PENDAHULUAN
Pendidikan adalah kata kunci untuk meningkatkan kesejahteraan dan martabat bangsa.
Tak salah jika kita sebut pendidikan sebagai pilar pokok dalam pembangunan bangsa. Tinggi
rendahnya derajat suatu bangsa bisa dilihat dari mutu pendidikan yang diterapkannya.
Pendidikan yang tepat dan efektif akan melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas, bermoral,
memiliki etos kerja dan inovasi yang tinggi. Negara-negara yang telah berhasil mencapai
kemajuan dan menguasai teknologi peradaban mengawali kesuksesannya dengan memberi
perhatian yang besar terhadap sektor pendidikan nasionalnya.
Sektor pendidikan mendapat dukungan penuh dan secara terus menerus sistemnya
diperbaiki dan diperbaharui agar sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan daya akses seluruh
lapis masyarakat mereka. Pendidikan di masa depan diharapkan memainkan peranan yang
sangat fundamental dimana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Bagi masyarakat
suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang akan menentukan masa
depannya. Menghadapi masa depan yang sudah pasti diisi dengan arus globalisasi dan
keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi, pendidikan akan semakin
dihadapkan terhadap berbagai tantangan dan permasalahan yang lebih rumit dari pada masa
sekarang atau sebelumnya.
Untuk itu, pada makalah kali ini kami akan membahas mengenai reformasi dan
transformasi dalam dunia pendidikan.
1
1.3 Tujuan
BAB II
2
PEMBAHASAN
Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.[1]
Pendidikan menurut Edgar Dalle (Pakar Pendidikan, 1900 – 1985) adalah usaha sadar
yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat
untuk mempersiapkan perserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.
Pendidikan mengacu pada sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan
sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun
yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang
pendidikan yang dibuat para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari
yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan,
aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
Reformasi menurut Prof. Dr. Emil Salim dan Dr. Din Syamsuddin (dalam Tilaar 1998)
perubahan dengan melihat keperluan masa depan, yang kembali dalam bentuk asal.[2]
Reformasi berarti perubahan radikal untuk perbaikan dalam bidang social, politik atau
agama dalam suatu masyarakat atau negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
1 http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf
2 H.A.R. Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Cet-1, (Magelang : Penerbit Tera Indonesia, 1998), hlm.
25
3 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2004), hlm. 542
3
beradasarkan pada peraturan negara tersebut, misalkan di negara Indonesia berarti pendidikan
nasional Indonesia adalah pendidikan yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia tahun 1945.
Menurut david D. Curris (2000), mengemukakan ada empat strategi mayor dalam
reformasi pendidikan, yaitu:
3. Strategi pasar
Sebagai perantara sosial yang menawarkan jasa layanan yang bersifat intelektual,
afeksi, psikomotorik, emosional, dan spiritual. Untuk merenspons kebutuhan dan tuntutan
masyarakat yang semakin bervariasi, sekolah-sekolah harus dapat tampil secara difernsiatif,
memiliki keunggulan yang berbeda dibandingkan dengan sekolah lain. Keunggulan-
keunggulan dimaksud menyangkut satu atau beberapa bidang, seperti akademik,
ekstrakulikuler, tenaga pengajar, kedisiplinan, bangunan fisik, elitis, pemberian beasiswa, dan
lain-lain. Termasuk dalam skema unggulan ini adalah kemampuan sekolah menyediakan
semacam voucher atau beasiswa bagi anak-anak yang dikategorikan kurang beruntung karena
kemiskinan, yaitu piatu, diabaikan oleh keluarga, terisolasi secara geografis, dll.
