Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah kata kunci untuk meningkatkan kesejahteraan dan martabat bangsa.
Tak salah jika kita sebut pendidikan sebagai pilar pokok dalam pembangunan bangsa. Tinggi
rendahnya derajat suatu bangsa bisa dilihat dari mutu pendidikan yang diterapkannya.
Pendidikan yang tepat dan efektif akan melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas, bermoral,
memiliki etos kerja dan inovasi yang tinggi. Negara-negara yang telah berhasil mencapai
kemajuan dan menguasai teknologi peradaban mengawali kesuksesannya dengan memberi
perhatian yang besar terhadap sektor pendidikan nasionalnya.

Sektor pendidikan mendapat dukungan penuh dan secara terus menerus sistemnya
diperbaiki dan diperbaharui agar sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan daya akses seluruh
lapis masyarakat mereka. Pendidikan di masa depan diharapkan memainkan peranan yang
sangat fundamental dimana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Bagi masyarakat
suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang akan menentukan masa
depannya. Menghadapi masa depan yang sudah pasti diisi dengan arus globalisasi dan
keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi, pendidikan akan semakin
dihadapkan terhadap berbagai tantangan dan permasalahan yang lebih rumit dari pada masa
sekarang atau sebelumnya.

Pembangunan di sektor pendidikan di masa depan perlu dirancang sedini


mungkin agar berbagai tantangan dan permasalahan tersebut dapat diatasi. Dunia pendidikan
nasional perlu dirancang dan diperbarui kembali agar mampu melahirkan generasi atau
sumber daya manusia yang memiliki keunggulan pada era globalisasi dan keterbukaan arus
informasi dan kemajuan alat komunikasi yang luar biasa.

Untuk itu, pada makalah kali ini kami akan membahas mengenai reformasi dan
transformasi dalam dunia pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian, hakikat Reformasi dan Transformasi Pendidikan?


2. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai Reformasi dan Transformasi
Pendidikan?
3. Bagaimana Transformasi di Sekolah dan Madrasah?

1
1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami pengertian, hakikat Reformasi dan Transformasi


Pendidikan
2. Mengetahui dan memahami pandangan masyarakat mengenai Reformasi dan
Transformasi Pendidikan
3. Mengetahui dan memahami Transformasi Sekolah dan Madrasah

BAB II
2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Hakikat Reformasi dan Transformasi Pendidikan

Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.[1]

Pendidikan menurut Edgar Dalle (Pakar Pendidikan, 1900 – 1985) adalah usaha sadar
yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat
untuk mempersiapkan perserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

Pendidikan mengacu pada sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan
sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun
yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang
pendidikan yang dibuat para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari
yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan,
aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.

2.1.1 Reformasi Pendidikan


Kata reformasi secara etimologis berasal dari Bahasa Inggris reform, yang berarti
memperbaiki atau memperbaharui. Reformation berarti, perubahan ke arah perbaikan sesuatu
yang baru. Perubahan ini dapat meliputi segala hal, berupa sistem, mekanisme, aturan,
kebijakan, tingkah laku, kebiasaan, cara-cara, atau praktik yang selama ini dinilai tidak baik
dan diubah menjadi baik.

Reformasi menurut Prof. Dr. Emil Salim dan Dr. Din Syamsuddin (dalam Tilaar 1998)
perubahan dengan melihat keperluan masa depan, yang kembali dalam bentuk asal.[2]

Menurut Banathy (1991: 7), pembangunan pendidikan/reformasi dikatakan sebagai


usaha “doing more of the same”. Usaha ini kemudian ditingkatkan dengan “doing more of
the same but doing it better”, yang merupakan usaha peningkatan efesiensi.[3]

Reformasi berarti perubahan radikal untuk perbaikan dalam bidang social, politik atau
agama dalam suatu masyarakat atau negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang

1 http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf

2 H.A.R. Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Cet-1, (Magelang : Penerbit Tera Indonesia, 1998), hlm.
25

3 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2004), hlm. 542
3
beradasarkan pada peraturan negara tersebut, misalkan di negara Indonesia berarti pendidikan
nasional Indonesia adalah pendidikan yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia tahun 1945.

Reformasi pendidikan adalah upaya perbaikan pada bidang pendidikan. Reformasi


pendidikan memiliki dua karakteristik dasar yaitu terprogram dan sistemik. Reformsi
pendidikan yang terprogram menunjuk pada kurikulum atau program suatu institusi
pendidikan. Yang termasuk kedalam reformasi terprogram ini adalah inovasi. Inovasi adalah
memperkenalkan ide baru, metode baru atau sarana baru untuk meningkatkan beberapa aspek
dalam proses pendidikan agar terjadi perubahan secara kontras dari sebelumnya dengan
maksud-maksud tertentu yang ditetapkan. Sedangkan reformasi sistemik berkaitan dengan
adanya hubungan kewenangan dan distribusi serta alokasi sumber daya yang mengontrol
sistem pendidikan secara keseluruhan. Hal ini sering kali terjadi di luar sekolah dan berada
pada kekuatan social dan politik. Karakteristik reformasi sistemik ini sulit sekali diwujudkan
karena menyangkut struktur kekuasaan yang ada.

