Anda di halaman 1dari 7

GURU DAN KARAKTER SISWA SEKOLAH ISLAM DI

INDONESIA
Siti Nuhaliza Mailangkay
Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan
IAIN Sultan Amai Gorontalo
Email : Sitimailangkay@gmail.com

Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat dinamis , selalu bergerak, dan selalu terjadi
perubahan dan pembaharuan. Sekolah seolah terus berpacu memunculkan dan mengejar
keunggulan masing-masing.(Sudrajat 2011) Memasuki Era globalisasi menjadi satu tantangan
tersendiri bagi pengelola pendidikan untuk menyesuaikan kurikulum dan sarana pendidikan
mereka dengan berbagai teknologi canggih agar bisa menghasilkan peserta didik yang mampu
bersaing di Era “Global Village”.

Guru/Pendidik adalah bagian yang sangat fundamental dalam pembentukan kepribadian Peserta
didik, pendidikan agama merupakan kunci yang tidak bisa diabaikan karena Pendidikan Agama
merupakan salah satu faktor penunjang dalam pendidikan moral. Manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan tidak dapat terwujud secara tiba-tiba, melainkan melalui proses
pendidikan yang panjang dan lama. Proses pendidikan itu berlangsung seumur hidup manusia
baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Lingkungan sekolah sendiri
merupakan tempat yang baik untuk kita mendalami ilmu agama, karena di lingkungan sekolahlah
kita dapat menerima pendidikan yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian seorang
manusia.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan dengan ketentuan umum pasal 1, berisi bahwa “Pendidikan agama adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-
kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.”

Oleh karena itu, pendidikan agama di Indonesia dimasukkan ke dalam kurikulum nasional yang
wajib diikuti oleh semua peserta didik mulai dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi yang
bertujuan untuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta bertanggung jawab. Sedangkan
Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama atau
menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya.

Artikel ini menjelaskan Tiga hal Pokok: Pertama, Bagaimana Konteks Sistem pendidikan di
indonesia pada abad 21. Kedua, Peran Guru terhadap masalah Bullying di sekolah islam, dan
Tanggapan dari pemerintah untuk pendidikan di indonesia. Dan, Ketiga penerapan pembelajaran
Agama pada tingkat sekolah dasar untuk membentuk Karakter peserta didik bermoralitas
terhadap sesama. Artikel ini bisa menjadi bahan rujukan untuk dirkursus dalam mencegah
rusaknya karakter generasi bangsa, dan lebih memperhatikan lingkungan baik di sekolah maupun
di rumah. Dan juga artikel ini, sedikit menyentil permasalah kritis tentang “Perundungan”, yang
di mana Sistem pendidikan di indonesia masih dapat dikatakan kurang dalam hal memperbaiki
maupun membentuk moral/Karakter generasi penerus bangsa.

Konteks Sistem pendidikan di Indonesia

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pendewasaan manusia menjadi manusia


seutuhnya. Manusia seutuhnya meliputi keseluruhan dimensi kehidupan manusia; fisik, psikis,
mental/moral, spiritual dan religius. Pendidikan agama di sekolah sebagai salah satu upaya
pendewasaan manusia pada dimensi spiritual-religius.(Sajadi 2019) Adanya pelajaran agama di
sekolah merupakan upaya pemenuhan hakekat manusia sebagai makhluk religius (homo
religiousus).

Masalah yang sering terjadi di lingkungan pendidikan terlebih mengenai moral/Karakter siswa
diantaranya; Perundungan, Kenakalan Remaja (Kekerasan), Rusaknya moral/Karakter Siswa
sebab lingkungan yang tidak memumpuni.

