Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGUATAN NILAI – NILAI PANCASILA GUNA


MENCEGAH PENGARUH RADIKALISME DI LINGKUNGAN
PERGURUAN TINGGI

DOSEN PEMBIMBING
I Nyoman Subrathatapa, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH
Ni Made Ayu Pramesta Utari
19121001014

UNIVERSITAS DHYANA PURA


FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS
BADUNG 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “Penguatan Nilai – Nilai Pancasila Guna Mencegah Pengaruh
Radikalisme di Lingkungan Perguruan Tinggi”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Dalam makalah ini mengulas tentang Cara Menangkal Masuknya Paham
Radikalisme di Perguruan Tinggi Dengan Cara Menguatkan Nilai – Nilai Pancasila kepada
setiap orang yang membacanya.Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyusun makalah ini.Penulis
juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Badung, November 2019.


 

Penyusun

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR ……………………………………………….........…………..……i

DAFTAR ISI………………...………………………………………………………………ii

ALUR PIKIR………………………………………………………….……………………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….………….1 – 2


B. Rumusan Masalah ………………………….....................................................2
C. Tujuan Pembahasan …………………………………………………..………….2

BAB II PEMBAHASAN

A. Radikalisme……………………………………………………….…………...3 – 5
B. Nilai-nilai Pancasila……………………………………………………..……..5 – 9
C. Penguatan Nilai-nilai Pancasila untuk Mecegah Radikalisme di Perguruan
Tinggi………………………………………………………………………….9 – 11
D. Implementasi Nilai-nilai Pancasila………………………………………..11 – 12

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………………............13
B. Saran ……………………………………………………………………………...13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………............14

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..…………………………………..……..………………..15

ii
ALUR PIKIR

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA GUNA


MENCEGAH RADIKALISME DI LINGKUNGAN
PERGURUAN TINGGI

Konflik
A. Kurangnya pemahaman
mengenai nilai-nilai social
B. Tidak mampu menerapkan nilai-
nilai pancasila

Proses
Pengaruh :
Pemecahan
A. Terjadinya gerakan
radikalisme di lingkungan Masalah
Perguruan Tinggi

Melalui :
A. Metode pendekatan,
observasi, dan
deskriptif

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau, suku, agama, ras,
dan golongan. Dengan kata lain, Indonesia adalah negara multikultural. Setiap
golongan masyarakat memiliki latar belakang, sudut pandang, dan pemikiran yang
berbeda-beda. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pertikaian, persoalan, dan
ancaman seperti munculnya paham radikalisme, terorisme dan separatism yang
semuanya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD’45. Radikalisme
merupakan ancaman terhadap nilai-nilai Pancasila. Jika Ideologi negara sudah
tidak kokoh maka akan berdampak terhadap ketahanan nasional.
Radikalisme bisa diartikan suatu sikap atau paham yang secara ekstrim,
revolusioner dan militant untuk memperjuangkan perubahan dari arus utama yang
dianut masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul dalam wujud yang berbau
kekerasan fisik. Ideologi pemikiran, kampanye yang masif dan demontrasi sikap
yang berlawanan dan ingin mengubah mainstream dapat digolongkan sebagai
sikap radikal. Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini telah dihadapi oleh
seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meningkatnya radikalisme dalam agama
Indonesia menjadi fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak bisa begitu saja
diabaikan ataupun dihilangkan. Radikalisme keagamaan yang semakin meningkat
di Indonesia ini ditandai dengan berbagai aksi kekerasan dan terror.
Aksi tersebut telah menyedot banyak potensi atau energi kemanusiaan serta
telah merenggut hak hidup orang banyak termasuk orang yang sama sekali tidak
mengerti mengenai permasalahan ini. Meski berbagai seminar dan dialog telah
digelar untuk mengupas persoalan ini yaitu mulai dari pencarian sebab hingga
sampai pada penawaran solusi, namun tidak juga kunjungan memperlihatkan
adanya suatu titik terang. Fenomena tindak radikalisme dalam agama memang
bisa dipaham secara beragama, namun secara ensensial, radikalisme agama
umunya memang selalu dikaitkan dengan pertentangan secara tajam anatara nilai-
nilai yang diperjuangkan kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang
berlaku atau dipandang mapan pada saat itu.

1
Dengan demikian, adanya pertentangan, pergesekan ataupun ketegangan,
pada akhirnya menyebabkan konsep dari radikalisme selalu saja dikonotasikan
dengan kekerasan fisik.

