Anda di halaman 1dari 10

TUGAS : MAKALAH POLITIK PEMBANGUNAN

Dosen :
AIDIL ARIFIN
Oleh :
Nama : NANA
Nim : 197054012

MAGISTER ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi


yang membawa berbagai konsekuensi yang tidak hanya terhadap dinamika kehidupan
politik nasional, melainkan juga terhadap dinamika sistem-sistem lain yang menunjang
penyelenggaraan kehidupan kenegaraan. Pembangunan sistem politik yang demokratis
tersebut diarahkan agar mampu mempertahankan keutuhan wilayah Republik Indonesia
dan makin mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia yang akan memberikan ruang
yang semakin luas bagi perwujudan keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Keberhasilan pembangunan politik yang demokratis tidak hanya dipengaruhi


oleh situasi yang berkembang di dalam negeri, tetapi dapat pula dipengaruhi oleh
konstelasi politik internasional dewasa ini. Di samping itu, keberhasilan pembangunan
sistem politik yang demokratis perlu didukung pula oleh penyelenggara negara yang
profesional dan terbebas dari praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta
dapat memanfaatkan secara optimal berbagai bentuk media massa dan penyiaran serta
berbagai jaringan informasi di dalam dan di luar negeri.

Permasalahan pokok yang dihadapi oleh Indonesia saat ini di bidang politik
dalam negeri adalah adanya ketidakseimbangan kekuasaan di antara lembaga-lembaga
tertinggi/tinggi negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif); belum akomodatifnya
konstitusi (UUD 1945) dan perundang-undangan yang ada terhadap dinamika perubahan
masyarakat; rentannya konflik, baik vertikal maupun horizontal; menguatnya gejala
disintegrasi bangsa yang sering kali mencari pembenaran dan dukungan dari pihak luar
negeri tertentu; serta merebaknya berbagai tindak kekerasan dan aksi massa yang sering
kali memaksakan kehendak. Selain itu, permasalahan lain yang muncul sebagai akibat
dari warisan sistem politik pada masa lalu adalah ketidaknetralan serta keberpihakan
pegawai negeri sipil (PNS) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri) terhadap kepentingan penguasa; lemahnya
pengawasan terhadap kinerja penyelenggara negara, sehingga menjadi penyebab
2
meluasnya tindakan KKN; belum terlaksananya prinsip-prinsip penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance); lemahnya kelembagaan dan
ketatalaksanaan penyelenggaraan negara, dan lemahnya kapasitas sumber daya manusia;
serta belum memadainya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan
pemerintahan umum dan pembangunan.

Berkenaan dengan hubungan dan politik luar negeri, permasalahan pokok yang
dihadapi adalah kekurangsiapan Indonesia dalam mengantisipasi berbagai ekses
globalisasi politik dan ekonomi; dan lemahnya posisi tawar Indonesia dalam percaturan
internasional. Di samping itu, Indonesia belum mampu memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi secara optimal guna memperkuat daya saing dalam
menghadapi tantangan global serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kesadaran politik rakyat.

Penyelenggara negara mempunyai peran yang sangat menentukan terhadap


keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan umum dan pembangunan. Untuk itu,
langkah-langkah yang dilakukan adalah melalui pelaksanaan program pengawasan
aparatur negara, program penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan, program
peningkatan kualitas pelayanan publik, serta program peningkatan kapasitas sumber
daya manusia. Makalah ini akan menguraikan tentang Pembahasan politik pembangunan
dari perspektif para ahli, arah kebijakan politik Indonesia, tujuan pembangunan politik,
dan kritik terhadap teori pembangunan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pembangunan Politik


Pembangunan mungkin tidak ada kata yang tepat selain pengembangan yang
digunakan untuk menunjukan angka besar manusiadi banyak kota di dunia saat ini.

