Anda di halaman 1dari 19

Mewujudkan Partisipasi Politik Melalui Pendidikan Politik Oleh Partai

Politik

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Negara Hukum dan Demokrasi

Dosen pengampu :

Dr. Jazim Hamidi,S.H., M.H.

Oleh :

ASHFA AZKIA

17912036

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA
2018
Mewujudkan Partisipasi Politik Melalui Pendidikan Politik Oleh Partai
Politik

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Partai politik merupakan salah satu organisasi yang bersejarah dan berpengaruh
dalam perkembangan demokrasi di Iindonesia. Definisi partai politik dapar ditemukan
dalam Undang _ Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Undang – Undang
Nomor 2 Tahun 2008 Partai Politik , Partai Politik adalah organisasi yang bersifat
nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas
dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Partai politik sebagai sebuah aktualisasi dari
negara demokrasi memiliki posisi yang strategis dalam mempengaruhi pengambilan
kebijakan dalam sebuah pemerintahan daerah maupun pusat. Fungsi parpol sebagai
sarana partisipasi politik masyarakat. Partai Politik merupakan wadah penyaluran aspirasi
politik rakyat baik secara langsung maupun tindak langsung, selain itu partai politik
fungsi parpol yang sangat penting dalam membangun partisipasi politik rakyat salah
satunya dengan melakukan pendidikan politik kepada masyarakat. Hal tersebut
diamanatkan langsung oleh Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011 tentang Partai Politik
dalam pasal 11 ayat (1) huruf a, yang menyatakan bahwa partai politik berfungsi sebagai
sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara
Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dengan adanya pendidikan politik maka akan muncul adanya
kesadaran politik warga negara.1 Kesadaran berpolitik dalam masyarakat tidak muncul
begitu saja namun perlu sosialisasi dari berbagai pihak salah satunya adalah partai politik,
kesadaran politik pun tidak begitu mudah untuk membuat masyarakat langsung ikut
1
https://www.kompasiana.com/zul_kar/583862235193736d09e29641/partai-politik-dan-pendidikan-politik ,
diakses 1 Agustus 2018
berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara. Dinamika politik di negara ini dapat
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap politik, yang tetunya akan
berpengaruh terhadap sistem politik (yang merupakan roda penggerak kelangsungan
bernegara). Dampak ketidakpercayaan tersebut akan berpengaruh dalam partisipasi
politik masyarakat yang sangat rendah dan tentunya karakter warga negara sebagai
pemilik negara ini akan luntur. Salah satu bentuk partisipasi politik yang nyata dilakukan
oleh warga negara yang paling nyata adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. Di
Indonesia, golongan putih (Golput) telah menjadi fenomena politik yang menarik pada
tahun 1970an, hal ini terjadi karena golongan putih tidak saja diartikan sebagai para
pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya2.
Melihat realitas politik yang terjadi di Indonesia, muncul kekhawatiran terhadap
proses Pemilu misalnya dalam Pemilu presiden yang akan datang, kepercayaan publik
akan politik di Indonesia seakan dipertaruhkan melalui deklarasi capres cawapres yang
terjadi pada tanggal 10 Agustus 2018, dimana realitas politik menunjukkan drama yang
begitu mengagetkan masyarakat, euphoria deklarasi nama capres dan cawapres sangat
bisa dirasakan dimasyarakat, dan pada saat deklarasi seolah – olah masyarakat dikagetkan
oleh keputusan yang diambil baik dari kubu pertahanan maupun kubu lawan. Merujuk
pada drama di dalam kubu pertahanan, ancaman golput seakan sontak menjadi
perbicaraan ditengah – tengah masyarakat. Kubu pertahanan pun bukannya tidak sadar
dengan ancaman golput itu, karena masyarakat punya tugas tidak mudah untuk
merasionalisasi duet ini, antara nasionalis abangan dengan Islam konservatif. 3 Tak
mengelak suara golput mengintai kubu pertahanan. Kita bisa melihat dari komentar
masyarakat di berbagai sosial media yang menunjukkan kekecewaannya terhadap dunia
perpolitikkan dan masyarakat memilih untuk tidak menggunakan hak suaranya dalam
pemilu mendatang. Disini berarti kepercayaan publik terhadap politik berkurang dan
sikap yang dipilih oleh masyarakat adalah partisipasi politik yang menunjukkan pada
pemikiran negatif individu atau kelompok terhadap suatu sistem politik dan mengambil
sikap pasif yaitu dengan tidak menggunakan hak suaranya pada pemilu. Padahal jika
melihat betapa pentingnya pemilu tentunya akan mempengeruhi bagaimana demokrasi

