Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tanggung Jawab (Sosial
Etis) Agama Terhadap Masalah Sosial“ ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari makalah
ini adalah untuk mengajarkan pada semua orang agar selalu percaya kepada Yesus Kristus dan
tidak merasa khawatir untuk masa yang akan dating.
Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah. Kami tahu makalah kami memang jauh dari
kesempurnaan maka dari itu,kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar menjadi
panduan dalam penyusunan makalah kami berikutnya.

Salatiga, 22 Oktober 2018

Penyusun,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 3

1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 3


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 3
1.3. Metode Penulisan .............................................................................................................. 3
1.4. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 5
2.1. Agama terhadap radikalisme dan fundamentalisme agama .............................................. 5
2.2. Agama terhadap terorisme ................................................................................................ 6
2.3. Agama terhadap human trafficking ................................................................................... 8
2.4. Agama terhadap korupsi ................................................................................................... 9
2.5. Agama terhadap kerusakan lingkungan ............................................................................ 10
2.6. Agama terhadap kemiskinan ............................................................................................. 11
2.7. Agama terhadap propaganda media .................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Agama merupakan sebuah kepercayaan yang dianut oleh seseorang. pengertian
agama adalah sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata cara peribadatan kepada Tuhan
dan hubungan antar manusia. Dalam ajaran sebuah agama, setiap penganutnya diajari agar
saling hidup rukun dengan sesama manusia.
Agama memiliki tanggung jawab tersendiri terhadap masalah sosial. Mengingat
agama merupakan apa yang menjadi pedoman bagi seseorang dalam menjalani kehidupan.
Semua agama adalah benar dan baik. Tidak seharusnya dalam setiap permasalahan
sosial, selalu mengkaitkan atas nama agama. Balik lagi setiap permasalahan adalah kita
sendiri yang memulai dan kitalah yang seharusnya bertanggung jawab atas diri kita sendiri
dan juga orang lain.
Agama menjadi pedoman akan segala permasalahan tersebut. Seperti radikalisme
dan fundamentalisme agama, terorisme, human trafficking, korupsi, kerusakan lingkungan,
kemiskinan, propaganda media, dan masih banyak lagi.

1.2.Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini meliputi :
1. Bagaimana tanggung jawab agama terhadap radikalisme dan fundamentalisme
agama?
2. Bagaimana tanggung jawab agama terhadap terorisme?
3. Bagaimana tanggung jawab agama terhadap human trafficking?
4. Bagaimana tanggung jawab agama terhadap korupsi?
5. Bagaimana tanggung jawab agama terhadap kerusakan lingkungan?
6. Bagaimana tanggung jawab agama terhadap kemiskinan?
7. Bagaimana tanggung jawab agama terhadap propaganda media?

1.3.Metode Penulisan
Penulisan karya tulis ini menggunakan metode penulisan kualitatif. Metode
penulisan kualitatif adalah metode penulisan karya tulis dengan cara mengumpulkan data
dari sumber-sumber yang ada seperti sumber dari buku dan jurnal internet.

1.4.Tujuan Penulisan
Karya tulis ini disusun dengan sistematika yang telah ada dengan tujuan sebagai
berikut:

3
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Umum Pendidikan Agama Kristen yang telah
diberikan oleh dosen mata kuliah tersebut yaitu Pdt. Maria Belandina Tuulima,
M.Si.
2. Sebagai bahan pembelajaran dan pedoman bagi mahasiswa-mahasiswi di
Universitas Kristen Satya Wacana agar dapat menjadi orang yang taat dan
bertanggung jawab kepada Allah dan firmanNya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Tanggung Jawab Agama Terhadap Radikalisme Dan Fundamentalisme Agama


Definisi radikalisme dalam artian bahasa adalah paham atau aliran yang menginginkan
perubahan aau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Radikalisme
semakin meningkat dikaitkan dengan pemberontakan antar nilai-nilai dari kelompok agama
tertentu dengan nilai yang berlaku yang disertai dengan tindak kekerasan dan teror. Dengan
demikian pertentangan tersebut membuat konsep dari radikalisme dimaknai sebagai kekerasan
fisik. Dengan demikian, radikalisme dapat dipahami sebagai suatu sikap menginginkan perubahan
terhadap sebagaimana keadaaan sebelumnya dengan jalan menhancurkannya secara total dan
menggantinya dengan yang baru yang sama sekali sekali berbeda.

