Anda di halaman 1dari 8

Tren dan Kendala pembelajaran PAI di era IPTEKs dan Globalisasi

Amelia Puspita Mokoginta


Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan.
IAIN Sultan Amai Gorontalo
Email :

Abstrak
Adanya inovasi atau perubahan dalam bidang kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan
institusi. Khususnya untuk kurikulum PAI, inovasi juga harus dilakukan dengan tujuan:
mewujudkan lulusan yang cerdas dan berakhlak mulia. Implementasi perubahan yang
dilakukan pada era globalisasi lebih bertumpu perubahan material yang sebenarnya
bertentangan dengan ajaran agama Islam karena masyarakat revolusi 4.0 lebih diwakili oleh
kapitalisme dan sosialisme dengan ketergantungan internet. Keagamaan adalah salah satu
lembaga yang mewadahi tentang bagaimana pembentukan siswa dengan kepribadian islami
yang memiliki ilmu teknologi dan kualitas yang mampu bersaing dalam globalisasi tanpa
meninggalkan budaya daerah. Tujuan penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan inovasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di era globalisasi.
Kata Kunci : Inovasi, PAI, Guru PAI

Abstrak

There are innovations or changes in the curriculum applied in institutional education.


Particularly for the PAI curriculum, innovation must also be carried out with the aim of
creating graduates who are intelligent and have noble character. The implementation of
changes made in the era of globalization is more based on material changes which are
actually contrary to the teachings of Islam because the revolutionary society 4.0 is
represented more by capitalism and socialism with internet dependence. Religion is one of
the institutions that accommodates how to form students with Islamic personalities who have
technological knowledge and qualities that are able to compete in globalization without
leaving the regional culture. The purpose of writing this article is to describe innovations in
Islamic Religious Education Learning (PAI) in the era of globalization.
Keywords: Innovation, PAI, Pai Teacher
Pendahuluan.
Globalisasi telah berdampak sangat besar pada berbagai aspek seperti batas-batas
antar Negara sehingga dunia menjadi lebih transparan. Globalisasi terjadi antara lain
disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi
yang semakin hari semakin pesat perkembangannya sehingga menuntut perubahan mendasar
dalam berbagai bidang kehidupan, ekonomi, politik, sosial, budaya, termasuk pendidikan.

Kemajuan ilmu dan teknologi informasi saat ini telah banyak mengubah cara pandang
dan gaya hidup masyarakat Indonesia dalam menjalankan kegiatannya. Keberadaan dan
peranan teknologi dalam sistem pendidikan telah membawa era baru perkembangan tersebut
belum diimbangi dengan peningkatan SDM untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam
proses pendidikan tersebut. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk
mempersiapkan kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi.

Perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi yang begitu pesat


perkembangannya, namun belum mampu menggantikan peran dan fungsi guru, hanya sedikit
menggeser atau mengubah fungsinya, itu pun terjadi di kota-kota besar saja, ketika para
peserta didik memiliki berbagai sumber belajar di rumahnya.

Pemerintah telah mempercepat perencanan Milenium Development Goals, yang


semula direncanakan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. Milenium Development Goals
adalah era pasar bebas atau era globalisasi adalah era persaingan mutu atau kualitas, siapa
yang berkualitas dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya.

Dibidang pendidikan, peran guru untuk mendidik peserta didik menjadi manusia yang
selalu mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan akar budaya sangat penting
untuk menentukan perjalanan generasi bangsa ini. Guru dituntut untuk menjadi pendidik yang
bisa menjembatani kepentingan-kepentingan itu. Secara tidak langsung beberapa mata
pelajaran yang diajarkan disekolah mulai menyesuaikan dengan tuntutan pemerintah tersebut,
tak luput juga dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Pendidikan Agama Islam selama ini
masih menganut cara mengajar dengan metode lama, antara lain ceramah, mencatat, dan
menerangkan. Hal ini merupakan penegasan paradigma lama di mana beraktivitas
pembelajaran terfokus pada guru, sehingga siswa hanya duduk, diam, dengar, dan
mengerjakan tugas yang diberikan.
Penerapan seperti itulah yang akan diubah karena tidak sesuai dengan program
pemerintah tentang pengembangan era pendidikan yang sebelumnya masih menggunakan
metode umum tanpa pemanfaatan teknologi secara tepat guna, namun bertahap peran
teknologi akan berdampak dalam pendidikan terutama pendidikan Agama Islam. Dengan,
adanya opini seperti itu maka saya tertarik untuk Membahas Bagaimana Penerapan Inovasi
pembelajaran PAI di era Globalisasi seperti saat ini.