2
Kacung Marijan, Demokratisasi Di Daerah, Pustaka Eureka, Surabaya, 2006, hlm. 119.
3
https://www.instagram.com/obrolanpolitik/, diakses 1 Agustus 2018
berjalan dan menentukan keberlangsungan Negara. Sikap masyarakat ini tidak lepas dari
realitas politik yang aktor utamanya adalam partai politik intu sendiri.
Dengan demikian parrtai politik tentunya sangat berpengaruh dengan kualitas
demokrasi. Salah satu kewajiban partai politik adalah pendidikan politik yang akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan politik masyarakat, karena partai politik merupakan
infrastruktur dari politik. Pendidikan Politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman
tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.4 Pendidikan politik yang menjadi tanggung jawab dari Partai
Politik tentunya akan mempengaruhi adanya partisipasi politik oleh masyarakat, karena
didalam pendidikan politik akan dibentuk karakter warga negara baik kader partai politik
itu sendiri maupun masyarakat umum yang nantinya tentu akan berpengaruh dalam
kehidupan demokrasi. Pendidikan politik dilaksanakan tidak hanya kepada masyarakat,
tetapi juga kader kader partai politik, dengan dua sasaran yang berbeda, metode untuk
melaksanakan pendidikan politik tidak sama. Maka perlu adanya metode atau konsep
yang diformulasikan agar pendidikan politik susuai dengan tujuan sehingga pengetahuan
tentang materi muatan pendidikan politik dapat diterima dengan baik dan akan
mempengaruhi presepsi masyarakat terhadap politik di negara. Dengan adanya
pendidikan politik oleh partai politik, maka partisipasi politik masyarakat akan
menunjukan kwalitasnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka didalam makalah ini terdapat beberapa
rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana peran partai politik dalam meningkatkan partisipasi poltik melalui
pendidikan politik?
2. Bagaimana konsep pendidikan politik oleh Partai Politik dalam meningkatkan
partisipasi politik ?

BAB II

4
Pasal 1 angka 4 Undang – undang Nomor 2 Tahun 2001 tentang partai Politik
Pembahasan dan Analisis

A. Partisipasi Politik dan Demokrasi

Demokrasi dan partisipasi politik  adalah rasionalitas atas ruang kesadaran politik 
masyarakat yang menuntut konsistensi pejabat pemerintahan dan kelembagaan politik
yang ada, tentu saja dengan segala perubahannya untuk tetap menjadi Indonesia dalam
satu kesatuan sesuai dengan semboyan Negara. Demokrasi adalah suatu sistem dimana
semua golongan yang mempunyai kepentingan mendapat kesempatan yang sama untuk
ikut serta dalam proses pemerintahan. Jika melihat dari beberapa pandangan para ahli
tentang konsep demokrasi, demokrasi menuntut adanya kesempatan pada semua pihak,
termasuk didalamnya kesempatan rakyat untuk berpartisipasi dalam proses-proses
politik.5 Hal tersebut dapat dilihat dari pandangan Lyman Tower Sargent, yang
menyebutkan unsur-unsur (prinsip-prinsip) demokrasi, meliputi:6
1. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik;
2. Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara;
3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai para warga
negara;
4. Suatu sistem perwakilan; dan
5. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.
Sementara itu menurut Robert Dahl, ada delapan kriteria tentang demokrasi yang
memperoleh dukungan yang cukup luas dan sering menjadi rujukan para ilmuwan
politik:7
1. Hak untuk memilih;
2. Hak untuk dipilih;
3. Hak para pemimpin politik untuk bersaing memperebutkan dukungan dan suara;
4. Adanya Pemilu yang bebas dan fair;
5. Kebebasan berorganisasi;
6. Kebebasan berekspresi;

