DISUSUN OLEH:
M. Riswan (2041912029)
UINSI SAMARINDA
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Peran Agama Membentuk Anti-Korupsi. Shalawat serta
salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang
kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah Peran
Agama Membentuk Anti-Korupsi. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh Bapak Saifullah Fadli M, S. S, MA selaku dosen pengampu mata kuliah
Sosiologi Agama. Selain itu kami juga berharap bahwa kedepannya makalah yang saya buat
dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Sebagai manusia, kami tidak lepas dari kesalahan, kekhilafan dan tidak lepas dari
banyaknya kekurangan. Oleh karena itu, kami terbuka atas segala kritik dan saran yang
membangun. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang kami miliki.
3
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Permasalahan yang dihadapi bangsa sekarang ini adalah maraknya perilaku korupsi,
sejak awal negara ini merdeka, korupsi ini telah merambah semua lapisan masyarakat, baik
secara individu maupun kolektif, baik instansi swasta maupun pemerintah, kejahatan terus
meningkat jumlahnya terutama di negara-negara.
Korupsi merupakan penyakit sosial yang kerap terjadi dan seringkali menjadi awal
runtuhnya peradaban yang maju Bahkan dunia pendidikan pun tidak luput dari kejahatan
yang luar biasa ini.
Selama beberapa tahun terakhir, korupsi menjadi soal utama yang dihadapi bangsa
Indonesia. Ibarat penyakit, korupsi telah mewabah. Korupsi sudah meresap sampai sendi-
sendi terkecil tersempit bangsa ini. Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah tumbuh ke atas
dalam hierarki dan mendatar ke daerah-daerah. Pejabat pemerintah dan pengusaha melakukan
korupsi bersama-sama untuk keuntungan mereka. Gie (2006) juga mengatakan bahwa
korupsi di Indonesia sudahmendarah daging. Sekarang ini, sangat sulit mencari birokrat
danpengusaha kelas kakap yang belum terjangkit korupsi di dalam sejarahhidupnya.
Berdasarkan data. yang menunjukkan bahwa, peneliti Indonesian Corruption Watch
(ICW) Wana Alamsyah mengatakan, ada 169 kasus korupsi selama semester pertama tahun
2020. Mengatasi praktik korupsi dengan pendekatan hukum belum efektif, sehingga dengan
pendekatan agama akan dapat membentuk perilaku anti korupsi.
5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian agama?
2. Apakah pengertian korupsi?
3. Apa saja macam-macam bahaya dalam korupsi?
4. Bagaimana peran agama membentuk pribadi anti korupsi?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian agama
2. Mengetahui pengertian korupsi
3. Mengetahui macam-macam bahaya dalam korupsi
4. Mengetahui peran agama membentuk pribadi anti korupsi
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Pengertian agama secara umum dapat di lihat dari sudut kebahasaan
(etmologis) dan sudut istilah (terminologis). Mengartikan agama dari sudut
kebahasaan akan terasa lebih mudah dari pada mengartikan agama dari sudut istilah,
karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan
subyektivitas dari orang yang mengartikanya. Atas dasar ini, maka tidak
mengherankan jika muncul beberapa ahli yang tidak tertarik mendefinisikan agama.
Mukti Ali, M. Sastrapratedja mengatakan bahwa salah satu kesulitan untuk
berbicara mengenai agama secara umum ialah adanya perbedaan- perbedaan dalam
memahami arti agama, di samping adanya perbedaan juga dalam cara memahami arti
agama serta penerimaan setiap agama terhadap suatu usaha memahami agama. Setiap
agama memiliki interpretasi diri yang berbeda dan keluasan interpretasi diri itu juga
berbeda-beda.
Agama menurut kamus bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga di sebut nama lainnya dengan ajaran dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "Agama" berasal dari bahasa sansekerta yang berarti "Tradisi".
