Anda di halaman 1dari 13

PANCASILA BENTENG RADIKALISME

Disusun oleh:

Kelompok 4
1. Aliffa Sekar Novantika F3318008
2. Aprilia Putri Damayanti F3318016
3. Aprilya Chandra Purwantika F3318017
4. Febriana Candra Dewi F3318039
5. Ratna Pamudyaningtyas Nurrahmawati F3318069
6. Saraswati Putri Cahya Nugraheni F3318076
7. Vania Nungky Chrisanti F3318085
8. Vini Cantika Dewi Fortuna F3318086

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pancasila hadir sebagai pemersatu atas keberagaman suku bangsa,
bahasa,budaya,adat istiadat, dan agama sebagai suatu perbedaan yang
mendasar dalam Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila adalah dasar (falsafah)
negara, pandangan hidup, ideologi negara, dan ligatur (pemersatu) dalam
perikehidupan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia.
Saat ini Indonesia mengalami “krisis ideologi Pancasila” dan
“krisis budaya sadar konstitusi”. Pancasila dan UUD 1945 saat ini sedang
diuji kekokohannya, diuji nilai persatuan dan kesatuannya serta diuji nilai
keberagamannya. Berbagai persoalan bangsa, negara dan masyarakat ini
semakin pelik dengan munculnya gerakan radikalisme yang semuanya
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD’45. Radikalisme
merupakan ancaman terhadap ketahanan ideologi. Jika Ideologi negara
sudah tidak kokoh maka akan berdampak terhadap ketahanan nasional.
Gerakan radikalisme di masyarakat, seperti yang terjadi di
Universitas Jember sebanyak 22 % mahasiswa Universitas Jember (Unej)
terpapar radikalisme. Aktivitas yang ditunjukan seperti merakit bom,
pelatihan militer, razia syariah, dan keterlibatan mahasiswa pada
organisasi terlarang.
Persoalan-persoalan tersebut bermuara pada ideologi radikalisme
yang ingin merubah tatanan bangsa Indonesia yang jelas bertentangan
dengan Pancasila. Gerakan radikalisme sebagai suatu faham tidak selalu
ditandai dengan aksi-aksi kekerasan, namun dapat juga sebatas ideologi
yang tidak menggunakan cara-cara kekerasan (M. Khamdan, 2016:208).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi
radikalisme?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Radikalisme
Radikalisme merupakan suatu paham perubahan sosial yang
menggunakan jalan kekerasan, menanamkan keyakinan bahwa
ses`uatu tujuan itu benar tetapi menggunakan cara yang salah untuk
mencapai tujuan tersebut. Sedangkan dalam bahasa radikalisme
memiliki arti paham atau aliran yang mengingatkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan. Dan dalam
artian latin, esensi dari radikalisme merupakan sebuah konsep sikap
jiwa dalam mengusung perubahan dan kebebasan tapi tetap dengan
jalan atau cara kekerasan.
Radikalisme berkaitan erat dengan terorisme, radikalisme
merupakan kebijakan sedangkan terorisme merupakan bagian dari
kebijakan radikalisme tersebut. Sehingga, radikalisme mengandung
sikap jiwa yang membawa kepada cara cara atau tindakan yang
mengubah dan menggantikan tatanan kemampuan dengan gagasan
baru yang tentunya menuntun ke kekerasan. Sehingga radikalisme
merupakan paham negatif dan paham berbahaya yang dapat merusak
individu, bangsa dan bahkan sebuah negara.
Paham radikalisme sangat mudah untuk dikenali, sebab para
penganut paham tersebut ingin dikenal atau terkenal dan ingin
memiliki serta mendapat banyak pendukung dari orang orang.
Sehingga ciri ciri dari radikalisme tersebut adalah:
a) Radikalisme menjadi tanggapan atas situasi yang terjadi,
dimana tanggapan tersebut diwujudkan dalam bentuk evaluasi,
penolakan, dan bahkan perlawanan dengan keras.
b) Melakukan penolakan terus menerus dan bahkan menuntut
perubahan yang drastis pada hukum dan metode metode
pemerintah.
c) Memiliki anggapan ketika terdapat pihak yang memiliki
pendangan dan pola berfikir yang berbeda dengan penganut
radikalisme, pandangan dan pola pikir yang berbeda tersebut
adalah salah.

