Anda di halaman 1dari 12

Makalah

ANTI RADIKALISME
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama & ke-Nu an
Dosen pengampu : H. M. Ishaq Isrofiyini, Lc., M.IRKH

Disusun oleh :
Nutfi Winarko 102190054

KELAS B
TEKNOLOGI KOMPUTER
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS NAHDLATUL ULAMA
PEKALONGAN
2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................iv
A. Latar Belakang.........................................................................................iv
B. Rumusan Masalah....................................................................................iv
C. Tujuan........................................................................................................v
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................6
A. Pengertian Radikalisme.............................................................................6
B. Ciri-ciri radikalisme..................................................................................7
C. Faktor radikalisme.....................................................................................8
D. Upaya antisipasi dan penanggulangan radikalisme...................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Anti Radikalisme ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Agama & ke-NU an. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Anti Radikalisme bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada H. M. Ishaq Isrofiyini, Lc.,
M.IRKH selaku dosen pengampu mata kuliah Agama & ke-NU an yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekalongan, 5 Januari 2023

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia sedang di goncang dengan isu-isu kekerasan yang di analisir
timbulnya dari gerakan gerakan radikal, Pemahaman yang terlalu ekstrim
serta kelompok-kelompok puritan dalan pemahaman tertentu atau
kelompok tertentu.
Islam merupakan agama Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia, demi
tercapainya keharmonisan hubungan antara manusia dan Tuhannya juga
hubungan manusia dengan sesamanya.
Keharmonisan akan tercipta manakala ada keselarasan antar dua
pihak atau lebih. Terciptanya keadaan yang sinergis diantara pihak satu
dan pihak lainnya yang di dasarkan pada cinta kasih, dan mampu
mengelola kehidupan dengan penuh keseimbangan (fisik, mental,
emosional dan spiritual) baik dalam tubuh keluarga maupun hubungannya
dengan yang lain, sehingga terciptanya suasana aman, perasaan tentram
dan lain sebagainya juga dapat menjalankan peran-perannya dengan penuh
kematangan sikap, serta dapat melalui kehidupan dengan penuh
keefektifan dan kepuasan batin.
Sementara paham yang radikal, ekstrim, dan fundamental akan
melahirkan acaman terhadap dirinya serta sekitarnya yang akan dirasakan
dalam jang waktu yang perlahan sehingga menjadi isu teror dimana-mana
sebagaimana yang telah dan sedang terjadi saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian radikalisme?
2. Apa ciri-ciri radikalisme?
3. Apa faktor radikalisme?
4. Bagaimana upaya antisipasi dan penanggulangan radikalisme?

iv
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian radikalisme
2. Mengetahui ciri-ciri radikalisme
3. Mengetahui faktor radikalisme
4. Mengetahui upaya antisipasi dan penanggulangan radikalisme

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Radikalisme
Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti "akar“. Ia
merupakan paham yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan
besar untuk mencapai kemajuan.
Radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang
berlangsung. Respons tersebut muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan,
atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa
asumsi, ide, lembaga, atau nilai-nilai yang dapat bertanggung jawab
terhadap keberlangsungan keadaan yang ditolak.
Secara sederhana radikalisme adalah pemikiran atau sikap yang
ditandai oleh empat hal yang sekaligus menjadi karakteristiknya, yaitu:
pertama, sikap tidak toleran dan tidak mau menghargai pendapat atau
keyakinan orang lain. Kedua, sikap fanatik, yaitu selalu merasa benar
sendiri dan menganggap orang lain salah. Ketiga, sikap eksklusif, yaitu
membedakan diri dari kebiasaan orang kebanyakan. Keempat, sikap
revolusioner, yaitu cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai
tujuan.
Dampak paling nyata dari terjadinya radikalisme adalah
terbentuknya politisasi di dalam agama, di mana agama memang sangat
sensitif sifatnya, paling mudah membakar fanatisme, menjadi kipas paling
kencang untuk melakukan berbagai tindakan yang sangat keras, baik di
dalam kehidupan sosial antar individu maupun kelompok, sehingga
terbentuklah apa yang dinamakan kelompok Islam radikal.[1]
Anti radikalisme adalah gerakan anti kekerasan yang biasanya
gerakannya berdasarkan sila-sila pancasila yang sangat menentang adanya
sebuah radikalisme atau gerakan perpecahan antar bangsa.

