sebanyak 2 orang dari perwakilan SMAN dan SMK (total 18
orang).

Pilot Implementasi peraturan


Setelah kunjungan akan ada uji coba (pilot) implementasi peraturan di sekolah masing-
masing. Selama kurang lebih 2-3 bulan.

Workshop hasil pilot implementasi


Setelah implementasi dalam kurun waktu yang ditentukan, akan diselenggarakan workshop
untuk mengkaji, mendiskusikan dan mengevaluasi implementasi uji coba kebijakan tadi.
Workshop dilakukan di kota setempat dan mengundang tim pengawas atau perwakilan
sekolah tempat lokasi pilot dilaksanakan sebagai pembicara atau pembahas dan mengundang
sekolah-sekolah lain di kota/kabupaten setempat—sebagai upaya membangun komunikasi
dan kolaborasi mengenai implementasi peraturan kebijakan sekolah ini.

Replikasi sekolah pilot di kota/kabupaten setempat


Kisah sukses dari pilot implementasi peraturan direplikasi untuk seluruh sekolah di
kota/kabupaten setempat. Tahapan untuk replikasi ini adalah:
a. Audiensi dengan kepala pendidikan propinsi setempat terkait rencana replikasi
sekolah pilot.
b. Pertemuan mengundang sekolah-sekolah yang berminat untuk mereplikasi sekolah
pilot. Dalam pertemuan akan dilakukan presentasi kisah sukses sekolah pilot,
tantangannya, serta kemungkinan untuk diimplementasi di sekolah masing-masing.
Kegiatan Utama untuk Pengembangan keterampilan dan memperluas akses bagi guru-
guru untuk memperoleh informasi sehingga mereka lebih sensitif terhadap bahaya
radikalisme
Workshop penyusunan panduan guru
Workshop ini memberikan penekanan pada modifikasi materi pembelajaran atau panduan
guru yang pernah disusun oleh guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKN) dan difasilitasi oleh MAARIF Institute di tahun 2011.
Dalam workshop ini akan melibatkan Ruangguru dan Pamflet sebagai observer. Keduanya
akan terlibat dalam pelatihan Guru dan Siswa.

Penulisan dan Publikasi


Tindak lanjut dari workshop penyusunan panduan guru adalah penulisan dan publikasi hasil
workshop penyusunan panduan guru. Penulisan dilakukan oleh tim guru yang terpilih atau
disepakati oleh para peserta workshop penyusunan panduan guru. Setelah selesai, panduan
tersebut dipublikasikan.
8
Pelatihan Guru Pendidikan Agama Islam dan siswa
Pelatihan Guru Pendidikan Agama Islam dan Siswa menggunakan panduan untuk guru yang
disusun di aktivitas sebelumnya. Pelatihan Akan dibagi dalam dua tahap. Pertama adalah
TOT bagi guru yang diselenggarakan di Jakarta. Peserta TOT ini adalah perwakilan guru
agama/PKN dari sekolah-sekolah di kota pilot, perwakilan dinas pendidikan, wakasek
kesiswaan, tim pengawas kebijakan sekolah serta kedinas pendidikan propinsi. Peserta TOT
akan menjadi fasilitator di pelatihan tingkat kabupaten/kota di kota pilot, yang menjadi
kegiatan tahap kedua. Peserta pelatihan ini adalah guru-guru agama/PKN di sekolah-sekolah
di kota pilot sebanyak 2 guru/sekolah, 2 siswa. Ruangguru dan Pamflet terlibat dalam
pelatihan ini.

Kegiatan untuk output Adanya peer group untuk melakukan pendampingan sebaya serta
memperkuat peran pelajar perempuan dalam pendampingan sebaya

Workshop pembentukan peer-group


Workshop pembentukan Peer group atau teman sebaya merupakan salah satu metode untuk
mendorong pratek toleransi dan menanggulangi radikalisme di kalangan siswa. Dengan
pembentukan kelompok-kelompok sebaya atau championed diharapkan munculnya
kelompok-kelompok yang memiliki kesadaran untuk mengkampanyekan kehidupan yang
bineka, toleran, dan anti radikalisme di tengah siswa dan mendampingi siswa lain yang
mengalami masalah dengan isu-isu demikian.