2. Faktor- Faktor Kemunculan Radikalisme


Kemunculan radikalisme dalam diri individu maupun suatu negara
terjadi karena munculya faktor eksternal dan faktor internal yang
mempengaruhi. Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari
keinginan yang mendalam seperti adanya legitimasi teks terkait
keagamaan. Sehingga bentuk perlawanan paham radikalisme yang
muncul menggunakan tujuan terkait keagaman sebagai penopangnya.
Misalnya saja, dengan memiliki tujuan untuk mengubah negara
Indonesia menjadi negara Islam. Namun karena belum berhasil dengan
menggunakan cara cara halus, maka paham radikalisme menggunakan
cara cara kekerasan yang anarkis untuk mewujudkan tujuan tersebut,
seperti melakukan pengeboman dan terorisme.
Sedangkan faktor eksternal, terbagi atas beberapa sebab yaitu
adanya aspek sosial ekonomi politik, aspek budaya, dan aspek
sosiologis. Pada aspek ekonomi politik terjadi penyelewengan dan
korupsi, serta munculnya asumsi kapasitas individu maupun kelompok
untuk mempertanyakan dan mengubah ekonomi ataupun sistem politik
yang dianggap tak adil bahkan menindas kebebasan. Hal tersebutlah
yang mendorong munculnya paham radikalisme yang ingin
mewujudkan ekonomi politik yang bersih dan sehat dengan cara
perlawanan dengan kekerasan.
Kemudian aspek sosial yang erat kaitannya dengan peran serta
kebijakan pemerintah yang dirasa kurang pas dan tepat pada kalangan
penganut paham radikalisme. Sehingga menimbulkan kesenjangan
kesenjangan sosial yang sangat tajam di masyarakat, sampai
menimbulkan rasa putus asa terhadap masa depan akibat situasi yang
tengah terjadi. Mereka memiliki keinginan untuk mengubah kebijakan
pemerintah tersebut dengan kebijakan yang mereka anggap benar,
sebagai harapan dapat mengubah situasi dengan berbagai cara
termasuk dengan cara terorisme.
Selain itu terdapat aspek budaya yang mengalami perubahan dari
nilai nilai dasar budaya tersebut, diakibatkan karena pengaruh adanya
budaya baru yang masuk. Sehingga memicu penolakan yang berpaham
radikalisme yang menentang budaya baru tersebut dan ingin
mengembalikan nilai nilai dasar budaya asli yang hilang. Anggapan
kolot para penanut paham radikalisme bahwa budaya asli lebih luhur
dan lebih baik dibanding budaya baru, hal tersebutlah yang
menimbulkan perpecahan.
Sedangkan aspek sosiologis berkaitan dengan radikalisme yang
terjadi pada kaum muda. Pertama, terjadinya pencarian identitas pada
kaum muda yang disebabkan oleh fase transisi perubahan usia yang
rentan mengalami krisis identitas. Sehingga sangat mudah dipengaruhi
dan dicuci otaknya dengan paham dan gagasan baru radikalisme
dengan dalih kaum muda yang radikal adalah kaum muda yang
bermakna. Misalnya saja, penyimpangan dalam paham Islam bahwa
terorisme merupakan bentuk jihad dijalan Allah SWT.
Kemudian yang kedua menurut James Jasper, peristiwa yang
menyebabkan moral shock atau ketergoncangan moral pada seseorang.
Moral shock ini dapat berupa peristiwa yang membuat marah dan
bahkan sampai menimbulkan rasa ingin balas dendam. Sehingga
muncul rasa untuk mengikuti suatu gerakan radikal untuk melakukan
balas dendam tersebut, misalnya saja peristiwa pelecehan agama dari
agama lain.
B. PEMBAHASAN
Dewasa ini marak diberitakan mengenai paparan radikalisme yang
meluas, bahkan bukan lagi menyentu masyarakat biasa yang anti toleransi,
tetapi juga sudah merambah hingga semualapisan dalam masyarakat,
seperti mahasiswa, ASN (Aparatur Sipil Negara) bahkan tenaga pertahaan
dan keamanan rakyat yaitu TNU (Tentara Nasional Indonesia). Menilik
salah satu berita yag kita kutip seperti berita di atas peyebab masuknya
radikalisme adalah kurangnya nilai toleransi dalam masyarakat, dan
adanya pengajaran anti multicultural.
Para mahasiswa dan masyarakat selalu didoktrin dengan ajaran bahwa
yang mereka lakukan hanyalah semata mata untuk berjuang di jalan
kebenaran dengan jaminan mati masuk surga selamat dari neraka, dan
mereka pun meyakini bahwa orang yang tidak sepaham atau terlihat
seperti bukan bagian dari kelompok mereka akan mereka matikan. Hal
tersebut terjadi karena mereka tidak mengerti tolerasi dan mereka hanya
ingin Negara ini diisi oleh satu kaum yaitu kaum mereka.
1. Ancaman Radikalisme Terhadap Pancasila
Pancasila merupakan ideologi yang terbuka, yang saat ini sedang
diuji daya tahannya terhadapgempuran, pengaruh dan ancaman
ideologi-ideologi besar lainnya. Ancaman terhadap Pancasila salah
satunya adalah paham radikalisme yang berkembang dan menyerang
kaum pemuda Indonesia. Berdasarkan laporan studi pemetaan gerakan
radikalisme yang dilakukan LP3M Unej pada tahun 2018, Ketua
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Universitas Jember (Unej) Akhmad Taufiq mengatakan sebanyak 22 %
mahasiswa Universitas Jember (Unej) terpapar radikalisme. Bahkan
berdasarkan laporan studi tersebut di Unej yang terpapar radikalisme
terbagi dalam dua kelompok yaitu terpapar radikalisme teologis
dimana setuju dengan pengakhiran, qital dan jihad, kemudian
radikalisme politis berupa ke setujuannya pada konsep negara Islam
atau Khilafah.
Selain kasus tersebut ditemukan riset yang dilakukan oleh INFID
Jakarta yang menyatakan adanya 10 perguruan tinggi negeri (PTN)
yang terpapar radikalisme, yang ditandai dan ditunjukkannya aktivitas
merakit bom, pelatihan militer, razia syariah, dan keterlibatan
mahasiswa pada organisasi terlarang HTI, yang merupakan kondisi
krusial, akut dan mulai berani menampakkan eksistensinya dalam
menyebarkan paham radikal. Sehingga dapat dikatakan kondisi
penyebaran paham radikalisme hampir terjadi di seluruh PTN dengan
frekuensi penyebaran paham radikalisme yang berbeda. Dimana
pergerakan penyebaran paham radikalisme ini dikategorikan
terstruktur, sistematik dan masif.
Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan
Mutu (LP3M) Universitas Jember (Unej) Akhmad Taufiq
merekomendasikan, pentingnya secara substantif pendidikan
multikultural untuk mengembangkan sikap toleransi dan inklusivitas.
Kemudian dalam tataran perguruan tinggi, pentingnya perhatian secara
khusus dan komitmen kepemimpinan yang memiliki komitmen yang
tegas, untuk tidak memberi ruang bagi tumbuhnya gerakan radikalisme
di kampus. Beliau juga mengungkapkan keterlibatan semua pihak
untuk mengatasi permasalahan radikalisme, mengatasi soal radikalisme
tidaklah cukup hanya melibatkan struktur berbasis negara yang
ditangani oleh pemerintah saja.