Pembahasan
a. Inovasi Pembelajaran PAI di Era Globalisasi

Inovasi diperlukan pada semua profesi. Inovasi adalah upaya memperkenalkan


berbagai hal, gagasan atau cara-cara baru dalam melakukan sesuatu, atau sesuatu yang
baru diperkenalkan.1 Tujuannya untuk menghasilkan hal-hal yang dipandang lebih baik.

Inovasi juga perlu bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI). PAI yang dimaksud
dalam tulisan ini mencakup PAI di sekolah, namun lebih difokuskan pada PAI di
madrasah yang didistribusikan dalam beberapa mata pelajaran. Tujuannya agar profesi
itu dijalankan dengan sebaik-baiknya dan membawa hasil yang terbaik. Yaitu:
meningkatkan minat siswa mengikuti pendidikan agama di sekolah/madrasah,
menyampaikan bahan ajar secara efektif, dan mewujudkan tujuan pembelajaran
sebagaimana diharapkan.

Tuntutan ke arah inovasi pembelajaran PAI tak dapat dielakkan. Ini merupakan
konsekuensi dari kondisi masyarakat yang berkembang terus dari masa ke masa.
Dinamika dan perubahan yang mencolok dalam beberapa dekade terakhir terjadi pada
bidang sosial, ekonomi, politik, seni, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.2

Perkembangan itu membawa pengaruh pada orientasi nilai dan gaya hidup banyak
orang, pola komunikasi antar individu, hubungan sosial dan sebagainya. Orientasi nilai
yang mengarah kepada gaya hidup materialistis dan pragmatis yang melanda sebagian
siswa bisa berakibat pada lemahnya minat mereka untuk mempelajari agama. Hal yang
sebaliknya bisa juga terjadi. Kesadaran terhadap berbagai dampak negatif dari kondisi
zaman, kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi memberi dorongan bagi siswa untuk
1
Ikhsanudin Ikhsanudin, Wahyu Setiadi, and Mukh Nursikin, ‘INOVASI DAN LITERASI KURIKULUM PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI ERA GLOBALISASI’, CENDEKIA: Jurnal Ilmu Sosial, Bahasa Dan Pendidikan, 2.1 (2022)
<https://doi.org/10.55606/cendikia.v2i1.416>.
2
Syamsiah Nur and Muhammad Ichsan, ‘Inovasi Pembelajaran (Suatu Metode Pembelajaran PAI Berbasis
Inquiry)’, AL-LIQO: Jurnal Pendidikan Islam, 4.1 (2019) <https://doi.org/10.46963/al.v4i1.13>.
mendalami ajaran agama. Tuntutan ke arah inovasi ini mengharuskan guru agama untuk
menjalankan tugas yang benar-benar profesional. Profesionalisme dalam
mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan, mencurahkan waktu dan memberikan
perhatian yang besar pada tugas.

Dalam kaitannya dengan mata pelajaran PAI, hal yang paling menonjol dewasa ini
adalah tersedianya referensi yang melimpah ruah dalam bentuk cetak, elektronik, digital
atau online. Hal tersebut sangat memudahkan bagi guru dan siswa dalam proses belajar
dan mengajar. Sebagai misal, dewasa ini pelajaran tajwid didukung dengan ketersediaan
mushaf Al-Qur’an yang sudah diberi warna sesuai dengan hukum tajwid. Pengajian Al-
Qur’an dapat dengan mudah diperdengarkan melalui rekaman yang tersimpan di CD.
Terjemah dan tafsir Al-Qur’an dengan mudah dapat dibuka dengan menggunakan
komputer. Kamus bahasa asing (misalnya Arab) bisa dibuka di hand phone dan cara
mengucapkan kata asing yang benar dapat diperdengarkan. Jika referensi ataupun sumber
belajar itu dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran di
kelas, tentu hal tersebut akan menjadi salah satu daya tarik bagi siswa dan membuat
suasana kelas lebih hidup dan bergairah. Hanya saja, peluang seperti itu terkadang tidak
dimanfaatkan untuk menggapai hal-hal yang positif. Dampak negatif bisa jadi lebih
menonjol. Sebab, sebagian pengguna produk teknologi informasi dan komunikasi sering
tergoda untuk bersentuhan lebih banyak dengan contens yang sifatnya hiburan.
Kemudahan-kemudahan yang tersedia saat ini dalam mengakses referensi di bidang
agama Islam bukan tanpa masalah. Banyak sekali contens yang tersedia melalui CD dan
semacamnya atau secara online tidak diketahui sumber dan penulisnya, padahal latar
belakang penulis itu sangat penting dalam pembahasan tentang ajaran agama. Informasi
yang dikandungnya belum dijamin kebenaran atau akurasinya. Sebagian contens yang
dapat diakses secara online belum pernah diverifikasi oleh ahli terkait. Sebagian isi yang
terkandung dalam sejumlah CD tidak luput dari kelemahan ataupun kesalahan. Dalam
kaitan ini peran guru PAI menjadi sangat penting untuk memperkenalkan dan memilih
referensi yang standar dan dapat dipertanggung jawabkan.

b. Peran Sentral Guru dalam Penerapan Inovasi Pembelajaran PAI

Guru agama sangat menentukan kualitas dan daya tarik proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar agama di kelas yang konvensional memposisikan guru
sebagai aktor utama. Penunjang utamanya adalah buku. Selebihnya, penjelasan verbal
dari guru lebih dominan. Kondisi seperti itu perlu diubah dan ditingkatkan.