Praktek pembentukan workshop dimulai dengan pembentukan kelompok inti yang terdiri dari
leader, advocacy, and media campaign. Peer group ini merupakan salah satu program yang
terdapat di bawah OSIS ataupun ROHIS. Peserta workshop terdiri dari perwakilan
OSIS/ROHIS dari setiap kota pilot (2 orang tiap sekolah).

Penyusunan panduan untuk pelajar


Modifikasi pada materi buku panduan/buku saku pelajar yang sudah ada. Buku Agenda
Pelajar Muslim dapat disesuaikan penggunaannya untuk aktivis ROHIS. Namun, penyesuaian
materi juga perlu dilakukan dengan menambahkan materi-materi yang sifatnya umum ke
dalam buku panduan karena beragamnya latar belakang para pelajar.

Penulisan dan Publikasi di beragam media


Dalam kegiatan ini peserta didorong untuk mengkampanyekan gagasannya di beragam media
salah satunya adalah melalui aplikasi ruangguru berkolaboriasi dengan guru-guru. Buku
panduan ini dapat diunggah ke aplikasi ruangguru sehingga dapat digunakan secara terbuka
oleh para pelajar.

Kegiatan Utama untuk keluaran Program ROHIS/ OSIS yang mempromosikan


kebinekaan

Training Workshop tentang pembentukan program-program OSIS/ ROHIS yang


menyuarakan kebinekaan

Dalam kegiatan ini, peserta akan diundang ke Jakarta untuk pelatihan pembentukan program-
program OSIS/ROHIS yang menyuarakan kebinekaan. Workshop akan dihadiri oleh 18

9
orang pelajar dari 18 sekolah pilot. Setelah selesai workshop, mereka akan kembali ke
sekolah untuk memfasilitasi pengelolaan program-program OSIS/ROHIS di sekolah.

Workshop Monitoring dan evaluasi program

Pelaksanaan program OSIS/Rohis

Kegiatan utama untuk hasil yang diharapkan Tersedianya sumber informasi alternatif
yang mempromosikan kebinekaan di antara pelajar

Workshop tentang sumber informasi alternatif

Pelatihan literasi media dan menulis kreatif

Pengembangan website sebagai bank informasi serta kanal aktualisasi pelajar

Kegiatan utama untuk hasil yang diharapkan Memperkuat kapasitas dan kemampuan
jaringan kelompok masyarakat sipil moderat dalam meningkatkan kebinekaan di
sekolah

Memfasilitasi 9 diskusi yang melibatkan pemimpin agama moderat dari komunitas sipil di
tingkat local
Kegiatan ini akan diadakan di tiap kota sebagai upaya untuk membangun
ketahanan komunitas (community resilience) di lingkungan sekitar sekolah.
Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya membangun kesadaran pemimpin agama di
komunitas sekitar sekolah untuk membahas perkembangan pendampingan agama
di sekolah-sekolah yang mulai marak dengan paham intoleran dan mengarah
kepada radikalisme. Harapannya, muncul kesadaran dan komitmen untuk
bersama-sama melakukan pendampingan. Diskusi dilakukan dapat dilakukan
sehari (dari pagi hingga siang hari) dengan jumlah peserta antara 15-20 orang
yang merupakan perwakilan komunitas sekitar (organisasi perempuan islam,
organisasi kemasyarakatan, organisasi perempuan, perwakilan siswa, guru
PAI/PKN, kepala sekolah, dinas pendidikan). Setelah memiliki kesepahaman
mengenai apa yang menjadi tantangan di sekolah, para peserta dapat meluangkan
waktu menjadi Pembina atau pengawas sebagaimana yang akan dibahas di
kegiatan berikut.
TOT untuk kelompok sebagai Pembina dalam mengembangkan kebinekaan di sekolah
TOT ini akan diikuti oleh sebagian peserta diskusi di kegiatan sebelumnya. TOT
dilakukan di Jakarta dengan mengundang perwakilan setiap kota sebanyak 3 orang
(1 orang wakasek Kesiswaan, 1 orang guru agama, 1 orang perwakilan
komunitas), sehingga total peserta 27 orang. Setelah TOT, para peserta akan
melakukan pelatihan sebagai Pembina di kota masing-masing. Para pesertanya
10
antara lain adalah organisasi islam, organisasi kemasyarakatan, perwakilan siswa,
guru PAI/PKN, kepala sekolah, dinas pendidikan dari kota pilot.
Kegiatan utama untuk hasil yang diharapkan hadirnya kelompok masyarakat sipil yang
dapat melaksanakan mentoring untuk mempertahankan kebinekaan di sekolah

