Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH RADIKALISME

Kelompok :

1. Joko Tri Widdiyanto 4316210037


2. Adiataska Kurnia Putra R 4218217046
3. M. Fahran Athallah D. 7020210221
4. Annisa Ulfa A 1317130006

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.
Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang
Radikalisme di Tinjau dari Ideologi Pancasila yang kami sajikan berdasarkan informasi dari
berbagai sumber.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................................
BAB II TINJAU PUSTAKA......................................................................................................
2.1 Sejarah Radikalisme..............................................................................................................
2.2 Radikalisme Ditinjau Dari Ideologi Pancasila......................................................................
2.2.1 Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menghadapi Radikalisme..................
2.2.2 Membentengi Pemuda Dari Radikalisme...............................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia dewasa ini dihadapkan dengan persoalan dan ancaman radikalisme,
terorisme dan separatisme yang kesemuanya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan
UUD NRI 1945. Radikalisme merupakan ancaman terhadap ketahanan ideologi. Apabila
Ideologi negara sudah tidak kokoh maka akan berdampak terhadap ketahanan nasional.
Radikalisme dapat diartikan sebagai sikap atau paham yang secara ekstrim,
revolusioner dan militan untuk memperjuangkan perubahan dari arus utama yang dianut
masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul dalam wujud yang berbau kekerasan fisik.
Ideologi pemikiran, kampanye yang masif dan demonstrasi sikap yang berlawanan dan
ingin mengubah mainstream dapat digolongkan sebagai sikap radikal.
Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini tengah dihadapi oleh seluruh
lapisan masyarakat Indonesia. Meningkatnya radikalisme dalam agama di Indonesia
menjadi fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak bisa begitu saja diabaikan ataupun
dihilangkan. Radikalisme keagamaan yang semakin meningkat di Indonesia ini ditandai
dengan berbagai aksi kekerasan dan teror. Aksi tersebut telah menyedot banyak potensi
dan energi kemanusiaan serta telah merenggut hak hidup orang banyak termasuk orang
yang sama sekali tidak mengerti mengenai permasalahan ini. Meski berbagai seminar dan
dialog telah digelar untuk mengupas persoalan ini yaitu mulai dari pencarian sebab hingga
sampai pada penawaran solusi, namun tidak juga kunjung memperlihatkan adanya suatu
titik terang. Fenomena tindak radikalisme dalam agama memang bisa dipahami secara
beragam,
namun secara esensial, radikalisme agama umumnya memang selalu dikaitkan dengan
pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan kelompok agama tertentu
dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan pada saat itu. Dengan demikian,
adanya pertentangan, pergesekan ataupun ketegangan, pada akhirnya menyebabkan
konsep dari radikalisme selalu saja dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi realitas
yang saat ini telah terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat mendukung dan
semakin memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari sekian banyak materi yang ada, dalam Makalah ini penyusun mencoba
menguraikan mengenai :
- Sejarah radikalisme,
- Implementasi nilai-nilai pancasila dalam menghadapi radikalisme,
- Pembentengan terhadap pemuda dari radikalisme.