2. Peran Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Radikalisme


Dalam menghdapi penyebaran paham radikalisme pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.77 Tahun 2019
tentang pencegahan terorisme, yang merupakan pembahruan peraturan
yang mengacu pada UU No.15 tahun 2003 tentang pemberantasan
tindak pidana terorisme. PP No. 77 tahun 2019, merupakan peraturan
yang mencegah melalui Kesiapsiagaan Nasional, Kontra Radikalisasi
dan Deradikalisasi. Pada kesiapsiagaan nasional, program ini
dilakukan dengan melakukan pemberdayaan masyarakat, peningkatan
kemampuan aparatur negara, perlindungan dan peningkatan sarana
prasarana, pengembangan kajian terorisme, dan pemetaan wilayah
rawan paham radikal terorisme. Bahkan pemerintah juga membuat
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme untuk bertanggungjawab
mengkoordinasikan kesiapsiagaan nasional ini dibantu kementrian.
Sedangkan kontra radikalisme, program ini diaksanakan terhadap
orang atau kelompok yang rentan terpapar paham radikal terorisme.
Kontra Radikalisasi ini dilakukan melalui kontra narasi, kontra
propaganda, atau kontra ideologi. Untuk deradikalisasi, program ini
dilakukan terhadap tersangka, terdakwa, terpidana, dan narapidana
tindakpidana terorisme, atau kelompok orang yang sufah terpapar
paham radikaal terorisme. Yaitu melalui empat tahap, indentifikasi dan
penilaian sampai dimana tingkat terpaparnya radikalisme, rehabilitasi
terhadap paham radikalisme yang telah masuk dalam pikiran,
reedukasi terhadap pemikiran yang telah terpapar dan yang terakhir
reintegrasi sosial.
Kemudian yang terkait dengan penyebaran paham radikalisme
terhadap kaum pemuda khususnya di kalangan mahasiswa Indonesia,
pemerintah melaluai kementrian mengeluarkan Permenristekdikti No.
55 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Bangsa dalam Kegiatan
Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Tujuan dari peraturan ini adalah
meningkatkan pemahman akan ideologi bangsa serta mencegah
radikalisme dan intoleransi berkembang di perguruan tinggi. Berfokus
untuk mendorong Pimpinan Perguruan Tinggi membuka UKM yang
kegiatannya bertujuan untuk pembinaan 4 pilar kebangsaan, yaitu
Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal
Ika.