Menurut Azyumardi bahwa muncul dan berkembangnya radikalisme di Indoneia


disebabkan dua faktor utama,yaitu :

1. Faktor internal, yakni dengan adanya penyimpangan norma-norma agama.


2. Faktor eksternal, yakni adanya sikap refresif penguasa terhadap kelompok umat beragama.

Menurut Endang Turmudzi, dengan menguatnya fundamentalisme keberagaman para


pemeluk agama yang disebabkan oleh keinginan kuat untuk mempraktekkan doktrin ajaran
agamanya menyebabkan pengaruh radikalisme agama melahirkan radikalisasi gerakan
keagamaan.

Definisi umum dari ‘orang awam’ bahwa fundamentalis adalah orang yang memahami
Alkitab secara harfiah, jauh dari tepat. Kata fundamentalisme diangkat dari sebuah buku kecil
berjudul The fundamentals ( Hal-hal yang Asasi), yang diterbitkan di Amerika antara tahun 1910-
1915.di dalamnya, istilah ‘fundamental’ dipergunakan untuk unsur-unsur doktrin yang tradisional
– pewahyuan dan otoritas Alkitab, keilahian Yesus Kristus, kelahiran perawan dan sebagainya –
yang juga begitu penting bagi kaum fundamentalis masa kini.
Ciri-ciri yang paling jelas dari fundamentalisme adalah :

a) Penekanan yang amat kuat pada ketidasalahan (inerrancy) Alkitab. Bahwa Alkitab tidak
mengandung kesalahan dalam bentuk apapun,
b) Kebencian yang mendalam terhadap teologi modern serta terhadap metode, hasil dan
akibat-akibat studi kritik modern terhadap Alkitab,
c) Jaminan kepastian bahwa merea yang tidak ikut menganut pandangan keagamaan mereka
sama sekali bukanlah “Kristen sejati”.

Bagi kaum fundamentalis, Alkitab lebih dari sekadar sumber kepastian religi mereka, lebih
dari sekadar sumber atau buku teks dasar. Alkitab merupakan pusat religi tersebut, titik terpenting

5
dan dasariah yang daripadanya memancar cahaya yang menyinari setiap aspek khususnya. Dalam
pikiran fundamentalis, Alkitab berfungsi korelasi dengan Kristus.
Unsur utama fundamentalisme adalah

a) pembedaan antara Kristen sejati dan nominal,


Orang yang dijuluki ‘fundamentalis’ menganggap diri mereka atau lebih suka menyebut
diri mereka Kristen sejati atau Kristen saja. Pertentangan antara Kriten sejati dengan
Kristen nominal merupakan hal dasar yang membedakan bagi segenap pemikiran dan
tindakan fundamentalis.
b) penekanan pada pemeluk doktrin yang benar, atau Injil sejati, melawan segala jenis ajaran
modern yang mencoba memperlemanya.

Sering terdengar imbauan yang bermaksud baik terhadap kaum fundamentalisme agar
bersikap lebih toleran dan mengasihi. Hal ini bisa terjadi jika mereka mau mengakui bahwa cara-
cara lain di luar caranya juga sah. Kalau saja mereka mau meninggalkan aspek negatif dari
imannya yaitu sikap de-kristenisasi terhadap orang yang menerima pendekatan berbeda, maka
unsur positif dari sudut pandangnya akan menjadi lebih jelas dan menerima pengakuan yang lebih
terbuka. Namun imbauan demikian adalah naif, sebab posisi kaum fundamentalis mengenai
kekristenan yang sejati dan nominal merupakan bagian yang tak terpisahkan dari imannya.
Menghilangkan unsur ini sama saja meninggalkan proses persepsi yang menolongnya memahami
dirinya sebagai orang yang dikuasai dan dipegang oleh Allah.

