Proposal JPPR AUGUST 2021
Proposal JPPR AUGUST 2021
DISERAHKAN OLEH
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR)
1
I. INFORMASI ORGANISASI
(a) Nama Organisasi: (b) Entitas: (c) Nomor Dokumen Hukum (Akta Pendirian): (d) Anggota
Pengurus: (e) Nama Direktur: (f) Tanggal Pendirian: (g) Team Leader (Penanggung
Jawab/PIC) untuk kegiatan yang diajukan: (h) NPWP: (i) Alamat: (j) Telepon: (k) Faks: (l)
Email: (m) Website:
MAARIF Institute adalah lembaga yang fokus pada nilai-nilai toleransi, anti-
diskriminasi, pluralisme, dan kemajemukan. Dirikan pada tahun 2003 sebagai upaya
untuk mengkampanyekan gagasan yang merekatkan hubungan antara Islam,
Kebangsaan, dan Kemanusiaan.
MAARIF Institute sejak 2011 fokus dalam penguatan nilai-nilai HAM, demokrasi,
pluralisme, dan anti-kekerasan di sekolah-sekolah menengah atas negeri. Selama 7
tahun terakhir, MAARIF Institute telah melakukan advokasi dan pendampingan
kepada guru, khususnya Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan
siswa untuk memperkuat skil dan pengetahuan mereka terkait dengan pentingnya
menciptakan kehidupan yang demokratis dan menjaga keragaman dari berbagai
pengaruh buruk radikalisme, ekstremisme dan sektarianisme.
Pada tahun 2016 hingga 2017 ini MAARIF Institute memberi perhatian mendalam
dalam upaya membendung arus radikalisasi melalui penguatan kebijakan sekolah.
MAARIF Institute telah melakukan pendampingan di 25 SMU Negeri yang tersebar
di 7 Kota/kabupaten (6 Provinsi) dalam upaya menyusun dan merumuskan kebijakan
sekolah yang mampu membendung penetrasi radikalisme di lingkungan sekolah.
2
Penanggungjawab Program
1 2 3 4
3
Hasil tujuan iii:
Adanya peer group untuk melakukan pendampingan sebaya serta memperkuat
peran pelajar perempuan dalam pendampingan sebaya
Program ROHIS/ OSIS yang mempromosikan kebinekaan
Tersedianya sumber informasi alternatif yang mempromosikan kebinekaan di
antara pelajar
Hasil Tujuan iv
Memperkuat kapasitas dan kemampuan jaringan kelompok masyarakat sipil moderat
dalam meningkatkan kebinekaan di sekolah
Hadirnya kelompok masyarakat sipil moderat yang dapat melaksanakan mentoring
untuk mempertahankan kebinekaan di sekolah
(d) Penerima Manfaat:
Penerima manfaat ini adalah kepala sekolah dan pembina OSIS/ROHIS, aktivis
OSIS/ROHIS, Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di tingkat local, pemimpin agama dan
akademisi dari kelompok masyarakat sipil serta pemerintah lokal dan nasional
9 kota @ 3 SMUN/SMK/MA
6
Kegiatan utama untuk Adanya usulan peraturan dan mekanisme evaluasi terhadap
pembinaan siswa yang memperkuat kebinekaan di lembaga pendidikan
Serial diskusi publik di area program untuk sosialisasi usulan peraturan untuk pembinaan
siswa
7
menjadi tim pendeteksi dini atas potensi lahirnya diskriminasi, intoleransi, dan radikalisme di
sekolah.
Studi banding representasi anggota tim pengawas dari masing-masing wilayah program
ke Sekolah Yayasan Sultan Iskandar Muda, Medan.
Sekolah Yayasan Sultan Iskandar Muda Medan merupakan salah satu sekolah yang
menerapkan kebijakan kebinekaan di sekolah. Studi banding ini akan dihadiri oleh
perwakilan dari kota pilot sebanyak 2 orang dari perwakilan SMAN dan SMK (total 18
orang).
Kegiatan untuk output Adanya peer group untuk melakukan pendampingan sebaya serta
memperkuat peran pelajar perempuan dalam pendampingan sebaya
Praktek pembentukan workshop dimulai dengan pembentukan kelompok inti yang terdiri dari
leader, advocacy, and media campaign. Peer group ini merupakan salah satu program yang
terdapat di bawah OSIS ataupun ROHIS. Peserta workshop terdiri dari perwakilan
OSIS/ROHIS dari setiap kota pilot (2 orang tiap sekolah).
Dalam kegiatan ini, peserta akan diundang ke Jakarta untuk pelatihan pembentukan program-
program OSIS/ROHIS yang menyuarakan kebinekaan. Workshop akan dihadiri oleh 18
9
orang pelajar dari 18 sekolah pilot. Setelah selesai workshop, mereka akan kembali ke
sekolah untuk memfasilitasi pengelolaan program-program OSIS/ROHIS di sekolah.