3
Pembangunan secara tidak langsung menyatakan kemajuan, pertumbuhan, dan
perubahan. Hal ini menyangkut dengan peralihan budaya, negara-negara, dan
masyarakat dari tingkat yang kurang majuke tingkat yang kurang maju ke tingkat social
yang jauh lebih maju. Sama dengan industrialisasi, modernisasi, urbanisasi telah
digunakan untuk memperluas istilah pembangunan. Istilah pembangunan secara kasar
merupakan sinonim dari kemajuan. Dalam konteks ini, pembangunan berarti
transformasi social dalam mengatur distribusi potensi social kepada semua orang seperti
pendidikan, layanan kesehatan, perumahan rakyat, partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan politik, dan dimensi lain dari peluang kehidupan manusia.
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa.
Dalam khasanah ilmu ekonomi pembangunan, yang menjadi sangat populer dan
berkembang setelah Perang Dunia 2, Roy F. Harrod dan Evsey Domar, dua ekonom
yang membangun teori masing-masing tanpa kerja sama jelas tidak bisa dilupakan
dalam sejarah teori tersebut. Gagasan dalam teori Harrod-Domar berfokus pada satu
pernyataan penting bahwa kunci pertumbuhan ekonomi ada pada investasi. Dengan
demikian, ekspektasi terhadap kenaikan pendapatan masyarakat dan kapasitas produktif
selalu berkait dengan pertanyaan mengenai seberapa besar laju kenaikan investasi Dunia
Ketiga dengan produktivitas sumber daya manusia yang rendah, kemiskinan,
pertumbuhan penduduk yang tinggi, tidak demokratis, feodal, dan cenderung
militeristik, pasar yangtidak sempurna, atau standar hidup yang rendah (Todaro, 1998)
Pakar politik Lucien W. Pye yang dikutip oleh Budi Harjanto memberikan
dimensi/unsur dari pembangunan politik sebagai berikut :
Pembangunan politik sebagai : pertambahan persamaan (equality) antara individu
dalam hubungannya dengan system politik, pertambahan kemampuan (capacity) system
politik dalam hubungannya dengan lingkungan, dan pertambahan pembedaan
(differentiation and specialization) lembaga dan struktur di dalam system politik itu.
Ketiga dimensi tersebut senantiasa ada pada “Dasar dan jantung proses
pembangunan”.

Menurut Pye, dimensi persamaan (equality) dalam pembangunan politik


berkaitan dengan Masalah partisipasi dan keterlibatan rakyat dalam Kegiatan-kegiatan
politik, baik yang dimobilisir secara demokratis maupun totaliter. Dalam unsur/dimensi
4
ini dituntut adanya pelaksanaan hukum secara universal, dimana semua orang harus taat
kepada hokum yang sama, dan dituntut adanya kecakapan dan prestasi serta bukan
pertimbangan-pertimbangan status berdasarkan suatu system sosial yang tradisional.

Dalam proses pembangunan, dimensi ini berkaitan erat dengan budaya politik,
legitimasi dan keterikatan pada system. Sedangkan dimensi kapasitas (capacity)
dimaksudkan sebagai kemampuan system politik yang dapat dilihat dari output yang
dihasilkan dan besarnya pengaruh yang dapat diberikan kepada sistem-sistem lainnya
seperti system sosial dan ekonomi. Dimensi ini berhubungan erat prestasi pemerintah
yang memiliki wewenang resmi, yang mencerminkan besarnya ruang lingkup dan
tingkat prestasi politik dan pemerintahan, efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan
kebijakan umum dan rasionalitas dalam administrasi serta orientasi kebijakan.
Sedangkan dimensi diferensiasi dan spesialisasi (differentiation and specialization),
menunjukkan adanya lembaga-lembaga pemerintahan dan struktur-strukturnya beserta
fungsinya masing-masing, yang terdapat pada sistem politik. Dengan diferensiasi berarti
bertambah pula pengkhususan atau spesialisasi fungsi dari beberapa peranan politik di
dalam sistem. Di samping itu diferensiasi melibatkan pula Masalah integrasi proses-
proses dan struktur-struktur yang rumit (Spesialisasi yang didasarkan pada perasaan
integrasi keseluruhan).

Oleh karena itu, dapatlah ditarik benang merah dari pembangunan politik adalah
kedaulatan ditangan rakyat. Di negara berkembang seringkali muncul kelabilan politik.
Labilnya politik tersebut dalam suatu negara salah satunya diakibatkan dari ekstrimitas
sipil/militer yang dapat menghambat pembangunan.

Sementara itu Lucian W Pye merumuskan berbagai macam pembangunan politik


:

1. Pembangunan politik sebagai prasyarat politik untuk pembangunan ekonomi


2. Pembangunan politik sebagai kehidupan politik khas masyarakat industry.
3. Pembangunan politik sebagai modernisasi politik.
4. Pembangunan politik sebagai operasi negara kebangsaan.
5. Pembangunan politik sebagai pembangunan administrasi dan hukum.
6. Pembangunan politik sebagai mobilisasi masa dan partisipasi.
7. Pembangunan politik sebagai pembinaan
8. Pembanguna Politik sebagai pembinaan Demokrasi.
9. Pembangunan politik sebagai mobilisasi dan kekuasaan

5
10. Pembangunan politik sebagai satu segi dari proses perubahan social yang
multidimensional.

