Anda di halaman 1dari 33

DR. H. HUSEN SARUJIN, SH, MM, M.

Si, MH
Dosen Pengampu Mata Kuliah :

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


“Radikalisme Dalam Perspektif Pancasila”

OLEH:
Rahmi Nurfadilla ( 20400121071 )
Kelas PBI C

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
2022/2023
DR. H. HUSEN SARUJIN, SH, MM, M.Si, MH. DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Sholawat dan salam tetaplah
kita curahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita
jalan yang lurus. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
untuk memberikan wawasan kepada pembaca agar lebih mengetahui tentang
“Radikalisme Dalam Perspektif Pancasila”.

Dalam proses penyusunan makalah ini kami menjumpai berbagai


hambatan, namun berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik, oleh karena itu melalui
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi
– tingginya kepada semua pihak terkait

Terkhusus kepada bapak Dr. H. Husen Sarujin SH. MM. M.Si. MH. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan yang
membimbing dan membina kami dalam penyelesaian penulisan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi ujian akhir semester mata kuliah
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua

Gowa, 27 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 3
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 4
BAB I .................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang......................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 7
A. Radikalisme ............................................................................................................. 7
B. Pancasila................................................................................................................ 11
C. Sejarah Radikalisme .............................................................................................. 16
D. Radikalisme Menurut Pancasila ............................................................................ 17
E. Implementasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Menghadapi Radikalisme.................... 20
F. Cara Membentengi Diri Dari Radikalisme ............................................................. 22
G. Cara Mencegah Radikalisme ................................................................................. 24
BAB III ................................................................................................................................ 30
PENUTUP ........................................................................................................................... 30
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 30
B. Saran ..................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 33
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia saat ini dihadapkan dengan persoalan dan ancaman
radikalisme, terorisme dan separatisme yang kesemuanya bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD NKRI 1945. Radikalisme merupakan
ancaman terhadap ketahanan ideologi. Apabila Ideologi negara sudah
tidak kokoh maka akan berdampak terhadap ketahanan nasional.
Radikalisme dapat diartikan sebagai sikap atau paham yang secara
ekstrim, revolusioner dan militan untuk memperjuangkan perubahan
dari arus utama yang dianut masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul
dalam wujud yang berbau kekerasan fisik. Ideologi pemikiran, kampanye
yang masif dan demonstrasi sikap yang berlawanan dan ingin mengubah
mainstream dapat digolongkan sebagai sikap radikal.
Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini tengah dihadapi
oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meningkatnya radikalisme
di Indonesia menjadi fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak bisa
begitu saja diabaikan ataupun dihilangkan. Radikalisme yang semakin
meningkat di Indonesia ini ditandai dengan berbagai aksi kekerasan dan
teror. Aksi tersebut telah menyedot banyak potensi dan energi
kemanusiaan serta telah merenggut hak hidup orang banyak termasuk
orang yang sama sekali tidak mengerti mengenai permasalahan ini.
Pada makalah ini akan dibahas secara mendalam terkait radikalisme
dalam pandangan pancasila.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan radikalisme ?
2. Apa yang dimaksud dengan pancasila ?
3. Bagaimanakah sejarah radikalisme ?
4. Apa saja implementasi nilai – nilai pancasila dalam menghadapi
radikalisme
5. Bagaimana cara kita untuk menghadapi radikalisme ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditarik tujuan penulisan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu radikalisme
2. Untuk memberikan informasi terkait sejarah radikalisme
3. Untuk mengetahui apa itu pancasila dan hubungannya dengan
radikalisme
4. Untuk memberikan informasi terkait nilai – nilai pancasila dalam
menghadapi radikalisme
5. Untuk menegetahui bagaimana cara menghadapi radikalisme
BAB II
PEMBAHASAN

A. Radikalisme
1. Pengertian
Radikalisme adalah hasil dari pengembangan suku kata
radikal. Adapun kata radikal berasal dari bahasa Latin, radix atau
radici. Radix dalam bahasa Latin berarti 'akar'. Istilah radikal mengacu
pada hal-hal mendasar, prinsip-prinsip fundamental, pokok soal, dan
esensial atas bermacam gejala.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,2002),
radikalisme diartikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara
kekerasan atau drastis. Radikalisme juga memiliki penilaian berbeda
terhadap situasi politik yaitu membenarkan bahkan membutuhkan
tindak kekerasan menyangkut politik (political violence) sebagai
satu-satunya jalan untuk mengubah kondisi politik (Moskalenko dan
McCauley ,2009).
Radikalisme menurut Cross (2013) yaitu sebagai 1) Istilah
dalam lingkup gerakan sosial maupun politik yang berarti sebuah
proses, praktik,
atau serangkaian keyakinan dari keadaan non-radikal menjadi
radikal. Praktik radikalisme sering diasosiasikan dengan sejumlah
taktik dan strategi yang berada di luar lingkup aksi protes politis
maupun religius yang dapat diterima, bahkan menjurus ilegal. 2)
Radikalisme merepresentasikan sisi ekstrim dari (kurva) distribusi
aksi politik yang dapat diterima dan radikalisme dapat melibatkan
aksi kekerasan atas dasar keyakinan, bukan
personal. 3) Radikalisme dapat merujuk pada keyakinan tentang cara
terbaik untuk meraih tujuan gerakan. Keyakinan radikal
mengembangkan perasaan bahwa cara yang diterima (oleh
masyarakat) untuk mengubah keadaan tidaklah cukup dan langkah-
langkah luar biasa harus ditempuh.