Dengan demikian reformasi kebijakan pendidikan adalah upaya perbaikan dalam


tataran konsep pendidikan, perundang-undangan, peraturan dan pelaksanaan pendidikan serta
menghilangkan praktek-praktek pendidikan dimasa lalu yang tidak sesuai atau kurang baik
sehingga segala aspek pendidikan dimasa mendatang menjadi lebih baik.

Menurut david D. Curris (2000), mengemukakan ada empat strategi mayor dalam
reformasi pendidikan, yaitu:

1. Akuntabilitas Berbasis Standar


Dengan menetapkan standar pengeluaran yang jelas, serta pengujian secara sistematik
atas kemajuan siswa, berupa statement kepercayaan dimana guru dan siswa akan di dorong
pada focus usaha pembelajaran dan arah yang benar. Ada lima elemen kunci akuntabilitas
berbasis standart, yaitu:
 Standart isi yang padat dan dapat dimengerti;
 Instrument pengujian yang valid sesuai dengan standart yang ditetapkan;
 Pengembangan professional sebagai kunci utama pencapaian standart itu;
 Pelaporan hasil secara tepat waktu, akurat dan dapat dimengerti;
 Ketepatan ganjaran, sanksi, dan bantuan yang ditargetkan.

2. Reformasi Sekolah Secara Menyeluruh


Bentuk kebijakan yang hanya memacu target spesifik, struktur, dan metode-metode
instruksional yang kaku. Reformasi pendidikan persekolahan yang berpijak pada serba
keterbatasan, hanya memilih cara termudah dan termurah dalam pengalokasian sumber-
sumber, dan dukungan political yang minim, maka hasil yang akan dicapai tidak lebih
bersifat terfragmentasi dan temporal. Karena itulah, usaha-usaha kekinian dimaksudkan
untuk mencapai reformasi sekolah secara menyeluruh. Untuk hal ini diperlukan investasi
yang mahal, dan perumusan kebijakan dilakukan dilakukan dengan berbasis kepada hasil-
4
hasil penelitian, pendekatan komprehensif, terkoordinasi, target-target pencapaian yang
terukur, dan dukungan yang kuat di tingkat sekolah.

3. Strategi pasar
Sebagai perantara sosial yang menawarkan jasa layanan yang bersifat intelektual,
afeksi, psikomotorik, emosional, dan spiritual. Untuk merenspons kebutuhan dan tuntutan
masyarakat yang semakin bervariasi, sekolah-sekolah harus dapat tampil secara difernsiatif,
memiliki keunggulan yang berbeda dibandingkan dengan sekolah lain. Keunggulan-
keunggulan dimaksud menyangkut satu atau beberapa bidang, seperti akademik,
ekstrakulikuler, tenaga pengajar, kedisiplinan, bangunan fisik, elitis, pemberian beasiswa, dan
lain-lain. Termasuk dalam skema unggulan ini adalah kemampuan sekolah menyediakan
semacam voucher atau beasiswa bagi anak-anak yang dikategorikan kurang beruntung karena
kemiskinan, yaitu piatu, diabaikan oleh keluarga, terisolasi secara geografis, dll.

4. Pembuatan keputusan yang bersifat demokratis


Keputusan partisipatif merupakan strategi sistematis yang berfokus kepada
pemberdayaan guru dan administrator di tingkat sekolah. Rasionalnya, adalah msyarakat
mengetahui bahwa siswa-siswa terbaik mempunyai otonomi untuk berkrasi dan
mengimplemantasikan program-program secara responsive. Pendekatan ini dilakukan dengan
variasi nama, dari manejemen berbasis sekolah ke pembuatan keputusan secara partisipatif,
dengan focus utama lebih pada proses ketimbang produk khusus dari reformasi.

Empat strategi ini diharapkan dapat menjadi agenda reformasi dalam merumuskan
kebijakan pendiidkan di Indonesia. Reformasi pendidikan adalah terjadinya perubahan
mendasar kearah yang lebih baik, mengingat selama ini keberadaan pendidikan tidak jarang
menjadi alat politis, yang akhirnya merugikan dunia pendidikan itu sendiri

Pada hakikatnya reformasi pendidikan yaitu dengan melalui pelaksanaan


desentralisasi pendidikan dalam rangka otonomi daerah yang akan sangat menentukan sistem
pendidikan nasional dimasa depan. Desentralisasi adalah sistem manajemen untuk
mewujudkan pembangunan pendidikan yang menekankan kepada kebinekaan. Gagasan ini
dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa setian daerah memiliki sejarahnya sendiri, kondisi
dan potensinya sendiri yang berbeda satu sama lain. Daerahlah yang lebih banyak
mengetahui keadaan dirinya, permasalahannya dan aspirasinya.