Tanggung jawab agama terhadap masalah radikalisme dan fundamentalisme adalah dengan
tugas yang dipercayakan kepada agama untuk mengajarkan dan membimbing anggota masyarakat
tentang makna dan tujuan hidup manusia, moralitas dan etika yang berdasarkan ajaran agama dan
hati nurani yang baik, rasa tanggung jawab terhadap Tuhan dan sesama dalam melaksanakan
kewajiban dan hak dalam segala bidang. Agama ikut bertanggung jawab menentukan etika dan
moral anggota masyarakat dan mengawal pelaksanaan nilai etika dan norma moral dalam
kehidupan setiap orang. Agama memiliki fungsi untuk membina dan mengembangkan kehidupan
masyarakat dan untuk melakukan perubahan tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik dan
sejahtera.

2.2.Tanggung Jawab Agama Terhadap Terorisme


Teror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan atau mengondisikan sebuah
iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya
korban kekerasan. Publikasi media massa adalah salah satu tujuan dari aksi kekerasan dari suatu
aksi terror, sehingga pelaku merasa sukses jika kekerasan dalam terorisme serta akibatnya
dipublikasikan secara luas di mass media (Piliang, 2004). Dalam perkembangannya lalu muncul
suatu konsep yang memberikan pengertian, bahwa terorisme adalah cara atau teknik intimidasi
dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan politik tertentu.

6
Para subyek yang melakukan terorisme sama-sama mengacu kepada Tuhan dalam
melakukan kejahaan mereka. Hal tersebut tampak dari ungkapan yang terlontar: Semoga Allah
meridai kita dan juga My God Bless America. Hal tersebut berarti terorisme dilakukan oleh para
subyek yang sama-sama merupakan individu-individu penganut agama.

Wahabisme adalah faham dan gerakan yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab
paa abad ke-18. Faham tersebut mengemangkan puritabisme di satu sisi dan ekstremisme di sisi
lain. Menurut pandangan kalangan Wahabi, telah banyak terjadi penyimpangan dari ajaran Islam
yang murni dan lurus, sehingga diperlukan upaya dan gerakan untuk kembali kepada Al-Quran
dan sunah. Hanya pandangan Wahabi saja yang dianggap benar, sedangkan pandangan orang lain
dinilai salah, bahkan sesat dan kafir.
Dalam setiap aksi terorisme harus dipahami adanya tiga untur penting :

Pertama, faham dan ideologi terorisme. Faham ini menempati posisi pertama karena
seseorang tidak mungkin akan melakukan aksi bom bunuh tanpa didasari ideologi yang kuat.

Kedua, gerakan dan jaringan yang mengembangkan faham keagamaan yang dapat
melahirkan para teroris, atau mereka yang mempunyai keberanian dan kepercayaan diri untuk
melakukan tindakan terorisme. Sejauh ini ada beberapa gerakan keagamaan di dunia Islam yang
mempunyai kecendrungan untuk melakukan aksi terorisme. Tetapi, yang paling menonjol adalah
jaringan internasional Al Qaeda, yang berpusat di Afganistan, negara Asia Tengah dimana mereka
lebih dikenal sebagai kelompok Taliban. Mereka menganggap bahwa musuh dari Islam tidak
hanya kalangan umat Muslim sendiri, tetapi juga intervensi Barat yang kerap kali merenggut
kemerdekaan umat Islam, bahkan menyebabkan mereka mengaami keterpurukan abadi. Biasanya
mereka merujuk pada masalah Palestina, Irak, Pakistan, dan Afganistan. Beberapa aksi terorisme
di Tanah Air telah menggunakan alasan tersebut sebagai dalih untuk mengabsahkan tindakan
mereka.

Ketiga, tindakan atau aksi terorisme. Jika yang pertama dan kedua merupakan proses yang
melanggengkan terorisme, yang terakhir ini merupakan eksekusi terorisme. Seperti biasanya, tidak
mudah untuk mencari “pengantin-pengantin” yang mempunyai keberanian untuk melakukanaksi
terorisme. Mereka adalah orang-orang yang ditempa khusus melalui pencucian otak da
keterlibatan yang aktif dalam gerakan-gerakan yang mempunyai kecendrungan pada terorisme.

Beberapa penjelasan di atas menegaskan bahwa Wahabisme sejak awal merupakan faham
kegamaan yang dapat menjadi benih-benih bagi tumbuh suburnya terorisme. Sejauh ini,
Wahabisme dan Talabisme mempunyai kecendrungan yang kuat untuk melahirkan “pengantin-
pengantin” baru. Apalagi mereka disokong oleh donator yang kuat, yang setiap saat bisa
menggelontorkan bantuan dana dalam jumlah yang besar.

