Anda di halaman 1dari 21

Ridha Dwi Minanti

71200211006

KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN

Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan pada berbagai
dimensi kehidupan manusia, baik dalam kehidupan ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Perubahan tersebut
banyak membawa manfaat, tetapi di sisi lain juga membawa manusia ke persaingan global yang semakin ketat.
Karena itu agar mampu berperan dalam persaingan global, perlu diupayakan pengembangkan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan prasyarat mutlak untuk untuk mencapai tujuan pembangunan
bangsa.

Salah satu wahana untuk menigkatkan kualitas SDM, peran pendidikan sangat dibutuhkan, sebab pendidikan
merupakan sarana untuk membangun watak bangsa (Nation Character Building). Oleh karena itu, kualitas pendidikan
harus senantiasa ditingkatkan sebab masyarakat yang cerdas akan memberi nuansa kehidupan yang cerdas pula dan
secara progresif akan membentuk kemandirian. Dapat dikatakan eksistensi dan daya survival suatu bangsa sangat
ditentukan oleh kualitas SDM yang dimiliki bangsa tersebut. Semakin tinggi kualitas SDM suatu bangsa, makin eksis
bangsa tersebut, sebaliknya semakin rendah kualitas SDM suatu bangsa, pertanda semakin bergantungnya bangsa
tersebut terhadap bangsa lain.1

Sebagai salah satu negara berkembang, kualitas SDM bangsa Indonesai terhitung rendah, sehingga
ketergantungan Indonesia terhadap negara-negara maju bisa dikatakan sangat tinggi.2 Rendahnya kualitas SDM ini
salah satunya diakibatkan rendahnya mutu pendidikan jika dibanding dengan Negara lain. Jika dilihat secara lebih
spesifik lagi dalam proses pembelajaran, terbukti hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran di berbagai bidang studi
selalu kurang memuaskan berbagai fihak (stakeholder).

Hal itu disebabkan dua hal: pertama, perkembangan kebutuhan dan aktivitas di berbagai bidang kehidupan selalu
meninggalkan proses/hasil kerja lembaga pendidikan atau melaju terlebih dahulu dibanding dengan proses pengajaran
dan pembelajaran. Akibatnya hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran tidak sesuai dengan kenyataan kehidupan yang
diarungi siswa. Kedua, pandangan dan temuan baru tentang pembelajaran dan pengajaran membuat paradigma,

1 Jasques Attali (1991). Suyanto & Djihad Hisyam. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki
Milenium III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara, 2000.
1
falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada saat ini tidak memadai atau tidak cocok lagi. Berbagai permasalahan
dan kenyataan negatif tentang hasil pendidikan dan pengajaran diatas menuntut adanya pembaharuan pendidikan,
sehingga diharapkan mutu dan hasil pendidikan semakin baik dan meningkat. Pembaharuan (inovasi) pendidikan
tersebut dilakukan supaya pendidikan dapat selalu adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman, sekaligus
agar tidak terjadi kesenjangan antara idealitas dan realitas.

Inovasi pendidikan di Indonesia sudah waktunya bersumber dari para praktisi pendidikan di lapangan, terlebih
pada kehidupan di era global dengan berbagai persoalan telah menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat
mendasar. Iklim kehidupan berbangsa dan bernegara yang kurang kondusif, yang cenderung mengarah pada
kebebasan yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan,
termasuk pendidikan.Dalam tatanan akar rumput (Grass-roots) hal tersebut telah menimbulkan berbagai gejala dan
masalah social.Belum lagi pendidikan kita yang masih terkesan semrawutan (chaos) dan ketimpangan, baik secara
kualitas, kuantitas, maupun kaitannya dengan efektivitas dan relevansi pendidikan, bahkan ada yang menganggap
pendidikan kita sangat kacau, tidak jelas arah dan tujuannya.

Pendidikan Nasional kita sekarang ini akan mengalami kegagalan yang lebih luas dalam membentuk nilai-nilai
karakter bangsa terhadap peserta didik, jika terus dibiarkan lebih berorientasi pada pembentukan dan pengembangan
ranah kognitif, danitupun dikembangkan tidak komprehensif, hanya terbatas pada ranah kognitif tingkat rendah. Hasil
study internasional terbaru tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah internasional. Hasil survey
“Trends in Internasional Math and Science” tahun 2007, yang dilakukan oleh Global Institute, menunjukan hanya
lima persen peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi; padahal peserta
didik Korea dapat mencapai 71 %. Sebaliknya, 78 % peserta didik Indonesia dapat mengerjakan soal hapalan
berkategori rendah, sementara siswa Korea 10 %.

Data lain diungkapkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), hasil studinya tahun 2009
menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar, dari 65 negara peserta PISA.Menghadapi berbagai masalah
dan tantangan tersebut perlu kiranya perubahan dan penataan terhadap system pendidikan secara utuh dan
menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan
dunia kerja. Di Indonesia berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah guna tercapainya cita-cita dalam bidang
pendidikan seperti yang diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.Upaya yang
dilakukan tersebut berupa pembaharuan atau inovasi dalam bidang pendidikan.Untuk itu pemerintah mengeluarkan
kebijakan-kebijakan dalam pendidikan.Kebijakan-kebijakan tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945,
program-program, undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan sebagainya.Kebijakan-kebijakan

2
tersebut sudah banyak yang dikeluarkan oleh pemerintah, di antara kebijakan itu, ada juga yang berkaitan dengan
Inovasi Pendidikan.

Sudah cukup banyak kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan inovasi pendidikan yang pernah dilakukan,
antara lain seperti : Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA); Guru Pamong, Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
di tingkat SD, SMP, dan SMA; Sekolah Kecil; Sistem Pengajaran Modu; Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ)
Universitas Terbuka; penetapan Standar Nasional Pendidikan; Badan Standar Nasional Pendidikan; Pengembangan
karier Guru (Sertifikasi); dan juga Pengembangan Leson Study. Perubahan dan inovasi terbaru yang dilakukan
pemerintah adalah mengganti PP No 19 Tahun 2005 menjadi PP No 32 Tahun 213 dan Perubahan Kurikulum KTSP
(kurikulum 2006) menjadi Kurikulum 2013, yang kemudian dimoratorium untuk dievaluasi, dan sekarang berubah
menjadi Kurikulum Nasional (Kurnas). Bagaimana agar inovasi pendidikan mengalami kemajuan berkelanjutan
(continus progress), perlu dicarikan solusi dan strategi yang berorientasi pada internalisasi semangat dan etos kerja
para pelaku pendidikan di berbagai, jalur, dan jenjang institusi pendidikan. Inovasi pendidikan harus dilakukan secara
terstruktur, sistematis, massiv, tertib, aman, dan sukses.