Tujuan utama dari hakikat reformasi pendidikan adalah membangun suatu sistem
pendidikan nasional yang lebih baik, lebih maju dengan seoptimal mungkin memberdayakan
potensi daerah dan partisipasi masyarakat lokal. Dalam hal ini, perlu ditekankan bahwa
pengelolaan pendidikan menjadi lebih berkonteks lokal, namun semuanya harus tetap berada
dalam kerangka satu sistem pendidikan nasional dibawah NKRI. Dengan kata lain, dengan
diberlakukannya otonomi daerah termasuk dalam bidang pendidikan, tidak ada yang disebut
“sitem pendidikan daerah” karena yang ada “sistem pendidikan nasional” yang sebagian
besar urusan atau penyelenggaraannya dilaksanakan oleh daerah.

5
Mengenai “hanya ada satu sistem pendidikan nasional di Indonesia”, UUD 1945 pasal
31 ayat (3) menyatakan, “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”. [4]

2.1.2 Transaformasi Pendidikan


Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga
sampai pada tahap ultimate, perubahan yang dilakukan dengan cara memberi respon terhadap
pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang
sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau
melipatgandakan.
Menurut Zaeny, transformasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu kata transform yang
artinya mengendalikan suatu bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain.[5]
Menurut Kamus Bahasa Indonesia transformasi adalah perubahan, berubah dari
keadaan yang sebelumnya menjadi baru sama sekali.[6] Transformasi adalah perubahan yang
terjadi dari keadaan yang sebelumnya menjadi baru dan lebih baik.
Mochtar Bukhori dalam Sindunata, (2000) mengatakan bahwa dunia pendidikan
membutuhkan proses transformasi supaya pendidikan mampu memberikan bekal pada
generasi mendatang. Transformasi pendidikan adalah perubahan wajah dan watak yang
terjadi pada sistem pendidikan. Kalau pendidikan masih mengandalkan aspek kongnitif maka
dunia pendidikan kita tentu akan ketinggalan jauh dengan bangsa-bangsa lain. Untuk
menciptakan peserta didik agar memiliki kesadaran kritis dalam melihat kenyataan-kenyataan
dalam kehidupan global dengan memperhatikan nilainilai humanis yang ada. Yaitu dengan
mengubah orientasi, bukan kecerdasan semata, atau keterampilan saja namun diarahkan
untuk siap menghadapi persoalan-persolan global yang menjadi persoalan umat manusia.[7]
2.2 Reformasi dan Transformasi Pendidikan dalam Pandangan Masyarakat
Era Reformasi Masyarakat Indonesia kini sedang berada dalam masa transformasi.
Era Reformasi telah lahir dalam masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam
semua aspek kehidupannya. Dalam bidang pendidikan nasional juga telah muncul berbagai
pendapat dan pandangan mengenai perlunya reformasi pendidikan nasional tuntutan
reformasi total dalam kehidupan berbangsa termasuk di dalamnya reformasi pendidikan
nasional semakin lama semakin perlu, mengingat proses pendidikan merupakan salah satu
tuntutan konstitusi yang mengatakan bahwa tujuan untuk membangun negara yang merdeka
ini ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

4 http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf

5 A. Zaeny. 2005. “Transformasi Sosial dan Gerakan Islam di Indonesia”, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 1:2,
(Juni, 2015), 153-155.