6
B. Ciri-ciri radikalisme
Menurut Masduqi (2012), seseorang atau kelompok yang terpapar paham
radikalisme ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain


yang tak sependapat. Klaim kebenaran selalu muncul dari kalangan
yang seakan-akan mereka adalah Nabi yang tak pernah melakukan
kesalahan ma’sum padahal mereka hanya manusia biasa. Oleh
sebab itu, jika ada kelompok yang merasa benar sendiri maka
secara langsung mereka telah bertindak congkak merebut otoritas
Allah.
2. Radikalisme mempersulit agama Islam yang sejatinya samhah
(ringan) dengan menganggap ibadah sunnah seakan-akan wajib dan
makruh seakan-akan haram. Radikalisme dicirikan dengan perilaku
beragama yang lebih memprioritaskan persoalan-persoalan
sekunder dan mengesampingkan yang primer.
3. Berlebihan dalam beragama yang tidak pada tempatnya. Dalam
berdakwah mereka mengesampingkan metode gradual yang
digunakan oleh Nabi, sehingga dakwah mereka justru membuat
umat Islam yang masih awam merasa ketakutan dan keberatan.
4. Kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional
dalam berdakwah. Ciri-ciri dakwah seperti ini sangat bertolak
belakang dengan kesantunan dan kelembutan dakwah Nabi.
5. Kelompok radikal mudah berburuk sangka kepada orang lain di
luar golongannya. Mereka senantiasa memandang orang lain hanya
dari aspek negatifnya dan mengabaikan aspek positifnya. Berburuk
sangka adalah bentuk sikap merendahkan orang lain. Kelompok
radikal sering tampak merasa suci dan menganggap kelompok lain
sebagai ahli bid’ah dan sesat.
6. Mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat. Kelompok
ini mengkafirkan orang lain yang berbuat maksiat, mengkafirkan
pemerintah yang menganut demokrasi, mengkafirkan rakyat yang

7
rela terhadap penerapan demokrasi, mengkafirkan umat Islam di
Indonesia yang menjunjung tradisi lokal, dan mengkafirkan semua
orang yang berbeda pandangan dengan mereka sebab mereka yakin
bahwa pendapat mereka adalah pendapat Allah.[2]

C. Faktor radikalisme
1. Faktor agama, yaitu sebagai bentuk purifikasi ajaran Islam dan
pengaplikasian khilafah Islamiyah di muka bumi. Terdorongnya
semangat Islamisasi secara global ini tercetus sebagai solusi utama
untuk memperbaiki berbagai permasalahan yang oleh golongan
radikal dipandang sebagai akibat semakin menjauhnya manusia dari
agama.
2. Faktor sosial-politik. Di sini terlihat jelas bahwa umat Islam tidak
diuntungkan oleh peradaban global sehingga menimbulkan
perlawanan terhadap kekuatan yang mendominasi. Penyimpangan dan
ketimpangan sosial yang merugikan komunitas muslim,menyebabkan
terjadinya gerakan radikalisme yang ditopang oleh sentimen dan
emosi keagamaan.
3. Faktor pendidikan. Minimnya jenjang pendidikan, mengakibatkan
minimnya informasi pengetahuan yang didapat, ditambah dengan
kurangnya dasar keagamaan mengakibatkan seseorang mudah
menerima informasi keagamaan dari orang yang dianggap tinggi
keilmuannya tanpa dicerna terlebih dahulu, hal ini akan menjadi
bumerang jika informasi didapat dari orang yang salah.
4. Faktor kultural. Barat dianggap oleh kalangan muslim telah dengan
sengaja melakukan proses marjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan
muslim sehingga umat Islam menjadi terbelakang dan tertindas. Barat,
dengan sekularismenya, sudah dianggap sebagai bangsa yang
mengotori budaya-budaya bangsa timur dan Islam, juga dianggap
bahaya terbesar keberlangsungan moralitas Islam.
5. Faktor ideologis anti westernisasi. Westernisasi merupakan suatu
pemikiran yang membahayakan muslim dalam mengaplikasikan