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila dan untuk menambah pengetahuan tentang Tinjauan Ideologi Pancasila
Terhadap Radikalisme.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SEJARAH RADIKALISME
A. Definisi Radikalisme
Radikalisme itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan, meyakinkan
dengan satu tujuan yang dianggap benar tapi dengan menggunakan cara yang salah.
Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.
Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam
mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme menurut pengertian lain adalah inti
dari perubahan itu cenderung menggunakan kekerasan. Yang dimaksud dengan
radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan
kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam merupakan agama
kedamaian yang mengajarkan sikap berdamai dan mencari perdamaian Islam tidak
pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama,
paham keagamaan serta paham politik.
Dawinsha mengemukakan defenisi radikalisme menyamakannya dengan teroris. Tapi
ia sendiri memakai radikalisme dengan membedakan antara keduanya. Radikalisme
adalah kebijakan dan terorisme bagian dari kebijakan radikal tersebut. defenisi
Dawinsha lebih nyata bahwa radiklisme itu mengandung sikap jiwa yang membawa
kepada tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan kemapanan dan
menggantinya dengan gagasan baru.
Makna yang terakhir ini, radikalisme adalah sebagai pemahaman negatif dan bahkan
bisa menjadi berbahaya sebagai ekstrim kiri atau kanan.
B. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Gerakan Radikalisme
Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah gerakan yang muncul begitu saja
tetapi memiliki latar belakang yang sekaligus menjadi faktor pendorong munculnya
gerakan radikalisme. Diantara faktor-faktor itu adalah : Pertama faktor sosial Gejala
kekerasan “agama” lebih tepat dilihat sebaga gejala sosial-politik daripada gejala
keagamaan. Gerakan yang secara salah kaparah oleh Barat disebut sebagai
radikalisme Islam itu lebih tepat dilihat akar permasalahannya dari sudut konteks
sosial-politik dalam kerangka historisitas manusia yang ada di masyarakat.
Sebagaimana diungkapkan Azyumardi Azra bahwa memburuknya posisi negara-
negara Muslim dalam konflik utara-selatan menjadi penopong utama munculnya
radikalisme. Secara historis kita dapat melihat bahwa konflik-konflik yang
ditimbulkan oleh kalangan
radikal dengan seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan membenturkan
diri dengan kelompok lain ternyata lebih berakar pada masalah sosial-politik. Dalam
hal ini kaum radikalisme memandang fakta historis bahwa umat Islam tidak
diuntungkan oleh peradaban global sehingga menimbulkan perlawanan terhadap
kekuatan yang mendominasi.
Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama kaum radikalis
mencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang kekuatan untuk mencapai
tujuan “mulia” dari politiknya. Tentu saja hal yang demikian ini tidak selamanya
dapat disebut memanipulasi agama karena sebagian perilaku mereka berakar pada
interpretasi agama dalam melihat fenomena historis. Karena dilihatnya terjadi banyak
Islam dan Wacana … [Syamsul Bakri] 7 penyimpangan dan ketimpangan sosial yang
merugikan komunitas Muslim maka terjadilah gerakan radikalisme yang ditopang
oleh sentimen dan emosi keagamaan.
Kedua faktor agama : Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme
adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas
keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih
tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama (wahyu suci
yang absolut) walalupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol
agama seperti dalih membela agama, jihad dan mati syahid. Dalam konteks ini yang
dimaksud dengan emosi keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas yang
sifatnya interpretatif. Jadi sifatnya nisbi dan subjektif.
Ketiga Faktor Kultural : Ini juga memiliki andil yang cukup besar yang melatar
belakangi munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kultural,
sebagaimana diungkapkan Musa Asy’ari 12 bahwa di dalam masyarakat selalu
diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan jaring-jaring kebudayaan
tertentu yang dianggap tidak sesuai. Sedangkan yang dimaksud faktor kultural di sini
adalah sebagai anti tesa terhadap budaya sekularisme. Budaya Barat merupakan
sumber sekularisme yang dianggab sebagai musuh yang harus dihilangkan dari bumi.
Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat dari berbagai
aspeknya atas negeri-negeri dan budaya Muslim. Peradaban barat sekarang ini
merupakan ekspresi dominan dan universal umat manusia yang telah dengan sengaja
melakukan proses marjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan muslim sehingga umat
Islam menjadi terbelakang dan tertindas.
Keempat faktor ideologis anti westernisme : Westernisme merupakan suatu pemikiran
yang membahayakan Muslim dalam mengaplikasikan syari’at Islam. Sehingga
simbol- simbol Barat harus dihancurkan demi penegakan syari’at Islam. Walaupun
motivasi dan gerakan anti Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan
keagamaan tetapi jalan kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru
menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam memposisikan diri sebagai pesaing
dalam budaya dan peradaban.
Kelima Faktor kebijakan pemerintah : Ketidakmampuan pemerintahan di negara-
negaraIslam untuk bertindak memperbaiki situasi atas berkembangnya frustasi dan
kemarahan sebagian umat Islam disebabkan dominasi ideologi, militer maupun
ekonomi dari negera-negara besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah di negeri-negeri
Muslim belum atau kurang dapat mencari akar yang menjadi penyebab munculnya
tindak kekerasan (radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi problematika sosial
yang dihadapi umat. Di samping itu, faktor media massa (pers) Barat yang selalu
memojokkan umat Islam juga menjadi faktor munculnya reaksi dengan kekerasan
yang dilakukan oleh umat Islam. Propaganda-propaganda lewat pers memang
memiliki kekuatan dahsyat dan sangat sulit untuk ditangkis sehingga sebagian
“ekstrim” yaitu perilaku radikal sebagai reaksi atas apa yang ditimpakan kepada
komunitas Muslim.
C. Asal Kemunculan Radikalisme
Sejarah kemunculan gerakan radikalisme dan kelahiran kelompok
fundamentalisme dalam islam lebih di rujuk karena dua faktor, yaitu:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah adanya legitimasi teks keagamaan, dalam melakukan
“perlawanan” itu sering kali menggunakan legitimasi teks (baik teks keagamaan
maupun teks “cultural”) sebagai penopangnya. untuk kasus gerakan “ekstrimisme
islam” yang merebak hampir di seluruh kawasan islam (termasuk indonesia) juga
menggunakan teks-teks keislaman (Alquran, hadits dan classical sources kitab
kuning) sebagai basis legitimasi teologis, karena memang teks tersebut secara
tekstual ada yang mendukung terhadap sikap-sikap eksklusivisme dan
ekstrimisme ini.
Faktor internal lainnya adalah dikarenakan gerakan ini mengalami frustasi yang
mendalam karena belum mampu mewujudkan cita-cita berdirinya ”negara islam
internasional” sehingga pelampiasannya dengan cara anarkis; mengebom fasilitas
publik dan terorisme. Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan
radikalisme
adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas
keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini
lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal terdiri dari beberapa sebab di antaranya : pertama dari aspek
ekonomi politik, kekuasaan depostik pemerintah yang menyeleweng dari nilai-
nilai fundamental islam. Itu artinya, rezim di negara-negara islam gagal
menjalankan nilai-nilai idealistik islam. Rezim-rezim itu bukan menjadi pelayan
rakyat, sebaliknya berkuasa dengan sewenang-wenang bahkan menyengsarakan
rakyat. Penjajahan Barat yang serakah, menghancurkan serta sekuler justru
datang belakangan, terutama setelah ide kapitalisme global dan neokapitalisme
menjadi pemenang. Satu ideologi yang kemudian mencari daerah jajahan untuk
dijadikan “pasar baru”. Industrialisasi dan ekonomisasi pasar baru yang
dijalankan dengan cara-cara berperang inilah yang sekarang hingga
melanggengkan kehadiran fundamentalisme islam.
Kedua, faktor budaya, faktor ini menekankan pada budaya barat yang
mendominas kehidupan saat ini, budaya sekularisme yang dianggap sebagai
musuh besar yang harus dihilangkan dari bumi.
Ketiga, faktor sosial politik, pemerintah yang kurang tegas dalam mengendalikan
masalah teroris ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu faktor masih maraknya
radikalisme di kalangan umat islam.