6 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo, 1997), hal. 612

7 Arif Unwanullah, ”Transformasi Pendidikan Untuk Mengatasi Konflik Masyarakat Dalam Perspektif Multikultural”,
Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi, 1:1, (Tuban, Juni 2012), 46-55.
6
Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, masyarakat dan
bangsa, maka pendidikan harus ditumbuh kembangkan secara sistematis oleh para pengambil
kebijakan yang berwenang di negeri ini. Meskipun pembaharuan (transformasi) dilakukan
secara terus menerus tetapi upaya itu tidak akan memiliki ujung akhir karena persoalan
pendidikan selalu ada selama peradaban dan kehidupan manusia itu masih ada.
Dalam rangka mencapai masyarakat belajar (learnig society) maka perlu diberikan
kebebasan kepada warga masyarakat untuk belajar apa saja yang diminati atau
dibutuhkannya, asalkan tidak bertentangan dengan falsafah negara dan bangsa. Demikian
juga dalam melaksanakan prinsip belajar seumur hidup, harus diberikan kesempatan dan
kebebasan kepada siapa saja warga masyarakat untuk memperoleh pendidikan apa saja, dari
siapa saja, di mana saja, pada jalur dan jenjang mana saja dan kapan saja, yang sesuai dengan
kebutuhan pribadi, serta selaras dengan kebutuhan pembangunan dan lingkungan. Selama ini
kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan telah dianggap sebagai suatu
keharusan atau amanat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan karena itu tidak dianggap
sebagai campur tangan berlebihan dari pemerintah. Padahal amanat mencerdaskan kehidupan
bangsa adalah salah satu tujuan nasional negara dan bangsa, dan karena itu menjadi tanggung
jawab semua warga negara, jadi tidak hanya pemerintah.
Transformasi pendidikan sebagai salah satu upaya perubahan menuju Indonesia baru
yang ditandai dengan perubahan (transformasi) dari pendidikan otoriter menuju pendidikan
yang demokratis, dari pendidikan yang sentralistis menjadi pendidikan yang desentralistis
dan dari pendidikan yang mengutamakan elitis menjadi pendidikan untuk semua serta lebih
humanis dengan memperhatikan kearifan daerah sebagai modal dan kultur sosial.
Pendidikan multikultural adalah suatu pendekatan progresif untuk melakukan
transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar kekurangan dan kegagalan
dan praktek-praktek diskriminatif dalam proses pendidikan. Pendidikan multikultural
didefinisikan tentang pendidikan keragaman budaya dalam perubahan demografis dan budaya
masyarakat tertentu atau dunia secara keseluruhan. Pendidikan mempunyai peranan kunci
dalam mengusung idealisme masyarakat multikulturalisme dan cross-cultural. Oleh karena
itu, transformasi pendidikan yang berbasis multikulturalisme menjadi penting diterapkan di
semua lembaga pendidikan dalam rangka menumbuhkan paham dan wawasan kebangsaan.
Di negara-negara majemuk hal seperti itu sudah diterapkan sejak dasawarsa 1970-an. (Banks,
1997).
Transformasi pendidikan selayaknya juga mampu memberikan tawaran yang
mencerdaskan, antara lain dengan cara mendesain materi, metode, hingga kurikulum yang
mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya sikap saling toleran, menghormati
perbedaan suku, agama, ras, etnis dan budaya masyarakat Indonesia yang multikultural.
Untuk mewujudkan pendidikan multikultural dapat digunakan kombinasi model sebagaimana
dikemukakan oleh Gorski dalam (www.Edchange.org/ multicultural) yang mencakup tiga
transformasi yaitu: 1) tranformasi sekolah, 2) transformasi sekolah dan proses belajar
mengajar, 3) transformasi masyarakat

7
Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan muatan yang sarat kemajemukan,
maka peran transformasi pendidikan yang berperspektif multikultural menjadi sangat
strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik yang muncul
sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola secara cerdas dan
menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan. Sebaliknya, tanpa transformasi
pendidikan yang memiliki perspektif multikultural, maka konflik sosial yang destruktif akan
terus menjadi suatu ancaman yang serius bagi keutuhan dan persatuan bangsa.
Reformasi pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan agar pendidikan dapat berjalan
lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Untuk itu dalam
reformasi dua hal yang perlu dilakukan:
a) mengidentifikasi atas berbagai problem yang menghambat terlaksananya pendidikan,
dan,
b) merumuskan reformasi yang bersifat strategik dan praktis sehingga dapat
diimplementasikan di lapangan.
Oleh karena itu, kondisi yang diperlukan dan program aksi yang harus diciptakan
merupakan titik sentral yang perlu diperhatikan dalam setiap reformasi pendidikan. Dengan
kata lain, reformasi pendidikan harus mendasarkan pada realitas sekolah yang ada, bukan
mendasarkan pada etalase atau jargon-jargon pendidikan semata. Reformasi hendaknya
didasarkan fakta dan hasil penelitian yang memadai dan valid, sehingga dapat dikembangkan
program reformasi yang utuh, jelas dan realistis. Apa syarat utama yang harus dipenuhi untuk
dapat mencapai tujuan reformasi yang memadai? Terdapat tuntutan yang merupakan
keharusan untuk dipenuhi agar reformasi dapat berjalan mencapai tujuan. Meskipun
demikian, tidak ada senjata pamungkas yang dapat memastikan keberhasilan reformasi.
Pendekatan sistemik mengisyaratkan agar dalam reformasi tidak ada faktor yang tertinggal.
Reformasi harus menekankan pada faktor kunci yang akan mempengaruhi faktor-faktor lain
secara simultan, sehingga reformasi akan melibatkan seluruh faktor 'yang penting, dan
menempatkan semua faktor tersebut dalam suatu sistem yang bersifat organik.

Reformasi atau Transformasi?