3. Peran Pancasila dalam Menghadapi Radikalisme


Pancasila memiliki sebagai ideologi negara yang menjadi dasar
dari tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila harus dijadi
acuan bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupannya sehari-
hari. Namun nilai Pancasila mulai pudar karena mulai sedikit orang
yang mengetahui makna dari Pancasila tersebut, dan muncul paham
radikalisme yang di buat oleh sebagian orang untuk mencapai tujuan
tertentu tetapi dengan menggunakan cara yang salah bahkan juga yang
menggunakan cara kekerasan.
Salah satu peran pancasila adalah untuk menyelesaikan masalah
radikalisme, yang membutuhkan kerja keras dan konsistensi yang
cukup untuk membumikan kembali ideologi Pancasila. Penanaman
nilai - nilai pancasila harus terus dibumikan, karena pancasila
merupakan dasar negara yang harus tertanam dalam diri sejak dini.
Nilai-nilai Pancasila yang harus tetap diimplementasikan itu adalah :
Kebangsaan dan persatuan, kemanusiaan dan penghormatan terhadap
harkat dan martabat manusia, ketuhanan dan toleransi, kejujuran dan
ketaatan terhadap hukum dan peraturan, serta demokrasi dan
kekeluargaan.
Pemerintah Indonesia dalam menetapkan peraturannya terkait
radikalisme telah benar benar mengacu pada nilai – nilai dalam
pancasila. Namun pelaksanaannya masih banyak mengalami kendala
hal ini terjadi karena lebih kuatnya faktor faktor pemicu paham
radikalisme di bangsa Indonesia, dibanding pemahaman makna
pancasila yang diterapkan dikehidupan sehari hari. Pemenuhan hak
rakyat oleh pemerintah yang dirasa kurang memuaskan, kedailan
pemerintah yang dirasa sangat jauh dari kata keadilan itu sendiri, dan
kurangnya rasa bersyukur, cinta tanah air, serta ambisi kepentingan
pribadi, semakin mempercepat dan mendoong penyebaran paham
paham radikalisme untuk mewujudkan apa yang diinginkan walau
dengan dengan cara kekerasan yang salah, menggantiideologi
pancasila.
Oleh karena itu, implementasi nilai-nilai Pancasila, agar tetap
aktual menghadapi ancaman radikalisme harus lebih ditekankan pada
penyampaian tiga hal berikut :
a) Negara ini dibentuk berdasarkan kesepakatan dan
kesetaraan, di mana di dalamnya tidak boleh ada
kesenjangan sosial, dimana ada yang merasa lebih
ungguldari yang lain sehingga ileh melakuakan dominasi
dan penindasan bahkan pelecehan, harus ditanamkan rasa
saling menghormati.
b) Aturan main dalam bernegara telah disepakati, dan negara
memiliki kedaulatan penuh untuk menertibkan anggota
negaranya yang berusaha secara sistematis untuk merubah
tatanan, dengan cara-cara yang melawan hukum.
c) Negara memberikan perlindungan, kesempatan, masa
depan dan pengayoman seimbang untuk meraih tujuan
nasional masyarakat adil dan makmur, sejahtera, aman,
berkeadaban dan merdeka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Radikalisme merupakan paham perubahan sosial yang
menggunakan jalan kekerasan, menanamkan keyakinan bahwa sesuatu
tujuan itu benar tetapi menggunakan cara yang salah untuk mencapai
tujuan tersebut, gerakan ini muncul disebabkan oleh faktor internal dan
faktor eksternal.
Gerakan radikalisme merupakan hal yang dapat mengancam
Ideologi Pancasila dan menyerang kaum pemuda Indonesia, sehingga
sangat diperlukan berbagai peran dalam mengatasinya. Peran Pemerintah
untuk mengatasi radikalisme yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah No.77 Tahun 2019 tentang pencegahan terorisme, dan
Permenristekdikti No. 55 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Bangsa
dalam Kegiatan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.