Empat strategi ini diharapkan dapat menjadi agenda reformasi dalam merumuskan
kebijakan pendiidkan di Indonesia. Reformasi pendidikan adalah terjadinya perubahan
mendasar kearah yang lebih baik, mengingat selama ini keberadaan pendidikan tidak jarang
menjadi alat politis, yang akhirnya merugikan dunia pendidikan itu sendiri
Tujuan utama dari hakikat reformasi pendidikan adalah membangun suatu sistem
pendidikan nasional yang lebih baik, lebih maju dengan seoptimal mungkin memberdayakan
potensi daerah dan partisipasi masyarakat lokal. Dalam hal ini, perlu ditekankan bahwa
pengelolaan pendidikan menjadi lebih berkonteks lokal, namun semuanya harus tetap berada
dalam kerangka satu sistem pendidikan nasional dibawah NKRI. Dengan kata lain, dengan
diberlakukannya otonomi daerah termasuk dalam bidang pendidikan, tidak ada yang disebut
“sitem pendidikan daerah” karena yang ada “sistem pendidikan nasional” yang sebagian
besar urusan atau penyelenggaraannya dilaksanakan oleh daerah.
5
Mengenai “hanya ada satu sistem pendidikan nasional di Indonesia”, UUD 1945 pasal
31 ayat (3) menyatakan, “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”. [4]
4 http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf
5 A. Zaeny. 2005. “Transformasi Sosial dan Gerakan Islam di Indonesia”, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 1:2,
(Juni, 2015), 153-155.
7 Arif Unwanullah, ”Transformasi Pendidikan Untuk Mengatasi Konflik Masyarakat Dalam Perspektif Multikultural”,
Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi, 1:1, (Tuban, Juni 2012), 46-55.
6
Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, masyarakat dan
bangsa, maka pendidikan harus ditumbuh kembangkan secara sistematis oleh para pengambil
kebijakan yang berwenang di negeri ini. Meskipun pembaharuan (transformasi) dilakukan
secara terus menerus tetapi upaya itu tidak akan memiliki ujung akhir karena persoalan
pendidikan selalu ada selama peradaban dan kehidupan manusia itu masih ada.
Dalam rangka mencapai masyarakat belajar (learnig society) maka perlu diberikan
kebebasan kepada warga masyarakat untuk belajar apa saja yang diminati atau
dibutuhkannya, asalkan tidak bertentangan dengan falsafah negara dan bangsa. Demikian
juga dalam melaksanakan prinsip belajar seumur hidup, harus diberikan kesempatan dan
kebebasan kepada siapa saja warga masyarakat untuk memperoleh pendidikan apa saja, dari
siapa saja, di mana saja, pada jalur dan jenjang mana saja dan kapan saja, yang sesuai dengan
kebutuhan pribadi, serta selaras dengan kebutuhan pembangunan dan lingkungan. Selama ini
kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan telah dianggap sebagai suatu
keharusan atau amanat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan karena itu tidak dianggap
sebagai campur tangan berlebihan dari pemerintah. Padahal amanat mencerdaskan kehidupan
bangsa adalah salah satu tujuan nasional negara dan bangsa, dan karena itu menjadi tanggung
jawab semua warga negara, jadi tidak hanya pemerintah.
Transformasi pendidikan sebagai salah satu upaya perubahan menuju Indonesia baru
yang ditandai dengan perubahan (transformasi) dari pendidikan otoriter menuju pendidikan
yang demokratis, dari pendidikan yang sentralistis menjadi pendidikan yang desentralistis
dan dari pendidikan yang mengutamakan elitis menjadi pendidikan untuk semua serta lebih
humanis dengan memperhatikan kearifan daerah sebagai modal dan kultur sosial.
Pendidikan multikultural adalah suatu pendekatan progresif untuk melakukan
transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar kekurangan dan kegagalan
dan praktek-praktek diskriminatif dalam proses pendidikan. Pendidikan multikultural
didefinisikan tentang pendidikan keragaman budaya dalam perubahan demografis dan budaya
masyarakat tertentu atau dunia secara keseluruhan. Pendidikan mempunyai peranan kunci
dalam mengusung idealisme masyarakat multikulturalisme dan cross-cultural. Oleh karena
itu, transformasi pendidikan yang berbasis multikulturalisme menjadi penting diterapkan di
semua lembaga pendidikan dalam rangka menumbuhkan paham dan wawasan kebangsaan.