Kajian Teori

Konsep dasar inovasi pendidikan agama islam menjadi sebuah dasar penting untuk mengupayakan pendidikan
yang bermutu dan terjamin bagi setiap masyrakat yang sedang melakukan dan menjalankan pendidikan dengan
sungguh-sungguh. Inovasi pendidikan yang arahnya untuk membentuk suatu ide pendidikan yang bersifat konstruktif
sehingga dapat memunculkan ide tersebut kedalam bentuk materil sehingga dapat di tuangkan kepada para pendidik
dengan mengharapkan dapat menyelesaikan permasalahan pendidikan ataupun pembelajaran dalam tujuanya.2

Dunia pendidikan memerlukan inovasi untuk terus berkembang dan dapat mengikuti perkembangan bidang
lainnya. Inovasi dalam dunia pendidikan harus terukur dan terus meningkat pada level yang lebih baik. Untuk
mencapai hal itu diperlukan. Strategi inovasi pendidikan terdiri dari empat macam, yaitu strategi fasilitas, strategi
pendidikan, strategi bujukan, dan strategi paksaan. 3 Penentuan suatu strategi harus berdasarkan kebutuhan yang ada
karena strategi memegang peran penting untuk menentukan efektivitas inovasi yang ada. Strategi inovasi dalam
pendidikan harus dapat mengimplementasikan penggunaan teknologi yang cerdas dan pemanfaatan potensi yang ada
untuk mewujudkan proses pembelajaran dan praktik pembelajaran yang lebih baik.

2 Khairuddin, Wahyudin, & Mardianto, (2018). J. Nabiel Aha Putra. (2021). Inovasi Pendidikan: Konsep Dasar,
Tujuan, Prinsip-prinsip Dan Implikasinya Terhadap PAI. Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Keagamaan Volume 22,
No. 1.

3 Syafaruddin, Asrul, Mesiono (2012). Dewi Ambarwati, dkk. (2021). Peran Inovasi Pendidikan Pada Pembelajaran
Berbasis Teknologi Digital. Jurnal Inovasi Pendidikan Volume 8, No 2.
3
Strategi inovasi yang kuat harus didukung dengan model prioritas pemerintah yang berkaitan dengan
mengidentifikasi agen utama perubahan dan pendukunya, memahami kebijakan stakeholder, meminimalisir masalah
yang ada, dan menyusun serta menggunakan pendekatan yang efektif agar dapat mengukur dan pengembangan
inovasi dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan mampu mewadahi
banyak potensi yang ada, karena kebijakan pendidikan menjadi salah satu strategi inovasi pendidikan. Keberhasilan
inovasi pendidikan membutuhkan dukungan dan bantuan pemangku kepentingan, seperti masyarakat, swasta, dan
pemerintah. fondasi berupa sistem yang kuat dan efisien. Inovasi pendidikan berkaitan dengan teknologi digital.
Inovasi pendidikan memerlukan pemikiran kritis, kreatif, dan imajinatif.

Pendidikan sebagai proses transformasi budaya sejatinya menjadi wahana bagi perubahan dan dinamika
kebudayaan masyarakat dan bangsa. Karena itu, pendidikan yang diberikan melalui bimbingan, pengajaran dan
latihan harus mampu memenuhi tuntutan pengembangan potensi peserta didik secara maksimal, baik potensi
intelektual, spiritual, sosial, moral, maupun estetika sehingga terbentuk kedewasaan atau kepribadian seutuhnya.
Dengan melalui kegiatan tersebut yang merupakan bentuk-bentuk utama dari proses pendidikan, maka kelangsungan
hidup individu dan masyarakat akan terjamin. Dalam hal ini pendidikan sebenarnya berfungsi mengembangkan
seluruh aspek kepribadian peserta didik secara utuh dan terintegrasi tetapi untuk memudahkan pengkajian dan
pembahasan biasa diadakan pemilahan dalam aspekaspek intelektual, sosial, emosi dan fisik-motorik.4

Pendidikan merupakan proses pemindahan nilai budaya kepada individu dan masyarakat. Dijelaskan oleh
Langgulung (1985:3) bahwa pendidikan merupakan pemindahan nilai, yaitu:

1) Pemindahan nilai-nilai budaya melalui pengajaran. Pengajaran berarti pemindahan pengetahuan atau knowledge.
Pendidikan berarti seseorang yang mempunyai pengetahuan memindahkan pengetahuannya kepada orang lain yang
belum mengetahui.

2) Termasuk dalam proses pendidikan adalah latihan. Sesungguhnya latihan bermakna seseorang membiasakan diri di
dalam melakukan pekerjaan tertentu untuk memperoleh kemahiran di dalam pekerjaan tersebut.

3) Pendidikan ialah indoktrinasi yaitu proses yang melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa yang
diperintahkan oleh orang lain. Maka proses indoktrinasi ini banyak bergantung kepada orang yang mengeluarkan
perintah yang patut ditiru oleh orang-orang yang menjalankan perintah tersebut.

Dapat dipastikan secara aksiologi, pendidikan memang menciptakan perubahan, karena berkenaan dengan
penanaman nilai-nilai kebenaran, kesucian dan kebaikan hidup bagi manusia. Dalam perspektif individu, proses
pendidikan menghasilkan perubahan tingkah laku anak didik melalui pembinaan atau bimbingan terhadap potensi.

4 Sukmadinata (2004:9). Syafaruddin, Asrul, dan Mesiono. Inovasi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012.
4
Sedangkan dalam tinjauan sosial, pendidikan merupakan transformasi budaya dari satu generasi tua (pendidik dan
tenaga kependidikan) kepada anak didik sehingga terbentuk pribadi berbudaya sesuai dengan karakter bangsa dan
mengembangkan kebudayaan baru dalam mengantisipasi perubahan. Pendidikan informal dalam keluarga, pendidikan
di sekolah, dan di masyarakat memang harus sinergis dalam pelaksanaan peran dan fungsi kependidikannya.
Pendidikan dalam keluarga merupakan pilar pertama dan utama pengembangan potensi anak, khususnya dalam
membentuk sikap dan keterampilan hidup.