5
Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Kencana, Jakarta,
2011, hlm. 59.
6
Cholisin & Nasiwan, Dasar-dasar Ilmu Politik, Ombak, Yogyakarta, 2012, hlm. 84.
7
Kacung Marijan., Demokratisasi Di Daerah, Pustaka Eurika, Surabaya, 2006, hlm.32-33
7. Terdapatnya sumber-sumber informasi alternatif;
8. Adanya institusi-institusi pembuatan kebijakan-kebijakan publik yang bergantung
pada suara dan ekspresi-ekspresi pilihan lainnya.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara, mempunyai arti bahwa pada ujung dalam
bernegara rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai
kehidupannya serta menilai kebijaksanaan negara. Dengan demikian negara demokrasi
merupakan negara yang menyelenggarakan pemerintahan berdasarkan kehendak rakyat,
atau kita mengenal adanya istilah “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, bersama
rakyat”.
Maka partisipasi politik merupakan hal yang penting bagi suatu Negara terutama
pada Negara demokrasi. Perlu adanya partisipasi politik dari seluruh masyarakat untuk
dapat memajukan politik negara tersebut sehingga keberlangsungan Negara dapat terjaga.
Menurut Miriam Budihardjo, partisipasi politik adalah segala kegiatan warga negara
secara individu maupun kelompok untuk berperan dalam kehidupan politik. Peran
tersebut dapat berupa memilih pemimpin yang akan menjalankan pemerintahan atau
mempengaruhi kebijakan yang dibuat pemerintah. Sedangkan menurut Silvia Bolgherini,
partisipasi politik adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan politik, yang
ditujukan untuk memengaruhi pengambilan keputusan baik secara langsung maupun
tidak langsung, dengan cara legal, konvensional, damai, ataupun memaksa.8  Kemudian
Huntington mendefinisikan bahwa partisipasi politik  hanya sebagai kegiatan warga
Negara yang bebas (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah. Bahkan lebih jauh dia memberikan batasan, bahwa partisipasi
politik merupakan kegiatan-kegiatan bukan sikap-sikap. Yaitu kegiatan-kegiatan
mempengaruhi pemerintah, bukan merupakan usaha-usaha yang berhasil dan bukan juga
partisipasi diletakan sebagai kekuatan politik.9 Huntington membangun pengertian bahwa
partisipasi politik mempunyai kekuasaan yang kecil saja dan hanya segelintir  partisipan
yang mencapai sukses dalam perubahan dan pengaruh politik. Bahkan baginya partisipasi
dalam politik tidak perlu berarti  pemerintahan yang bersangkutan demokratis,
bertanggung jawab atau representative, melainkan terfokus pada kebijakan yang

8
https://www.kompasiana.com/helenaokta/5a6d3adecbe523308c1c3113/partisipasi-politik-di-indonesia , diakses
1 Agustus 2018
9
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisiasi Politik dalam Negara berkembang, Rineka Cipta, Jakarta, hml.2
dilahirkan “pemerintah” dan  “input”   atas kepentingan atau sumbangsih pemikiran dari
kelompok “partisipan” diluar kepentingan “Negara”, jika tidak bisa dikatakan sebagai
“political opposition”.10 Maka jika mencermati Huntington, realitas politik Indonesia bisa
jadi tarikan dari berkepentingan yang ingin berkuasa  terhadap ruang kesadaran poliitik
“massa” yang menyertainya. Yaitu dalam perspektif partisipasi yang bisa jadi otonom,
atau mobilisasi sebagai ruang kesadaran subyektif terhadap “simbol” kesepakatan
bersama. Hal ini sangat terlihat ketika demokrasi yang terjadi terpahami sebatas
prosedural, dimana demokrasi diletakan pada rutinitas atas regulasi kepemimpinan politik
sebagai contoh proses pilkada, pilpres dan pemilu legislatif. Sementara substansi
demokrasi sebagai sistem politik yang mensejahterakan sekaligus mencerdaskan ruang
kesadaran politik bagi rakyat begitu terabaikan.  Transisi demokrasi di Indonesia lagi dan
lagi sebatas kepentingan “kelas” elite yang melanggengkan “feodalisme” oligharki yang
baru di perubahan politiknya.  Dominasi simbolistik menguat dan menjadi arena
partisipasi atas kepentingan politik otonom atau mobilisasi,  dimana basis massa dengan
seperangkat nilai dan tradisinya merupakan modal “politik” para pencari “rente”
kekuasaan rakyat. 11 Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk
partisipasi politik menjadi:12
1. Kegiatan Pemilihan : yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari
dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif,
atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu; 
2. Lobby : yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan
maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu; 
3. Kegiatan Organisasi : yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku
anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh
pemerintah; 
4. Contacting : yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan
pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan 
5. Tindakan Kekerasan (violence) : yaitu tindakan individu atau kelompok guna
mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia

10
Ibid, hlm. 8-9
11
Ibid
12
Ibid
atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, pembutuhan politik
(assassination), revolusi dan pemberontakan.
Bentuk partisipasi politik lain dapat dilihat dari dimensi subyektif, yaitu serangkaian
faktor psikologis yang berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk terlibat dalam
partisipasi politik. Faktor-faktor ini cukup banyak, sbagai contohnya adalah:13
1. Political Disaffection, adalah istilah yang mengacu pada perilaku dan perasaan
negatif individu atau kelompok terhadap suatu sistem politik. Penyebab utama
dari political disaffection ini dihipotesiskan adalah media massa, terutama
televisi. Hipotesis tersebut diangkat dari kajian Michael J. Robinson selama 1970-
an yang mempopulerkan istilah “videomalaise”.Dengan banyaknya individu
menyaksikan acara televisi, utamanya berita-berita politik, mereka mengalami
keterasingan politik (political alienation). Keterasingan ini akibat melemahnya
dukungan terhadap struktur-struktur politik yang ada di sistem politik seperti
parlemen, kepresidenan, kehakiman, partai politik, dan lainnya. Individu merasa
bahwa struktur-struktur tersebut dianggap tidak lagi memperhatikan kepentingan
mereka. Wujud keterasingan ini muncul dalam bentuk sinisme politik berupa
protes-protes, demonstrasi-demonstrasi, dan huru-hara. Jika tingkat political
disaffection tinggi, maka para individu atau kelompok cenderung memilih bentuk
partisipasi yang sinis ini.
2. Political Efficacy adalah istilah yang mengacu kepada perasaan bahwa tindakan
politik (partisipasi politik) seseorang dapat memiliki dampak terhadap proses-
proses politik. Keterlibatan individu atau kelompok dalam partisipasi politik tidak
bersifat pasti atau permanen melainkan berubah-ubah. Dapat saja seseorang yang
menggunakan hak-nya untuk memiliki di suatu periode, tidak menggunakan hak
tersebut pada periode lainnya. Secara teroretis, ikut atau tidaknya individu atau
kelompok ke dalam bentuk partisipasi politik bergantung pada Political Efficacy
ini. Political efficacy terbagi 2 yaitu external political efficacy ditujukan kepada
sistem politik, pemerintah, atau negara dan internal political efficacy merupakan
kemampuan politik yang dirasakan di dalam diri individu. Dari sisi stabilitas
politik, sebagian peneliti ilmu politik menganggap bahwa stabilitas politik akan

13
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/partisipasi-politik.html , diakses tanggal 2 Agustus 2018
lahir jika tingkat internal political efficacy rendah dan tingkat external political
efficacy tinggi.
B. Partai Politik
Partai politik merupakan instrument pendukung untuk terselenggaranya sistem
demokrasi perwakilan dalam sebuah Negara demokrasi. Partai politik adalah salah satu
dari bentuk pelembagaan sebagai wujud ekspresi, ide-ide, pikiran-pikiran pandangan, dan
keyakinan bebas dalam masyarakat demokratis, di samping ada juga bentuk ekspresi
lainnya seperti terjelma dalam wujud kebebasan pers, kebebasan berkumpul ataupun
kebebasan berserikat melalui organisasi-organisasi non-partai politik seperti lembaga
swadaya masyarakat (LSM), organisasi-organisasi kemasyarakatan (Ormas), dan lain
sebagainya. Namun, dalam hubungannya dengan kegiatan bernegara, peranan partai
politik dapat dikatakan sangat menentukan dalam dinamika kegiatan bernegara. Partai
politik bertindak sebagai perantara dalam proses-proses pengambilan keputusan
bernegara, yang menghubungkan antara warga negara dengan institusi-institusi
kenegaraan.14
Secara yuridis , partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.15 Secara teoritis, terdapat beberapa definisi partai politik . Miriam
Budiardjo menyatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir
yang anggota – anggotanya mempunyai orientasi, nilai – nilai dan cita – cita yang sama,
tujuan kelomok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan mereput kedududkan
dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan – kebijaksanaan mereka.16
Ramlan Surbakti mendefinisikan partai politik secara lebih konkrit dan operasional
dengan menyatakan bahwa partai politik merupakan kelompok anggota yang
terorganisasi secara rapih dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi

