Tahun 2023
Abstrak
Di era milenial seperti saat ini pendidikan menempati posisi yang sangat
penting dalam perkembangan manusia. Akan tetapi kualitas Pendidikan di
Indonesia masih tertinggal jauh diantara negara-negara sekitarnya Disamping
rendahnya kualitas Pendidikan siswa di Indonesia, ternyata dalam perilaku sehari-
hari, khususnya dalam aspek toleransi bahwa Indonesia masih memiliki
kekhawatiran yang cukup besar terhadap pemikiran ataupun tindak intoleran yang
ada di lingkungan sekolah. Pendidikan keislaman juga tidak lebih memprihatinkan
dari sekolah umum lainnya. Pendidikan memiliki peranan penting dalam
membangun bangsa, terkhusus dalam menyelesaikan persoalan-persoalan terkini,
kemisikinan, budaya korupsi, kerusakan lingkungan, dampak Artivicial Intelegent
(AI) terhadap masa depan bangsa. Makalah ini untuk mengkaji, meneliti dan
membahas secara lebih dalam terkait dengan problematika Pendidikan di
Indonesia, serta memberikan solusi dan upaya dalam menyelesaikan persoalan-
persoalan tersebut.
PENDAHULUAN
Setelah berakhirnya perang dunia pertama dan kedua, salah satu organisasi
terbesar antar bangsa, yaitu Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencari rumus baru
dalam menghindari kelanjutan perang dan memajukan dunia. Menurut PBB, bahwa
pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan komunikasi merupakan ‘the
weapon of peace’ abad 21.1 Sehingga di era saat ini, setiap bangsa meyakini bahwa
untuk memajukan suatu bangsa diperlukan Pendidikan yang memadai.
Di era milenial seperti saat ini pendidikan menempati posisi yang sangat
penting dalam perkembangan manusia.2 Akan tetapi kualitas Pendidikan di
Indonesia masih tertinggal jauh diantara negara-negara sekitarnya. Tercatat melalui
data yang dihimpun oleh OECD dalam program PISA3 pada tahun 2018 bahwa
Indonesia menempati posisi 74 dari 79 negara yang mengikuti survey tersebut, alias
peringkat keenam dari bawah. Kemampuan membaca siswa Indonesia di skor 371
berada di posisi 74, kemampuan Matematika mendapat 379 berada di posisi 73, dan
1
Jerome Binde. 2001.Keys to The 21st Century, New York, Unisco, p.ix
2
Sarica, Gulcin Nagehan, and Nadire Cavus. 2009. “New Trends in 21st Century English Learning.”
Procedia - Social and Behavioral Sciences 1 (1): 439–45
3
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah salah satu program yang dilakukan
oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang berfokus dalam
menghitung dan mengevaluasi kemampuan sautu negara dalam menghadapi tantangan dikemudian
hari. Dalam hal ini Lembaga survey tersebut menghitung dari kemampuan murid mulai dari usia 15
tahun dalam kemampuan membaca, matematika dan sains.
kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71.4 Hal ini menunjukkan
bahwa kualitas Pendidikan Indonesia masih sangat jauh tertinggal dengan negara-
negara lainnya, baik itu dalam bidang membaca, matematika ataupun sains.
4
Lihat dalam Medkom.id: Skor PISA Indonesia, Nadiem: Jangan Ekspektasi Tinggi,
https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/aNrxlwak-skor-pisa-indonesia-nadiem-
jangan-ekspektasi-
tinggi#:~:text=Hasil%20survei%20PISA%202018%20menempatkan,396%20berada%20di%20po
sisi%2071. Diakses pada 29 September 2023, pada pukul 15.12.
5
Lihat dalam The Conversation: Radikalisme di Sekolah Swasta Islam: Tiga Tipe Sekolah yang
Rentan, https://theconversation.com/radikalisme-di-sekolah-swasta-islam-tiga-tipe-sekolah-yang-
rentan-96722. Diakses pada 29 September 2023, pada pukul 15.24.
6
Lihat dalam Berita Satu: Radikalisme Masuk Kesokalah, Bahkan dari PAUD.
https://www.beritasatu.com/nasional/710489/ken-setiawan-radikalisme-masuk-ke-sekolah-bahkan-
dari-paud diakses pada 29 September 2023, pada pukul 15.19.