2. Ciri – cri Radikalisme


Adapun ciri –ciri dari radikalisme adalah sebagai berikut :
a. Radikalisme adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi,
tanggapan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk
evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan dengan keras.
b. Melakukan upaya penolakan secara terus-menerus, dan
menuntut terjadinya perubahan drastis yang diinginkan.
c. Orang-orang yang menganut paham radikalisme, biasanya
memiliki keyakinan yang kuat terhadap program yang ingin
mereka jalankan.
d. Penganut radikalisme tak akan segan menggunakan cara
kekerasan dalam mewujudkan keinginan mereka.
e. Penganut radikalisme memiliki anggapan, bahwa semua pihak
yang berbeda pandangan dengan mereka adalah bersalah.
3. Fakor penybab munculnya radikalisme
Adapun beberapa faktor penyebab munculnya
radikalismeadalah sebagai berikut :
a. Faktor Pemikiran
Radikalisme bisa berkembang karena adanya pemikiran
bahwa segala sesuatu harus dikembalikan ke agama, walaupun
dengan cara yang kaku dan menggunakan kekerasan.
b. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga berperan, membuat paham
radikalisme muncul di berbagai negara. Ketika manusia berusaha
bertahan hidup, dan terdesak karena masalah ekonomi, maka
manusia bisa melakukan apa saja, termasuk meneror sesama.
c. Faktor Sosial
Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi, sebagian
masyarakat kelas ekonomi lemah, biasanya akan berpikiran
sempit, sehingga mudah percaya pada tokoh-tokoh radikal,
karena mereka anggap bisa membawa perubahan drastis, pada
hidup mereka.
d. Faktor Psikologis
Peristiwa pahit dalam hidup seseorang, juga bisa menjadi
faktor penyebab radikalisme. Masalah ekonomi, masalah
keluarga, masalah percintaan, rasa benci dan dendam, semua itu
berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis.
e. Faktor Politik
Adanya pemikiran sebagian masyarakat, bahwa seorang
pemimpin negara hanya berpihak pada pihak tertentu, hingga
mengakibatkan munculnya kelompokkelompok masyarakat yang
terlihat ingin menegakkan keadilan.

Namun, ada juag pendapat lain yang mengatakan terdapat


dua faktor munculnya radikalisme :
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah adanya legitimasi teks keagamaan,
dalam melakukan "perlawanan” itu sering kali menggunakan
legitimasi teks (baik teks keagamaan maupun teks "cultural")
sebagai penopangnya. untuk kasus gerakan "ekstrimisme islam"
yang merebak hampir di seluruh kawasan islam (termasuk
indonesia) juga menggunakan teks-teks keislaman (Alquran,
hadits dan classical sources kitab kuning) sebagai basis legitimasi
teologis, karena memang teks tersebut secara tekstual ada yang
mendukung terhadap sikap-sikap eksklusivisme dan ekstrimisme
ini.
Faktor internal lainnya adalah dikarenakan gerakan ini
mengalami frustasi yang mendalam karena belum mampu
mewujudkan cita-cita berdirinya "negara islam internasional"
sehingga pelampiasannya dengan cara anarkis; mengebom
fasilitas publik dan terorisme. Harus diakui bahwa salah satu
penyebab gerakan radikalisme adalah faktor sentimen
keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas keagamaan
untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini
lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan
bukan agama.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal terdiri dari beberapa sebab di antaranya :
1) dari aspek ekonomi politik, kekuasaan depostik pemerintah
yang menyeleweng dari nilai-nilai fundamental islam. Itu
artinya, rezim di negara-negara islam gagal menjalankan nilai-
nilai idealistik islam. Rezim-rezim itu bukan menjadi pelayan
rakyat, sebaliknya berkuasa dengan sewenang-wenang bahkan
menyengsarakan rakyat. Penjajahan Barat yang serakah,
menghancurkan serta sekuler justru datang belakangan,
terutama setelah ide kapitalisme global dan neokapitalisme
menjadi pemenang. Satu ideologi yang kemudian mencari
daerah jajahan untuk dijadikan "pasar baru". Industrialisasi dan
ekonomisasi pasar baru yang dijalankan dengan cara-cara
berperang inilah yang sekarang hingga melanggengkan
kehadiran fundamentalisme islam.
2) faktor budaya, faktor ini menekankan pada budaya barat yang
mendominasi kehidupan saat ini, budaya sekularisme yang
dianggap sebagai musuh besar dihilangkan dari bumi. yang
harus
3) faktor sosial politik, pemerintah yang kurang tegas dalam
mengendalikan masalah teroris ini juga dapat dijadikan sebagai
salah satu faktor masih maraknya radikalisme di kalangan umat
islam.