12 kali monitoring mingguan (3 bulan) akan dilakukan oleh grup


Monitoring mingguan dilakukan secara rutin setiap minggu selama 3 bulan.
Mentor dapat dilakukan secara bergantian di antara komunitas.

3.2.3 Outcome Utama


i. Mendorong pemerintah supaya lebih responsive dalam menangani radikalisme
melalui kebijakan dan mekanisme pembinaan siswa yang efektif di lembaga
pendidikan
ii. Memperkuat lembaga pendidikan untuk meningkatkan kultur kebinekaan untuk
menangkal radikalisme
iii. Mengembangkan keterampilan Pelajar/ aktivis ROHIS/ OSIS untuk memperoleh
informasi dalam penanggulangan radikalisme
iv. Melibatkan kelompok masyarakat sipil moderat (deliberatif) dengan watak cross-
cutting issue dalam memperkuat kebinekaan di lembaga pendidikan

3.2.4 Hasil-hasil yang dicapai


Sebutkan hasil yang diharapkan dari kegiatan yang diusulkan dan bagaimana hasilnya
terhubung dengan AIPJ2 obyektif.
Hasil yang diharapkan adalah:
1. Kajian dan evaluasi Peraturan Menteri No.39 Tahun 2008 tentang pembinaan siswa
1.1 Adanya usulan peraturan dan mekanisme evaluasi terhadap pembinaan siswa yang
memperkuat kebinekaan di lembaga pendidikan
2.1 Adanya kebijakan sekolah dan mekanisme implementasinya yang responsif terhadap
upaya penanggulangan radikalisme
2.2 Pengembangan keterampilan dan memperluas akses bagi guru-guru untuk memperoleh
informasi sehingga mereka lebih sensitif terhadap bahaya radikalisme
3.1 Adanya peer group untuk melakukan pendampingan sebaya serta memperkuat peran
pelajar perempuan dalam pendampingan sebaya
3.2 Program ROHIS/ OSIS yang mempromosikan kebinekaan
3.3 Tersedianya sumber informasi alternatif yang mempromosikan kebinekaan di antara
pelajar
4.1 Memperkuat kapasitas dan kemampuan jaringan kelompok masyarakat sipil moderat
dalam meningkatkan kebinekaan di sekolah

11
4.2 Hadirnya kelompok masyarakat sipil moderat yang dapat melaksanakan
mentoring untuk mempertahankan kebinekaan di sekolah
Hasil-hasil tersebut memiliki korelasi yang baik dengan tujuan AIPJ terutama pada poin 3,
yakni “Berkurangnya konflik kekerasan karena upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat sipil untuk mendorong toleransi dan melawan radikalisme.”