Ternyata kekhawatiran yang mewarnai dunia Pendidikan islam di
lingkungan sekolah tidak hanya bersumber dari bibit pengajarannya saja, melainkan
perilaku tenaga pendidik juga sering mengotori dinamika Pendidikan islam.
Terdapat beberapa Lembaga Pendidikan yang terbukti secara fakta dan data
melakukan Tindakan asusila terhadap peserta didiknya. Seperti kasus asusila yang
dilakukan pimpinan pondok pesantren di Nusa Tenggara Barat terhadap 41
santriwati,7 kasus asusila yang dilakukan pengasuh pondok pesanteren di Jombang,8
dan berbagai macam kasus yang terjadi di Lembaga Pendidikan islam lainnya.
7
Lihat dalam Tvonesnews.com: Kasus Asusila Berujung Pembekuan Pondok Pesantren di NTB,
https://www.tvonenews.com/channel/news/124100-kasus-asusila-berujung-pembekuan-pondok-
pesantren-di-ntb. diakses pada 1 oktober, pada pukul 14.40
8
Lihat dalam Kompas.id: Terdakwa Asusila Santriwati di Jombang Dihukum Tujuh Tahun Penjara,
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2022/11/17/terdakwa-asusila-santriwati-di-jombang-
dihukum-tujuh-tahun-penjara, diakses pada 1 oktober 2023, pada pukul 14.42
bangsanya dari pada bangsa kita? sisi mana yang harus dibenah untuk
mengwujudkan cita-cita bangsa dalam mukadimah UUD 1945?
9
H. B Hamdani, Filsafat Pendidikan. (Yogyakarta: Kota Kembang, 1990) hal. 152
10
I Bernabib, Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode (Yogyakarta: Andi Ofset, 1988), hal. 38
11 11
H. B Hamdani, Filsafat Pendidikan, hal 116.
Dalam tinjauan epistimologi Pendidikan islam ialah proses pembentukan
tingkah laku individu terhadap kehidupan pribadi, Masyarakat, dan lingkungan
sekitarnya, dengan melalui pengajaran sebagai bentuk aktivitas basic dan guna
untuk profesi asasi dalam Masyarakat.12 Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa
pendidikan islam merupakan pembentukan pribadi muslim, atau pembentukan
sikap dan tingkah laku yang sesui dengan ajaran islam.13 Pada dasarnya Pendidikan
itu bertujuan untuk membentuk pribadi muslim secara utuh (kaffah), dan
mengembangkan potensi manusia yang baik berbentuk jasmani ataupun Rohani.14
12
Omar Mohammad At-toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang 1979, hal. 399
13
Zakiah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, hal 28
14
Hasan Baharun, Pengembangan Kurikulum : Teori Dan Praktik (Konsep, Prinsip, Model,
Pendekatan Dan Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum PAI), Yogyakarta: Cantrik Pustaka,
2017, hal 88
keduanya sebenarnya meru- pakan satu kesatuan yang terpadu sehingga tidak
menimbulkan kepribadian yang pecah (splir ofpersonality) sebagaimana yang ada
dan terjadi selama
Adanya pendidikan islam yang berpijak pada Aqidah dan keyakinan tauhid
di tengah-tengah khidupan Masyarakat yang sudah tertanam Aqidah dan keyakinan
pagaganisme, majusianisme, nashranianisme dan yahudianisme ini menarik untuk
ditelaah, tidak hanya karena pendidikan islam telah mampu mengeluarkan
Masyarakat dari keterpurukannya selama berates-ratus tahun, akan tetapi lebih
penting jika digali mengenai eksistensi pendidikan islam yang bertauhidan, baik
dalam segi institusional, materi, metodologis, kurikulum atau epistemologinya.16
15
2Fathul Jannah, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional, Jurnal Dinamika Ilmu,
Vol. 13. No. 2, Desember 2013, hal 164
16
M. Hasyim Syamhudi, Pendidikan Agama Islam Zaman Mekah Awal (Di antara Dua Peradaban
Jahiliyah Dan Romawi/Persi), Jurnal at-turas Vol. 3 No. 1, Januari-Juni 2016, hal 91
17
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980,
hal 94
Beberapa konsep pendidikan Islam diantaranya ialah tarbiyah, ta’lim,
ta’dib. menurut kamus bahasa arab lafadz At-Tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu
yang pertama raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh, kedua rabiya-
yarba kata ini mengikuti wazan khafiyayakhfa yang berarti menjadi besar, ketiga
rabba-yarubbu merupakan kata yang mengikuti wazan madda-yamuddu yang
artinya memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara.