Sedangkan pendidikan formal di sekolah menyempurnakan dasar pengetahuan anak secara akademik, dan sikap
serta keterampilan untuk mampu berperan dalam berbagai pilihan peran di masyarakat sebagai bagian dari struktur
kebudayaan. Begitu pula pendidikan non formal membantu sekolah dan rumah tangga dalam meningkatkan dan
memantapkan keterampilan hidup anak sebagai makhluk individu, sosial, ekonomi, dan religius yang memungkinkan
generasi muda eksis dan mengembangan kebudayaan bangsa. Terbentuknya kepribadian yang cerdas intelektual,
cerdas emosi, cerdas intelektual dan cerdas secara sosial. Inilah kecerdesan yang komprehensif dan sehingga
memungkinkan anak-anak mampu memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi dalam berbagai kesempatan dan
tempat kehidupan anak berlangsung. Sekolah, keluarga dan masyarakat saling memperkuat tertanamnya nilai dalam
diri setiap peserta didik. Proses saling memperkuat ini berlangsung berabad-abad.

Nilai-nilai budaya modern baik dalam bidang politik, sosial budaya, ekonomi maupun IPTEK yang telah
berkembang dan memasyarakat dalam kurun waktu lebih dari empat abad bahkan konsepsi dasarnya telah dirintis dari
sebelum masehi (ingat Plato dan Aristoteles) merupakan materi kurikulum yang menjadi bahan proses pembelajaran,
baik dalam bidang studi Matematika, dan IPA maupun IPS.5 Analisis keilmuan tentang kegiatan pendidikan di
sekolah secara makro menunjukkan bahwa penciptaan program-program pendidikan memerlukan landasan berbagai
cabang ilmu pengetahuan secara interdisipliner. Analisis keilmuan interdisipliner tersebut memang diperlukan karena
kegiatan pendidikan sebagai objek ilmiah merupakan:

(1) gejala rohani dalam arti perkembangan rohani antara anak yang menjadi dewasa dalam konteks hubungan rohani
antara anak didik dengan pendidiknya,

(2) peristiwa sosial, dalam arti merupakan tindakan sosialisasi antara generasi tua ke generasi muda merupakan
hubungan dan internasional,

(3) hubungan nilai norma, sebab dalam kegiatan pendidikan memang terjadi transaksi nilai atau simbolik yang
asimetris, dari kelompok pendidik kepada kelompok anak didik.

Pembahasan

5Soedijarto (2000:38-39). Syafaruddin, Asrul, dan Mesiono. Inovasi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012.
5
1. Pengertian Inovasi Pendidikan

a. Inovasi

Istilah inovasi secara etimologi yang berasal dari bahasa latin yaitu “innovation” yang memiliki makna pembaruan
dan perubahan. Sedangkan kata kerjanya yaitu “innovo” yaitu mengubah dan memperbaruinya. Maka inovasi yaitu
perubahan baru yang mengarahuntuk menuju perbaikan.6 Kata inonasi dalam kamus besar bahasa Indonesia dimaknai
sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah
dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau alat).

Menurut Van de Van sebagaimana dikutip Yamin dan Maisah (2012:61) inovasi merupakan suatu ide baru yang
dapat diaplikasikan dengan harapan dapat menghasilkan atau dapat memperbaiki sebuah produk, proses maupun jasa.
Rogers (2003: 12) menjelaskan inovasi adalah suatu ide, praktek atau objek yang dipandang baru oleh individu atau
unit yang mengadopsi. Sa’ud (2015:3) menjelaskan inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan
atau diamati sebagai suatu hal yang baru lagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil
invention maupun diskoveri. Dalam hal ini inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan
suatu masalah tertentu.

Hasbullah (2008: 190) memaparkan dalam konteks kebaruan, kata inovasi disandingkan dengan kata pembaruan
meskipun pada esensinya antara inovasi dengan pembaruan mempunyai pengertian yang sedikat berbeda. Biasanya
pada inovasi, perubahan-perubahan terjadi hanya menyangkut aspek-aspek tertentu, dalam arti sempit dan terbatas.
Sementara dalam pembaruan biasanya perubahan terjadi adalah menyangkut berbagai aspek, bahkan tidak menutup
kemungkinan terjadi perubahan secara total atau keseluruhan. Jadi ruang lingkup pembaruan pada dasarnya lebih luas.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapatlah dipahami bahwa inovasi adalah suatu ide, benda, peristiwa, metode
yang dirasakan atau diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) sebagai
hasil invensi maupun diskoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah.

Inovasi (innovation) lebih lanjut dijelaskan merupakan usaha yang dilakukan untuk memperkenalkan beberapa hal
baru dengan tujuan memperbaiki praktik yang sudah ada terbiasa sehingga menimbulkan hal-hal yang baru baik
dalam metode ataupun cara-cara bekerja agar tercapai tujuan.7 Inovasi pendidikan dapat dilaksanakan dari berbagai

6 Rusdiana (2014). Nur Kholifah. Inovasi Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021.

7 Syarfaruddin, dkk (2012). Arin Tentrem Mawati, dkk. Inovasi Pendidikan: konsep, Proses dan Strategi. Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2020.
6
komponen, salah satunya yaitu melalui komponen sistem pembelajaran. Dalam onovasi pembelajaran, tidak semuanya
harus baru, tetapi juga harus ada bukti bahwa hasil inovasi tersebut mempunyai kelebihan dengan model sebelumnya.8

b. Pendidikan

Kata pendidikan berasal dari bahasa arab, pendidikan adalah “tarbiyah”. Dan dalam bahasa yunani berasal dari
kata “ paedagogie” yang artinya bimbingan yang diberikan kepada anak. Dan dalam bahasa inggris pendidikan
adalah “education” yang bermakna pengembangan atau bimbingan. Undang-undang nomor 2 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar
mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak mulia, serta
keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.9 Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dalam rangka membimbing dan
mengarahkan perkembangan anak ke arah dewasa. Dewasa artinya mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya,
keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya. Lebih jauh lagi bertanggung jawab terhadap segala resiko dari
sesuatu yang sudah menjadi pilihannya.

Definisi pendidikan menurut Tilar adalah proses homonisasi dan humanisasi, proses yang harus ditumbuhkan
sejak seseorang di bangku pendidikan dasar, seseorang yang sedang berjalan di dalam lingkungan kehidupan
keluarga, dan masyarakat yang berbudaya, saat ini dan di masa yang akan datang. Dan juga arti pendidikan menurut
John Dewey adalah proses untuk membentuk kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke
dalam alam sesame manusia.10

Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah dikatakan bahwa pendidikan adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan
sengaja dan terencana melalui proses kegiatan bimbingan, tuntunan kepada anak sehingga memiliki kecerdasan
intelegens, emosional dan spiritual dan menjadi insan kamil dalam hidup dan kehidupannya kelak kemudian hari.