Di negara-negara majemuk hal seperti itu sudah diterapkan sejak dasawarsa 1970-an. (Banks,
1997).
Transformasi pendidikan selayaknya juga mampu memberikan tawaran yang
mencerdaskan, antara lain dengan cara mendesain materi, metode, hingga kurikulum yang
mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya sikap saling toleran, menghormati
perbedaan suku, agama, ras, etnis dan budaya masyarakat Indonesia yang multikultural.
Untuk mewujudkan pendidikan multikultural dapat digunakan kombinasi model sebagaimana
dikemukakan oleh Gorski dalam (www.Edchange.org/ multicultural) yang mencakup tiga
transformasi yaitu: 1) tranformasi sekolah, 2) transformasi sekolah dan proses belajar
mengajar, 3) transformasi masyarakat
7
Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan muatan yang sarat kemajemukan,
maka peran transformasi pendidikan yang berperspektif multikultural menjadi sangat
strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik yang muncul
sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola secara cerdas dan
menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan. Sebaliknya, tanpa transformasi
pendidikan yang memiliki perspektif multikultural, maka konflik sosial yang destruktif akan
terus menjadi suatu ancaman yang serius bagi keutuhan dan persatuan bangsa.
Reformasi pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan agar pendidikan dapat berjalan
lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Untuk itu dalam
reformasi dua hal yang perlu dilakukan:
a) mengidentifikasi atas berbagai problem yang menghambat terlaksananya pendidikan,
dan,
b) merumuskan reformasi yang bersifat strategik dan praktis sehingga dapat
diimplementasikan di lapangan.
Oleh karena itu, kondisi yang diperlukan dan program aksi yang harus diciptakan
merupakan titik sentral yang perlu diperhatikan dalam setiap reformasi pendidikan. Dengan
kata lain, reformasi pendidikan harus mendasarkan pada realitas sekolah yang ada, bukan
mendasarkan pada etalase atau jargon-jargon pendidikan semata. Reformasi hendaknya
didasarkan fakta dan hasil penelitian yang memadai dan valid, sehingga dapat dikembangkan
program reformasi yang utuh, jelas dan realistis. Apa syarat utama yang harus dipenuhi untuk
dapat mencapai tujuan reformasi yang memadai? Terdapat tuntutan yang merupakan
keharusan untuk dipenuhi agar reformasi dapat berjalan mencapai tujuan. Meskipun
demikian, tidak ada senjata pamungkas yang dapat memastikan keberhasilan reformasi.
Pendekatan sistemik mengisyaratkan agar dalam reformasi tidak ada faktor yang tertinggal.
Reformasi harus menekankan pada faktor kunci yang akan mempengaruhi faktor-faktor lain
secara simultan, sehingga reformasi akan melibatkan seluruh faktor 'yang penting, dan
menempatkan semua faktor tersebut dalam suatu sistem yang bersifat organik.
9 Ashif Az Zafi, “Transformasi Budaya Melalui Lembaga Pendidikan”, Jurnal LP3M, 3:2, (Yogyakarta, Agustus 2017), 105-
110
9
2.3.2 Tuntutan Reformasi dan Transformasi Sekolah dan Madrasah
Peningkatan mutu pendidikan mutlak harus diikuti oleh perubahan yang dilakukan
oleh sekolah. Pentingnya reformasi dan transformasi sekolah dilakukan dengan
mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh besar
terhadap sistem pendidikan di sekolah; perkembangan penduduk yang cepat membutuhkan
pelayanan pendidikan yang besar; sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan
tantangan bagi sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas; dan perkembangan
teknologi informasi yang cepat berdampak pada dunia pendidikan.[10]
Pembaruan atau reformasi dan transformasi yang dilakukan sekolah (school reform)
tentu saja membutuhkan proses dan itu tidak dapat berjalan secara otomatis. Untuk itu
diperlukan sikap positif terhadap pembaharuan bagi semua komponen dalam lembaga
pendidikan dan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan reformasi dan
transformasi.