Mata pelajaran PAI di madrasah mempunyai alokasi waktu yang lebih banyak
dibandingkan dengan hal serupa di sekolah. Jumlah guru yang mengampu juga lebih
banyak. Dengan demikian, hasil belajar harus lebih baik. Idealnya, materi pelajaran
yang dikuasai oleh siswa madrasah lebih banyak dan lebih dalam. Penguasaan itu
harus tercermin dalam beragam bentuknya, seperti materi hafalan ayat Al-Qur’an dan
hadis, kemampuan menjelaskan pesan agama secara lisan dan tulisan lebih baik, dan
tingkat kesadaran dalam mengamalkan ajaran agama lebih baik. Singkatnya, hasil
belajar PAI di madrasah diharapkan lebih baik sebagai wujud dari integrasi keilmuan
yang diemban oleh madrasah.

Inovasi pembelajaran PAI diharapkan menyentuh aspek substansi. Pengenalan


pada materi bisa dilakukan lebih banyak, walaupun tetap fokus pada materi yang
terbatas. Sebagai misal, ayat-ayat tentang perintah melaksanakan ibadah dapat
ditunjukkan lebih banyak, karena perangkat IT menunjang ke arah itu. Namun
demikian, uraian guru terfokus pada ayat yang dipilih. Selanjutnya, guru bisa
memperkaya pengenalan siswa terhadap referensi tafsir, namun demikian penjelasan
yang disampaikan tetap dibatasi. Suatu hal yang sangat baik, jika siswa di madrasah
mengenal lebih awal kamus mencari ayat dalam Al-Qur’an, kamus kosakata Al-
Qur’an, buku-buku tafsir standar yang sebagian sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonsia, buku kumpulan ceritera di dalam Al-Qur’an, i’rab Al-Qur’an, dan
sebagainya. Pengenalan secara sekilas itu diperlukan dan akan menjadi modal yang
baik untuk dikembangkan selanjutnya oleh siswa.

Sehubungan dengan perkembangan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan,


maka semestinya hal itu dimanfaatkan untuk memperkuat keimanan siswa dan
memperkaya penjelasan dengan temuan-temuan yang relevan. Sebagai misal, Al-
Qur’an melarang orang-orang beriman untuk berbuat kerusakan di atas bumi. Al-
Qur’an juga menegaskan bahwa terjadi banyak kerusakan di darat dan di laut karena
ulah manusia. Redaksi larangan itu sedapat mungkin dapat dianalisis dengan berbagai
perspektif. Larangan itu semestinya bisa dijelaskan dengan memadukan referensi
tafsir yang lama maupun baru diterbitkan. Hikmah larangan itu sebaiknya diperkuat
dengan temuan ilmu terkait di bidang psikologi, sosiologi, ekologi, kesehatan, dan
sebagainya. Fakta-fakta mengenai kerusakan sedapat mungkin ditunjukkan dengan
informasi aktual, baik yang melanda individu, masyarakat, bangsa, maupun
lingkungan alam. Hal ini hanya bisa dilakukan jika perhatian guru dicurahkan pada
tugasnya mengajar.

Inovasi dapat dilakukan pada pemilihan metode dan teknik mengajar. Di


tengah keragaman metode dan teknik itu, maka beberapa hal yang mendasar adalah
sedapat mungkin materi pokok bahasan dapat dijelaskan dengan tuntas dan lengkap.
Berbagai pertanyaan mendasar sedapat mungkin dapat dijawab. Penjelasan itu
diharapkan tertanam di dalam diri siswa. Di dalam dirinya tumbuh penghayatan
tentang nilai dan norma agama yang harus diikuti. Kisah dalam kitab suci, sebagai
misal, itu mengandung pesan moral yang kuat. Sedapat mungkin itu bisa ditangkap
dan dicerna yang pada gilirannya menjadi pedoman dalam bertindak.3

Metode dan teknik mengajar diarahkan pada pemahaman yang dapat


ditunjukkan oleh murid secara lisan atau tertulis. Metode tanya jawab bisa sangat
efektif untuk menyampaikan dan mengevaluasi pemahaman itu. 4 Metode dan teknik
diarahkan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya.
Pengembangan itu, sebagai misal, dapat dilakukan siswa dengan memperbanyak
contoh yang sudah diberikan. Intinya adalah agar siswa mengembangkan kreativitas.
Metode dan teknik diarahkan agar siswa mampu mendemonstrasikan skill yang
dimiliki. Dalam konteks pendidikan agama, maka kemampuan membaca Al-Qur’an
dengan benar itu sangat penting. Memeragakan tata cara salat lengkap dengan doanya
itu penting. Praktik memberi tausiyah itu penting. Berlatih mengemas pesan moral
dan spiritual dalam sebuah tulisan pendek itu sangat penting.