8 Jannah, Fathul (2015). Arin Tentrem Mawati, dkk. Inovasi Pendidikan: konsep, Proses dan Strategi. Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2020.

9 Suwanto (2017). Arin Tentrem Mawati, dkk. Inovasi Pendidikan: konsep, Proses dan Strategi. Medan: Yayasan
Kita Menulis, 2020.

10 Hasbullah (2008). Arin Tentrem Mawati, dkk. Inovasi Pendidikan: konsep, Proses dan Strategi. Medan: Yayasan
Kita Menulis, 2020.
7
Para ahli pendidikan sudah banyak mengajukan definisi inovasi pendidikan. Disini akan diuraikan beberapa
pendapat para ahli tentang definisi inovasi pendidikan sebagai upaya dalam memahami konsep dasar inovasi
pendidikan yang dipraktikkan dalam dunia pendidikan. Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan usaha dalam
memperbaiki aspek-aspek pendidikan dalam praktiknya. Agar lebih jelas diuraikan lagi bahwa inovasi pendidikan
merupakan suatu perubahan baru yang sebelumnya belum ada, dan kualitatif berbeda dari hal yang sudah ada
sebelumnya, serta diusahakan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan agar tujuan yang diinginkan dalam
pendidikan dapat tercapai.11

Inovasi pendidikan merupakan perubahan pendidikan yang didasarkan atas usaha-usaha sadar, terencana, berpola
dalam pendidikan yang bertujuan untuk mengarahkan, sesuai dengan kebutuhan yang dihadapi dan tuntutan
zamannya. Dalam inovasi pendidikan, gagasan baru sebagai hasil pemikiran kembali haruslah mampu memecahkan
oleh cara-cara tradisional.12

Saud (2015:6) menjelaskan bahwa inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda
dari hal yang ada sebelumnya, serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan
tertentu dalam pendidikan. Berdasarkan konsep ini maka Saud menjelaskan bahwa dalam inovasi pendidikan terdapat
beberapa kata kunci yaitu:

a. Baru

Baru dalam inovasi dapat diartikan apa saja yang belum dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh penerima
inovasi , meskipun mungkin bukan baru lagi bagi orang lain. Akan tetapi yang lebih penting dari sifatnya yang baru
ialah sifat kualitatif berbeda dari sebelumnya.

b. Kualitatif

Inovasi memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali unsur-unsur semata-mata penjumlahan atau
penambahan unsur-unsur stiap komponen. Tindakan menambah anggaran belanja supaya lebih banyak mendapatkan
siswa, guru, kelas, dan sebagainya, meskipun perlu dan penting tetapi bukanlah merupakan tindakan inovasi. Akan
tetapi, tindakan mengatur kembali jenis dan pengelompokkan pelajaran, sehingga dengan tenaga, alat, uang dan waktu
yang sama dapat menjangkau sasaran siswa yang lebih banyak dan dicapai kualitas yang lebih tinggi adalah tindakan
inovasi.

11 Saud (2012). Arin Tentrem Mawati, dkk. Inovasi Pendidikan: konsep, Proses dan Strategi. Medan: Yayasan Kita
Menulis, 2020.

12 Ekosusilo dan kasihadi (1988:92). Rusydi Ananda. Inovasi Pendidikan. Medan: C.V. Widya Puspita, 2017.
8
c. Hal

Hal yang dimaksud dalam konteks defenisi inovasi pendidikan ini banyak sekali meliputi seluruh komponen dan
aspek dalam subsistem pendidikan. Hal-hal yang diperbarui pada hakikatnya adalah ide atau rangkaian ide. Sementara
inovasi karena sifatnya tetap bercorak mental, sedangkan yang lain merupakan bentuk nyata. Termasuk hal yang
diperbarui ialah ide, metode dan teknik bekerja, mengajar, mendidik, peraturan, norma, barang dan alat.

d. Kesengajaan

Kesengajaan merupakan unsur perkembangan baru dalam pemikiran pendidik. Dalam hal ini inovasi dan
penyempurnaan pendidikan harus dilakukan secara sengaja dan berencana dan tidak dapat diserahkan menurut cara-
cara kebetulan atau sekedar berdasarkan hobi perseorangan belaka.

e. Meningkatkan Kemampuan

Meningkatkan kemampuan bermakna bahwa tujuan utama inovasi adalah kemampuan sumber-sumber tenaga,
uang. Dan sarana termasuk struktur dan prosedur organisasi perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah
direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.

f. Tujuan

Tujuan yang direncanakan harus dirinci dengan jelas tentang sasaran dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang
sedapat mungin dapat diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi dilaksanakan.

Dari hal tersebut diatas, inovasi pendidikan dapat dipahami sebagai suaru perubahan baru dan kualitatif yang
berbeda dari keadaan yang sudah ada sebelumnya yang dilakukan dengan sengaja dan diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal dalam pendidikan. Lebih
tegas lagi bahwa inovasi pendidikan adalah inivasi (pembaruan) dalam bidang pendidikan atau inovasi yang
dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Inovasi pendidikan merupakan suatu ide, barang,
metode yang dirasakan atau dilihat sebagai hal baru yang sebelumnya belum ada, bagi seseorang atau sekelompok
prang (masyarakat) baik berupa hasil invensi (yang baru) atau discovery (mengubah yang lama) yang diperuntukkan
pencapaian tujuan pendidikan atau memecahkan masalah-masalah pendidikan.

2. Tujuan Inovasi Pendidikan

Tujuan yang sangat di rencanakan harus di adakan perincian yang sangat jelas tentang sasaran dan hasil yang
ingin di capai, yang dapat kita ukur untuk mengetahui apa perbedaan antara keadaan yang sudah dengan sebelum
inovasi. Tujuan inovai merupakan relevansi efektivitas dan efisiensi mengenai sasaran jumlah anak didik sebanyak-

9
banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya dengan menggunakan adanya sumber tenaga, alat, uang dan
waktu dalam jumlah yang kecil. 13 Tujuan utama dalam inovasi merupakan usaha dalam meningkatkan kemampuan
seperti, kemampuan sumber tenaga, sarana dan prasarana, uang dan prosedur organisasi dan juga struktur. Maka,
keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-
baiknya.14

Adapun arah tujuan inovasi pendidikan tahap demi tahap, yaitu:

a. Mengejar ketertinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi sehingga semakin lama pendidikan di
Indonesia semakin berjalan sejajar dengan kemajuan tersebut.

b. Mengusahakan terselenggarakannya pendidikan sekolah dan luar sekolah bagi setiap warga negara. Misalnya,
meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan PT. Di samping itu, akan diusahakan peningkatan
mutu yang dirasakan semakin menurun saat ini. Dengan sistem penyampaian yang baru, peserta didik diharapkan
menjadi manusia yang aktif, kreatif, dan terampil memecahkan masalahnya sendiri.

Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai ialah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan lain
dilakukannya inovasi pendidikan adalah untuk memecahkan masalah pendidikan dan menyongsong arah
perkembangan dunia kependidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan lebih pesat. Secara lebih terperinci,
maksud diadakannya inovasi pendidikan adalah sebagai berikut (Hasbullah, 2001: 199-201). Pertama, inovasi/
pembaharuan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalah- masalah pendidikan. Tugas inovasi/pembaharuan
pendidikan yang utama adalah memecahkan masalah-masalah yang dijumpai dalam dunia pendidikan dengan cara
inovatif. Inovasi atau pembaharuan pendidikan juga merupakan tanggapan baru terhadap masalah kependidikan yang
dihadapi.

Titik pangkal pembaharuan pendidikan adalah masalah pendidikan yang aktual, yang secara sistematis akan
dipecahkan dengan cara inovatif. Akhir-akhir ini, semua usaha pembaharuan pendidikan ditujukan untuk kepentingan
siswa atau subjek belajar demi perkembangannya, yang sering disebut student centered approach. Pembaharuan
pendidikan yang memusatkan pada masalah pendidikan umumnya dan perkembangan subjek pendidikan khususnya
mengutamakan segi efektivitas dan segi ekonomis dalam proses belajar. 15 Menurut Hamidjojo (1974) tujuan utama
13 Suryosobroto (1990: 129). Yuli Saputera. (2022). Tujuan, Masalah Dan Sasaran Inovasi Pendidikan. Jurnal Seri
Publikasi Pembelajaran Vol. 1 No. 1.

14 Hasbullah (2001: 189). Yuli Saputera. (2022). Tujuan, Masalah Dan Sasaran Inovasi Pendidikan. Jurnal Seri
Publikasi Pembelajaran Vol. 1 No. 1.

15 Lasdya, dkk. (2021) & Mutiani, dkk. (2020). Yuli Saputera. (2022). Tujuan, Masalah Dan Sasaran Inovasi
Pendidikan. Jurnal Seri Publikasi Pembelajaran Vol. 1 No. 1.
10
inovasi, adalah meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana termasuk struktur dan prosedur organisasi.
Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas sarana serta jumlah
peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta
didik, masyarakat dan pembangunan) dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang
sekecil-kecilnya. Secara sistematis arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia, adalah:

a. Mengejar berbagai ketinggalan dari berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sehingga pada akhirnya
pendidikan di Indonesia semakin berjalan sejajar dengan berbagai kemajuan tersebut.

b. Mengusahakan terselenggarakannya pendidikan di setiap jenis, jalur, dan jenjang yang dapat melayani setiap warga
Negara secara merata dan adil.

c. Mereformasi sistem pendidikan Indonesia yang lebih: efisien dan efektif, menghargai kebudayaan nasional, lancar
dan sempurnanya sistem informasi kebijakan, mengokohkan identitas dan kesadaran nasional, menumbuhkan
masyarakat gemar belajar, menarik minat peserta didik, dan banyak menghasilkan lulusan yang benar-benar
diperlukan untuk berbagai bidang pekerjaan yang ada di kehidupan masyarakat.

3. Manfaat Inovasi Pendidikan

Seperti telah dikemukakan bahwa munculnya suatu inovasi adalah sebagai alternatif pemecahan masalah, maka
langkah pertama pengembangan suatu inovasi didahului dengan pengenalan terhadap masalah (Rogers, 1983;
Lehman, 1981). Identifikasi terhadap masalah inilah yang kemudian mendorong dilakukannya penelitian dan
pengembangan (R&D) atau evaluasi kurikulum, yang dirancang untuk menciptakan suatu inovasi. Dalam hal ini perlu
untuk diperhatikan bahwa inovasi akan mempunyai makna jika inovasi tersebut diterapkan atau diadopsi, sebab jika
inovasi tersebut tidak diterapkan/diadopsi/disebarluaskan maka inovasi tersebut hanya akan menjadi inovasi yang
tidak terpakai. Terhadap pengadopsian ini dikenal strategi sentralisasi dan strategi desentralisasi. (disebut
penyebaran/difusi inovasi jika ditinjau dari sisi pengembang inovasi, sedangkan adopsi inovasi merupakan prosedur
yang dilihat dari sisi calon pemakai/adopter). Baik strategi sentralisasi maupun desentralisasi akan memunculkan
permasalahan baru pada saat adopsi/difusinya.

Dalam bidang pendidikan, misalnya, untuk memecahkan persoalanpersoalan pendidikan yang dihadapi,telah
banyak dilontarkan modelmodel inovasi dalam berbagai bidang antara lain: usaha pemerataan pendidikan,
peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan, dan relevansi pendidikan. Kesemuanya
dimaksudkan agar difusi inovasi yang dilakukan bisa diadopsi dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan
persoalan pendidikan di Tanah Air. Beberapa contoh inovasi antara lain: program belajar jarak jauh, manajemen

11
berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran konstekstual (contextual learning), pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (Pakem).

Sejauh ini dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau
inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan tersebut, antara lain dalam hal manajemen
pendidikan, metodologi pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum. Salah satu aspek
penting dalam konteks pendidikan di manapun adalah dengan memperhatikan kurikulum yang diusung oleh
pendidikan tersebut. Seringkali kurikulum dijadikan objek penderita, dalam pengertian bahwa ketidak-berhasilan
suatu pendidikan diakibatkan terlalu seringnya kurikulum tersebut diubah. Padahal, seharusnya dipahami bahwa
kurikulum seyogyanya dinamis, harus berubah mengikuti perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya.

Cuban (1991:216) mengemukakan bahwa untuk memahami perubahan kurikulum maka perlu dicermati tiga
pokok pemikiran tentang perubahan tersebut yakni (a) rencana perubahan itu selalu baik, (b) harus dipisahkan antara
perubahan (change) dengan kemantapan (stability), dan (c) apabila rencana perubahan sudah diadopsi maka perlu
untuk dilakukan perbaikan terhadap rencana tersebut (improvement).