Apalagi realitas yang saat ini telah terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat
mendukung dan semakin memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan radikalisme?
2. Apa yang dimaksud dengan nilai-nilai pancasila?
3. Apa penyebab munculnya radikalisme di perguruan tinggi?
4. Bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila dalam menghadapi radikalisme?

C. Tujuan
1. Mengerti yang dimaksud dengan radikalisme
2. Mengerti yang dimaksud dengan idiologi Pancasila
3. Mengerti implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi radikalisme

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Radikalisme

Radikalisme adalah suatau perubahan sosial dengan jalan kekerasan, menyakinkan


dengan satu tujuan yang dianggap benar tetapi dengan menggunakan cara yang salah.
Radikalisme dalam arti bahasa berarti paham atau aliran yang mengingatkan perubahan
atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Namun, dalam
artian lain, ensensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan.
Sementara itu radikalisme menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan itu
cenderung menggunakan kekerasan. Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan
yang berpandang kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan sikap
berdamai dan mencari perdamaian Islam tidak pernah membenarkan praktek
penggunaan kekerasan dalam menyabarkan agama, paham keagamaan serta paham
politik. (Hilmy, n.d.) Dawinsha mengemukakan definisi radikalisme menyamakan dengan
teroris. Tapi ia sendiri memakai radikalisme dengan membedakan antar budaya.
Radikalisme adalah kebijakan dan terorisme bagaian dari kebijakan radik tersebut.
Definisi Dawinsha lebih nyata bahwa radikalisme itu mengandung sikap jiwa yang
membawa kepada tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan
kemampuan dan menggantinya dengan gagasan baru. Makna yang terakhir ini,
radikalisme adalah sebagai pemahaman negatif dan bahkan bisa menjadi berbahaya
sebagai ekstrim kiri dan kanan. Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah
gerakan yang muncul begitu saja tetapi mempunyai latar belakang yang sekaligurs
menjadi faktor pendorong munculnya gerakan radikalisme.

1. Faktor Sosial-Politik Gejala kekerasan “agama” lebih tepat dilihat sebagai gejala
sosial-politik daripada gejala keagamaan. Gerakan yang secara salah oleh Barat disebut
sebagai radikalisme itu lebih tepat dilihat akar permasalahannya oleh sudut konteks
sosialpolitik dalam kerangka historisitas manusia yang ada di masyarakat. Secara historis
kita bisa melihat bahwa konflik-konflik yang ditimbulkan oleh kalangan radikal dengan
seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan membenturkan diri dengan
kelompok lainnya ternyata lebih berakar pada masalah sosial-politik.

3
Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama, kaum radikalis
mencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang kekuatan untuk mencapai
tujuan “mulia” dari politiknya.

2. Faktor-faktor Emosi Keagamaan Harus diakui bahwa salah satu penyebab


gerakan radikalisme adalah faktor sentiment keagamaan, termasuk didalamnya adalah
solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini
lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama (wahyu suci
yang obsolut) walaupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol
agama seperti dahil membela agama, jihad dan mati syahid. Dalam konteks ini yang
dimaksud dengan emosi keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas yang
sifatnya interpretative. Jadi sifatnya nisbi dan subjektif.

3. Faktor-faktor Kultural Ini juga memiliki andil yang cukup besar yang melatar
belakangi munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kultural didalam
masyarakat selalu ditemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan jarring-jaring
kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai. Sedangkan yang dimaksud faktor
kultural disini adalah sebagai anti tesa terhadap budaya sekularisme. Badaya barat
merupakan sumber sakularisme yang dianggap sebagai musuh yang harus dihilangkan
dari bumi. Sedangkan faktor sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat dari
berbagai aspeknya atas negara-negara dan budaya. Peradaban barat sekarang ini
merupakan ekspresi dominan dan universal umat manusia yang telah dengan sengaja
melakukan proses merjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan.

4. Faktor-faktor Ideologis Anti Westernisme Motivasi dan gerakan anti Barat tidak
bisa disalahkan dengan alasan keyakinan keagamaan tetapi jalan kekerasan yang
ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam
memprosisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban.

5. Faktor-faktor Kebijakan Pemerintah Ketidakmampuan pemerintah di negara-


negara Islam untuk bertindak situasi atas berkembangnya frustasi dan kemarahan
sebagai umat Islam disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negara-
negara besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah di negara-negara belum atau kurang dapat
mencari akar yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan (radikalisme) sehingga
tidak dapat mengatasi

4
problematika sosial yang dihadapi umat. Disamping itu, faktor media massa (pers) Barat
yang selalu memojokkan umat Islam juga menjadi faktor reaksi dengan kekerasan yang
dilakukan.