Apakah yang harus kita lakukan untuk memperbarui sistem pendidikan Indonesia: Reformasi
atau Transformasi?
Untuk mempersiapkan generasi muda mengarungi kehidupan dalam milenium III,
maka yang harus kita upayakan ialah transformasi sistem. Perpindahan sistem seperti ini akan
menyangkut sendi-sendi dari sistem pendidikan yang kita miliki sekarang ini. “On-line
education” akan memanfaatkan arus informasi yang ada, yang sifatnya sangat padat, yang
sampai sekarang ini tidak dimanfaatkan sama sekali oleh sekolah tradisional kita.[8]
Jika kita ingin melakukan reformasi pendidikan yang benar-benar mendasar, maka
kita harus melakukan perubahan-perubahan yang dapat mengembalikan wawasan profesional
yang telah hilang misalnya sistem pendidikan yang digerogoti oleh kekuatan politik yang ada
dalam masyarakat. Kita harus melakukan perubahan-perubahan yang dapat menyehatkan
sistem pendidikan kita dari penyakit naivitas politik (political naivety).
8 Isuwasta, Transformasi Pendidikan, diakses dari http://suwasta63gmailcom.blogspot.co.id/2012/09/transformasi-
pendidikan.html, pada tanggal 19 April 2018 pukul 20.00
8
Tindakan yang dapat melahirkan perubahan ini dapat kita peroleh dengan meninjau
secara internal dan eksternal
 Tinjauan Internal
Ialah dengan mengembalikan fungsi-fungsi pendidikan yang dirampas oleh birokrasi kepada
sekolah dan guru misalnya dengan mengembalikan kebebasan mendidik kepada guru untuk
menetapkan apa yang akan diajarkan dan bagaimana cara terbaik baginya untuk mengajarkan
apa yang telah turut ditetapkannya tadi.
 Tinjauan Eksternal
Yaitu apa yang harus dilakukan untuk membuat sistem pendidikan menjadi bagian integral
dari reformasi politik , ekonomi, hukum serta reformasi-reformasi lain yang kita harapkan
akan terjadi dalam masyarakat kita.

2.3 Transformasi Sekolah dan Madrasah


Transformasi sekolah dari lembaga yang mendewakan intelektualitas menjadi
lembaga yang juga peduli terhadap masalah integritas watak para siswa hanya akan terjadi
apabila sekolah memiliki kepedulian normatif terhadap situasi yang terdapat dalam berbagai
lingkungannya.

2.3.1 Pentingnya Reformasi dan Transformasi Sekolah/Madrasah


Seiring digulirkannya otonomi pendidikan, reformasi dan transformasi sekolah
idealnya sudah bukan lagi sekadar wacana yang mengapung-apung dalam bentangan slogan
dan retorika, melainkan sudah menjadi sebuah keniscayaan sejarah, menjadi realitas praksis
dalam dunia persekolahan kita.
Mengapa reformasi dan transformasi sekolah demikian penting dipersoalkan?
Setidaknya ada tiga argumen yang layak dikemukakan.
1. Sekolah merupakan “ikon” masyarakat mini yang diharapkan mampu memberikan
bekal hidup (life skills) yang sesungguhnya kepada peserta didik. Ini artinya, sekolah
harus menjadi institusi yang “merdeka” dalam menentukan masa depan bagi si anak
yang hanya bisa terwujud jika angin reformasi dan transformasi berembus segar ke
sekolah-sekolah.
2. Sekolah merupakan lembaga publik yang memberikan layanan kemanusiaan kepada
peserta didik. Sebagai lembaga publik, sekolah dituntut untuk memiliki tingkat
akuntabilitas, akseptabilitas, dan kredibilitas yang baik di mata publik sebagai
“konsumen”-nya. Hanya melalui iklim reformasi yang sehat sekolah dapat
menjalankan tugas dan fungsinya secara terhormat dan bermartabat kepada publik.
3. Sekolah merupakan salah satu agen transformasi menuju masyarakat masa depan
yang sesuai tuntutan perubahan dan dinamika global. Dalam menghadapi tuntutan
semacam itu, sekolah harus memosisikan diri sebagai institusi yang terbuka dan
demokratis, sehingga dapat membangun dan membumikan nilai-nilai kebenaran,
kejujuran, dan keadilan kepada peserta didik.[9]