Kegiatan utama untuk hasil yang diharapkan Tersedianya sumber informasi alternatif
yang mempromosikan kebinekaan di antara pelajar
Kegiatan utama untuk hasil yang diharapkan Memperkuat kapasitas dan kemampuan
jaringan kelompok masyarakat sipil moderat dalam meningkatkan kebinekaan di
sekolah
Memfasilitasi 9 diskusi yang melibatkan pemimpin agama moderat dari komunitas sipil di
tingkat local
Kegiatan ini akan diadakan di tiap kota sebagai upaya untuk membangun
ketahanan komunitas (community resilience) di lingkungan sekitar sekolah.
Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya membangun kesadaran pemimpin agama di
komunitas sekitar sekolah untuk membahas perkembangan pendampingan agama
di sekolah-sekolah yang mulai marak dengan paham intoleran dan mengarah
kepada radikalisme. Harapannya, muncul kesadaran dan komitmen untuk
bersama-sama melakukan pendampingan. Diskusi dilakukan dapat dilakukan
sehari (dari pagi hingga siang hari) dengan jumlah peserta antara 15-20 orang
yang merupakan perwakilan komunitas sekitar (organisasi perempuan islam,
organisasi kemasyarakatan, organisasi perempuan, perwakilan siswa, guru
PAI/PKN, kepala sekolah, dinas pendidikan). Setelah memiliki kesepahaman
mengenai apa yang menjadi tantangan di sekolah, para peserta dapat meluangkan
waktu menjadi Pembina atau pengawas sebagaimana yang akan dibahas di
kegiatan berikut.
TOT untuk kelompok sebagai Pembina dalam mengembangkan kebinekaan di sekolah
TOT ini akan diikuti oleh sebagian peserta diskusi di kegiatan sebelumnya. TOT
dilakukan di Jakarta dengan mengundang perwakilan setiap kota sebanyak 3 orang
(1 orang wakasek Kesiswaan, 1 orang guru agama, 1 orang perwakilan
komunitas), sehingga total peserta 27 orang. Setelah TOT, para peserta akan
melakukan pelatihan sebagai Pembina di kota masing-masing. Para pesertanya
10
antara lain adalah organisasi islam, organisasi kemasyarakatan, perwakilan siswa,
guru PAI/PKN, kepala sekolah, dinas pendidikan dari kota pilot.
Kegiatan utama untuk hasil yang diharapkan hadirnya kelompok masyarakat sipil yang
dapat melaksanakan mentoring untuk mempertahankan kebinekaan di sekolah
11
4.2 Hadirnya kelompok masyarakat sipil moderat yang dapat melaksanakan
mentoring untuk mempertahankan kebinekaan di sekolah
Hasil-hasil tersebut memiliki korelasi yang baik dengan tujuan AIPJ terutama pada poin 3,
yakni “Berkurangnya konflik kekerasan karena upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat sipil untuk mendorong toleransi dan melawan radikalisme.”
3.2.7 Anggaran Isi anggaran sesuai dengan template yang disediakan yang didetilkan
berdasarkan personil, kegiatan, dan operasional.
3.2.8 Komunikasi
Sebutkan kegiatan apa saya yang akan dilakukan untuk mengkomunikasikan program
dan perubahan yang akan dicapai.
12
Komunikasi dilakukan melalui beberapa strategi komunikasi:
1. Workshop membangun brand yang spesifik mengenai program ini. Mulai tema,
tagline, desain visual, #hastag, hingga integrasi jaringan media yang dimiliki.
Workshop diselenggarakan dengan menggandeng konsultan komunikasi yang
memiliki expertise di bidang komunikasi.
2. Konferensi pers/ penyebaran rilis terkait kegiatan program yang sedang dilakukan.
Hal ini dilakukan secara simultan dengan memaksimalkan website lembaga, akun
media sosial lembaga (Instagram, facebook, twitter) serta kunjungan dan audiensi
dengan media massa (elektronik dan cetak).
3.2.9 Risiko dan Manajemen Risiko Sebutkan risiko-risiko yang menurut lembaga anda
akan muncul dalam pelaksanaan program ini, seberapa tinggi peluang munculnya
risiko-risiko tersebut,dan bagaimana strategi lembaga anda dalam mengelola risiko-
risiko tersebut?
Risiko yang mungkin muncul dalam proses bergulirnya program ini adalah:
a. Tidak ada/berubahnya dukungan terhadap program ini dari beberapa aktor kunci di
tingkat pusat, dalam hal ini Kemendikbud dan Kemenag, maupun di daerah seperti
Dinas Pendidikan Propinsi dan Sekolah, dan internal sekolah yang akan
mempengaruhi program ini dan program serupa ke depannya secara keseluruhan.