B. Nilai-nilai Pancasila

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, danberguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai
ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4
dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar
tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita
belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan
UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar
tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan
penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata.
Penjabaran itu kemudian dinamakan Nilai Instrumental.

Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannyam
Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk
mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai
dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.

Nilai Pancasila terbagi dua :


Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:

 Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena
merupakan suatu nilai;
  Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam
kehidupan keagamaan;
 Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
negara yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia.

5
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif

 terkandung maksud bahwa keberadaan nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau


terlekat pada bangsa Indonesia sendiri.
 Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga
merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara;
 Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian, yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius yang
sesuai dengan hati  nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber pada
kepribadian bangsa

Oleh karena nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dan subjektif tersebut, maka nilai-
nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, menjadi dasar serta semangat
bagi segala tindakan atau perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan
bernegara. Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam
bertingkah laku dan bertindak dalam menentukan dan menyusun tata aturan hidup
berbangsa dan bernegara.

1.Nilai Ketuhanan
Didalam pancasila sila pertama yang berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” terkandung
nilai ketuhanan. Nilai ketuhanan adalah nilai yang menggambarkan bahwa rakyat
Indonesia adalah rakyat yang memiliki agama dan menyakini akan adanya Tuhan.
Dengan keyakinan tersebut maka secara langsung harus bertakwa kepada Tuhan dan
menjalankan aturan-aturan yang ada didalam agama oleh setiap pemeluknya. Dengan
kata lain menjalankan semua perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

Implementasi nilai ketuhanan adalah :

 Percaya dan takwa terhadap Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
 Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut

6
 kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
 Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Nilai Kemanusiaan

Didalam sila kedua Pancasila yang berbunyi “ Kemanusiaan yang adil dan beradab”
terkandung nilai kemanusiaan. Dan makna dari nilai kemanusiaan tersebut adalah
pengakuan dan menghormati martabat dan hak orang lain / sesama manusia, saling
tolong menolong, dan bersikap sebagai manusia yang beradab.
Implementasi nilai kamanusiaan adalah :

 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara


sesama manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tenggang rasa.
 Mengakui adanya masyarakat yang bersifat majemuk dan saling menghargai
adanya perbedaaan tersebut.
 Melakukan musyawarah, jujur dan saling berkerjasama.
 Melakukan sesuatu dengan pertimbangan moral dan ketentuan agama sebagai
manusia yang beradab.

3.Nilai Persatuan
Untuk sila ketiga Pancasila yang berbunyi “ Persatuan Indonesia” terdapat nilai
persatuan yang memiliki makna walaupun Indonesia merupakan negara kepulauan dan
dihuni oleh berbagai suku bangsa persatuan haruslah tetap dijunjung dengan tidak saling
membeda-bedakan apalagi sampai terjadi perpecahan. Dalam nilai persatuan juga
terkandung nilai patriotisme dan cinta tanah air, dimana setiap rakyat indonesia haruslah
bersatu dan rela berkorban demi tanah air tercinta.
Implementasi nilai persatuan :

 Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan bangsa dan negara serta


 keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.

7
 Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
 Cinta tanah air dan bangsa.
 Bangga sebagai bangsa indonesia.
 Saling menghormati adanya perbedaan suku, ras etnis dan agama sehingga dapat
terjadinya persatuan.

4.Nilai Kerakyatan
Dalam sila keempat pancasila yang berbunyi “ Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” yang dimana nilai yang terkandung
dalam sila ini adalah  nilai kerakyatan yang berarti kedaulatan berada ditangan rakyat,
setiap rakyat berhak memilih perwakilan mereka, setiap rakyat memiliki kedudukan, hak,
dan kewajiban yang sama, dan musyawarah serta gotong royong merupakan nilai yang
terkandung dalam sila keempat.
Implementasi nilai kerakyatan :

 Mengutamakan kepentingan bersama.


 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Keputusan musyawarah yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan.

5.Nilai Keadilan

Terakhir untuk sila kelima pancasila yang berbunyi “ Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia” yang dimana didalamnya terkandung nilai keadilan yang berarti keadilan
dalam kehidupan sosial haruslah meliputi seluruh rakyat indonesia, persamaan hak dalam
berbagai hak yang dilandasi dengan hak dan kewajiban setiap orang, dan sikap saling
menghormati orang lain agar dapat tercapainya keadilan.
Implementasi nilai keadilan :

 Berbuat luhur dan saling membantu dan gotong royong.