B. Pancasila
1. Pengertian
Secara etimologis, pengertian Pancasila berasal dari bahasa
Sansekerta yang terdiri dari dua kata, Panca dan Sila. Pengertian
Pancasila yaitu, Panca berarti lima dan Sila berarti dasar. Sila juga
diartikan sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang
atau bangsa; kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan
santun); akhlak dan moral.
Secara etimologis, pengertian Pancasila berasal dari bahasa
Sansekerta yang terdiri dari dua kata, Panca dan Sila. Pengertian
Pancasila yaotu, Panca berarti lima dan Sila berarti dasar. Sila juga
diartikan sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang
atau bangsa; kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan
santun); akhlak dan moral.
Adapun pengertian pancasila menurut para ahli adalah
sebagai berikut :
a. Menurut Ir. Soekarno
Pancasila merupakan isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-
menurun berabad-abad lamanya terpendam bisu oleh
kebudayaan barat. Dengan demikian, Pancasila bukan hanya
sebagai falsafah negara, namun lebih luas lagi, yaitu falsafah bagi
bangsa Indonesia.
b. Menurut Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata 'panca' yang berarti lima dan 'sila'
yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang
penting dan baik. Dengan demikian, Pancasila merupakan lima
dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang
penting dan baik.
c. Menurut Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai
dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta sebagai
pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
d. Menurut Ruslan Abdul Ghani
Definisi Pancasila diartikan sebagai sebuah filsafat negara yang
tercipta untuk menjadi ideologi kolektif demi kesejahteraan rakyat dan
bangsa Indonesia.
e. Menurut Prof. Dr. Nurcholish Majdid
Nurcholish mengartikan pancasila sebagai modal untuk
mewujudkan demokrasi Indonesia, Pancasila memberi dasar dan
prasyarat asasi bagi demokrasi dan tatanan politik Indonesia, Pancasila
menyumbang beberapa hal penting.
2. Fungsi dan kedudukan pancasila
Adapun beberapa fungsi dan kedudukan pancasila adalah sebagai
berikut :
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
d. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
e. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara
republik Indonesia
f. Pancasila sebagai cita – cita dan tujuan bangsa Indonesia
g. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu
mendirikan negara
3. Tujuan Pancasila
Adapun beberaa tujuan dari pancasila adalah sebagai berikut
a. Menghendaki bangsa yang religius yang taat kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Menjadi bangsa yang adil secara sosial ekonomi.
c. Menjadi bangsa yang menghargai HAM (Hak Asasi Manusia).
d. Menghendaki bangsa yang demokratis.
e. Menghendaki menjadi bangsa yang nasionalis yang mencintai
Tanah Air Indonesia.
4. Nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Adapun nilai – nilai yang terkandum dalam pancasila adalah
sebagai berikut :
a. Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung
nilai ketuhanan
b. Sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab
mengandung nilai kemanusiaan
c. Sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia mengandung nilai
persatuan
d. Sila keempat Pancasila, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan mengandung
nilai kerakyatan
e. Sila kelima Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia mengandung nilai keadilan
5. Contoh penerapan nilai dasar pancasila
a. Nilai Ketuhanan
Contoh penerapan nilai ketuhanan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari:
 Menghormati pemeluk agama lain yang sedang beribadah.
 Mengedepankan sikap toleransi antarumat beragama.
 Tidak memaksakan agama tertentu kepada orang lain.
 Ikut menjaga keamanan peringatan hari besar agama lain.
b. Nilai Kemanusiaan
Contoh penerapan nilai kemanusiaan pancasila dalam
kehidupan shari – hari adalah sebagai berikut :
 Menghormati hak asasi orang lain.
 Mengakui persamaan derajat sesama manusia.
 Terlibat dalam kegiatan sosial yang sifatnya sukarela.
 Ikut memberikan pertolongan kepada korban bencana alam.
c. Nilai Persatuan
Contoh penerapan nilai persatuan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari:
 Mengutamakan kepentingan bangsa dibanding kepentingan
kelompok atau golongan tertentu.
 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
 Menjaga kerukunan antarmasyarakat.
 Membanggakan nama Indonesia dengan prestasi.
 Menghargai perbedaan antarsuku bangsa
d. Nilai Kerakyatan
Contoh penerapan nilai kerakyatan pancasila dalam
kehidupan sehari –hari adalah sebagai berikut :
 Mengikuti pemilihan umum.
 Menghargai keputusan yang diambil melalui musyawarah.
 Mendengarkan dan menghargai saran atau kritik dari orang
lain.
 Menghormati orang lain yang sedang memberikan pendapat.
e. Nilai Keadilan
Contoh penerapan nilai keadilan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari adalah sebagai berikut :
 Mengikuti kegiatan-kegiatan sosial.
 Menerapkan sikap adil terhadap sesama.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Mengedepankan sikap kegotongroyongan
C. Sejarah Radikalisme
1. Sejarah munculnya radikalisme
Radikalisme mulai muncul pada 1797. Istilah ini pertama kali
digunakan oleh Charles James Fox yang mendeklarasikan "reformasi
radikal". Gerakan ini terdiri dari perluasan hak pilih secara drastis ke
titik hak pilih universal. Pengertian radikalisme kemudian mulai
digunakan sebagai istilah umum yang mencakup semua pihak yang
mendukung gerakan reformasi parlementer.
Di Prancis sebelum 1848 istilah radikal menunjuk seorang
republik atau pendukung hak pilih universal. Memasuki abad ke-19,
pemaknaan radikalisme berubah karena pengaruh bahwa manusia
bisa mengontrol lingkungan sosial mereka melalui tindakan kolektif,
sebuah posisi yang dipegang oleh apa yang disebut radikal filosofis.