9 Ashif Az Zafi, “Transformasi Budaya Melalui Lembaga Pendidikan”, Jurnal LP3M, 3:2, (Yogyakarta, Agustus 2017), 105-
110
9
2.3.2 Tuntutan Reformasi dan Transformasi Sekolah dan Madrasah
Peningkatan mutu pendidikan mutlak harus diikuti oleh perubahan yang dilakukan
oleh sekolah. Pentingnya reformasi dan transformasi sekolah dilakukan dengan
mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh besar
terhadap sistem pendidikan di sekolah; perkembangan penduduk yang cepat membutuhkan
pelayanan pendidikan yang besar; sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan
tantangan bagi sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas; dan perkembangan
teknologi informasi yang cepat berdampak pada dunia pendidikan.[10]
Pembaruan atau reformasi dan transformasi yang dilakukan sekolah (school reform)
tentu saja membutuhkan proses dan itu tidak dapat berjalan secara otomatis. Untuk itu
diperlukan sikap positif terhadap pembaharuan bagi semua komponen dalam lembaga
pendidikan dan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan reformasi dan
transformasi.
Reformasi dan transformasi sekolah tidak hanya mencakup manajemen sekolah,
namun diharapkan mampu menciptakan iklim kondusif untuk perkembangan pribadi peserta
didik, tidak hanya menjadi lembaga mekanis dan birokratis, tetapi menjadi lembaga
pendidikan yang inovatif.
Pembaruan sekolah pada manajemen sekolah mengandung makna menumbuhkan
komitmen untuk mandiri; mengutamakan kepuasan pelanggan (customer satisfaction);
menumbuhkan sikap responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan; menciptakan lingkungan
sekolah yang aman dan tertib (safe and orderly); menumbuhan budaya mutu di lingkungn
sekolah; menumbuhkan harapan prestasi tinggi; menumbuhkan kemauan untuk berubah;
mengembangkan komunikasi yang baik; mewujudkan teamwork yang kompak, cerdas dan
dinamis; melaksanakan keterbukaan manajemen (transparancy); menetapkan secara jelas dan
mewujudkan visi dan misi sekolah; melaksanakan pengelolaan tenaga kependidikan secara
efektif; meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat; dan menetapkan kerangka
akuntabilitas yang kuat.
Namun demikian, hambatan-hambatan akan ditemui dalam proses pembaharuan yaitu
hambatan karena koflik nilai, karena perubahan pendidikan selalu menyangkut sasaran dan
strategi pelaksanaan; adanya konflik kekuasaan, karena pembaruan pada hakekatnya selalu
mengandung redistribusi kekuatan; dan konflik psikologis, karena ketakutan terhadap sesuatu
yang belum dikenal.
Konsekuensi dari perubahan dimensi manajemen mutu adalah sekolah harus
melakukan reformasi yang berupa adaptasi dan pembaharuan, terutama dalam pemimpin
pendidikan yakni kepala sekolah, dengan melakukan kepemimpinan tranformasional
(transformational leadership) yang mencakup kompetensi profesional, kompetensi pribadi,
dan kompetensi sosial.
Upaya reformasi dan transformasi sekolah dilakukan melalui evaluasi diri (self
awareness) dengan menggunakn analisis SWOT utuk mengidentifikasi permasalahan

10 S. Suryana, Permasalahan Mutu Pendidikan Dalam Perspektif Pembangunan Pendidikan, diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/edukasi/article/viewFile/971/908, pada tanggal 21 April 2018 pukul 16.00
10
strategis sehingga dapat dibuat rencana program untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu
dengan mengevaluasi kekuatan (strengh), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity),
dan hambatan (treath).