B. Tujuan Pembangunan Bidang Politik

Adapun beberapa tujuan dari pembangunan politik, yaitu :


1. Meningkatkan komitmen nasional agar mengutamakan kepentingan nasional
2. Menyusun program pembangunan nasional yang bebas dari kepentingan politik
3. Meyakinkan tidak adanya satu lembaga konstitusional yang terlalu dominan, melalui
mekanisme “check and balance”
4. Mencegah timbulnya satu partai politik
5. Adanya oposisi yang membangun politik sehat.
6. Meningkatkan kreativitas dan inovasi di bidang politik untuk mempercepat
pembangunan nasional
7. Meningkatkan pendidikan politik melalui partai, bermuara pada pemilihan aspirasi
politik yang sesuai keinginan rakyat.

C. Arah Kebijakan Politik Indonesia

Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004, arah kebijakan


pembangunan politik adalah :
1. Politik Dalam Negeri
- Memperkuat keberadaan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang bertumpu pada ke-bhinekatunggal ika
- Menyempurnakan Undang-Undang Dasar 1945 sejalan dengan perkembangan
kebutuhan bangsa, ddinamika dan tuntutan reformasi, dengan tetap memelihara
kesatuan dan persatuan bangsa, serta sesuai dengan jiwa dan semangat
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
- Meningkatkan peran Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
rakyat, dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya dengan menegaskan fungsi,
wewenang, dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan
kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga eksekutif, legislative,
dan yudikatif.
- Mengembangkan sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis
dan terbuka, mengembangkan kehidupan kepartaian yang menghormati
keberagaman aspirasi politik, serta mengembankan sistem dan penyeleenggaraan
demokratis dengan menyempurnakan berbagai peraturan perundang-undangan di
bidang politik.
- Meningkatkan pendidikan politik secara intensif dan komprehensif kepada
masyarakat untuk mengembankan budaya politik yang demokratis, menghormati

6
keberagaman aspirasi, dan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi
manusia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
- Memasyarakatkan dan menerapakan prinsip persamaan dan anti diskriminasi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
- Menyelenggarakan pemilihan umum umum secara lebih berkualitas dengan
partisipasi rakyat seluas-luasnya atas dasar prinsip demokratis, langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, adil dan beradap
- Membangun bangsa dan watak bangsa menuju bangsa dan masyarakat Indonesia
yang maju, bersatu, rukun, damai, demokratis, dinamis, toleran, sejahtera, adil,
dan makmur.

2. Hubungan Luar Negeri (Politik Luar Negeri)


- Menegaskan arah politik aktif dan berorientasi pada kepentingan nasional,
menitikberatkan pada solidaritas anntar negara berkembang, mendukung
perjuangan kemerdekaan bagnsa-bangssa, menolak penjajahan dalam segala
bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerja sama internasional
bagi kesejahteraan rakyat.
- Dalam melakukan perjajian dan kerja sama internasional yang menyangkut
kepentingan dan hajat hidup rakyat banyak harus dengan persetujuan lembaga
perwakilan rakyat.
- Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan
- diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun citra positif
Indonesia di dunia international, memberrikan perlindungan dan pembelaan
terhadap warga negara dan pembelaan terhadap warga negara dan kepentingan
Indonesia, serta memanfaatkna setiap peluang positif bagi kepentingan nasional.
- Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi dan
pembangunan nasional, melalui kerja sama ekonomi regional maupun
internasional dalam rangka stabilitas, kerja sama, dan pembangunan kawasan.
- Meningkatkan kersiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi
perdagangan bebas.
D. Kritik terhadap teori pembangunan

Asumsi-asumsi yang digaungkan oleh kaum developmentalis menuai banyak


kritik dari beberapa intelektual. Salah satunya adalah Howard J. Wiarda, lewat bukunya
“Introduction to comparative politics:concepts ad processes” (1993). Wiarda
mengelaborasikan 12 alasan mengapa teori pembangunan tidak potensial untuk
diterapkan secara universal.