Salah satu peran pancasila dalam menyelesaikan masalah


radikalisme adalah membumikan kembali ideologi Pancasila. Dengan
menanamkan nilai Kebangsaan dan persatuan, nilai kemanusiaan dan
penghormatan, nilai ketuhanan dan toleransi, nilai kejujuran dan ketaatan
hukum , serta nilai demokrasi dan kekeluargaan.

B. Saran
Pancasila merupakan sebuah titik keseimbangan dalam bernegara.
Pancasila tidak hanya menjadi acuan masyarakat untuk berkehidupan,
tetapi juga sebagai alat ukur pemerintah dalam menjalankan roda
pemerintahan. Pancasila merupakan solusi permasalahan radikalisme yang
melanda Indonesia saat ini. Maka diharapkan nilai-nilai dalam Pancasila
harus benar-benar dijalankan oleh masyarakat Indonesia guna mencegah
dan meminimalisir radikalisme di Indonesia.
Peranan Pancasila dalam menangani masalah radikalisme di
Indonesia menurut kelompok kami yaitu dengan cara :
a) Mengkaji pola pikir yang paling dalam dari ideologi radikalisme
global tersebut dan membuktikan kekeliruan dan kelemahan dalil-
dalil yang dianutnya, bukan saja dari aspek internal tetapi juga dari
aspek eksternalnya. Seperti memberikan pemahaman agama yang
damai dan toleran, sehingga pemuda tidak mudah terjebak pada arus
ajaran radikalisme. Dalam hal ini, peran guru agama di lingkungan
sekolah dan para pemuka agama di masyarakat sangat penting. Serta
memberikan keteladanan kepada pemuda. Sebab, tanpa adanya
keteladanan dari para penyelenggara negara, tokoh agama, serta
tokoh masyarakat, maka upaya yang dilakukan akan sia-sia.
b) Meniadakan kondisi yang memungkinkan tumbuh dan
bekembangnya ideologi tersebut, antara lain dengan menegakkan
keadilan kebenaran, menghargai harkat dan martabat manusia,
mencegah terjadinya diskriminasi dan mencegah pelanggaran hak
asasi manusia. Seperti mengarahkan para pemuda pada beragam
aktivitas yang berkualitas baik di bidang akademis, sosial,
keagamaan, seni, budaya, maupun olahraga, yang tentunya tidak
mengarah ke paham radikalisme yaitu kegiatan yang mengandung
kekerasan untuk mengubah ideologi pancasila.
c) Mengambil tindakan yang tepat dan cepat terhadap adanya aksi -
aksi radikalisme didalam masyarakat. Segera melaporkan kepihak
berwajib apabila ada gerakan yang mengandung ciri ciri paham
radikalisme.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Said. A. 2009. Negara Pancasila, Jalan Kemaslahatan Berbangsa.


Jakarta : LP3ES.
Aminah, Siti. 2016. Peran Pemerintah Menanggulangi Radikalisme Dan
Terorisme Di Indonesia. Jurnal KELITBANGAN. Vol. 04 (01) : 83-101.
Hilmy, Masdar. 2015. Radikalisme Agama Dan Politik Demokrasi Di Indonesia
Pasca-Orde Baru. Jurnal MIQOT. Vol. XXX1X (2) : 407- 425.
Satriawan, I. M. N. Islami, dan T. Lailam. Pencegahan Gerakan Radikalisme
melalui Penanaman Ideologi Pancasila dan Budaya Sadar Konstitusi
Berbasis Komunitas. Jurnal Surya Masyarakat. Vol.1(2) : 99-100.
Sunarto, Andang. 2017. Dampak Media Sosial Terhadap Paham Radikalisme.
Jurnal NUANSA. Vol. X (2).
Suryono, Hasan. 2016. Pancasila Berbasis Riset : Tinjauan Aspek Historis,
Yuridis Dan Filosofis. Surakarta : LPPMP Universitas Sebelas Maret
Peraturan Pemerintah No 77 Tahun 2019 tentang Pencegahan Terorisme
Permenristekdikti No. 55 Tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Bangsa dalam
Kegiatan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi
Tim detikcom. 22 Persen Mahasiswa Universitas Jember Terpapar Radikalisme.
Detiknews. Diupload Kamis, 21 November 2019. Diakses 22 November
2019, 09.00 WIB.
https://news.detik.com/berita/d-4792665/22-persen-mahasiswa-universitas-
jember-terpapar-radikalisme

Anda mungkin juga menyukai