Bullying atau perundungan potret nyata kehidupan masyarakat yang mengalami kegagalan untuk
mendapatkan suatu kepercayaan diri. Di seluruh negara di dunia terjadi kasus bullying, sebagian
besar pelaku maupun korbannya didominasi anak-anak dan remaja.(Dwi 2020)

Tindakan bullying seolah mengakar dan menjalar tak berkesudahan. Indonesia juga tengah
mengalami krisis kasus bullying yang terjadi di lingkungan sosial khususnya sekolah.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat adanya temuan kasus perundungan yang
semakin meningkat kisaran 30-60 kasus per tahun. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat
kelima dalam kasus perundungan. Menurut data Programme for International Students
Assessment (PISA) anak dan remaja di Indonesia mengalami 15 persen intimidasi, 19 persen
dikucilkan, 22 persen dihina, 14 persen diancam, 18 persen didorong sampai dipukul teman dan
20 persen digosipkan kabar buruk.(HAM 2022)

Tak hanya itu United Nation International Children’s Emergency Fund (UNICEF) mencatat
bahwa Indonesia memiliki persentase tinggi terkait kekerasan anak. Bila dibandingkan negara
Asia lainnya seperti Vietnam, Nepal maupun Kamboja, Indonesia menempati posisi yang lebih
tinggi.

Dengan adanya masalah seperti itu, bagaimana Penerapan Pendidikan di sekolah terlebih sekolah
berbasis Agama yang memiliki banyak kasus serupa dalam bingkai pendidikan di indonesia ?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengajak negara dan masyarakat untuk jujur melihat masih
ada banyak hal harus dibenahi dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk masih munculnya
permasalahan bullying atau kekerasan di sekolah.

Pernyataan Menteri Pendidikan, Dilansir dari wawancara kompas.com, "Karena bagi saya itu
(kasus perundungan) luar biasa menyedihkan begitu banyak cerita yang keluar. Kita sebagai
negara harus jujur dan melihat apa sih yang terjadi di sekolah-sekolah kita," ujar Nadiem
Makarim saat menghadiri Rakornas Bidang Kebudayaan di Jakarta (26/2/2020).

Dengan adanya Stement dari menteri pendidikan indonesia, maka Kasus Perundungan menjadi
masalah bersama, di dunia pendidikan indonesia. Sebagai Pendidik/Guru, diharuskan untuk
mencermati dengan jelas perkembangan moral/karakter siswa di setiap lembaga Pendidikan baik
dari sekolah dasar, maupun perguruaan Tinggi/Universitas.

Faktor yang menjadi, sebab utama dalam kasus perundungan di indonesia, ialah Faktor
lingkungan. Dilansir dari Kompas.com, “Ada begitu banyak faktor yang bisa kita lihat, Terlebih
dengan Faktor lingkungan peserta didik di sekolah.” Ujar Nadiem Makarim ketika ditanyakan
Faktor apa yang menjadi sebab gagalnya pendidikan Berkarakter di K-13 yang sekarang menjadi
Kurikulum Merdeka Belajar.
Bagaimana Penerapan Pendidikan Agama Islam, dalam membentuk karakter/Moral
Peserta didik di sekolah Islam/Madrasah?

Pendidikan agama memiliki kedudukan yang penting dalam pendidikan nasional. Pertama,
selaras dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.” (UU Sistem Pendidikan Indonesia, 20(03)/2003).(Triana
2022)

Kondisi seperti ini memberi Semangat berbagai lembaga pendidikan dalam menuntaskan
permasalahan Rusaknya Moral/Karakter peserta didik yang terjerumus kasus perundungan,
terbesit suatu pertanyaan, Bagaimana Pendidikan Agama Islam dalam membentuk
karakter/Moral peserta didik kita ?

Sekolah adalah tempat yang sangat strategis bahkan yang utama setelah keluarga untuk
membentuk akhlak atau karakter peserta didik. Dengan penerapan yang maksimal dari tenaga
pendidik serta kondisi Pembelajaran yang kondusif, Bahkan seharusnya setiap sekolah
menjadikan kualitas akhlak/ karakter sebagai salah satu quality asurance yang harus dimiliki
oleh setiap lulusan sekolahnya. Salah satu tujuan pendidikan nasional supaya berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakep, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Hadis berikut juga menjelaskan indikator
kesempurnaan iman yang menitik beratkan kepada akhlak yang baik yang artinya ” Orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka".