2.2 RADIKALISME DI TINJAU DARI IDEOLOGI PANCASILA

2.2.1 Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menghadapi Radikalisme


Dalam masa orde baru, untuk menanamkan dan memasyarakatkan kesadaran akan
nilai - nilai Pancasila dibentuk satu badan yang bernama BP7. Badan tersebut
merupakan penanggung jawab (leading sector) terhadap perumusan, aplikasi,
sosialisasi, internalisasi terhadap pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila,
dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara.
Saat ini Pancasila adalah ideologi yang terbuka., dan sedang diuji daya tahannya
terhadap gempuran, pengaruh dan ancaman ideologi-ideologi besar lainnya, seperti
liberalisme (yang menjunjung kebebasan dan persaingan), sosialisme (yang
menekankan harmoni), humanisme (yang menekankan kemanusiaan), nihilisme
(yang
menafikan nilai-nilai luhur yang mapan), maupun ideologi yang berdimensi
keagamaan.
Pancasila, sebagai ideologi terbuka pada dasarnya memiliki nilai-nilai universal
yang sama dengan ideologi lainnya, seperti keberadaban, penghormatan akan HAM,
kesejahteraan, perdamaian dan keadilan. Dalam era globalisasi, romantisme
kesamaan historis jaman lalu tidak lagi merupakan pengikat rasa kebersamaan yang
kokoh. Kepentingan akan tujuan yang akan dicapai lebih kuat pengaruhnya daripada
kesamaan latar kesejarahan. Karena itu, implementasi nilai-nilai Pancasila, agar
tetap aktual menghadapi ancaman radikalisme harus lebih ditekankan pada
penyampaian tiga message berikut :
 Negara ini dibentuk berdasarkan kesepakatan dan kesetaraan, di mana di
dalamnya tidak boleh ada yang merasa sebagai pemegang saham utama, atau
warga kelas satu.
 Aturan main dalam bernegara telah disepakati, dan Negara memiliki
kedaulatan penuh untuk menertibkan anggota negaranya yang berusaha
secara sistematis untuk merubah tatanan, dengan cara-cara yang melawan
hukum.
 Negara memberikan perlindungan, kesempatan, masa depan dan
pengayoman seimbang untuk meraih tujuan nasional masyarakat adil dan
makmur, sejahtera, aman, berkeadaban dan merdeka.
Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945 yang harus tetapidiimplementasikan itu
adalah :
Kebangsaan dan persatuan
Kemanusiaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia
Ketuhanan dan toleransi
Kejujuran dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan
Demokrasi dan kekeluargaan
Ketahanan Nasional merupakan suatu kondisi kehidupan nasional yang harus
diwujudkandan dibina secara terus menerus secara sinergis dan dinamis mulai dari
pribadi, keluarga, lingkungan dan nasional yang bermodalkan keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional.
Salah satu unsur ketahanan nasional adalah Ketahanan Ideologi. Ketahanan Ideologi
perlu ditingkatkan dalam bentuk :
Pengamalan Pancasila secara objektif dan subjektif
Aktualisasi, adaptasi dan relevansi ideologi Pancasila terhadap nilai-nilai baru
Pengembangan dan penanaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dalam seluruh
kehidupan
berbangsa, bermasyarakat.