Reformasi dan transformasi sekolah tidak hanya mencakup manajemen sekolah,
namun diharapkan mampu menciptakan iklim kondusif untuk perkembangan pribadi peserta
didik, tidak hanya menjadi lembaga mekanis dan birokratis, tetapi menjadi lembaga
pendidikan yang inovatif.
Pembaruan sekolah pada manajemen sekolah mengandung makna menumbuhkan
komitmen untuk mandiri; mengutamakan kepuasan pelanggan (customer satisfaction);
menumbuhkan sikap responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan; menciptakan lingkungan
sekolah yang aman dan tertib (safe and orderly); menumbuhan budaya mutu di lingkungn
sekolah; menumbuhkan harapan prestasi tinggi; menumbuhkan kemauan untuk berubah;
mengembangkan komunikasi yang baik; mewujudkan teamwork yang kompak, cerdas dan
dinamis; melaksanakan keterbukaan manajemen (transparancy); menetapkan secara jelas dan
mewujudkan visi dan misi sekolah; melaksanakan pengelolaan tenaga kependidikan secara
efektif; meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat; dan menetapkan kerangka
akuntabilitas yang kuat.
Namun demikian, hambatan-hambatan akan ditemui dalam proses pembaharuan yaitu
hambatan karena koflik nilai, karena perubahan pendidikan selalu menyangkut sasaran dan
strategi pelaksanaan; adanya konflik kekuasaan, karena pembaruan pada hakekatnya selalu
mengandung redistribusi kekuatan; dan konflik psikologis, karena ketakutan terhadap sesuatu
yang belum dikenal.
Konsekuensi dari perubahan dimensi manajemen mutu adalah sekolah harus
melakukan reformasi yang berupa adaptasi dan pembaharuan, terutama dalam pemimpin
pendidikan yakni kepala sekolah, dengan melakukan kepemimpinan tranformasional
(transformational leadership) yang mencakup kompetensi profesional, kompetensi pribadi,
dan kompetensi sosial.
Upaya reformasi dan transformasi sekolah dilakukan melalui evaluasi diri (self
awareness) dengan menggunakn analisis SWOT utuk mengidentifikasi permasalahan
10 S. Suryana, Permasalahan Mutu Pendidikan Dalam Perspektif Pembangunan Pendidikan, diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/edukasi/article/viewFile/971/908, pada tanggal 21 April 2018 pukul 16.00
10
strategis sehingga dapat dibuat rencana program untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu
dengan mengevaluasi kekuatan (strengh), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity),
dan hambatan (treath).
1. Diagnostic Assessment
12
Untuk me dan transformasi sekolah, strategi yang terlebih dahulu diterapkan adalah
diagnostic assessment dengan rethinking about beliefs, yang dimaksudkan untuk mengetahui
organization context yang mencakup mengenai beliefs, work process dan drivers. Strategi
mendasar sekolah adalah memperbaiki kondisi internal sekolah bersangkutan sebelum benar-
benar melaksanakan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Tantangan utama dari
sekolah adalah membangun citra sekolah agar lebih profesional, melembagakan good
corporate serta menjunjung tinggi academic athics. Redesign assessment adalah melihat
perilaku yang mencakup mengenai:
a. Beliefs dari sekolah yang selama ini berjalan ditandai dengan kinerja yang kurang
profesional, tidak inovatif, yang mencakup: beliefs sekolah terhadap stakeholders, beliefs
stakeholders terhadap sekolah, beliefs dari produk dan jasa yang dihasilkan sekolah,
dan beliefs dari customer terhadap sekolah.
b. Work process yang dimaksudkan adalah memperbaiki proses kerja dalam sekolah yang
berjalan kurang professional seperti kegagapan birokrasi sekolah dalam menghadapi
perubahan otonomi pendidikan.
c. Drivers merupakan pemicu untuk berubah yaitu siapa dan apa sebabnya, dengan melihat
apakah perubahan reformasi dan transformasi sekolah dilakukan karena adanya pengaruh
dari luar atau karena sikap proaktif dari dalam sekolah dalam melihat peluang.