Mencermati masalah yang dijelaskan di atas, maka masalah yang dikaji dalam konteks ini: (a) aspek-aspek
inovatif yang terkandung dalam KTSP, (b) tantangan dalam KTSP sebagai upaya mempercepat pembangunan bangsa,
dan (c) kemungkinan permasalahan yang akan muncul pada saat kurikulum tersebut diadopsi. Dengan pembahasan
tentang KTSP akan dihasilkan gambaran bagaimana suatu proses adopsi akan berhadapan dengan sejumlah masalah
yang harus diatasi. Proses dan tahapan perubahan itu ada kaitannya dengan masalah pengembangan (development),
penyebaran (diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan (planning), adopsi adoption), penerapan
(implementation) dan evaluasi (evaluation).16 Pelaksanaaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat
dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan di Depdiknas
yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing cenderung merupakan “Top-Down Innovation”.

Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan berkualitas/unggul, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi
dan sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan
dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta pembaharuan itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan
bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaan hal-hal yang baru bagi kepentingan lembaga dan
masyarakatnya. Banyak contoh inovasi yang dilakukan oleh Depdiknas selama beberapa dekade terakhir ini, seperti
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Guru Pamong, Sistem Pengajaran Modul, Sistem Belajar jarak jauh, pendidikan
berbasis jaringan/e-learning, dan lain-lain.

16 Subandiyah (1992:77). Syafaruddin, Asrul, dan Mesiono. Inovasi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012
12
Namun inovasi yang diciptakan oleh Depdiknas bekerjasama dengan lembaga-lembaga asing seperti British
Council. Begitu pula USAID dan lain-lain banyak yang tidak bertahan lama dan hilang, tenggelam begitu saja. Model
inovasi yang demikian hanya berjalan dengan baik pada waktu berstatus sebagai proyek. Tidak sedikit model inovasi
seperti itu, pada saat diperkenalkan atau bahkan selama pelaksanaannya banyak mendapat penolakan (resistance)
bukan hanya dari pelaksana inovasi itu sendiri (di sekolah), tetapi juga para pemerhati dan administrator di Kanwil
dan Kandep. Model inovasi seperti yang diuraikan di atas, lazimnya disebut dengan model “Top - Down Innovation”.
Model itu kebalikan dari model inovasi yang diciptakan berdasarkan ide, pikiran,kreasi, dan inisiatif dari sekolah,
guru atau masyarakat yang umumnya disebut model “Bottom-Up Innovation”. Ada inovasi yang juga dilakukan oleh
guru-guru, yang disebut dengan “Bottom-Up Innovation”.

Model yang kedua ini jarang dilakukan di Indonesia selama ini karena sitem pendidikan yang sentralistik.
Pembahasan tentang model inovasi seperti model “Top-Down” dan ”BottomUp” telah banyak dilakukan oleh para
peneliti dan para ahli pendidikan. Sudah banyak pembahasan tentang inovasi pendidikan yang dilakukan misalnya
perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar. Misalnya menguraikan beberapa aspek yang bekaitan dengan
inovasi seperti tahapan-tahapan dalam inovasi, karakteristik inovasi, manajemen inovasi dan sistem pendekatannya. 17
Kennedy (1987: 163) juga membicarakan tentang strategi inovasi yang dikutip dari Chin dan Benne (1970)
menyarankan tiga jenis strategi inovasi, yaitu: Power Coercive (strategi pemaksaan), Rational Empirical (empirik
rasional), dan Normative - Re-Educative (Pendidikan yang berulang secara normatif).18

Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaaan berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi
yang sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak, ide
dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan
dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan
perubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya. Pihak pelaksana yang sebenarnya
merupakan obyek utama dari inovasi itu sendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun
pelaksanaannya. Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai obyek semata dan bukan sebagai subyek yang
juga harus diperhatikan dan dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan pengimplementasiannya.

Strategi inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia
mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan
dengan ini keberadaan inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik

17 White (1988: 136-156). Syafaruddin, Asrul, dan Mesiono. Inovasi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012.

18 Wijaya, Dkk. (1992:18). Syafaruddin, Asrul, dan Mesiono. Inovasi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012.
13
valid untuk memberikan anfaat bagi penggunanya. Di samping itu, startegi ini didasarkan atas pandangan yang
optimistik seperti apa yang dikatakan oleh Bennis, Benne, dan Chin yang dikutip dari Wijaya dkk (1991).

Di sekolah, para guru menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal yang
sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para
pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasi untuk bidang yang ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide dan
pengalaman dalam bidangnya itu yang telah digeluti berbulanbulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi yang demikian
memberi dampak yang lebih baik dari pada model inovasi yang pertama. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian dengan
kondisi nyata di tempat pelaksanaan inovasi tersebut. Jenis strategi inovasi yang ketiga adalah normatif re-edukatif
(pendidikan yang berulang) adalah suatu strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti
Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar lainnya.19

Yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaharuan seperti perubahan sikap, skill dan
nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia. Dalam pendidikan, sebuah strategi bila menekankan pada pemahaman
pelaksana dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang kali. Misalnya dalam
pelaksanaan perbaikan sistem belajar mengajar di sekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi berulang kali
melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model
yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan engan hasil dari perubahan itu sendiri.
Pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat porsi yang dominan sesuai dengan tujuan menurut pikiran dan
rasionalitas yang dilakukan berkali-kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta dan
pelaksananya dapat tercapai.

Secara keseluruhan ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam komponen sistem sosial untuk
melakukan inovasi pendidikan, yaitu:

1) Pembinaan personalia; inovasi ditentukan personil pendidikan, karena itu perlu peningkatan mutu guru, sistem
kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa dan sebagainya,

2) Banyaknya personil dan wilayah kerja; inovasi pendidikan harus memperhatikan keseimbangan personil pendidik,
tenaga administrasi dengan siswa yang ditangi untuk dididik dengan baik;

3) Fasilitas Fisik; inovasi pendidikan harus memperhatikan kesesuaian fasilitas fisik dengan jumlah siswa dan
perkembangan teknologi;

4) Penggunaan waktu; inovasi pendidikan perlu memperhatikan ketepatan perencanaan penggunaan waktu dalam
pelaksanaan dan pencapaian tujuan.
19 Wijaya (1991). Syafaruddin, Asrul, dan Mesiono. Inovasi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012.
14
5) Perumusan Tujuan; inovasi pendidikan harus memperhatikan semua hirarki tujuan pendidikan dengan perubahan
zaman yang terjadi.