Ini membuat radikalisme lekat dengan para kaum Marxis atau


kelompok ideologi lain, yang notabene mendukung agenda
perubahan sosial politik secara mendasar dan keras melalui revolusi.
Di Amerika, radikalisme berarti ekstremisme politik dalam
bentuk apa pun, baik kiri maupun kanan. Komunisme dianggap
sebagai radikal kiri, sementara fasisme dianggap sebagai radikal
kanan. Berbagai gerakan pemuda di Amerika Serikat, yang secara
luas disebut radikal, dikaitkan dengan kecaman terhadap nilai-nilai
sosial dan politik tradisional.
2. Sejarah munculnya radikalisme di Indonesia
Radikalisme tidak bisa hanya dilihat dari penampilan atau
perilaku, melainkan dari pemikirannya. Paham radikal bisa menyasar
siapapun dan tak mengenal umum. Menurut Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2018 kriteria radikal adalah; anti-Pancasila, anti
kebhinekaan, anti NKRI, dan anti Undang-Undang Dasar 45. tujuan
dan target pemerintah terkait penggunaan istilah radikalisme adalah:
a. Radikalisme ditujukan pada kelompok tertentu yang notabene
bermaksud mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan sistem
lain.
b. Radikalisme digunakan untuk menyebut aktivitas politik
kelompok tertentu yang bersifat ekstrem, yang bukan saja tak
segan menggunakan cara-cara kekerasan, memaksakan
kehendak, melainkan lebih jauh bahkan tak jarang juga
melakukan praktik terorisme.
c. Radikalisme merujuk pada kelompok yang sebenarnya justru
memiliki sikap dan nilai-nilai antidemokrasi.