Oleh karena itu, upaya komunikasi yang intens dan koordinasi dengan pihak-pihak
tersebut harus senantiasa dijaga dari sejak program ini dijalankan, dan tidak putus
begitu saja ketika program sudah berakhir.
b. Perubahan kebijakan di tingkat pusat terkait pengelolaan pendidikan menengah dari
Dinas Pendidikan Daerah ke Dinas Pendidikan Propinsi, bisa menghambat jalannya
program. Ketidaksiapan perangkat dan sumberdaya, mulai dari ruangan hingga
personal yang mengisi pos-pos jabatan tertentu, menghambat komunikasi dengan
stakeholder lain di daerah. Upaya yang bisa ditempuh di antaranya dengan cara
komunikasi melalui Dinas Pendidikan Daerah, agar meneruskan ke Dinas Pendidikan
Propinsi. Bisa juga ditempuh melalui forum Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS).
c. Dinamika politik di daerah merupakan salah satu resiko yang perlu diantisipasi. Jika
tidak ditanggulangi akan menghambat komunikasi dengan stakeholder di daerah.
Pergantian dan rotasi jabatan yang acapkali terjadi di instansi pemerintahan dan
sekolah seringkali memutus koordinasi dan komunikasi yang telah dibangun dengan
orang-orang yang selama ini menjadi wakil dari instansi pemerintahan dan sekolah
tersebut. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan rekoordinasi dan
rekomunikasi dengan berbagai stakeholder baru yang memegang otoritas di instansi
pemerintahan dan sekolah tersebut. Selain itu, jalur-jalur lain seperti forum
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Musyawarah Guru Mata Pelajaran, dan
Asosiasi Guru Mata Pelajaran tertentu bisa ditempuh untuk menjembatani kembali
jalur yang sempat terputus.
13
Risiko-risiko Peluang munculnya resiko Strategi yang digunakan
untuk mengelola resiko
(Tinggi, sedang, rendah)
Tidak ada/berubahnya Tinggi Upaya komunikasi yang
dukungan terhadap program intens dan koordinasi dengan
ini dari beberapa aktor kunci pihak-pihak tersebut harus
di tingkat pusat, dalam hal ini senantiasa dijaga dari sejak
Kemendikbud dan Kemenag, program ini dijalankan, dan
maupun di daerah seperti tidak putus begitu saja ketika
Dinas Pendidikan Propinsi program sudah berakhir.
dan Sekolah, dan internal
sekolah yang akan
mempengaruhi program ini
dan program serupa ke
depannya secara keseluruhan.
Perubahan kebijakan di Tinggi Upaya yang bisa ditempuh di
tingkat pusat terkait antaranya dengan cara
pengelolaan pendidikan komunikasi melalui Dinas
menengah dari Dinas Pendidikan Daerah, agar
Pendidikan Daerah ke Dinas meneruskan ke Dinas
Pendidikan Propinsi, bisa Pendidikan Propinsi. Bisa
menghambat jalannya juga ditempuh melalui forum
program. Ketidaksiapan Musyawarah Kerja Kepala
perangkat dan sumberdaya, Sekolah (MKKS).
mulai dari ruangan hingga
personal yang mengisi pos-
pos jabatan tertentu,
menghambat komunikasi
dengan stakeholder lain di
daerah.
Dinamika politik di daerah Sedang Upaya yang bisa dilakukan
merupakan salah satu resiko adalah dengan melakukan
yang perlu diantisipasi. Jika rekoordinasi dan
tidak ditanggulangi akan rekomunikasi dengan
menghambat komunikasi berbagai stakeholder baru
dengan stakeholder di yang memegang otoritas di
daerah. Pergantian dan rotasi instansi pemerintahan dan
jabatan yang acapkali terjadi sekolah tersebut. Selain itu,
di instansi pemerintahan dan jalur-jalur lain seperti forum
sekolah seringkali memutus Musyawarah Kerja Kepala
koordinasi dan komunikasi Sekolah (MKKS),
yang telah dibangun dengan Musyawarah Guru Mata
orang-orang yang selama ini Pelajaran, dan Asosiasi Guru
14
menjadi wakil dari instansi Mata Pelajaran tertentu bisa
pemerintahan dan sekolah ditempuh untuk
tersebut. menjembatani kembali jalur
yang sempat terputus.
Penolakan atau rendahnya rendah Membangun komunikasi
partisipasi dari masyarakat yang baik di awal program
sipil untuk terlibat dalam dengan berbagai level, baik
program community pemerintah ataupun elemen
resilience masyarakat sipil.
4. RENCANA IMPLEMENTASI (a) Isikan tabel berikut ini untuk menggambarkan rencana
implementasi program.
5. DETIL ANGGARAN ( Harap lihat contoh kerangkanya pada format Microsoft Excel)
15