6) Prosedur; inovasi pendidikan perlu memperhatikan penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan
mengajar, pengajaran individu dan kelompok dan sebagainya.

7) Peran yang diperlukan; inovasi pendidikan perlu memperhatikan kejelasan peran dari setiap orang dalam
melaksanakan pendidikan yang diharapkan.

8) Wawasan dan perasaan; inovasi pendidikan yang relevan harus memperhatikan kesamaan wawasan dan perasaan
dalam melakukan inovasi pendidikan yang diharapkan efektif.

9) Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja); inovasi pendidikan yang relevan harus memperhatikan
mekanisme kerja yang baik jangan sampai program inovasi menjadi terhambat hanya karena tidak memahami
mekanisme kerja.

10) Hubungan dengan sistem yang lain; inovasi yang relevan adalah harus memperhatikan hubungan antara satu
sistem dengan sistem lain; atau hubungan antar sub sistem dalam satu sistem. Karena masing-masing sistem memiliki
fungsi, dan berhubungan dengan sistem lain untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan.

11) Strategi; sebagai instrumen atau alat (biasanya meliputi rangkaian aktivitas yang bersifat spesifik) yang dapat
mengantarkan inovasi mencapai tujuannya. Karena inovasi menyangkut unsurunsur atau elemen yang kompleks dan
variatif, maka strategi implementasinya pun berbeda-beda sesuai dengan komplektisitas dan variasi dalam paket
inovasi tersebut. karenanya, harus diakui bahwa pola strategi inovasi pendidikan memang sulit untuk
diklasifikasikan.20

4. Bentuk Bentuk Inovasi Pendidikan

Model-model inovasi pendidikan telah banyak dilontarkan dalam berbagai bentuk, tujuannya untuk memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi, antara lain: usaha pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan
efisiensi dan efektifitas pendidikan, dan relevansi pendidikan. Kesemuanya dimaksudkan agar inovasi yang dilakukan
bisa diadopsi dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan persoalan pendidikan di Indonesia. Dari sekian
upaya itu terdapat dua isu utama yang perlu disoroti yaitu pembaruan kurikulum, dan peningkatan kualitas
pembelajaran.21 Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan dan tidak

20 Miles (1993: 18-19). Syafaruddin, Asrul, dan Mesiono. Inovasi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012.

21 Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. Muhammad Anwar HM. (2018). Inovasi Sistem Pendidikan. Jurnal UIN
Alauddin Makasar Volume 7, Nomor 2.
15
overload, serta mampu mengakomodasi keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Sedangkan kualitas
pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Untuk itu secara mikro harus
ditemukan metode atau pendekatan pembelajaran yang lebih efesien di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.
Kedua hal inilah yang menjadi fokus inovasi pendidikan di Indonesia.

A. Inovasi dalam kurikulum

Dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan nasional pemerintah telah melakukan berbagai usaha, salah satunya
dengan penyempurnaan kurikulum. Langkah ini harus dilakukan guna merespon tuntutan terhadap kehidupan
berdemokrasi, globalisasi dan otonomi daerah. Adapun bentuk inovasi kurikulum itu adalah dengan merubah pola
penyelenggaraan pendidikan yang sentralistik, monolitik dan uniformistik, menjadi lebih demokratis. Selama ini
keputusan-keputusan pendidikan selalu dilaksanakanberdasarkan hierarkhi birokrasi yang terkesan otoriter sehingga
pihak bawahan harus melaksanakan seluruh keinginan pihak atasan. Kurikulum yang bersifat sentralistik seperti ini
dirasa sangat menghambat inovasi dan mempengaruhi out put pendidikan, sebab kurikulum yang terpusathanya akan
menghasilkan out put manusia robot tanpa inisiatif.

Oleh karena itu berdasarkan amanah Undang-undang Sistem pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 4
dan pasal 11 maka pendidikan sekarang menganut sistem desentralistik dan lebih demokratis. Konsekwensi dari
desentralisasi itu adalah diterapkannya kurikulum yang berbasis kompetensi (competency based curriculum) sebagai
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yang cenderung berorientasi pada isi (content based curriculum).
Kurikulum perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi agar lulusan pendidikan nasional memiliki
keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional dan internasional. Dengan kompetensi sebagai
dasar pengembangan kurikulum akan dijamin adanya fleksibilitas dalam pencapaian penguasaan kompetensi.
Pendekatan ini menekankan identifikasi kompetensi dasar setiap bidang studi yang indikator-indikatornya dapat
membantu guru menentukan strategi dan teknik pengajarannya.

Di samping itu kompetensi dasar dan indikator-indikatornya akan membantu anak memahami apa yang harus
mereka kuasai. Berpangkal pada pendekatan ini pemerintah kemudian mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang memberikan otonomi bagi tiap satuan pendidikan untuk menyusun dan mengembangkan sendiri
kurikulumnya berdasarkan karakteristik peserta didik dan kepentingan daerah masing-masing. Kebijakan ini bukan
berarti menghilangkan unsurunsur nasional dan menimbulkan fanatisme daerah, tetapi dalam rangka memberikan
perimbangan yang proporsional antara kurikulum nasional dan daerah (lokal).

B. Peningkatan kualitas Pembelajaran

16
Peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan agar mencapai peningkatan kualitas hasil pendidikan. Faktor
penentu utama keberhasilan upaya itu adalah pendidik. Di tangan pendidikan kurikulum akan hidup dan bermakna. Di
tangan pendidik pula metode penyajian menjadi hidup dan menarik bagi peserta didik. Begitu pula alat pendidikan
baik material maupun non material dapat digunakan oleh pendidik sesuai dengan kepentingan dan kebutuhannya.
Dengan demikian pendidik memegang kunci yang penting dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Semua
pembaruan yang menyangkut upaya peningkatan kualitas pendidikan harus mempertimbangkan keikutsertaan.
Michael G. Fullan (1991) dalam bukunya The New Meaning of Educational Change berpendapat “Educational
Change depends on what teacher do and think—it’s as simple and as complex as that.22

Keikutsertaan guru di sini bukan dalam arti fisik semata, tetapi yang lebih penting lagi keikutsertaan secara mental
yang didukung oleh kemampuan profesionalnya. Dapat dikatakan upaya peningkatan hasil pendidikan harus
dilakukan dengan peningkatan kualifikasi guru. Dalam rangka upaya ini pemerintah telah menerbitkan Undang-
undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang khusus mengatur tentang kualifikasi, kompetensi dan
sertifikasi guru. Dengan kekuatan hukum ini diharapkan akan muncul guru-guru profesional yang kreatif mencari
strategi dan pendekatan baru dalam pembelajaran. Pencarian pendekatan dan strategi inilah yang menimbulkan
berbagai macam inovasi dalam pembelajaran. Diantara inovasi itu adalah adanya kecenderungan untuk
mengedapankan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik, dengan indikator keberhasilan terletak pada
kesejahteraan anak didik. Anak didik sejahtera jika aktivitas belajarnya menyenangkan dan menggairahkan. Model
pembelajaran seperti ini antara lain: humanizing of the classroom, active learning, quantum learning, quantum
teaching, dan the accelerated learning.