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah "Religi yang berasal dari
bahasa latin "Religio" dan berakar dari kata kerja re-ligare yang berarti
"MengikatKembali"maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya dengan
Tuhannya"
B. Pengertian Korupsi
Sebelum masuk ke dalam permasalahan pokok yang akan dikaji di sini,
terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian, unsur-unsur dan macam-macam atau
bentuk-bentuk korupsi. Kata 'korupsi' berasal dari kata Latin corruptus yang berarti
suatu yang rusak atau hancur. Dalam pemakaian sehari-hari dalam bahasa-bahasa
modern Eropa, seperti bahasa Inggris, kata 'korupsi' dapat digunakan untuk menyebut
kerusakan fisik seperti frasa 'a corrupt manu script (naskah yang rusak) dan dapat juga
untuk menyebut kerusakan tingkah laku sehingga menyatakan pengertian tidak
bermoral (immoral) atau tidak jujur atau tidak dapat dipercaya (dishonest). Selain itu
7
'korupsi' juga berarti tidak bersih (impure) seperti frasa corrupt air yang berarti impure
air (udara tidak bersih).
Istilah korupsi arti harfiahnya menunjuk pada perbuatan yang rusak, busuk,
tidak jujur yang berkaitan dengan keuangan.1 Sedangkan dalam Black’s Law
Dictionary, korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara
salah menggunakan jabatanya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan
untuk dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan dengan kewajibanya dan hak-hak
dari pihak-pihak lain.2
Dalam kajian-kajian mengenai korupsi ada beberapa definisi yang
dikemukakan oleh para ahli menyangkut terminologi korupsi. Syeh Hussein Alatas
menegaskan bahwa "esensi korupsi adalah pencurian melalui penipuan dalam situasi
yang mengkhianati kepercayaan'’ Dalam Webster's Third New International
Dictionary, korupsi didefinisikan sebagai "ajakan (dari seorang pejabat publik)
dengan pertimbangan-pertimbangan yang tidak semestinya.
Secara normatif, seseorang dianggap sebagai pelaku tindak pidana korupsi bila
telah memenuhi dua kriteria: pertama, secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. Kedua: dengan tujuan menguntungkan
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 2 dan 3 UU No. 31
Tahun 1999).
Perkembangan definisi korupsi juga ditandai oleh sejumlah interpretasi
keagamaan tentang tindak pidana tersebut. Para ulama misalnya menganalogikan
korupsi dengan al-ghulûl, sebuah terma yang dirujuk dari kitab suci al-Quran dan
hadishadis Nabi. Mereka pada umumnya mengelaborasi makna al-ghulûl dengan
sejumlah interpretasi yang semakna dengan pengertian korupsi sebagaimana yang
didefinisikan oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu dengan cara pandang
masing- masing.
C. Macam-Macam Bahaya Dalam Korupsi
1
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008, Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak
Pidana Korupsi, PT Refika Aditama, Bandung, hal. 2.
2
Ibid. hal 2
8
Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka
panjang adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah
menjadi makanan sehari-hari, anak tumbuh dengan pribadi antisosial, selanjutnya
generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan
budaya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur
dan tidak bertanggung jawab. Jika generasi muda suatu bangsa keadaannya seperti itu,
bisa dibayangkan betapa suramnya masa depan bangsa tersebut.
3
M. Umer Chapra, Islam and Economic Challenge, USA: IIIT dan The Islamic Foundation, (1995), hlm. 220
4
Mahathir Mohamad, 1986, The Challenge, Kuala Lumpur: Pelanduk Publication Sdn. Bhd., hlm. 144.
5
Sebagaimana dikutip oleh Fethi Ben Jomaa dari Chandra Muzaffar, 1998, New Straits Time, 23 Mei 1998, hlm.