D. Radikalisme Menurut Pancasila


Menurut Horace M Kallen yang merupakan seorang filsuf yang
berasal dari Amerika, radikalisme mempunyai kekayaan yang kuat
tentang kebenaran ideologi atau program yang dibawanya. Kelompok
radikalisme selalu memperjuangkan keyakinan yang dianut.
Dalam hal ini, kelompok radikalisme akan selalu berpegang teguh
pada prinsip dan keyakinan yang mereka anut, dan itu bertentangan
dengan nilai Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan.
Di masa sekarang radikalisme menjadi ancaman nyata bagi bangsa
Indonesia. Radikalisme sering mengatasnamakan paham agama. Kendati
demikian, radikalisme di Indonesia berkaitan erat dengan terorisme.
Radikalisme merupakan embrio dari terorisme. Hal ini didukung oleh UU
No 5 Tahun 2018, terorisme adalah perbuatan yang menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror
atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang
bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran
terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik,
atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan
keamanan.
Radikalisme bertentangan dengan Pancasila karena paham ini tidak
sejalan dengan prinsip ketuhanan yang maha esa, prinsip kemanusiaan
yang adil dan beradab, prinsip persatuan, prinsip musyawarah, dan
keadilan, radikalisme juga termasuk pada keadaan yang sangat
bertentangan dengan prinsip demokrasi dan perikemanusiaan yang
beradab. Pengaruh negatif dari tindakan radikalisme yaitu maraknya
pemberontakan yang mengatasnamakan agama yang sangat
menentang nilai-nilai Pancasila.
Radikalisme tidak dapat dibendung keberadaannya, tetapi negara
dapat memberikan langkah preventif untuk mencegah penyebaran
paham radikal. Langkah-langkah preventif dapat dilakukan di lingkungan
masyarakat, lingkungan universitas, dan lingkup yang lebih kecil yaitu
keluarga.
1. Langkah preventif di lingkungan masyarakat dapat berupa:
a. Penyuluhan tentang bahaya radikalisme untuk warga dari RT atau
kelurahan.
b. Adanya seminar yang memberikan pembekalan tentang bahaya
dari radikalisme atau paham radikal.
c. Menjadwalkan kegiatan gotong royong rutin agar mempererat
persatuan dan saling mengenal satu sama lain.
d. Berperan aktif dalam melaporkan radikalisme dan terorisme.
2. Adapun, langkah preventif yang bisa direalisasikan di lingkungan
universitas:
a. Memberikan pembekalan kepada mahasiswa tentang bahaya dari
radikalisme dan terorisme.
b. Adanya mata kuliah Pancasila dan kewarganegaraan sebagai
mata kuliah wajib untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
c. Menyediakan wadah atau forum diskusi yang bermanfaat agar
mahasiswa dapat berpikir kritis tentang situasi yang terjadi
sekarang.
d. Pimpinan perguruan tinggi harus melakukan pengawasan
terhadap setiap kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa, baik itu
kegiatan internal maupun kegiatan eksternal.
3. Tindakan preventif yang paling efektif direalisasikan adalah di
lingkungan keluarga, karena keluarga adalah langkah awal dalam
mencegah penyebaran radikalisme. Langkah preventif yang bisa
dilakukan sebagai berikut:
a. Mengajarkan nilai-nilai Pancasila sedari dini, dan contoh perilaku
dimulai dari orang tua.
b. Melakukan pengawasan yang memadai atas pergaulan anak,
khususnya dalam kelompok-kelompok keagamaan yang krusial.
c. Memberikan pemahaman agama secara benar dan utuh kepada
anak.
d. Memberikan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan kepada
anak untuk tinggal di rumah.
E. Implementasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Menghadapi
Radikalisme
Dalam masa orde baru, untuk menanamkan dan memasyarakatkan
kesadaran akan nilai-nilai Pancasila dibentuk satu badan yang bernama
BP7. Badan tersebut merupakan penanggung jawab (leading sector)
terhadap perumusan, aplikasi, sosialisasi, internalisasi terhadap
pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila, dalam kehidupan
berbangsa, bermasyarakat dan bernegara.
Saat ini Pancasila adalah ideologi yang terbuka., dan sedang diuji
daya tahannya terhadap gempuran, pengaruh dan ancaman ideologi-
ideologi besar lainnya, seperti liberalisme (yang menjunjung kebebasan
dan persaingan), sosialisme (yang menekankan harmoni), humanisme
(yang menekankan kemanusiaan), nihilisme (yang menafikan nilai-nilai
luhur yang mapan), maupun ideologi yang berdimensi keagamaan.
Pancasila, sebagai ideologi terbuka pada dasarnya memiliki nilai-nilai
universal yang sama dengan ideologi lainnya, seperti keberadaban,
penghormatan akan HAM, kesejahteraan, perdamaian dan keadilan.
Dalam era globalisasi, romantisme kesamaan historis jaman lalu tidak
lagi merupakan pengikat rasa kebersamaan yang kokoh. Kepentingan
akan tujuan yang akan dicapai lebih kuat pengaruhnya daripada
kesamaan latar kesejarahan. Karena itu, implementasi nilai-nilai
Pancasila, agar tetap aktual menghadapi ancaman radikalisme harus
lebih ditekankan pada penyampaian tiga message berikut :
a. Negara ini dibentuk berdasarkan kesepakatan dan kesetaraan, di
mana di dalamnya tidak boleh ada yang merasa sebagai pemegang
saham utama, atau warga kelas satu.
b. Aturan main dalam bernegara telah disepakati, dan Negara memiliki
kedaulatan penuh untuk menertibkan anggota negaranya yang
berusaha secara sistematis untuk merubah tatanan, dengan cara-cara
yang melawan hukum.
c. Negara memberikan perlindungan, kesempatan, masa depan dan
pengayoman seimbang untuk meraih tujuan nasional masyarakat adil
dan makmur, sejahtera, aman, berkeadaban dan merdeka.
Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945 yang harus tetap
diimplementasikan itu adalah :
 Kebangsaan dan persatuan
 Kemanusiaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat
manusia
 Ketuhanan dan toleransi
 Kejujuran dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan
 Demokrasi dan kekeluargaan
Ketahanan Nasional merupakan suatu kondisi kehidupan nasional
yang harus diwujudkan
dan dibina secara terus menerus secara sinergis dan dinamis mulai dari
pribadi, keluarga, lingkungan dan nasional yang bermodalkan keuletan
dan ketangguhan yang mengandung kemampuan pengembangan
kekuatan nasional. Salah satu unsur ketahanan nasional adalah
Ketahanan Ideologi. Ketahanan Ideologi perlu ditingkatkan dalam
bentuk :
 Pengamalan Pancasila secara objektif dan subjektif
 Aktualisasi, adaptasi dan relevansi ideologi Pancasila terhadap nilai-
nilai baru
 Pengembangan dan penanaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika
dalam seluruh kehidupan berbangsa dan bermasyarakat