Merujuk tujuan yang menjadi targetnya adalah politik, sejatinya terorisme sama sekali
tidak terkait dengan agama. Sayangnya akhir-akhir ini mulai berkembang isu bernada "miring"
untuk mengaitkan terorisme dengan gerakan keagamaan.

7
Dalam ceramahnya (Prof. Dr. H. Jalaluddin, Mantan Rektor IAIN (UIN) Raden Fatah
Palembang) berjudul The New Terorism : Implications For Asia Pasific Governance di gedung
Parlemen Australia di Canberra ( 11 Desember 2002 ), ia menyimpulkan bahwa teorisme terkait
dengan gerakan minoritas umat Islam Wahabi yang radikal dan akrab dengan kekerasan.
(Sriwijatya Post, 12 Desember 2002).

Teroris-teroris Timur Tengah, Palestina, Syria, dan Lybia dalam film, pers, dan politik
Barat sejak permulaan telah dijadikan musuh utama dalam budaya Barat. Islam dicap "identik"
dengan fundamentalis dan fundamentalis Islam dijadikan musuh yang paling hebat dan dahsyat
bagi budaya Barat.
Kecenderungan ini masih diperkuat oleh hukuman mati terhadap Salman Rushdi,
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Imam Khomeini bulan Mei 1989 (Kareel A. Steenbrink,
1995, 222).

Dominasi politik negara adikuasa ternyata mampu "melestarikan" opini mengenai


hubungan terorisme dengan doktrin keagamaan ini.

Maka dari itu dalam konteks terorisme, agama justru menjadi kambing hitam yang
membuat resah masyarakat. Padahal sejatinya agama bukanlah hal yang harus diperdebatkan
karena sejatinya semua agama itu benar. Hanya saja kita sebagai manusia harus bijak dalam
menanggapi suatu permasalahan dan tentu saja dengan pola pikir yang beragam. Agama justru
merupakan pemersatu antara Tuhan dengan umatNya. Dan juga menjadi pedoman pola pikir
manusia dan ciptaan yang lainnya.

Kepada murid-murid-Nya, Yesus Kristus mengajarkan agar kita mengampuni dan berdoa
bagi orang-orang yang menganiaya kita (Mat. 5:43-48).

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan... tetapi kalahkanlah kejahatan dengan


kebaikan! (Roma 12:17, 21)

2.3.Tanggung Jawab Agama Terhadap Human Trafficking


Human trafficking atau biasa disebut perdagangan manusia adalah tindakan-tindakan yang
melibatkan pemindahan, penyelundupan atau menjual manusia baik di dalam negeri ataupun antar
negara melalui mekanisme paksaaan, ancaman, penculikan, penipuan dan memperdaya, atau
menempatkan seseorang dalam situasi sebagai tenaga kerja paksa seperti prostitusi paksa,
perbudakan dalam kerja domestik, belitan utang atau praktek-praktek perbudakan lainnya.

Seperti yang sudah kita ketahui, di Indonesia sangat marak sekali kasus perdagangan
manusia untuk dijadikan budak atau pembantu dan bahkan budak seks.

8
Tindakan yang dilakukan sangat tidak manusiawi dan sangat bertentangan dengan agama.
Terkadang hal ini terjadi karena didasari karena guna memenuhi kebutuhan hidup dan bisa jadi
terjadi karena pergaulan bebas.

Sebagai contoh, simaklah 1 Korintus 5:9-11. Dalam 1 Korintus 5:9-11 tersebut, Paulus
melarang jemaat di Korintus untuk bergaul dengan orang cabul, kikir, penyembah berhala,
pemfitnah, pemabuk atau penipu.

“5:9 Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan
orang-orang cabul. 5:10 Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada
umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua
penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. 5:11 Tetapi yang
kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun
menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk
atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”\

Dari hal diatas dapat disimpulkan untuk selalu berhati-hati dalam menjalani hubungan
sosial. Dan terlebih lagi jangn mudah terkecoh dengan iming-iming duniawi yang besar. Sejatinya
takdir hidup kita berada di tangan Tuhan, hanya saja tinggal kita saja bagaimana berusaha agar
tetap di jalanNya yang terbaik.
Sesuai dengan Amsal 18:24

“Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari
pada seorang saudara.”
Dan yakinlah jia Tuhanmu akan selalu ada untukmu sesuai dengan Keluaran 20:2 yaitu :

”Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat
perbudakan.”