3.2.5 Penerima Manfaat dan Perubahan


Sebutkan penerima manfaat kunci dari kegiatan yang diusulkan dan perubahan apa
yang diharapkan terjadi sebagai hasil dari kegiatan tersebut.
Penerima manfaat perubahan ini adalah pelajar SMAN anggota OSIS/ROHIS, guru
pendidikan agama islam, masyarakat sipil serta pemerintah nasional dan lokal di area
program yang sekolahnya menjadi tempat pelaksanaan program.
Perubahan yang diharapkan terjadi adalah:
- Adanya usulan rancangan pengganti Peraturan Menteri No. 39 Tahun 2008.
- Perubahan kognisi (pengetahuan) di kalangan pelajar, guru, komunitas masyarakat sipil
- Perubahan kebijakan di tingkat nasional dan lokal
- Adanya ketahanan komunitas dalam menghadapi ancaman radikalisme

3.2.6 Sumberdaya (Resources) Sebutkan sumber daya yang diperlukan untuk


pelaksanaan kegiatan.
Sumber daya yang dibutuhkan antara lain:
1 orang coordinator
1 orang sekretaris
Peneliti
Asisten peneliti
Staf administrasi
Keuangan

3.2.7 Anggaran Isi anggaran sesuai dengan template yang disediakan yang didetilkan
berdasarkan personil, kegiatan, dan operasional.

3.2.8 Komunikasi
Sebutkan kegiatan apa saya yang akan dilakukan untuk mengkomunikasikan program
dan perubahan yang akan dicapai.

12
Komunikasi dilakukan melalui beberapa strategi komunikasi:
1. Workshop membangun brand yang spesifik mengenai program ini. Mulai tema,
tagline, desain visual, #hastag, hingga integrasi jaringan media yang dimiliki.
Workshop diselenggarakan dengan menggandeng konsultan komunikasi yang
memiliki expertise di bidang komunikasi.
2. Konferensi pers/ penyebaran rilis terkait kegiatan program yang sedang dilakukan.
Hal ini dilakukan secara simultan dengan memaksimalkan website lembaga, akun
media sosial lembaga (Instagram, facebook, twitter) serta kunjungan dan audiensi
dengan media massa (elektronik dan cetak).

3.2.9 Risiko dan Manajemen Risiko Sebutkan risiko-risiko yang menurut lembaga anda
akan muncul dalam pelaksanaan program ini, seberapa tinggi peluang munculnya
risiko-risiko tersebut,dan bagaimana strategi lembaga anda dalam mengelola risiko-
risiko tersebut?
Risiko yang mungkin muncul dalam proses bergulirnya program ini adalah:
a. Tidak ada/berubahnya dukungan terhadap program ini dari beberapa aktor kunci di
tingkat pusat, dalam hal ini Kemendikbud dan Kemenag, maupun di daerah seperti
Dinas Pendidikan Propinsi dan Sekolah, dan internal sekolah yang akan
mempengaruhi program ini dan program serupa ke depannya secara keseluruhan.
Oleh karena itu, upaya komunikasi yang intens dan koordinasi dengan pihak-pihak
tersebut harus senantiasa dijaga dari sejak program ini dijalankan, dan tidak putus
begitu saja ketika program sudah berakhir.
b. Perubahan kebijakan di tingkat pusat terkait pengelolaan pendidikan menengah dari
Dinas Pendidikan Daerah ke Dinas Pendidikan Propinsi, bisa menghambat jalannya
program. Ketidaksiapan perangkat dan sumberdaya, mulai dari ruangan hingga
personal yang mengisi pos-pos jabatan tertentu, menghambat komunikasi dengan
stakeholder lain di daerah. Upaya yang bisa ditempuh di antaranya dengan cara
komunikasi melalui Dinas Pendidikan Daerah, agar meneruskan ke Dinas Pendidikan
Propinsi. Bisa juga ditempuh melalui forum Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS).
c. Dinamika politik di daerah merupakan salah satu resiko yang perlu diantisipasi. Jika
tidak ditanggulangi akan menghambat komunikasi dengan stakeholder di daerah.
Pergantian dan rotasi jabatan yang acapkali terjadi di instansi pemerintahan dan
sekolah seringkali memutus koordinasi dan komunikasi yang telah dibangun dengan
orang-orang yang selama ini menjadi wakil dari instansi pemerintahan dan sekolah
tersebut. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan rekoordinasi dan
rekomunikasi dengan berbagai stakeholder baru yang memegang otoritas di instansi
pemerintahan dan sekolah tersebut. Selain itu, jalur-jalur lain seperti forum
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Musyawarah Guru Mata Pelajaran, dan
Asosiasi Guru Mata Pelajaran tertentu bisa ditempuh untuk menjembatani kembali
jalur yang sempat terputus.