2.3.3 Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah dan Madrasah


Manajemen peningkatan mutu sebagai pola baru mengalami perubahan yang
mendasar dengan pendekatan desentralistik sebagai implikasi otonomi pendidian yang
memberikan otonomi yang luas pada sekolah dan partisipasi masyarakat yang intensif;
menggunakan pendekatan profesional bukan pendekatan birokratik; pengambilan keputusan
bersifat partisipatif bukan terpusat; dan adanya pemberdayan seluruh potensi atau
sumberdaya yang ada untuk peningkatan mutu pendidikan.
Pengelolaan pendidikan dengan manajemen peningkatan mutu lebih menekankan
pada kemandirian, kreativitas sekolah dan perbaikan proses yang lebih dijiwai oleh budaya
mutu, sehingga tumbuh kemandirian sekolah yang tentunya diharapkan sekolah mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang datang, dan mengoptimalkan sumber
daya yang tersedia untuk memajukan sekolah; sekolah mengetahui kebutuhan dirinya
terutama input pendidikan yag akan dikembangkan; sekolah bertanggung jawab atas mutu
pendidikan kepada pemerintah, orangtua peserta didik, masyarakat, dan customer; dan
sekolah melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain ntuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Sistem yang tersirat dalam manajemen peningkatan mutu tersebut mencakup
komponen yang saling terkait satu sama lain yaitu konteks, input, proses, output dan
outcomes. Konteks menunjuk pada permintaan pendidikan, aspirasi dan dukungan
masyarakat, kebijakan pemerintah, dan kondisi geografis. Input menunjuk pada visi dan misi
sekolah, sumberdaya sekolah, kurikulum, dan peserta didik. Proses mencakup proses
pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pembelajaran, dan proses
evaluasi. Output menunjuk pada academic achievement seperti rapor dan lomba karya tulis,
dan non academic achievement yang meliputi prestasi dan ketrampilan. Outcomes mencakup
kemanfaatan sekolah dalam pendidikan lanjut, pengembangan karir dan
kesempatan untuk berkembang.
Pendidikan yang hanya berbasis pada input dan proses, akan berjalan tidak dinamis,
kurang efisien dan mengarah pada stagnasi pedagogis, sehingga sistem pendidikan cenderung
tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kebutuhan
masyarakat. Dalam pendidikan terdapat standar akademis (academic content standards) dan
standar kompetensi (performance standards). Standar akademis merefleksikan pengetahuan
dan keterampilan esensial setiap disiplin ilmu yag harus dipelajari oleh peserta didik.
Sedangkan standar kompetensi ditunjukkan dalam bentuk proses atau hasil kegiatan yang
didemonstrasikan peserta didik sebagai penerapan dari pengetahuan dan keterampilan yang
telah dipelajari. Dengan demikian standar akademis bisa sama untk seluruh peserta didik,
tetapi standar kompetensi bisa berbeda.
2.3.4 Strategi Sekolah dan Madrasah dalam Menghadapi Perubahan
Perubahan lingkungan sekolah menuntut sumber daya manusia yang selalu belajar.
Mau mundurnya suatu lembaga pendidikan yakni sekolah tergantung pada sumber daya
11
sekolah itu sendiri seiring dengan otonomi pendidikan yang diberikan secara luas di sekolah.
Pendekatan knowledge based (Sullivan,1997,4-21) menekankan bahwa intellectual
capital merupakan ilmu dan pengetahuan yang dapat dikonversikan dalam keuntungan atau
profit, yang mencakup inventions, technologies, ideas, general knowledge, computer
programs, designs, data, skills, processes,creativity, publications, drawings. Pengertian
tersebut mengisyaratkan bahwa intellectual capital merupakan sumber daya utama dalam
organisasi, utamanya organisasi yang terus belajar.
Organisasi pembelajar menurut Marquardt (1996) adalah sebagai organisasi yang
melakukan pembelajaran secara sungguh-sungguh dan secara kolektif, dan selanjutnya
merubah dirinya untuk mengumpulkan, mengelola dan menggunakan pengetahuannya
dengan baik untuk kesuksesan organisasi, yang mencakup learning, organizaton, knowledge,
technology, dan people.
Sebagaimana diungkapkan Peter Drucker (1997) bahwa the greatest danger in times
of turbulance is not itself, but it is danger if you still act with your yesterday logic.
Maksudnya adalah turbulensi memang berbahaya, akan tetapi yang lebih berbahaya adalah
apabila masih memakai logika berpikir masa lalu, sehingga yang harus diubah adalah pola
pikir atau paradigma berpikir. Organisasi pembelajar (learning organization) pada
hakekatnya adalah organisasi yang memiliki iklim yang memungkinkan tiap anggota
didorong untuk terus belajar dan mengembangkan potensi mereka sepenuhnya, memperluas
dan memperkaya budaya bekerja di lingkungan kerja serta menjadikan strategi
pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat dari kebijaksanaan kerja demi terjadinya
transformasi berkelanjutan demi kesempurnaan.
Dalam learning organization (Senge, 1996) mengemukan bahwa terdapat cara berpikir
yang sistematik (system thinking); kematangan pribadi (personal mastery); membangun
model mental (mental model); visi bersama (shared vision); dan pembelajaran tim (tim
learning).
Organisasi pembelajar memerlukan anggota yang memilki kompetensi dan kesadaran
akan perluya perubahan terus menerus pada pola pikir ke arah perbaikan kerja dan interaksi
dalam organisasi. Perspektif tiap individu terhadap perlunya pendekatan yang didasarkan
pada kompetensi perlu dipersamakan agar organiasi dapat mengarahkan diri sesuai dengan
upaya terus meningkatkan kinerja organisasi.
Sebagai respon terhadap pendorong perubahan, maka organisasi harus belajar dengan
menata ulang mengenai cara berpikir, pengelolaan, dan operasinya. Kesadaran pembelajaran
individu belumlah cukup bagi sebuah organisasi agar dapat bersaing, masih diperlukan
adanya peningkatan kemampuan pembelajaran seluruh organisasi agar tetap dapat sukses di
dalam situasi lingkungan yang sangat cepat berubah.
Menelaah kembali mengenai perubahan sekolah sebagaimana telah dibahas di muka,
maka reformasi dan transformasi sekolah dapat ditelaah dengan menggunaan learning
organization dengan menggabungkan konsep organization change methodology dalam
methodology dalam change to win (Tan, 1995) dan learning organization (Senge, 1996).

1. Diagnostic Assessment

12
Untuk me dan transformasi sekolah, strategi yang terlebih dahulu diterapkan adalah
diagnostic assessment dengan rethinking about beliefs, yang dimaksudkan untuk mengetahui
organization context yang mencakup mengenai beliefs, work process dan drivers. Strategi
mendasar sekolah adalah memperbaiki kondisi internal sekolah bersangkutan sebelum benar-
benar melaksanakan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Tantangan utama dari
sekolah adalah membangun citra sekolah agar lebih profesional, melembagakan good
corporate serta menjunjung tinggi academic athics. Redesign assessment adalah melihat
perilaku yang mencakup mengenai:
a. Beliefs dari sekolah yang selama ini berjalan ditandai dengan kinerja yang kurang
profesional, tidak inovatif, yang mencakup: beliefs sekolah terhadap stakeholders, beliefs
stakeholders terhadap sekolah, beliefs dari produk dan jasa yang dihasilkan sekolah,
dan beliefs dari customer terhadap sekolah.
b. Work process yang dimaksudkan adalah memperbaiki proses kerja dalam sekolah yang
berjalan kurang professional seperti kegagapan birokrasi sekolah dalam menghadapi
perubahan otonomi pendidikan.
c. Drivers merupakan pemicu untuk berubah yaitu siapa dan apa sebabnya, dengan melihat
apakah perubahan reformasi dan transformasi sekolah dilakukan karena adanya pengaruh
dari luar atau karena sikap proaktif dari dalam sekolah dalam melihat peluang.