2.4.Tanggung Jawab Agama Terhadap Korupsi


Banyak sekali masalah politik yang terjadi di Negara Indonesia salah satunya adalah
korupsi. Korupsi terjadi karena banyak orang-orang yang serakah dan ingin mempunyai segalanya
mereka kurang bersyukur terhadap apa yang mereka miliki

Yesus dan keteladanannya adalah contoh nyata perang terhadap korupsi dan Allah Bapa
menjamin umatnya untuk hidup berkecukupan dengan syarat mengikuti jalannya. Di dalamagama
Kristen, baik Katolik maupun Protestan korupsi sangat dilarang karena:

Korupsi Identik Dengan Mencuri.


Dalam 10 Perintah Tuhan, larangan kedelapan adalah larangan untuk mencuri. 10
PerintahTuhan adalah salah satu norma yang dituangkan di Alkitab Perjanjian Lama

9
danmerupakan inti dari etika Alkitab Perjanjian Lama. Dalam Keluaran 20:15, Allahberfirman:
Jangan mencuri. Demikian jelasnya larangan Tuhan untuk tidak mencuri.Sementara itu korupsi
adalah mencuri dengan cara diam-diam, dengan cara halusmengurangi hak negara atau orang lain
demi kepentingan pribadi. Larangan mencuri jugadikemukakan Yesus dalam bentuk yang
berbeda, yaitu hukum mengasihi sesame manusiaseperti diri sendiri ( Matius 22:39; Markus 12:31;
Lukas 10:27 ). Hukum ini sama dengan hukum`pertama, yaitu hukum untuk mengasihi Tuhan
Allah dengan segenap hati dan dengansegenap akal budi.

Korupsi Adalah Perbuatan Melanggar Hukum


Firman Allah yang tertulis lengkap dalam Alkitab juga menyebutkan bahwa orang
Kristenpun selain wajib taat perintah-Nya, juga berlaku sama terhadap hukum yang berlaku.
Ini jelas tertulis dalam Roma13:3 , yang menyatakan ketika seorang berbuat baik, ia tidak
usahtakut kepada pemerintah (hukum), hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpatakut
terhadap pemerintah (hukum)? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan berolehpujian dari
padanya.

2.5.Tanggung Jawab Agama Terhadap Kerusakan Lingkungan


Allah telah menciptakan segala sesuatu menurut kehendaknya, Tuhan itu tidak hanya
menciptakan tetapi Dia juga memelihara ciptaannya. Tuhan juga meciptakan manusia serupa
dengan Dia (Imago Dei) dan manusia itu diberi tugas atau perintah untuk menjaga ciptaan Tuhan.
Di dalam Alkitab tertulis bahwa “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya
dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kejadian 2 : 15). Tetapi
karena keserakahan dan tidak bertanggung jawabnya Manusia sehingga membuat alam ini menjadi
rusak. Kerusakan Lingkungan terjadi karena manusia terlalu serakah dalam memenuhi
kebutuhannya.
Contohnya:

1. Manusia membuka lahan dengan cara membakar sebagian hutan, itu menyebabkan hutan
menjadi gundul dan juga polusi udara.
2. Manusia membuang sampah di sungan sehingga menyebabkan pencemaran dan banjir.

Bagaimana kita sebagai Umat yang beragama mengatasi masalah kerusakan lingkungan
yang terjadi di Negara ini ?

1. Kita harus selalu memberi contoh yang baik untuk melestarikan lingkungan kepada orang-
orang yang belum percaya kepada Tuhan . Contohnya kita harus selalu membuang sampah
pada tempatnya, kita memanfaatkan ciptaan Tuhan tidak boleh serakah.
2. Kita sebagai umat yang beriman menjadi penggerak dalam sebuah gerakan untuk menjaga
lingkungan.

10
2.6.Tanggung Jawab Agama Terhadap Kemiskinan
Banyak sekali Negara-negara di dunia ini yang mengalami kemiskinan contohnya adalah
pada tahun 2006 menurut data UNICEF 7,7 juta orang kaya yang mempunyai kekayaan lebih dari
1 juta dollar AS. Tetapi tragisnya 1,2 miliar orang di dunia bertahan hidup dengan pendapatan
kurang dari 1 dollar AS setiap hari.