13
Risiko-risiko Peluang munculnya resiko Strategi yang digunakan
untuk mengelola resiko
(Tinggi, sedang, rendah)
Tidak ada/berubahnya Tinggi Upaya komunikasi yang
dukungan terhadap program intens dan koordinasi dengan
ini dari beberapa aktor kunci pihak-pihak tersebut harus
di tingkat pusat, dalam hal ini senantiasa dijaga dari sejak
Kemendikbud dan Kemenag, program ini dijalankan, dan
maupun di daerah seperti tidak putus begitu saja ketika
Dinas Pendidikan Propinsi program sudah berakhir.
dan Sekolah, dan internal
sekolah yang akan
mempengaruhi program ini
dan program serupa ke
depannya secara keseluruhan.
Perubahan kebijakan di Tinggi Upaya yang bisa ditempuh di
tingkat pusat terkait antaranya dengan cara
pengelolaan pendidikan komunikasi melalui Dinas
menengah dari Dinas Pendidikan Daerah, agar
Pendidikan Daerah ke Dinas meneruskan ke Dinas
Pendidikan Propinsi, bisa Pendidikan Propinsi. Bisa
menghambat jalannya juga ditempuh melalui forum
program. Ketidaksiapan Musyawarah Kerja Kepala
perangkat dan sumberdaya, Sekolah (MKKS).
mulai dari ruangan hingga
personal yang mengisi pos-
pos jabatan tertentu,
menghambat komunikasi
dengan stakeholder lain di
daerah.
Dinamika politik di daerah Sedang Upaya yang bisa dilakukan
merupakan salah satu resiko adalah dengan melakukan
yang perlu diantisipasi. Jika rekoordinasi dan
tidak ditanggulangi akan rekomunikasi dengan
menghambat komunikasi berbagai stakeholder baru
dengan stakeholder di yang memegang otoritas di
daerah. Pergantian dan rotasi instansi pemerintahan dan
jabatan yang acapkali terjadi sekolah tersebut. Selain itu,
di instansi pemerintahan dan jalur-jalur lain seperti forum
sekolah seringkali memutus Musyawarah Kerja Kepala
koordinasi dan komunikasi Sekolah (MKKS),
yang telah dibangun dengan Musyawarah Guru Mata
orang-orang yang selama ini Pelajaran, dan Asosiasi Guru

14
menjadi wakil dari instansi Mata Pelajaran tertentu bisa
pemerintahan dan sekolah ditempuh untuk
tersebut. menjembatani kembali jalur
yang sempat terputus.
Penolakan atau rendahnya rendah Membangun komunikasi
partisipasi dari masyarakat yang baik di awal program
sipil untuk terlibat dalam dengan berbagai level, baik
program community pemerintah ataupun elemen
resilience masyarakat sipil.

4. RENCANA IMPLEMENTASI (a) Isikan tabel berikut ini untuk menggambarkan rencana
implementasi program.

No Deskripsi Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3


(Merujuk ke bagian 3.2.3)

5. DETIL ANGGARAN ( Harap lihat contoh kerangkanya pada format Microsoft Excel)

6. DAFTAR STAF KUNCI


Staf Maarif
(a) Lampirkan draft TOR / job description untuk semua jabatan kunci yang akan didanai oleh
program. (b) Lampirkan CV dari staf yang diusulkan untuk jabatan kunci tersebut

15

Anda mungkin juga menyukai