2. Organization Redesign
Setelah melihat perilaku yang selama ini terjadi di sekolah serta melihat tantangan
yang dihadap sekolah, maka strategi selanjutnya adalah mengkaji ulang sekolah
bersangkutan. Menghadapi perubahan otonomi pendidikan, maka sekolah harus mendesain
kembali strateginya selama ini. Paradigma lama yang digunakan harus diubah dengan
paradigma learning organization.
3. Organization Transformation
Organization transformation merupakan proses mentransformasi organisasi menuju
perubahan yang dilakukan, yang dampaknya merupakan peningkatan performansi. Fokus
pada transformasi sekolah adalah individu pembelajar yang lebih dituntut pada kemampuan
melakukan sistem dan menemukan metode dalam pelaksanaan tugas agar organisasi berjalan
efisien.
4. Continous Improvement
Bahwa transformasi organisasi yang telah dijalankan harus dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan, mencakup academic culture, competency strategy dan
inovasi yang dilakukan secara berkelanjutan.
13
1. Leadership, merupakan dimensi kepemimpinan yang mempengaruhi kinerja sekolah.
Kepemimpinan sengat ditentukan oleh individu bersangkutan (kepala sekolah) dan
lingkungan tempat kerja, sehingga gaya kepemimpinan juga akan berbeda dalam
penerapannya. Individu yang pembelajar akan menjadikan kepemimpinan
menjadi learning leadership yang akan menjadikan organisasi sekolah menjadi lebih
profesional.
2. Structure, merupakan gambaran dari sekolah yang bersangkutan yang berkaitan dengan
struktur organisasi. Struktur sekolah yang diharapkan adalah yang sederhana, efektif,
efisien serta mampu merespon lingkungan, termasuk kerja sama yang solid antara sekolah
dengan komite sekolah.
3. Process. Proses dimaksudkan adalah proses yang dilakukan oleh organisasi sekolah
dalam upaya manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Proses tersebut harus
transparan dan jelas maksudnya, sehingga citra sekolah akan terbangun dengan proses
organisasi yang pofesional dan senantiasa menjadi oganisasi pembelajar.
4. Workforce. Sumberdaya manusia yang handal merupakan modal utama yang harus
dimiliki sekolah dalam reformasi dan transformasi sekolah. Sumberdaya manusia
berkaitan dengan individu pembelajar yang senantiasa meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya. Dengan adanya individu yang pembelajar akan menjadikan organiasasi
menjadi organisasi pembelajar yang bersikap proaktif dalam mengadapi perubahan
lingkungan termasuk manajemen berbasis sekolah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
3. Transformasi pendidikan sebagai salah satu upaya perubahan menuju Indonesia baru
yang ditandai dengan perubahan (transformasi) dari pendidikan otoriter menuju
pendidikan yang demokratis, dari pendidikan yang sentralistis menjadi pendidikan
yang desentralistis dan dari pendidikan yang mengutamakan elitis menjadi pendidikan
untuk semua serta lebih humanis dengan memperhatikan kearifan daerah sebagai
modal dan kultur sosial.
4. Reformasi dan transformasi pendidikan memiliki tujuan agar pendidikan dapat
berjalan lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
5. Transformasi sekolah dari lembaga yang mendewakan intelektualitas menjadi
lembaga yang juga peduli terhadap masalah integritas watak para siswa hanya akan
terjadi apabila sekolah memiliki kepedulian normatif terhadap situasi yang terdapat
dalam berbagai lingkungannya.
6. Peningkatan mutu pendidikan mutlak harus diikuti oleh perubahan yang dilakukan
oleh sekolah. Pentingnya reformasi dan transformasi sekolah dilakukan dengan
mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh
besar terhadap sistem pendidikan di sekolah; perkembangan penduduk yang cepat
membutuhkan pelayanan pendidikan yang besar; sumberdaya manusia yang
berkualitas merupakan tantangan bagi sekolah untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas; dan perkembangan teknologi informasi yang cepat berdampak pada dunia
pendidikan.
3.2 Saran
15