Kata tarbiyah merupakan mashdar dari rabba-yurabbiy-tarbiyatan dengan
mengikuti wazan fa’ala-yaf’ilu-taf’ilan. Kata ini ditemukan dalam Al-qur’an surah
al-isra’ ayat 24 yang artinya “dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : wahai tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil”. Dari ketiga
asal kata tersebut dapat disimpulkan bahwa tarbiyah memiliki empat unsur yaitu :
menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh, mengembangkan seluruh
potensi dan kesiapan yang bermacammacam, mengarahkan seluruh fitrah dan
potensi anak menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya,
proses ini dilaksanakn secara bertahap.18
Pada zaman klasik orang hanya mengenal istilah ta’dib untuk mrnunjukkan
kegiatan pendidikan. Pengertian ini terus dipakai sepanjang masa kejayaan Islam,
hingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal manusia pada masa itu
disebut adab, baik yang berhubungan langsung dengan Islam maupun tidak.
Seorang pendidik pada masa itu disebut mu’addib. Ta’dib merupakan sebuah
pengenalan dan pengakuan yang terjadi secara berangsur-angsur ditanamkan
18
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, hal 23
19
Abdul Fatah Jalal, Min Al-ushul At-tarbawiyyah fi Al-Islam, Mesir: Dar Al-kutub Al-
Mishriyyah, 1977, hal 17
kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam
tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan kekuasaan dan keagungan tuhan di dalam tatanan wujud dan
keberadaannya.20
Sumber dari sistem Islami adalah Qur’an dan Sunah Rasul saw. Maka
Pendidikan Islam pun harus bersumber pada Al-Quran dan Sunah Rasul saw.
Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari
ayat Al-Qur’an itu sendiri. Sumber yang kedua, yaitu As-Sunnah. Amalan yang
dikerjakan oleh Rasulullah saw dalam proses perubahan hidup sehari-hari, menjadi
sumber utama pula dalam pendidikan Islam karena Allah telah menjadikan
Muhammad sebagai teladan bagi umatnya.21
Ada beberapa nilai fundamental dalam sumber pokok ajaran Islam yang
harus dijadikan dasar bagi pendidikan Islam, yaitu: (1) Aqidah (2) Akhlak (3)
Penghargaan kepada akal (4) Kemanusiaan (5) Keseimbangan (6) Rahmat bagi
seluruh alam (Rahmatan lil’alamin). Pendidikan Islam dalam perencanaan,
perumusan, dan pelaksanaannya pada pembentukan pribadi yang berakidah Islam,
berakhlak mulia, berpikiran bebas, untuk mengarahkan dan mengembangkan
potensi manusia secara terpadu tanpa ada pemisahan. Seperti aspek jasmani dan
rohani, akal dan hati, individu dan sosial, duniawiah dan ukhrawiahnya.22
20
Op.Cit, hal 26
21
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, hal 55
22
Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998, hal 132-133
23
Hasan Baharun, ‘Pendidikan Anak Dalam Keluarga; Telaah Epistemologis’, Pedagogik, 3.2, 2016,
hal 96–107
pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi pertumbuhan potensi manusia
dalam segala aspek; spiritual, intelektual, imajinatif, fisikal, ilmiah, linguistik, dan
lain-lain.) baik secara individual, masyarakat dan manusia pada umumnya.24
24
Ali Ashrof, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, hal 2
25
Abd al-Amir Syams al-Din, al-Mazhab al-Tarbawi ‘in Ibnu Jama’ah, (Beirut: Dar al-Iqra, 1404
H/1984 M), 23.