 Bersikap adil.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak-hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

8
 Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

Pancasila adalah rumusan dasar yang dijadikan pedoman hidup untuk bangsa
Indonesia. Hal tersebut tertera dalam alinea ke IV paragraf terakhir Undang-Undang
Dasar 1945. Setiap sila dari pancasila berisi arti nilai yang mendalam dan butuh
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sudah mempersatukan bangsa
Indonesia, sampai-sampai dari tiap-tiap sila Pancasila tidak dapat diceraikan satu sama
lain. Satu saja yang terpilah, maka dapat menciptakan Indonesia tidak satu lagi.

C. Penguatan Nilai-nilai Pancasila untuk Mencegah Radikalisme di


Perguruan Tinggi

Dalam mencegah berkembangnya tindakan radikalisme diperlukan upaya-upaya yang


menyentuh semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, radikalisme bukan lagi
persoalan lokal melainkan permasalahan nasional dan internasional. Di era reformasi,
nilai nilai Pancasila yang mulai ditinggalkan masyarakat perlu direvitalisasi, sedangkan
segala bentuk radikalisme sendiri harus dideradikalisasi. Deradikalisasi yang paling utama
dapat dilakukan adalah melalui implementasi nilai-nilai Pancasila secara utuh, mulai dari
tahap sosialisasi, pemahaman, implementasi sampai ke aktualisasi Pancasila. Dengan
adanya pemahaman, penghayatan, implementasi sampai aktualisasi Pancasila maka
radikalisme agama akan tercerabut dari akarnya, karena radikalisme bukan nilai-nilai asli
yang berasal dari cultural process masyarakat Indonesia. Radikalisme merupakan bentuk
implantasi ajaran-ajaran Timur Tengah sebagai reaksi atas hegemoni Liberalisme
Amerika Serikat. Menurut Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno solusi
penanganan masalah radikalisme adalah menjalankan nilai-nilai Pancasila. Upaya
deradikalisasi juga harus dilakukan oleh seluruh komponen bangsa, Presiden RI Soesilo
Bambang Yudhoyono mengemukakan bahwa mencegah warga negara Indonesia dari
melakukan tindakan yang menyimpang dari ajaran agama apalagi hukum adalah
tanggung jawab semua pihak. Upaya deradikalisasi melalui implementasi nilai-nilai
Pancasila dapat dilakukan melalui metode bottom-up dengan menggali serta
membangkitkan kembali nilai kearifan lokal yang selaras dengan Pancasila (deradikalisasi
induktif) maupun dilakukan melalui metode topdown dengan negara sebagai aktor utama
pendorong sosialisasi nilai-nilai Pancasila dengan menyediakan seperangkat aturan
perundang-undangan yang mengikat, penciptaan 17 Edie Toet Hendratmo dalam