Kemiskinan tidak hanya terjadi di Negara-negari lain, Negara kita juga mengalami masalah
sosial ini. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang banyak terjadi di Indonesia.
Kemiskinan ini timbul karena banyaknya orang-orang yang mengalami pengangguran, banyak
orang yang bermalas-malasan, tidak memmpunyai motivasi untuk hidup . Menurut World Bank
dan IMF Indonesia merupakan Negara termiskin ke-68 di Dunia. Itu sangatlah membuat kita umat
yang beragama miris terhadap kemiskinan yang terjadi di Negrara kita ini.

Bagaimana kita sebagai Umat yang beragama mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di
Negara ini ?

1. Kita harus selalu mengasihi mereka, seperti yang tertulis di dalam Alkitab yaitu Matius 22
: 39 “Dan hukum yang kedua ,yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri” .
2. Kita harus memberi dorongan kepada mereka, memberi semangat dan memotivasi mereka
supaya mereka tidak mudah putus asa dan selalu percaya kepada Tuhan.
3. Memberikan bantuan semampu kita supaya kita bisa menjadi berkat untuk orang lain.

2.7.Tanggung Jawab Agama Terhadap Propaganda Media


Ada tiga kelompok dalam merespon perkembangan teknologi modern. Kelompok pertama
melihat perkembangan teknologi modern sebagai sumber yang memungkinkan standar kehidupan
lebih tinggi, meningkatkan kesehatan, dan komunikasi yang lebih baik maupun mudah. Teknologi
modern dianggap memberi dampak peningkatan kesejahteraan manusia. Tapi di sisi lain banyak
juga yang menggunakan teknologi secara tidak bijak, seperti propaganda media (hoax ujaran
kebencian dan adu domba).
Propaganda adalah langkah komunikasi pasif yang menggunakan berbagai cara untuk
memenangkan komunikasi publik dan mengubah perilaku kelompok sasaran sesuai tujuan
propaganda. Propaganda menggunakan informasi bohong atau setengah benar, misleading
information, informasi yang bias, atau dengan data-data historis yang dipilih untuk keuntungan
misi mereka.

Maraknya ujaran kebencian dan informasi yang tidak benar (hoax) sangat banyak
dilakukan dan dapat meningkatkan radikalisme di Indonesia. Penggunakan media social saat ini
tidak di lakukan secara benar dan bijak, banyak orang menyalah gunakan media social seperti
untuk memberi informasi yang salah demi mendapatkan eksistensi. Banyak pengguna media social
yang berani memaki-maki orang lain dan jika orang lain tidak bersependapat yang sama, orang-

11
orang berani menghakimi. Di Indonesia paling sensitive jika berkaitan dengan agama mereka
menganggap bahwa agama mereka adalah agama yang paling benar. Jika orang-orang menjadi
pemarah dan pembenci akan menimbulkan perseturuan dengan sesama terutama dengan antar
agama, padalah setiap agama mengajarkan cinta kasih dengan sesama kita

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Albertus
Patty. Albert menilai ujaran kebencian dan hoaks kerap kali didasari dengan justifikasi agama dan
kepentingan politik. Hal itu memicu konflik yang berkepanjangan antar umat beragama.
"Teknologi digital harus dijadikan sebuah kesempatan untuk mengimplementasikan sila-sila
Pancasila," ujarnya. Albert melihat, ujaran kebencian dan hoaks atas justifikasi agama membuat
seseorang terjebak pada ritualisme tanpa Tuhan. Dalam artian, masyarakat kehilangan
spiritualismenya dalam menjalankan kehidupan beragama. "Apa yang kurang dari kita adalah
bagaimana kita harus mengatasi egoisme pribadi dan kelompok," ujarnya.