F. Cara Membentengi Diri Dari Radikalisme


Pemuda adalah aset bangsa yang sangat berharga. Masa depan
negeri ini bertumpu pada kualitas mereka. Namun ironisnya, kini tak
sedikit kaum muda yang justru menjadi pelaku terorisme. Serangkaian
aksiterorisme mulai dari Bom Bali-1, Bom Gereja Kepunton, bom di JW
Marriot dan Hotel Ritz-Carlton,hingga aksi penembakan Pos Polisi
Singosaren di Solo dan Bom di Beji dan Tambora, melibatkan pemuda.
Sebut saja, Dani Dwi Permana, salah satu pelaku Bom di JW Marriot dan
Hotel Ritz-Carlton, yang saat itu berusia 18 tahun dan baru lulus SMA.
Fakta di atas diperkuat oleh riset yang dilakukan Lembaga Kajian
Islam dan Perdamaian (LaKIP). Dalam risetnya tentang radikalisme di
kalangan siswa dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jabodetabek,
pada Oktober 2010-Januari 2011, LaKIP menemukan sedikitnya 48,9
persen siswa menyatakan bersedia terlibat dalam aksi kekerasan terkait
dengan agama dan moral.
Rentannya pemuda terhadap aksi kekerasan dan terorisme patut
menjadi keprihatinan kita bersama. Banyak faktor yang menyebabkan
para pemuda terseret ke dalam tindakan terorisme, mulai dari
kemiskinan, kurangnya pendidikan agama yang damai, gencarnya
infiltrasi kelompok radikal, lemahnya semangat kebangsaan, kurangnya
pendidikan kewarganegaraan, kurangnya keteladanan, dan tergerusnya
nilai kearifan lokal oleh arus modernitas negatif.
Untuk membentengi para pemuda dan masyarakat umum dari
radikalisme dan terorisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT), menggunakan upaya pencegahan melalui kontra-radikalisasi
(penangkalan ideologi). Hal ini dilakukan dengan membentuk Forum
Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di daerah, Pelatihan anti
radikal-terorisme bagi ormas, Training of Trainer (ToT) bagi sivitas
akademika perguruan tinggi, serta sosialiasi kontra radikal terorisme
siswa SMA di empat provinsi.
Ada beberapa hal yang patut dikedepankan dalam pencegahan
terorisme di kalangan pemuda :
1. memperkuat pendidikan kewarganegaraan (civic education) dengan
menanamkan pemahaman yang mendalam terhadap empat pilar
kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal
Ika. Melalui pendidikan kewarganegaraan, para pemuda didorong
untuk menjunjung tinggi dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur
yang sejalan dengan kearifan lokal seperti toleransi antar-umat
beragama, kebebasan yang bertanggung jawab, gotong royong,
kejujuran, dan cinta tanah air serta kepedulian antar-warga
masyarakat.
2. mengarahkan para pemuda pada beragam aktivitas yang berkualitas
baik di bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun
olahraga.
3. memberikan pemahaman agama yang damai dan toleran, sehingga
pemuda tidak mudah terjebak pada arus ajaran radikalisme. Dalam
hal ini, peran guru agama di lingkungan sekolah dan para pemuka
agama di masyarakat sangat penting.
4. memberikan keteladanan kepada pemuda. Sebab, tanpa adanya
keteladanan dari para penyelenggara negara, tokoh agama, serta
tokoh masyarakat, maka upaya yang dilakukan akan sia-sia.
G. Cara Mencegah Radikalisme
Berbagai cara mencegah radikalisme dan terorisme agar tidak
semakin menjamur, terutama di bangsa Indonesia ini, antara lain:

1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar


Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham
radikalisme dan tindak terorisme ialah memperkenalkan ilmu
pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan tentang ilmu
pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada siapapun,
terutama kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran
para generasi muda yang masih mengembara karena rasa
keingintahuannya, apalagi terkait suatu hal yang baru seperti sebuah
pemahaman terhadap suatu masalah dan dampak
pengaruhglobalisasi.
Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan
hanya sebatas ilmu umum saja, tetapi juga ilmu agama yang
merupakan pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga
keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus diperkenalkan
secara baik dan benar, dalam artian haruslah seimbang antara ilmu
umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga dapat tercipta
kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.
2. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman
radikalisme dan tindak terorisme ialah memahamkan ilmu
pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah memperkenalkan ilmu
pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar, langkah berikutnya
ialah tentang bagaimana cara untuk memahamkan ilmu
pengetahuan tersebut. Karena tentunya tidak hanya sebatas
mengenal, pemahaman terhadap yang dikenal juga diperlukan.
Sedemikian sehingga apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan,
baik ilmu umum dan ilmu agama sudah tercapai, maka kekokohan
pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. Dengan demikian, maka
tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman
radikalisme sekaligus tindakan terorisme dan tidak
menjadi penyebab lunturnya bhinneka tunggal ikasebagai semboyan
Indonesia.

3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial

Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya


pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Sedemikian
sehingga agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka kesenjangan
sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu
Negara termasuk Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah
dan rakyat haruslah diminimalisir. Caranya ialah pemerintah harus
mampu merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan
rakyat sekaligus melakukan aksi nyata secara langsung kepada
rakyat. Begitu pula dengan rakyat, mereka harusnya juga selalu
memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak pemerintah
bahwa pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik
sebagai pengayom rakyat dan pemegang kendali pemerintahan
Negara.