26
Abd al-Amir Syams al-Din, al-Fikr al-Tarbawy in Ibnu Khaldun wa Ibnu al-Azraq, cet ke-1,
(Beirut: Dar al-Iqra, 1413 H/1993 M), 87-89.
harus bertaggung jawab pada pelajaran yang diajarinya dan membuka jalan
yang seluas-luasnya untuk mempelajari bidang studi lain, maka harus
menjaga kemajuan murid secara bertahap.27
29
Afifah, N. (2017). Problematika pendidikan di Indonesia. Elementary: Jurnal Iilmiah Pendidikan
Dasar, 1(1). 42
30
Lihat dalam DETIK EDU: Minat Baca Masyarakat Indonesia hanya 0,001 Persen, ini Kata Dosen
UNESA. https://www.detik.com/edu/edutainment/d-6869994/minat-baca-buku-masyarakat-
indonesia-hanya-0001-persen-ini-kata-dosen-
unesa#:~:text=UNESCO%20dan%20Kemenkominfo%20menjelaskan%20bila,orang%20yang%20
gemar%20membaca%20buku.
menempuh pendidikan formal kurang lebih selama 20-25 tahun terabaikan
begitu saja. hal inilah merupakan salah satu indikasi bahwa lulusan
pendidikan kita belum layak pakai. Dari kenyataan ini terlihat adanya
kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dalam menghasilkan output
pendidikan formal dengan pengelolaan pendidikan, termasuk didalamnya
pengelolaan pembelajaran31
Lebih dari pada itu Pendidikan karakter yang diajarkan sekolah
terhadap siswa masih banyak yang keluar dari Batasan norma masyakarat.
Banyak diantara siswa tersebut yang rendah dalam sopan santun, akhlak dan
adab. Terbukti beberapa kasus tawuran antar pelajar, penindasan hingga
penganiayaan yang dilakukan siswa terhadap guru masih terjadi diberbagai
kota di Indonesia. Misalnya dalam kasus tawuran, kasus tawuran tidak
hanya merugiakn pihak pelaku saja, warga sekitar dan masyarakat luas juga
mengalami dampak kerugian dan kasus tersebut. Salah satu diantaranya
adalah banyaknya fasilitas umum yang rusak akibat dari tawuran antar
pelajar ini.
Adapun sistem pengajaran yang dilakukan beberapa Lembaga islam
terhadap peserta didiknya adalah menggunakan metode tradisional (klasik)
yang menitik beratkan pembelajara peserta didik dalam bidang hafalan dan
mengjarakan kepada peserta didik apa yang telah disiapkah oleh gurunya
saja. Dalam pembelajarannya juga, peserta didik diperlakukan sebagai
objek dan tenaga pendidik sebagai subjek. Sehingga dalam prosesnya
peserta didik kurang terlibat dalam proses pembelajaran dan mempersulit
siswa untuk mempelajari hal baru.
Tenaga pengajar yang berperan sebagai subjek dalam belajar-
mengajar jarang menggunakan strategi pembelajaran yang kreatif, inovatif
dan efektif. Kondisi seperti inilah yang menjadikan kelas seolah mati. Dan
juga orientasi Pendidikan menitikberatkan pada pembentukan abd atau
31
Afifah, N. (2017). Problematika pendidikan di Indonesia. Elementary: Jurnal Iilmiah Pendidikan
Dasar, 1(1). 42-43
hamba Allah dan tidak diimbangi dengan cita-cita karakter umat Islam
sebagai Khalifah Fi Al-Arḍ.32
3. Kualitas Fasilitas dan Infrastuktur
Fasilitas dan ifrastuktur Pendidikan yang ada di Indonesia masih
terdapat kesenjangan yang cukup besar, terkhusus antara sekolah yang ada
di kota dan di daerah. Seperti apa yang dialami di Sekolah Dasar Negeri
(SDN) nomor 388 Desa Hutarimbaru dan SDN nomor 390 Desa Salibaru,
Kabupaten Mandailing Datar, Provinsi Sumatra Utara.33 SDN 388 memiliki
135 siswa dan SDN 390 memiliki 137 siswa, kedua sekolah tersebut
memiliki enam tingkatan kelas, akan tetapi sekolah hanya memiliki tiga
ruangan kelas saja. Belum lagi kondisi pintu, atap dan plafon yang
memprihatinkan.
Kondisi bangunan yang tidak layak, atap kelas yang bocor,
kurangnya tenaga pengajar, kurangnya meja dan kursi adalah beberapa
contoh nyata dari kondisi sekolah dibeberapa daerah terpencil. Tentu
persoalan ini merupakan persoalan yang krusial dan harus dibenahi dalam
upaya memperbaiki dan membangun system Pendidikan yang lebih baik
kedepannya.