8
9
mereka. Praktik korupsi yang meluas dalam politik seperti pemilu yang curang,
kekerasan dalam pemilu, money politics dan lainlain juga dapat menyebabkan
rusaknya demokrasi, karena untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu
akan menggunakan kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih luas lagi di
masyarakat.6
6
Robin Theobald, 1990, Corruption, Development and Underdevelopment, London: The McMillan Press Ltd.,
hlm. 128; Emil Salim, 1994, “Mungkinkah Ada Demokrasi di Indonesia”, dalam Elza Peldi Taher (ed.),
Demokratisasi Politik, Budaya dan Ekonomi, Jakarta: Yayasan Paramadina, hlm. 157-159.
7
David Jay Green, 2004, “Investment Behavior and The Economic Crisis in Indonesia”, Journal of Asian
Economics, Vol. 15, No. 2, April 2004, New Brunswick: Rutger University, Elsevier Group, hlm. 299.
10
berbagai bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien, dan
berkualitas akan tidak pernah terlaksana. Kualitas layanan pasti sangat jelek dan
mengecewakan publik. Hanya orang yang berpunya saja yang akan dapat layanan
baik karena mampu menyuap. Keadaan ini dapat menyebabkan meluasnya keresahan
sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya mungkin kemarahan sosial yang
menyebabkan jatuhnya para birokrat.8
Dalam hal ini, termasuk persoalan korupsi. Istilah korupsi beserta turunannya
barangkali muncul hanya pada satu atau dua abad terakhir saja. Namun, substansi dari
korupsi telah ada pada zaman Rasulullah saw. Dalam Islam, tindakan korupsi jelas
dilarang dan sangat dikecam. Korupsi adalah satu kerusakan besar yang hukumannya
sangat berat menurut syariat Islam.
Dalam agama apapun pasti tidak membenarkan praktik korupsi dalam bentuk
apapun karena dalam hal itu terdapat perilaku yang menyebabkan kerugian publik.
Dengan begitu agama menjadi peran utama dalam membendung perilaku korupsi dan
membentuk perilaku anti-korupsi.
Dalam hadis lain Abu Dawud dari Buraidah bin al-Hashib meriwayatkan
bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda :
“Barang siapa yang saya angkat menjadi pejabat dengan gaji rutin, maka sesuatu yang
yang diambilnya selain itu (gaji rutin) adalah ghulul (korupsi)”
Berdasar pada ‘Illat (Causa-Legis), korupsi dapat dipahami sebagai suatu
tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pemegang amanat publik. Sehingga semua
penyalahgunaan wewenang oleh siapapun, dalam bentuk apa pun, di mana pun dan
kapan pun oleh pemegang amanat publik dapat disebut sebagai tindakan korupsi.
Ketika kita pahami korupsi berdasarkan pada Maqashid (Kausa-Finalis), maka
8
Tunku Abdul Aziz, 2005, Fighting Corruption: My Mission, Kuala Lumpur: Konrad Adenauer Foundation, hlm.
60.
11
korupsi dapat dipahami sebagai suatu “tindakan yang merugikan kepentingan publik,
kepentingan dalam hal menyeluruh”. Sehingga semua tindakan yang dapat merugikan
kepentingan publik untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok yang
dilakukan oleh siapa pun, dalam bentuk apa pun, di mana pun dan kapan pun dapat
disebut sebagai tindakan korupsi”.
9
(Arifin, 2015: 74)
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan
suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara salah
menggunakan jabatanya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk
dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan dengan kewajibanya dan hak-hak dari
pihak-pihak lain.
Macam-macam bahaya dalam korupsi, yaitu: bahaya dalam korupsi terhadap
masyarakat dan individu, bahaya korupsi terhadap generasi muda, bahaya korupsi
terhadap politik, bahaya korupsi bagi ekonomi bangsa, dan bahaya korupsi bagi
birokrasi.
Dalam agama apapun pasti tidak membenarkan praktik korupsi dalam bentuk
apapun karena dalam hal itu terdapat perilaku yang menyebabkan kerugian publik.
Dengan begitu agama menjadi peran utama dalam membendung perilaku korupsi dan
membentuk perilaku anti-korupsi.