8
syari'at Islam sehingga simbol-simbol Barat harus dihancurkan demi
penegakan syari'at Islam. Walaupun motivasi dan gerakan anti Barat
tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan keagamaan tetapi jalan
kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan
ketidakmampuan mereka dalam memposisikan diri sebagai pesaing
dalam budaya dan peradaban.[3]

D. Upaya antisipasi dan penanggulangan radikalisme


Dengan mengetahui sebab atau latar belakang terjadinya tindakan
radikalisme di kalangan kaum muslim Indonesia, maka dapat
dikemukakan di sini upaya antisipasi atau tindakan preventif yang harus
segera dilakukan, antar lain:
1. Penataan dan pemerataan ekonomi dan kesejahteraan bagi seluruh
lapisan masyarakat.
2. Supremasi hukum harus ditegakkan, sebab jika tidak maka seakan-
akan hukum hanya merupakan bagian dari rakyat semata,
sedangkan para penguasa laksana seorang dewa yang ma’sum dan
memiliki kekebalan hukum.
3. Menstabilkan situasi politik karena ini sangat berpengaruh terhadap
segala aspek perkembangan pertumbuhan ekonomi dan juga
hukum.
4. Harus diakui bahwa hal yang sangat mendasar dari munculnya
gerakan radikalisme adalah berasal dari aspek moral dan lemahnya
iman, jadi yang perlu dilakukan adalah menanamkan nilai agama
sedini mungkin sehingga segala tingkah laku manusia dibaluti oleh
nilainilai agama.

Adapun upaya penanggulangan (usaha represif) antara lain:


1. dengan menanamkan kesadaran yang setinggitingginya
(mengarahkan) kepada masyarakat sebagai makhluk yang
berbudaya yang memiliki kemampuan untuk mengolah akal dan
pikiran bahwasanya tindakan radikal adalah sangat tidak layak

9
untuk dilakukan oleh masyarakat yang memiliki akal dan pikiran.
Kapasitas yang paling tepat untuk memberikan pengarahan pada
usaha ini adalah para tokoh agama dengan cara memberikan
pemahaman bahwa agama sangat melarang tindakan radikal,
karena itu termasuk perbuatan yang dilarang oleh agama.
2. Selanjutnya tindakan yang dilakukan adalah memberikan sangsi
(hukuman) bagi pelaku tindakan radikal. Adapun yang paling
berperan pada usaha ini adalah para penegak hukum. Hal ini dapat
dijalankan apabila para penegak hukum bertindak tidak “pandang
bulu”.[4]

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbedaan adalah rahmah, sebuah keadaan yang harus disikapi
secara wajar tanpa sikap frontal yang justru akan menodai nilai kebaikan
di dalam perbedaan tersebut. Dengan sikap bijak dalam menghadapi
perbedaan, pada esensinya telah menunjukkan tingkat pemahaman
individu yang tinggi terhadap substansi ajaran agama yang menjunjung
perdamaian. Pada akhirnya umat beragama akan menyadari bahwa sikap
radikal hanya cocok diaplikasikan untuk diri sendiri dalam rangka
mendekatkan diri kepada tuhan.

11
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. F. Yunus, “Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya
Terhadap Agama Islam,” J. Online Stud. Al-Qur an, vol. 13, no. 1, pp. 76–
94, 2017, doi: 10.21009/jsq.013.1.06.

[2] O. Baru, K. Kunci, R. Islam, and O. Baru, “TA‟LIM : Jurnal Studi


Pendidikan Islam Vol.1 No.1 Januari 2018,” vol. 1, no. 1, pp. 90–105,
2018.

[3] E. Laisa, “Islam Dan Radikalisme,” Islam. J. Stud. Islam, vol. 1, no. 1, pp.
1–18, 2014, doi: 10.19105/islamuna.v1i1.554.

[4] I. Ruslan, “ISLAM DAN RADIKALISME: Upaya Antisipasi dan


Penanggulangannya,” Kalam, vol. 9, no. 2, p. 215, 2017, doi:
10.24042/klm.v9i2.329.

12

Anda mungkin juga menyukai