9
Pancasila Bisa Redam Radikalisme. Media Indonesia Rabu, 28 September 2011.18
kesejahteraan masyarakat yang merata, serta turut memberikan dorongan motivasi
kepada warga negara untuk selalu memelihara sikap kerukunan serta gotong royong
dalam proses pencapaian tujuan nasional (deradikalisasi deduktif). Resultante dari dua
metode deradikalisasi tersebut dapat secara efektif mencegah berkembangnya tindakan
radikalisme karena selain didukung oleh revitalisasi nilai-nilai yang ada dari kearifan lokal
juga didukung oleh negara sebagai aktor utama yang memberikan payung politik dalam
implementasi nilainilai Pancasila. Hasil yang diharapkan dari sinergi kedua metode
tersebut adalah meningkatnya daya tahan ideologi Pancasila dalam menghadapi
ancaman ideologi global, khususnya ideologi yang mendorong tindak radikalisme, serta
mendorong negara dan masyarakat untuk mampu mencegah aksi-aksi radikal melalui
implementasi nilai-nilai Pancasila (deradikalisasi transformatif). Selama ini metode
deradikalisasi hanya berupa metode “pengalihan sementara” perhatian masyarakat
korban radikalisme maupun pelaku radikalisme agama dengan kegiatan-kegiatan positif
yang sifatnya hanya di tataran perilaku saja, sedangkan benih-benih radikalisme sudah
tertanam di hati korban/pelaku radikalisme agama, berada di tataran norms dan value
individu. Metode deradikalisasi berupa “pengalihan sementara” tersebut pada
kenyataannya tidak efektif dalam meredam tindak radikalisme, serangkaian teror dan
tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama masih sering terjadi. Oleh sebab itu
pengintegrasian implementasi nilai-nilai Pancasila ke dalam metode deradikalisasi
menjadi sangat penting, karena akan menyentuh tataran value, norms sampai behaviour
suatu individu yang kemudian akan memberikan multiplier effect berupa terwujudnya
masyarakat yang aman, tenteram dan damai. Metode deradikalisasi transformatif dengan
implementasi nilai-nilai Pancasila berusaha menciptakan output yaitu masyarakat yang
mengetahui jati diri dan karakternya sebagai bangsa Indonesia, memegang teguh ideologi
Pancasila sebagai living ideology serta working ideology, sehingga menjadi masyarakat
yang rasional dalam menghadapi segala tantangan perubahan zaman. Ideologi radikal
yang terjadi seperti sekarang ini membuat masyarakat “putus asa” dan tidak rasional
dalam menyikapi perkembangan zaman, semakin ketatnya kompetisi antar individu,
kelompok maupun bangsa disikapi dengan cara-cara destruktif dan kontra produktif,
sehingga bukan lagi kompetisi yang sehat untuk memenangkan pengaruh global,
melainkan kompetisi yang tidak seimbang dengan menciptakan kondisi anarki yang
kemudian diisi dengan nilai-nilai radikal. Peran kepemimpinan yang kuat dan efektif serta
pendidikan politik yang berkelanjutan yang pada akhirnya menentukan keberhasilan
implementasi nilai-nilai Pancasila di Era Reformasi dalam mencegah berkembangnya
10
tindak radikalisme. Kepemimpinan yang kuat dan efektif bersendikan Pancasila
memberikan simbol teladan sekaligus ujung tombak pengambilan keputusan yang
menjadi spirit rakyat Indonesia dalam menghadapi tantangan di era reformasi. Dengan
ditopang pendidikan politik yang berkelanjutan diharapkan dapat terbentuk suatu budaya
politik masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam membangun bangsa dan negara untuk
mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila, sehingga tercipta karakter masyarakat
berwawasan kebangsaan yang membangun, demokratis, dan jauh dari tindak radikalisme
yang destruktif.

D. Implementasi Nilai-nilai Pancasila

Salah satu cara yang bias dilakukan untuk menangkal dan mencegah gerakan
radikalme terorisme adalah dengan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengapa Pancasila? Karena Pancasila ini
merupakan ideologi dan dasar negara yang bersumber dari kearifan lokal (budaya
bangsa) dan mengakomodir keragaman bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila sangat
sarat makna terhdap perdamaian, keadilan dan religiusitas. Menurut Romo Franz
Magnis Suseno (2011:116-117), arti Pancasila sangatlah mendasar karena dua
hal. Pertama karean kekhasan nasionalisme bangsa Indonesia, dankedua karena
pluralitas (kebhinekaan) bangsa Indonesia. Persatuan bangsa Indonesia tidak bersifat
eknik (tidak hanya satu bahasa seperti Jerman datu satu wilayah seperti
Korea)melainkan etis (memiliki pengalaman yang sama hingga timbul hasrat untuk
membangun masa depan). Sementara pluralitas di Indonesia sangatlah besar dan luas.
Pluralitas budaya,bahasa, geografis, agama, dan penghayatan terhadap keagamaan.
Maka kebangsaan Indonesia jangan pernah diterima begitu saja dalam kehidupan.
Tetapi juga perlu dipelihara. Jika hakekat Indonesia dalah plural, maka persatuannya
hanya tangguh jika semua pihak ingin bersatu dan bekerjasama. Dan dasar dari
pluralisme Indonesia adalah kemampuan untuk menerima dalam perbedaan,
menghormati identitas cultural, etnik, dan agama yang ada dalam setiap komponen
bangsa. Pancasila harus benar-benar menjadi pandangan dan perilaku hidup sehari-hari
bagi setiap orang. Bagaimana nilai-nilai Pancasila terimpelementasi dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga Pancasila tidak berhenti pada tataran wacana semata saja.Perlu
kita ingat setiap sila Pancasila menyiratkan nilai-nilai yang penting untuk
sungguhdilihat. Sila pertama, mengajarkan kita untuk menghargai orang yang
berbeda keyakinandengan kita. kebebasan memeluk agama. Sila kedua,mengajak
11
kita untuk memuliakanmanusia. Kita semua adalah saudara meskipun berbeda suku,
ras dan etnis. Hingga akhirnya menjadi masyarakat yang beradab.Sila
ketiga,menunjukkan pentingnya persatuan. Menekankan kekeluargaan gotong royong
dan nasionalisme.Sila keempat, mengandung sebuah nilai tentang arti penting sebuah
musyawarah sebagai sarana untuk memecahkan masalah demi mencapai mufakat atau
arti penting dari demokrasi. Sila kelima,bermakna bila sebuah keadilan dan
kesejahteraan sosial adalah hak setiap warga negara.Kesewenang-wenangan dan
penindasan suatu pihak terhadap pihak lain harus dihapuskan. Untuk itu semua pihak-
pihak harus memperjuangkannya.Sangat penting bagi kita untuk memahami nilai-
nilai Pancasila tersebut kemudianmengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika Pancasila sudah menjadi karakterdan etika sosial dengan otomatis ideologi radikal
dan teroris akan bisa di cegah. Karena nilai-nilai Pancasila adalah tameng untuk
menangkis ideology radikal dan teroris. Dan Pancasila juga merupakan kristalisasi dari
kearifan local dan budaya bangsa yang tidak berseberangandengan agama.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Radikalisme adalah sebuah perubahan social dengan jalan kekerasan,meyakinkan