7
1. Literature-literatur teori pembangunan banyak dditulis oleh intelektual barat yang
memiliki sedikit atau tidak sama sekali pengalaman hidup dinegara-negara non-
Western yang berkembang. Fakta ini memengaruhi skema pembangunan yang
disusun dengan referensi barat tidak serta-merta mampu mendiskripsikan
masyarakat di negara-negara non-barat.
2. Perang Vietnam yang dianggap sebagai uji coba teori untuk negara-negara
berkembang menemui kegagalan. Penerapan kapitalissme dan demokrasi di
Vietnam tidak tercapai, justru lebih banyak tentara amerika yang mati. Symbol
kegagalan perang Vietnam menjadi symbol kegagalan ekspektasi teori
pembangunan diterapkan di negara berkeembang.
3. Prediksi bahwa pertumbuhan ekonomi, mlbilisasi sosial dan demokrasi akan
menghasilkan kehidupan masyarakat yang stabil dan sejahtera. Samuel P.Huntinton
dalam “Political Order in Changing Societies” (1968) justru berargumen
sebaliknya. Pertumbuhan sosial akan memproduksi instabilitas alih-alih stabilitas
sosial.
4. Fondasi filosofis teori pembangunan berdasarkan pada pengalaman negara barat.
Kebijakan yang dditurunkan menjadi skema pembangunan mengikuti pola negara
barat sehingga sulit diaplikasikan secara utuh.
5. Para pendukung teori pembangunan berpendapat, uang yang disuntikkan untuk
pembangunan di dunia ketiga akan menggerakkan ekonomi, kemudian menciptakan
perubahan sosial dan politik. Ekspektasi semacam ini tidak realistis dan penuh
kepalsuan. Dalam bebrapa kasus, suntikan finansial justru menimbulkan konflik
dan kekerasan yang timbul akibat perubahan sosial dan politik.
6. Bantuan amerika serikat melalui USAID ke negara-negara berkembang justru
menghancurkan struktul tradisional yang secara historis menjadi fondasi berdirinya
negara. Kebijakan developmentalis dianggap menciptakan lebih banyak keburukan
bagi negara berkeembang, ketimbang kemajuan.

8
BAB III
PENUTUP

Keberhasilan pembangunan politik yang demokratis tidak hanya dipengaruhi


oleh situasi yang berkembang di dalam negeri, tetapi dapat pula dipengaruhi oleh
konstelasi politik internasional dewasa ini. Di samping itu, keberhasilan pembangunan
sistem politik yang demokratis perlu didukung pula oleh penyelenggara negara yang
profesional dan terbebas dari praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta
dapat memanfaatkan secara optimal berbagai bentuk media massa dan penyiaran serta
berbagai jaringan informasi di dalam dan di luar negeri.

Permasalahan pokok yang dihadapi oleh Indonesia saat ini di bidang politik
dalam negeri adalah adanya ketidakseimbangan kekuasaan di antara lembaga-lembaga
tertinggi/tinggi negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif); belum akomodatifnya
konstitusi (UUD 1945) dan perundang-undangan yang ada terhadap dinamika perubahan
masyarakat; rentannya konflik, baik vertikal maupun horizontal; menguatnya gejala
disintegrasi bangsa yang sering kali mencari pembenaran dan dukungan dari pihak luar
negeri tertentu; serta merebaknya berbagai tindak kekerasan dan aksi massa yang sering
kali memaksakan kehendak. Selain itu, permasalahan lain yang muncul sebagai akibat
dari warisan sistem politik pada masa lalu adalah ketidaknetralan serta keberpihakan
pegawai negeri sipil (PNS) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri) terhadap kepentingan penguasa; lemahnya
pengawasan terhadap kinerja penyelenggara negara, sehingga menjadi penyebab
meluasnya tindakan KKN; belum terlaksananya prinsip-prinsip penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance); lemahnya kelembagaan dan
ketatalaksanaan penyelenggaraan negara, dan lemahnya kapasitas sumber daya manusia;
serta belum memadainya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan
pemerintahan umum dan pembangunan.

Beberapa kritikus bahkan berpendapat, teori pembangunan adalah omong


kosong belaka. Teori pembangunan adalah strategi Amerika Serikat untuk
mempertahankan posisi super powernya dikancah politik internasional. Dengan suntikan
9
dana, Amerika Serikat mendominasi dan mengontrol pembangunan negara-negara dunia
ketiga.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pye, Lucian W, Aspect Of Political Development, Boston: The Litle Brown, 1966
2. Surbakti, Ramlan. (1992), Memahami Ilmu Politik: Gramedia.
3. Sekretariat Jenderal MPR RI. (2002). Persandingan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta.
4. Undang-Undang Republik Indonesia, No. 31 Tahun 2002, Tentang Partai Politik,
(2003), Citra Umbara, Bandung.
5. Huntinton, Samuel P and joan M. Nelson. (1997). No. Easy Choise, Political
Participation in Developing Countries. Harvard University Press.

10

Anda mungkin juga menyukai