Jika melihat kepada ajaran islam sebagai pedoman hidup, maka ditemukan salah satu tugas
pokok kerasulan adalah penyempurnaan akhlak , hubungannya dengan lembaga pendidikan atau
sekolah yang menjadi salah satu dari tiga komponen pendidikan memegang peran penting ,
termasuk guru-gurunya untuk memperhatikan secara serius masalah pembentukan akhlak atau
karakter yang baik pada peserta didiknya. Sabda Rasulullah saw, yang menggambarkan bahwa
akhlak atau karakter manusia yang baik adalah tugas yang menjadi prioritas utama yang harus
diperbaiki, yaitu ”Sesungguhnya aku ( Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak.”

Selain dengan Lingkungan, Kita juga perlu untuk menyesuaikan Kurikulum yang ada. Terlebih
lagi untuk memberikan Nuansa baru bagi peserta didik karena dengan penerapan yang maksimal
dari tenaga pendidik maka guru/pendidik perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya ; 1).
Metode dan teknik pengajaran yang memotivasi, 2). Pendidik Perlu mencermati dengan jelas
perkembangan peserta didik di lingkungan sekolah maupun rumah, 3). Guru diharuskan untuk
menyediakan ruang permainan bagi peserta didik, dan 4). Guru mampu menciptakan kondisi
belajar yang berkarakter Religius baik dengan kegiatan-Kegiatan Religius atau memaparkan
bahan ajar yang bermuatan religius untuk perkembangan karakter peserta didik.
KESIMPULAN.

Guru/Pendidik adalah bagian yang sangat fundamental dalam pembentukan kepribadian Peserta
didik, pendidikan agama merupakan kunci yang tidak bisa diabaikan karena Pendidikan Agama
merupakan salah satu faktor penunjang dalam pendidikan moral. Sekolah adalah tempat yang
sangat strategis bahkan yang utama setelah keluarga untuk membentuk akhlak atau karakter
peserta didik. Dengan penerapan yang maksimal dari tenaga pendidik serta kondisi Pembelajaran
yang kondusif, Bahkan seharusnya setiap sekolah menjadikan kualitas akhlak/ karakter sebagai
salah satu quality asurance yang harus dimiliki oleh setiap lulusan sekolahnya. Pendidikan
agama memiliki kedudukan yang penting dalam pendidikan nasional. Pertama, selaras dengan
tujuan pendidikan nasional, yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Jika melihat kepada ajaran islam sebagai pedoman hidup, maka ditemukan salah satu tugas
pokok kerasulan adalah penyempurnaan akhlak , hubungannya dengan lembaga pendidikan atau
sekolah yang menjadi salah satu dari tiga komponen pendidikan memegang peran penting ,
termasuk guru-gurunya untuk memperhatikan secara serius masalah pembentukan akhlak atau
karakter yang baik pada peserta didiknya.
Referensi

Dwi, Agus. 2020. “Kasus Bullying Terus Meningkat Dalam 9 Tahun Terakhir.” RMOL.ID
Republik Merdeka.

HAM, KOMNAS. 2022. “LINDUNGI ANAK, STOP TRADISI BULLYING DI SATUAN


PENDIDIKAN.” kemenpppa.go.id.

Sajadi, Dahrun. 2019. “PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM.” Tahdzib


Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam 2(2).

Sudrajat, Ajat. 2011. “MENGAPA PENDIDIKAN KARAKTER?” Jurnal Pendidikan Karakter


1(1).

Triana, Neni. 2022. “Pendidikan Karakter.” Mau’izhah 11(1).

https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/29/15452511/bullying-nadiem-negara-harus-jujur-
dan-melihat-yang-terjadi-di-sekolah?page=all

Anda mungkin juga menyukai