2. Organization Redesign
Setelah melihat perilaku yang selama ini terjadi di sekolah serta melihat tantangan
yang dihadap sekolah, maka strategi selanjutnya adalah mengkaji ulang sekolah
bersangkutan. Menghadapi perubahan otonomi pendidikan, maka sekolah harus mendesain
kembali strateginya selama ini. Paradigma lama yang digunakan harus diubah dengan
paradigma learning organization.

3. Organization Transformation
Organization transformation merupakan proses mentransformasi organisasi menuju
perubahan yang dilakukan, yang dampaknya merupakan peningkatan performansi. Fokus
pada transformasi sekolah adalah individu pembelajar yang lebih dituntut pada kemampuan
melakukan sistem dan menemukan metode dalam pelaksanaan tugas agar organisasi berjalan
efisien.

4. Continous Improvement
Bahwa transformasi organisasi yang telah dijalankan harus dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan, mencakup academic culture, competency strategy dan
inovasi yang dilakukan secara berkelanjutan.

Tahapan strategi reformasi dan transformasi sekolah dipengaruhi oleh dimensi


organisasi yaitu leadership, structure, process dan workforce. Dimensi organisasi ini dalam
pembelajarannya dipengaruhi oleh system thinking, personal mastery, mental model, shared
vision, team learningdan dialoque.

13
1. Leadership, merupakan dimensi kepemimpinan yang mempengaruhi kinerja sekolah.
Kepemimpinan sengat ditentukan oleh individu bersangkutan (kepala sekolah) dan
lingkungan tempat kerja, sehingga gaya kepemimpinan juga akan berbeda dalam
penerapannya. Individu yang pembelajar akan menjadikan kepemimpinan
menjadi learning leadership yang akan menjadikan organisasi sekolah menjadi lebih
profesional.
2. Structure, merupakan gambaran dari sekolah yang bersangkutan yang berkaitan dengan
struktur organisasi. Struktur sekolah yang diharapkan adalah yang sederhana, efektif,
efisien serta mampu merespon lingkungan, termasuk kerja sama yang solid antara sekolah
dengan komite sekolah.
3. Process. Proses dimaksudkan adalah proses yang dilakukan oleh organisasi sekolah
dalam upaya manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Proses tersebut harus
transparan dan jelas maksudnya, sehingga citra sekolah akan terbangun dengan proses
organisasi yang pofesional dan senantiasa menjadi oganisasi pembelajar.
4. Workforce. Sumberdaya manusia yang handal merupakan modal utama yang harus
dimiliki sekolah dalam reformasi dan transformasi sekolah. Sumberdaya manusia
berkaitan dengan individu pembelajar yang senantiasa meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya. Dengan adanya individu yang pembelajar akan menjadikan organiasasi
menjadi organisasi pembelajar yang bersikap proaktif dalam mengadapi perubahan
lingkungan termasuk manajemen berbasis sekolah.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Reformasi pendidikan adalah upaya perbaikan pada bidang pendidikan. Reformasi


pendidikan memiliki dua karakteristik dasar yaitu terprogram dan sistemik. Reformsi
pendidikan yang terprogram menunjuk pada kurikulum atau program suatu institusi
pendidikan.
2. Transformasi pendidikan adalah perubahan wajah dan watak yang terjadi pada sistem
pendidikan.

14
3. Transformasi pendidikan sebagai salah satu upaya perubahan menuju Indonesia baru
yang ditandai dengan perubahan (transformasi) dari pendidikan otoriter menuju
pendidikan yang demokratis, dari pendidikan yang sentralistis menjadi pendidikan
yang desentralistis dan dari pendidikan yang mengutamakan elitis menjadi pendidikan
untuk semua serta lebih humanis dengan memperhatikan kearifan daerah sebagai
modal dan kultur sosial.
4. Reformasi dan transformasi pendidikan memiliki tujuan agar pendidikan dapat
berjalan lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
5. Transformasi sekolah dari lembaga yang mendewakan intelektualitas menjadi
lembaga yang juga peduli terhadap masalah integritas watak para siswa hanya akan
terjadi apabila sekolah memiliki kepedulian normatif terhadap situasi yang terdapat
dalam berbagai lingkungannya.
6. Peningkatan mutu pendidikan mutlak harus diikuti oleh perubahan yang dilakukan
oleh sekolah. Pentingnya reformasi dan transformasi sekolah dilakukan dengan
mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh
besar terhadap sistem pendidikan di sekolah; perkembangan penduduk yang cepat
membutuhkan pelayanan pendidikan yang besar; sumberdaya manusia yang
berkualitas merupakan tantangan bagi sekolah untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas; dan perkembangan teknologi informasi yang cepat berdampak pada dunia
pendidikan.

3.2 Saran

15

Anda mungkin juga menyukai