Humanizing of the classroom ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak manusiawi, sehingga
banyak menyebabkan peserta didik putus asa, yang akhirnya mengakhiri hidupnya alias bunuh diri. Kasus ini banyak
terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humanizing of the classroom ini dicetuskan oleh John P. Miller yang terfokus
pada pengembangan model “pendidikan afektif”. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal:

(1) menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah,

(2) mengenali konsep dan identitas diri,

(3) menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada substansi materi saja,
tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.

22 Suyanto & Djihad Hisyam. Muhammad Anwar HM. (2018). Inovasi Sistem Pendidikan. Jurnal UIN Alauddin
Makasar Volume 7, Nomor 2.
17
Active learning dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini
adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan
sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan
menerapkan apa yang mereka pelajari. Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat
lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan
mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan
mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan menarik. Active learning menyajikan 101
strategi pembelajaran aktif yang dapat diterapkan hampir untuk semua materi pembelajaran.

Adapun quantum learning merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang
ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik
pemercepatan belajar dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum learning
mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu
membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat siswa bisa meraih
prestasi belajar secara berlipat-ganda. Salah satu konsep dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan
dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam
dengan baik. Sedang quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke
dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi
suatu kesatuan kekuatan yang integral.

Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif berikut
metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam
prakteknya, model pembelajaran ini bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkanlah
dunia kita ke dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full content yang melibatkan semua
aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan
sebelumnya, serta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai
harmoni (diorkestrasi).23

The accelerated learning merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah
bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave Meier
menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan
23 Luk-luk Nur Mufidah. Muhammad Anwar HM. (2018). Inovasi Sistem Pendidikan. Jurnal UIN Alauddin Makasar
Volume 7, Nomor 2.
18
Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan
berbuat). Auditory adalalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual
diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mengambarkan). Intellectual
maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan
refleksi). Bobbi DePorter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan
kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-
unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan,
permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja
sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.24

Berbagai inovasi di atas dilakukan dengan tujuan agar pendidikan dapat berdaya guna dan berhasil guna. Akan
tetapi dalam pelaksanaan inovasi itu sendiri ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut;

1. Inovasi yang dilakukan harus sesuai dengan karakteristik peserta didik sehingga mempunyai implikasi positif bagi
kemudahan belajar peserta didik.

2. Tidak ada satu inovasi pun yang bisa dianggap paling benar sepanjang belum dapat dibuktikan efektifitas dan
efisiensinya terhadap hasil belajar yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan peserta dididk dalam kurun waktu
tertentu. Oleh karena itu setiap inovasi harus terus dilaksanakan sampai berhasil.

3. Inovasi selalu diwarnai dengan ketidakpastian mengenai efektifitasnya terhadap kualitas pembelajaran. Oleh karena
itu perlu disadarai bahwa inovasi yang berhasil di suatu tempat belum tentu berhasil di tempat lain.

4. Inovasi dalam pembelajaran dapat dilaksanakan baik pada sektor pendidikan formal, nonformal maupun informal
pada segala macam bentuk jalur dan jenjang pendidikan yang terkait dengan berbagai bidang kehidupan.

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Inovasi pendidikan merupakan suatu ide, barang,
metode yang dirasakan atau dilihat sebagai hal baru yang sebelumnya belum ada, bagi seseorang atau sekelompok
prang (masyarakat) baik berupa hasil invensi (yang baru) atau discovery (mengubah yang lama) yang diperuntukkan
pencapaian tujuan pendidikan atau memecahkan masalah-masalah pendidikan. Selanjutnya Tujuan inovasi pendidikan
adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-
banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan

24Abd. Rachman Assegaf. Muhammad Anwar HM. (2018). Inovasi Sistem Pendidikan. Jurnal UIN Alauddin
Makasar Volume 7, Nomor 2.
19
pembangunan) dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.
Secara sistematis arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia.

Manfaat inovasi pendidikan Seperti telah dikemukakan bahwa munculnya suatu inovasi adalah sebagai alternatif
pemecahan masalah, maka langkah pertama pengembangan suatu inovasi didahului dengan pengenalan terhadap
masalah. Model-model inovasi pendidikan telah banyak dilontarkan dalam berbagai bentuk, tujuannya untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, antara lain: usaha pemerataan pendidikan, peningkatan mutu,
peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan, dan relevansi pendidikan.

Daftar Pustaka

Suyanto & Djihad Hisyam. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusantara, 2000.

Syafaruddin, Asrul, dan Mesiono. Inovasi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012.

Rusydi Ananda. Inovasi Pendidikan. Medan: C.V. Widya Puspita, 2017.

Nur Kholifah. Inovasi Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021.

Arin Tentrem Mawati, dkk. Inovasi Pendidikan: konsep, Proses dan Strategi. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020.

J. Nabiel Aha Putra. (2021). Inovasi Pendidikan: Konsep Dasar, Tujuan, Prinsip-prinsip Dan Implikasinya Terhadap
PAI. Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Keagamaan Volume 22, No. 1.
20
Dewi Ambarwati, dkk. (2021). Peran Inovasi Pendidikan Pada Pembelajaran Berbasis Teknologi Digital. Jurnal
Inovasi Pendidikan Volume 8, No 2.

Muhammad Anwar HM. (2018). Inovasi Sistem Pendidikan. Jurnal UIN Alauddin Makasar Volume 7, Nomor 2.

Kusnandi. (2017). Model Inovasi Pendidikan Dengan Strategis Implementasi Konsep “Dare To Be Different”. Jurnal
Wahana Pendidikan Volume 4, No 1.

Yuli Saputera. (2022). Tujuan, Masalah Dan Sasaran Inovasi Pendidikan. Jurnal Seri Publikasi Pembelajaran Vol. 1
No. 1.

21

Anda mungkin juga menyukai