Bantuan yang diberikan pemerintah belum bisa memberikan
perbaikan secara maksimal. Dalam prosesnya hanya beberapa bagian
tertentu saja yang mengalami perbaikan. Kesenjangan lainnya adalah dalam
hal ketersedian buku. Kesenjangan dalam kesedian buku tidak hanya dalam
lingkup kuantitas buku saja, melainkan juga kualitas buku. Padahal
ketersedian buku merupakan penunjang penting dalam proses Pendidikan.
Pembenahan dalam kualitas fasilitas dan infrastuktur Pendidikan tidak
terlepas dari ketersediaan dana dan pengelolaan yang baik. Jika ada satu
diantara keduanya yang tidak saling berjalan maka permasalahan dalam
32
Assegaf, A. R. (2004). Membangun Format Pendidikan Islam Di Era Globalisasi, Pendidikan
Islam Dan Tantangan Globalisasi: Buah Pikiran Seputar; Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial, Dan
Budaya. Edited by Imam Machali. PRESMA Fak. Tarbiyah Dan Ar-Ruzz Media.
33
Lihat dalam Merdekea.com: 2 Sekolah di Sumut Kondisinya Memprihatinkan, Fasilitas Rusak
dan Kekurangan Kelas, https://www.merdeka.com/sumut/2-sekolah-di-sumut-kondisinya-
memprihatinkan-fasilitas-rusak-dan-kekurangan-kelas.html diakses pada 1 oktober 2023 17.51.
bidang fasilitas dan infrastuktur Pendidikan tidak akan pernah terselesaikan.
Banyak sekali kasus-kasus penggelapan dana bantuan untuk sekolah yang
dilakukan beberapa oknum pengelola sekolah, baik itu dari pemerintah
daerah, kepala sekolah hingga operator sekolah. Seperti halnya kasus yang
pernah terjadi di SMPN 6 Bojonegoro. Dalam kasus ini negara mengalami
kerugian sekitar 600 juta rupiah.34
KESIMPULAN
Pandangan aksiologi pendidikan Islam adalah nilai-nilai Islami, yang meliputi nilai-
nilai insaniah yang terdiridari nilai etik, logik, dan estetik; dan nilai Ilahiah yang
disebut juga nilai religius-spiritualistik. Kedua nilai tersebut integratif dalam arti
merupakan satu kesatuan yang bulat, utuh, dan menyeluruh. Nilai-nilai inilah yang
ditransformasikan dan di- internalisasikan kepada subjek didik dengan cara yang
baik dan benar, terutama dengan teladanyang baik (uswatun hasanah) sebagaimana
yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW
Dalam problema Pendidikan islam di Indonesia ini, ada faktor penyebabnya salah
satunya maraknya metode klasik dalam pembelajaranya, anak didik diperlukan
34
Lihat dalam Banyuurip.Com: Kisah Kontroversi: Operator Sekolah Jadi Terdakwa Korupsi Dana
BOS SMPN 6 Bojonegoro, https://suarabanyuurip.com/2023/08/15/kisah-kontroversi-operator-
sekolah-jadi-terdakwa-korupsi-dana-bos-smpn-6-bojonegoro/. Diakses pada 1 oktober 2023, pada
pukul 18.12
sebagai obyek, akan tetapi guru diperlakukan sebagai subyek. Sehingga anak yang
belajar menyebabkan proses pembelajaran menjadi monoton serta bosan. Guru
yang menjadi subyek proses belajar mengajar, terkadang miskin metode, inovasi
dan kreativitas dalam mengajar sangat kurang. Maka solusinya adalah dengan
menciptakan orienasi dan visi Pendidikan islam, integrasi ilmu agama dan umum,
pengembangan tradisi akademik, reorientasi visi misi guru, strategi pembelajaran,
penanaman serta penerapan nilai-nilai keislaman.
DAFTAR PUSTAKA
Binde, Jerome. Keys to The 21st Century. New York. UNESCO. 2001.
Sarica, Gulcin Nagehan, and Nadire Cavus. "New trends in 21st century
English learning." Procedia-Social and Behavioral Sciences 1.1. 2009.
Ashrof Ali. Horison Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1993.