Kami sering melihat di media social bahwa banyak orang-orang yang menggunakan media
social dengan tidak bijak contohnya saja saat gurbenur Jakarta Ahok Purnama yang saat itu di
tuduh menjadi penista agama, banyak orang-orang yang membuat informasi tidak benar dan lebih-
lebihkan masalah itu sehingga banyak orang yang tidak tahu kebenarannya sehingga terjadi
pertentangan dengan perbedaan agama, banyak orang-orang yang menghakimi dan banyak di
komentar mereka membawa-bawa agama dan saling menjatuhkan juga mengadu domba antar
agama seperti yang video beredar bahwa Ahok melakukan penistaan agama orang-prang hanya
percaya dengan video yang sedang viral itu saja tanpa mencari tahu kebenaran terlabuh dahulu.
Cara seperti ini yang membuat hubungan antar agama tidak berjalan dengan baik, seharusnya kita
sebagai umat beragama kita harus mencari kebenaran dan tidak mudah percaya dengan apa yang
ada di media social karena saat ini banyak sekali orang-orang yang menyebarkan hoax yang tidak
bisa dipertanggungjawabkan, kita harus apat menjaga kesatuan Negara dengan menebar kasih
kepada sesame tidak memandang perbedaan karena Indonesia adalah Negara multicultural yang
seharusnya dapat memberi contoh baik bahwa Negara kita adalah Negara yang damai dan
mempunyai rasa toleransi yang tinggi. Kita sebagai sebagai pengguna social harus dapat
menggunakan dengan bijaksana saat kita membuat konten harus bijak apakah itu menguntungkan
bagi orang lain atau tidak dan tidak boleh menjatuhkan orang lain, tanpa kita sadari bahwa media
social sangat berbahaya jika disalah gunakan. Contohnya saat mengupload foto atau status kita
tidak boleh sembarangan karena jika kita membuat status yang menyinggung perasaan orang lain
atau agama lain bisa saja kita dilaporkan juga akan terjadi bullying hal itu akan merugikan diri kita
sendiri.

Kita tidak mungkin menghindar berhadapan dengan kemajuan teknologi. Semuanya


menuntut respon kita sebagai orang percaya bagaimana mengembangan pola hubungan yang
positif antara iman dengan teknologi.

Hubungan yang positif antara iman dan teknologi harus disyukuri dan diterima secara
positif, karena melaluinya Allah menyatakan kasih-Nya kepada manusia melalui kemajuan

12
teknologi. jangan pernah berilusi bahwa teknologi tidak membawa dampak negatif yang tidak
mamanusiakan manusia. Karena itu, harus dikritisi dan ada upaya meminimalkan dampak
negatifnya. Secara garis besar kita harus saling menghormati dan menggunakan media secara
bijaksana agar tidak menyinggung orang lain.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai seorang yang beragama kita dituntut untuk menjunjung tinggi rasa
toleransi antar umat beragama. Banyaknya masalah sosial yang muncul akhir-akhir ini mau
tidak mau membuat konsep agama juga masuk kedalam permasalahan tersebut. Padahal
agama sendiri merupakan pedoman hidup manusia yang tentunya dapat membuat
perubahan untuk hidup yang lebih baik.
Namun tanpa disadari, manusia justru membuat agama menjadi kambing hitam.
Pola pikir ini lah yang membuat manusia semakin terjerumus kepada hal yang buruk.
Maka dari itu, tanggung jawab agama sangatlah besar terhadap permasalahan sosial
saat ini. Dengan banyaknya kebohongan, dan juga tindakan yang tidak manusiawi.
Pedoman hidup yang paling benar adalah agama yang didasarkan atas nama Allah
sebagai Tuhan semesta alam.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. RistekDikti, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta, Hal. 70-89; 154-204.


2. Lauterboom, Mariska, dkk, Buku ajar Agama, Salatiga: Satya Wacana University Press,
hal. 142-158.
3. Barr, James, Fundamentalisme, Jakarta: BPK Gunung Mulia, hal. 1-42.
4. Hendropriyono, Terorisme, Jakarta: Kompas.
5. http://palembang.tribunnews.com/2018/02/12/terorisme-dan-agama-di-
indonesia?page=all
6. https://nasional.kompas.com/read/2018/04/08/17122341/indonesia-menghadapi-
propaganda.
7. https://nasional.kompas.com/read/2018/03/16/19472591/ujaran-kebencian-dan-hoaks-di-
media-sosial-tingkatkan-radikalisme.
8. http://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/akademika/article/view/568/614
9. http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/nim/01021871

15

Anda mungkin juga menyukai