4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan

Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai


upaya untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan
terorisme di kalangan masyarakat, terbelih di tingkat Negara.
Sebagaimana kita sadari bahwa dalam sebuah masyarakat pasti
terdapat keberagaman atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah
Negara yang merupakan gabungan dari berbagai masyarakat. Oleh
karena itu, menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya
kemajemukan tersebut sangat perlu dilakukan untuk mencegah
masalah radikalisme dan terorisme. Salah satu yang bisa dilakukan
dalam kasus Indonesia ialah memahami dan penjalankan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang
tertera di sana ialahBhinneka Tunggal Ika.

5. Mendukung Aksi Perdamaian

Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk


mencegah tindakan terorisme agar tidak terjadi. Kalau pun sudah
terjadi, maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan tersebut
tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita
tinjau lebih dalam bahwa munculnya tindakan terorisme dapat
berawal dari muncul pemahaman radikalisme yang sifatnya baru,
berbeda, dan cenderung menyimpang sehingga menimbulkan
pertentangan dan konflik. Oleh karena itu, salah satu cara untuk
mencegah agar hal tersebut (pemahaman radikalisme dan tindakan
terorisme) tidak terjadi ialah dengan cara memberikan dukungan
terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh Negara
(pemerintah), organisasi/ormas maupun perseorangan.

6. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme Dan Terorisme


Peranan yang dilakukan di sini ialah ditekankan pada aksi
melaporkan kepada pihak-pihak yang memiliki kewenangan apabila
muncul pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme, entah itu
kecil maupun besar. Contohnya apabila muncul pemahaman baru
tentang keagamaan di masyarakat yang menimbulkan keresahan,
maka hal pertama yang bisa dilakukan agar pemahaman radikalisme
tindak berkembang hingga menyebabkan tindakan terorisme yang
berbau kekerasan dan konflik ialah melaporkan atau berkonsultasi
kepada tokoh agama dan tokok masyarakat yang ada di lingkungan
tersebut. Dengan demikian, pihak tokoh-tokoh dalam mengambil
tindakan pencegahan awal, seperti melakukan diskusi tentang
pemahaman baru yang muncul di masyarakat tersebut dengan pihak
yang bersangkutan.

7. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan


Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga
harus dilakukan untuk mencegah munculnya pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme. Meningkatkan pemahaman ini
ialah terus mempelajari dan memahami tentang artinya hidup
bersama-sama dalam bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh
akan keberagaman, termasuk Indonesia sendiri. Sehingga sikap
toleransi dan solidaritas perlu diberlakukan, di samping menaati
semua ketentuan dan peraturan yang sudah berlaku di masyarakat
dan Negara. Dengan demikian, pasti tidak akan ada pihak-pihak yang
merasa dirugikan karena kita sudah paham menjalan hidup secara
bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah
ditetapkan di tengah-tengah masyarakat dan Negara.

8. Menyaring Informasi Yang Didapatkan

Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah


satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan informasi
yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih
dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana
informasi bisa datang dari mana saja. Sehingga penyaringan
terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar
dan informasi yang tidak benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita
harus bisa menyaring informasi yang didapat sehingga tidak
sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk
langsung mengikuti informasi tersebut.

9. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme


Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk
menyebarkan pemahaman radikalisme dan melakukan tindakan
terorisme, namun kita mensosialisasikan tentang apa itu sebenarnya
radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya akan banyak orang
yang mengerti tentang arti sebenarnya dari radikalisme dan
terorisme tersebut, di mana kedua hal tersebut sangatlah berbahaya
bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara bersama-
sama dalam dasar kemajemukan atau keberagaman. Jangan lupa
pula untuk mensosialisasikan tentang bahaya, dampak, serta cara-
cara untuk bisa menghindari pengaruh pemahaman radikalisme dan
tindakan terorisme.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Radikalisme adalah hasil dari pengembangan suku kata radikal.
Adapun kata radikal berasal dari bahasa Latin, radix atau radici. Radix
dalam bahasa Latin berarti 'akar'. Istilah radikal mengacu pada hal-
hal mendasar, prinsip-prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial
atas bermacam gejala.
2. Pengertian Pancasila yaitu, Panca berarti lima dan Sila berarti dasar.
Sila juga diartikan sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku
seseorang atau bangsa; kelakuan atau perbuatan yang menurut adab
(sopan santun); akhlak dan moral.
3. Adapun ciri –ciri dari radikalisme adalah sebagai berikut :
a. Radikalisme adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi,
tanggapan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk
evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan dengan keras.
b. Melakukan upaya penolakan secara terus-menerus, dan
menuntut terjadinya perubahan drastis yang diinginkan.
c. Orang-orang yang menganut paham radikalisme, biasanya
memiliki keyakinan yang kuat terhadap program yang ingin
mereka jalankan.
d. Penganut radikalisme tak akan segan menggunakan cara
kekerasan dalam mewujudkan keinginan mereka.
e. Penganut radikalisme memiliki anggapan, bahwa semua pihak
yang berbeda pandangan dengan mereka adalah bersalah.
4. Adapun beberaa tujuan dari pancasila adalah sebagai berikut
a. Menghendaki bangsa yang religius yang taat kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Menjadi bangsa yang adil secara sosial ekonomi.
c. Menjadi bangsa yang menghargai HAM (Hak Asasi Manusia).
d. Menghendaki bangsa yang demokratis.
e. Menghendaki menjadi bangsa yang nasionalis yang mencintai
Tanah Air Indonesia.
5. Adapun nilai – nilai yang terkandum dalam pancasila adalah sebagai
berikut :
a. Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung
nilai ketuhanan
b. Sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab
mengandung nilai kemanusiaan
c. Sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia mengandung nilai
persatuan
d. Sila keempat Pancasila, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan mengandung
nilai kerakyatan
e. Sila kelima Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia mengandung nilai keadilan
6. Radikalisme tidak dapat dibendung keberadaannya, tetapi negara
dapat memberikan langkah preventif untuk mencegah penyebaran
paham radikal. Langkah-langkah preventif dapat dilakukan di
lingkungan masyarakat, lingkungan universitas, dan lingkup yang
lebih kecil yaitu keluarga.
7. Salah satu unsur ketahanan nasional adalah Ketahanan Ideologi.
Ketahanan Ideologi perlu ditingkatkan dalam bentuk :
a. Pengamalan Pancasila secara objektif dan subjektif
b. Aktualisasi, adaptasi dan relevansi ideologi Pancasila terhadap
nilai-nilai baru
c. Pengembangan dan penanaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika
dalam seluruh kehidupan berbangsa dan bermasyarakat
8. Berbagai cara mencegah radikalisme dan terorisme agar tidak
semakin menjamur, terutama di bangsa Indonesia ini, antara lain:
a. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
b. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
c. Meminimalisir Kesenjangan Sosial
d. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan
e. Mendukung Aksi Perdamaian
f. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme Dan Terorisme
g. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan
h. Menyaring Informasi Yang Didapatkan
i. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme

B. Saran
Berdasarkan penulisan makalah di atas kalian dapat mengetahui
secara mendalam terkait pancasila sebagai sumber nilai. Pada penulisan
ini kami sadar masih banyak kekurangan yang kami miliki, untuk itu kami
memohon saran dan keritik yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, H. (2021, september 23). liputan6.com. pengertian pancasila, fungsi, kedudukan,


dan makna setiap lambangnya: diakses pada 28 Juni 2022 dari
https://m.liputan6.com/hot/read/4665960/pengertian-pancasila-fungsi-
kedudukan-dan-makna-setiap-lambangnya

Al-Amin, M. I. (2022, januari 18). katadata.co.id. Radikalisme adalah paham yang


menghendaki perubahan, ini penjelasannya: diakses pada 28 Juni 2022 dari
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61e664b8b2ff9/radikalisme-adalah-
paham-yang-menghendaki-perubahan-ini-penjelasannya

azhar, A. a. (2021, oktober 25). kompasiana.com. isu radikalisme yang bertentangan


dengan nilai-nilai pancasila: diakses pada 28 Juni 2022 dari
https://www.kompasiana.com/alfianal-
azhar7250/6176206206310e1f1260b632/isu-radikalisme-yang-bertentangan-
dengan-nilai-nilai-pancasila

Kapanlagi.com. (2021, oktober 29). Arti pancasila menurut para ahli dan makna simbol
pada setiap sila. diakses pada 28 Juni 2022 dari
https://m.kapanlagi.com/plus/arti-pancasila-menurut-para-ahli-dan-makna-
simbol-pada-setiap-sila-
0d6219.html#:~:text=Menurut%20Muhammad%20Yamin%2C%20Pancasila%20
berasal,laku%20yang%20penting%20dan%20baik

mingseli.id. (2020, Desember 8). Diambil kembali dari 7 Pengertian Radikalisme Menurut
Para Ahli diakses pada 29 Juni 2022: dari
https://www.mingseli.id/2020/12/pengertian-radikalisme-menurut-para-
ahli.html?m=1

ngelmu.co. (2019, Juli 29). pengertian radikalisme menurut para ahli, ciri-ciri hingga
faktornya. Diakses pada 29 Juni 2022 dari https://www.ngelmu.co/pengertian-
radikalisme/

tribratanews.kepri.polri.go.id. (2019, oktober 31). Diambil kembali dari 9 cara mencegah


radikalisme dan terorisme: diakses pada 29 Juni 2022 dari
https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2019/10/31/9-cara-mencegah-
radikalisme-dan-terorisme-3/

Wahyudi, R. N. (2015/2016). academia.edu. Diambil kembali dari makalah radikalisme di


tinjau dari ideologi pancasila: diakses pada 29 Juni 2022 dari
https://www.academia.edu/33008417/MAKALAH_RADIKALISME_DI_TINJAU_DA
RI_IDEOLOGI_PANCASILA_docx

Anda mungkin juga menyukai