Sebagai bahan perbandingan, pengajaran bahasa asing sangat maju dalam hal
metode dan teknik. Penggunaan lagu-lagu, role play, game, short story, dan
sebagainya membuahkan hasil yang cukup efektif.5 Dalam kaitannya dengan
pembelajaran PAI, banyak murid Madrasah di MIN Afka aruna Islamic School
Yogyakarta, yang mampu menghafal al-asmaa al-husnaa karena menggunakan lagu
3
Syahri Kismanto, ‘SOLUSI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGHADAPI PUSARAN
PROBLEMATIKA ERA GLOBALISASI’, IndraTech, 2.1 (2021) <https://doi.org/10.56005/jit.v2i1.89>.
4
JULI AMALIYA NASUCHA, ‘INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “ Pembelajaran PAI Berbasis
Inquiry’’’, Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 5.1 (2019).
5
Astri Khoirunnisa, ‘Pembelajaran PAI Berbasis Bahasa Inggris Sebagai Upaya Menghadapi Tantangan
Globalisasi Di MI Afkaaruna Islamic School Yogyakarta’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr, 10.1 (2021)
<https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i1.4683>.
sebagai medium. Sebagian muslim memelihara hafalan kitab Barazanji karena
ditunjang dengan irama yang menarik. Tentu inovasi metode pembelajaran PAI dapat
dikembangkan terus sesuai dengan karakteristiknya sendiri.

Kunci pokok dari inovasi itu ada pada diri guru PAI. Dasar utamanya adalah
penguasaan materi yang tinggi. Di samping itu, guru diharapkan mengembangkan
kompetensinya dalam bentuk karya tulis atau kreativitas.

Kesimpulan.
Inovasi Pembelajaran PAI sangat penting bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI). PAI
yang dimaksud dalam tulisan ini mencakup PAI di sekolah, namun lebih difokuskan pada
PAI di madrasah yang didistribusikan dalam beberapa mata pelajaran. Tujuannya agar
profesi itu dijalankan dengan sebaik-baiknya dan membawa hasil yang terbaik. Yaitu:
meningkatkan minat siswa mengikuti pendidikan agama di sekolah/madrasah, menyampaikan
bahan ajar secara efektif, dan mewujudkan tujuan pembelajaran sebagaimana diharapkan.

Dengan Melihat kondisi Kurikulum PAI yang ada, Guru PAI diharuskan memiliki Terobosan
terbaru mengenai metode dan teknik mengajar yang sesuai dengan kondisi Sekolah/Madrasah
atau Lingkungan yang ada di Sekolah/Madrasah.
DAFTAR PUSTAKA

Ikhsanudin, Ikhsanudin, Wahyu Setiadi, and Mukh Nursikin, ‘INOVASI DAN LITERASI
KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA GLOBALISASI’,
CENDEKIA: Jurnal Ilmu Sosial, Bahasa Dan Pendidikan, 2.1 (2022)
<https://doi.org/10.55606/cendikia.v2i1.416>

Khoirunnisa, Astri, ‘Pembelajaran PAI Berbasis Bahasa Inggris Sebagai Upaya Menghadapi
Tantangan Globalisasi Di MI Afkaaruna Islamic School Yogyakarta’, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Raushan Fikr, 10.1 (2021) <https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i1.4683>

Kismanto, Syahri, ‘SOLUSI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM


MENGHADAPI PUSARAN PROBLEMATIKA ERA GLOBALISASI’, IndraTech, 2.1
(2021) <https://doi.org/10.56005/jit.v2i1.89>

NASUCHA, JULI AMALIYA, ‘INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM “ Pembelajaran PAI Berbasis Inquiry’’’, Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 5.1
(2019)

Nur, Syamsiah, and Muhammad Ichsan, ‘Inovasi Pembelajaran (Suatu Metode Pembelajaran
PAI Berbasis Inquiry)’, AL-LIQO: Jurnal Pendidikan Islam, 4.1 (2019)
<https://doi.org/10.46963/al.v4i1.13>

Anda mungkin juga menyukai