dengan satu tujuan yang dianggap benar tetapi dengan menggunakan cara yang
salah.Paham radikalisme sudah mulai masuk ke perguruan tinggi se Indonesia.Untuk
itu,diharapkan peran dari dosen maupun mahasiswa dalam mencegah masuknya
paham radikalisme di perguruan tinggi.Adapun cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah hal tersebut yaitu dengan cara mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
di lingkungan perguruan tinggi.Karena nilai-nilai Pancasila menjadi landasan dan
dasar bagi bangsa Indonesia dalam menentukan tindakan dan perbuatan yang
dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Saran
Di era globalisasi sekarang ini, paham radikalisme sudah menyebar luas dan sudah
mulai masuk ke perguruan tinggi yang ada di Indonesia.Saya harapkan semoga
semua mahasiswa maupun dosen dan tidak luput juga semua masyarakat yang ada
di Indonesia terlibat dalam mencegah masuknya paham radikalisme dengan
memberikan edukasi tentang menguatkan nilai-nilai Pancasila di perguruan tinggi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2,
Januari 2017 E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683
Sunoto. 1991. Mengenal Filsafat Pancasila 1 (Pendekatan melalui Metafisika, Logika, dan
Etika). Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
Asmaroini, Ambiro Puji. 2017. “Menjaga Eksistensi Pancasila Dan Penerapanya Bagi
Masyarakat di Era Globalisasi”. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan,Vol. 1, No.
2, Hal 50-64.
http://www.antaranews.com/berita/263442/presiden-deradikalisasi-tanggung-jawab-
bersama
http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/polhi/article/view/229/111
file:///D:/Users/USER/Downloads/55-76-1-SM.pdf
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/59793271/Pembelajaran_Sejarah_B
erbasis_Nilai-
Nilai_Pancasila_untuk_Mencegah_Radikalisme_di_Kalangan_Generasi_Muda20190619-
107590-t59ff8.pdf?response-content-disposition=inline%3B%20filename
%3DPembelajaran_Sejarah_Berbasis_Nilai-Nila.pdf&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-
SHA256&X-Amz-Credential=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A%2F20191116%2Fus-east-
1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-Date=20191116T080615Z&X-Amz-Expires=3600&X-
Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-
Signature=a8c7402764260cc4e3f37091ac8a9c1c9e014c915befd9b132110856a9e1f313r
adikalisme.

14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Ni Made Ayu Pramesta Utari

Tempat, Tanggal Lahir : Sempidi, Mengwi, 10 Februari 2002

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Hindu

Status : Mahasiswi

Alamat : Br. Uma Kapal

No. Telpon : 0895375816002

Email : ayupramesta18@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

1. SD : SD NO.1 Kapal (2007 – 2013)


2. SMP : SMP N 1 Mengwi (2013 – 2016)
3. SMK : SMA N 1 Mengwi (2016 – 2019)
4. Perguruan Tinggi : Universitas Dhyana Pura (2019 – Sekarang)

PENDIDIKAN INFORMAL

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

15

Anda mungkin juga menyukai