2.2.2 Membentengi Pemuda Dari Radikalisme


Pemuda adalah aset bangsa yang sangat berharga. Masa depan negeri ini bertumpu
pada kualitas mereka. Namun ironisnya, kini tak sedikit kaum muda yang justru
menjadi pelaku terorisme. Serangkaian aksiterorisme mulai dari Bom Bali-1, Bom
Gereja Kepunton, bom di JW Marriot dan Hotel Ritz-Carlton,hingga aksi
penembakan Pos Polisi Singosaren di Solo dan Bom di Beji dan Tambora,
melibatkan pemuda. Sebut saja, Dani Dwi Permana, salah satu pelaku Bom di JW
Marriot dan Hotel Ritz-Carlton, yang saat itu berusia 18 tahun dan baru lulus SMA.
Fakta di atas diperkuat oleh riset yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan
Perdamaian (LaKIP). Dalam risetnya tentang radikalisme di kalangan siswa dan
guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jabodetabek, pada Oktober 2010-Januari
2011, LaKIP menemukan sedikitnya 48,9 persen siswa menyatakan bersedia
terlibat dalam aksi kekerasan terkait dengan agama dan moral.
Rentannya pemuda terhadap aksi kekerasan dan terorisme patut menjadi
keprihatinan kita bersama. Banyak faktor yang menyebabkan para pemuda terseret
ke dalam tindakan terorisme, mulai dari kemiskinan, kurangnya pendidikan agama
yang damai, gencarnya infiltrasi kelompok radikal, lemahnya semangat
kebangsaan, kurangnya pendidikan kewarganegaraan, kurangnya keteladanan, dan
tergerusnya nilai kearifan lokal oleh arus modernitas negatif.
Untuk membentengi para pemuda dan masyarakat umum dari radikalisme dan
terorisme, badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggunakan
upaya pencegahan melalui kontra-radikalisasi (penangkalan ideologi). Hal ini
dilakukan dengan membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di
daerah, Pelatihan anti radikal-terorisme bagi ormas, Training of Trainer (ToT) bagi
sivitas akademika perguruan tinggi, serta sosialiasi kontra radikal terorisme siswa
SMA di empat provinsi.
ada beberapa hal yang patut dikedepankan dalam pencegahan terorisme di
kalangan pemuda :
Pertama, memperkuat pendidikan kewarganegaraan (civic education) dengan
menanamkan pemahaman yang mendalam terhadap empat pilar kebangsaan,
yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Melalui
pendidikan kewarganegaraan, para pemuda didorong untuk menjunjung tinggi
dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur yang sejalan dengan kearifan lokal
seperti toleransi antar-umat beragama, kebebasan yang bertanggung jawab,
gotong royong, kejujuran, dan cinta tanah air serta kepedulian antar-warga
masyarakat. Kedua, mengarahkan para pemuda pada beragam aktivitas yang
berkualitas baik di bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun
olahraga.
Ketiga, memberikan pemahaman agama yang damai dan toleran, sehingga pemuda
tidak mudah terjebak pada arus ajaran radikalisme. Dalam hal ini, peran guru
agama di lingkungan sekolah dan para pemuka agama di masyarakat sangat
penting.
Keempat, memberikan keteladanan kepada pemuda. Sebab, tanpa adanya
keteladanan dari para penyelenggara negara, tokoh agama, serta tokoh
masyarakat, maka upaya yang dilakukan akan sia-sia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Radikalisme itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan, meyakinkan
dengan satu tujuan yang dianggap benar tapi dengan menggunakan cara yang salah.
Fenomena
meningkatnya tindakan radikalisme dikarenakan dangkalnya pemahaman terhadap Agama
dan Pancasila. Oleh karena itu, dibutuhkan pengimplementasian terhadap nilai-nilai Pancasila
dan pembentengan para pemuda dari radikalisme.

DAFTAR PUSTAKA
http://abdurrahman001.blogspot.co.id/2015/05/peran-sertaa-pancasila-untuk-mencegah.html
http://aribherzi020696.blogspot.co.id/2015/04/makalah-radikalisme.html
http://2beahumanbeing.blogspot.com/2012/06/makalah-radikalisme-pengertian-konsep.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Radikalisme

Anda mungkin juga menyukai