14
Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi, Sekretariat
Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 52.
15
Pasal 1 angka 1, Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
16
Miriam Budiardjo. 2002. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hlmn. 160-161
tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan
umum guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun.17 Menurut
Sigmun Neuman, partai politik adalah organisasi dari aktifis politik yang berusaha
menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan
melawan golongan atau golongan – golongan lain yang tidak sepaham. 18 Melihat
bbeberapa definisi partai politik, Jazim Hamidi mengambil kesimpulan bahwa Partai
Politik adalah suatu wadah atau organisasi yang terbentuk oleh nilai – nilai, norma,
tujuan yang sama, yaitu memperjuangkan, memperebutkan, dan mempertahankan
kekuasaan. Adanya partai politik dalam suatu negaramerupakan salah satu wujud dari
adanya demokrasi.19
Dengan melihat beberapa pengertian tentang partai politik, maka partai politik
yang merupaka organisasi yang terstruktur dan mempunyai tujuan tertentu dan berusaha
untuk mencapai tujuan tertentu dengan melalui kursi kekuasaan. Partai politik
merupakan salah satu komponen infrastruktur politik, dimana partai politik menjadi
wadah untuk menghubungkan aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat dengan lembaga-
lembaga pemerintahan. Mengenai tujuan partai politik , terdapat dalam Pasal 10 Undang
– Undang Nomor 2 Tahun 2008 tenang Partai Politik, yaitu:20
Tujuan umum Partai Politik adalah:
a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia; dan
d. mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan khusus Partai Politik adalah:

17
Cholisin & Nasiwan, Dasar-dasar Ilmu Politik, Ombak, Yogyakarta, 2012, hlm. 111
18
B. Hestu.C.H. 2003. Hukum TataNegara, kewargaan, dab Hak Asasi Manusia, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
hlm.224
19
Jazim Hamidi & Mustafa Lutfi,Civic Education Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya, PT.Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2010, hlm.118
20
Lihat Pasal 10 Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2008 tantang Partai Politik
a. meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan;
b. memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; dan
c. membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

C. Pendidikan Politik oleh Partai Politik


Di Negara demokrasi multi partai seperti Indonesia, peran partai politik sangat
besar dalam keberlangsungan bernegara. Hal tersebut terbukti dengan semua proses
ketatanegaraan dipengaruhi oleh politik diamana partai politiklah yang memegang
peranan. Menurut Miriam Budiarjo partai politik mempunyai fungsi sarana komunikasi
politik, sarana sosialisasi politik, sarana rekruitmen dan sarana pengaturan konflik. Selain
itu fungsi Partai Politik dijelaskan dalam Pasal 11 Undang – Undang Partai Politik, yaitu:
Partai Politik berfungsi sebagai sarana:
a. pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga
negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
untuk kesejahteraan masyarakat;
c. penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
d. partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
e. rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Dengan demikian pendidikan politik menjadi tanggung jawab serta kewajiban


partai politik21 karena hal tersebut secara langsung diamanatkan melalui undang-undang .
Setiap Partai politik tentunya mempunyai visi misi tersendiri yang dapat menjadi
pembeda antar partai politik. Karena untuk menjalankan visi misi dari partai politik perlu
adanya dukungan dari masyarakat, maka diperlukan adanya sosialisasi yang disebut
21
Pasal 13 Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
sosialisasi politik. Nilai-nilai politik yang disosialisasikan adalah yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat, Melihat fungsi dari partai politik, partai politik memegang
peran penting dalam sosialisasi politik. Sosialisai politik merupakan proses pembentukan
sikap dan pengenalan politik ke masyarakat. Sesuai dengan pengertian, tujuan dan fungsi
partai politik menunjukkan adanya hubungan Negara dengan warga Negara didalamnya
meskipun diluar lingkaran pemerintahan, melalui jalur partai politik maupun perorangan,
setiap warga mempunyai kesempatan ikut serta dalam pemerintahan, 22 disinilah poin
bahwa partisipasi politik yang harus terbuka. Selain itu partai Politik merupakan sarana
pendidikan politik bagi masyarakat, dimana pendidikan politik adalah salah satu cara
untuk mensosialisasikan nilai – nilai politik baik pemahaman politik dan etika politik
kepada masyarakat. Etika politik dan pendidikan politik adalaah dua hal yang
mengantarkan manusia pada sebuah kondisi dimana manusia sebagai makhluk sosial
yang memiliki norma moral sebagai pedoman berperilaku serta adanya pencerahan
pemikiran yang diperoleh dari sebuah pendidikan akan memunculkan proses
rehumanisasi yang mengantarkan sebuah masyarakat pada tatana seidealnya, dalam hal
ini pendidikan politik terlihat eksistensi dan urgensinya. 23 Pengertian pendidikan politik
secara yuridis, terdapat dalam Pasal 1 angka 4 Undang – Undang Partai Politik yang
menjelaskan bahwa pendidikan Politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman
tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.24 Selain itu di Undang Undang Partai Politik pendidikan politik
dilaksanakan untuk membangun etika dan budaya politik sesuai dengan Pancasila , partai
politik dalam melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai dengan ruang lingkup
tanggung jawabnya dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender dengan
tujuan antara lain:
a. meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan

22
Jazim Hamidi & Mustafa Lutfi, Civic Education, Op Cit, hlm.121
23
Ibid, hlm.122
24
Pasal 1 angka 4 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Partai Politik
c. meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter bangsa dalam
rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

Menurut Jazim Hamidi yang menyebut pendidikan politik dengan pendidikan


kewargaan, istilah ini merupakan istilah yang berdasarkan pendapat beberapa ahli yang
kemudian menyimpulkan bahwa pendidikan kewargaan adalah pendididkan demokrasi
dan humanis serta memuat tentang materi tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan
dalam hubunganyya dengan Negara, demokrasi, HAM, dan civil society. Pandangan lain
menurut Rusadi Kantraprawira memandang pendidikan politik sebagai salah satu fungsi
struktur politik dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar
mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.25 Kemudian
pertanyaan lebih lanjut setelah memahami mengenai pendidikan politik adalah
bagaimana memaksimalkan partisipasi politik masyarakat dalam sistem politik yang ada.
Dinamika perpolitikan terus mangalami perkembangan dan akan berpengaruh terhadap
masyarakat. Tidak dipungkiri, perkembangan politik di Indonesia semakin menunjukan
kedinamikaannya, hal tersebut bisa dilihat dari konflik – konflik yang terjadi, misalnya
adu statement di media massa yang saling menjatuhkan antara partai satu dengan partai
lainnya, selain itu juga adanya konflik intern didalam satu partai yang mencuat ke publik,
tidak lain itu disebabkan perebuatan kekuasaan namun dengan dalih memperjuangkan
kepentingan rakyat, semakin hari permasalah politik di digambarkan oleh partai politik
kian rumit. Kemudian munculnya calon independen dibeberapa daerah yang itu tentunya
bebas dari pengaruh politik, yang itu merupakan salah wujud pemberontakan masyarakat
yang harapan politiknya tidak sesuai sehingga kepercayaan terhadap partai politik
semakin berkurang dan menyebabkan partisipasi politik berkurang. Dalam kondisi seperti
ini masyarakat memerlukan pemahaman yang matang mengenai pentingnya sebuah
partisipasi politik salah satunya melalui pendidikan politik yang dimaksudnkan disini
adalah yang diperoleh dari partai politik yang salah satu kewajibannya adalah
menyelenggarakan pendidikan politik untuk masyarakat, hal tersebut sangat tepat ketika
tingkat kepercayaan masyarakat yang berkurang karena ulah dari anggota partai politik
sehingg tugas dari partai politik mengembalikan tingkat kepercayaan masyarakat guna
untuk meningkatkan partisipasi politik yang akan berdampak pada stabilitas politik,
25
Ibid, hlm. 12
sejalan dengan penjelasan sebelumnya bahwa sebagian stabilitas politik akan lahir jika
tingkat internal political efficacy rendah dan tingkat external political efficacy tinggi.

Sementara permasalahan yang muncul adalah, bagaimana konsep pendidikan


politik yang dilakukan oleh partai politik ? Mengenai model atau konsep pendidikan
politik, didalam Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2008 tidak menyebutkan apasaja
cakupan kegiatan pendidikan politik, kemudian Undang – Undang Nomor 2 tahun 2008
tentang perubahan Undang – Undang nomor 2 Tahun 2008 tantang Partai Politik sedikit
memberikan angina segar terkait pendidikan politik, di dalam pasal 34 ayat (3b) Undang
– Undang tersebut diuraikan mengenai cakupan pendidikan politik, yaitu :
a. pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD
1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga Negara Indonesia dalam
membangun etika dan budaya politik; dan
c. pengkaderan anggota Partai Politik secara berjenjang dan berkelanjutan

Perlu ditegaskan bahwa kewajiban partai politik untuk menyelenggarakan pendidikan


politik tidak hanya diperuntukkan untuk kader saja, namun untuk masyarakat luas. Model
pendidikan politik yang diuraikan Undang – Undang partai politik, masih sangat abstrak,
belum mancakup bagaimana seharusnya pelaksanaan pendidikan politik dilaksanakan.
Mengingat bahwa masyarakat Indonesia berasal dari berbagai macam kalangan dan
golongan yang tentunya cara untuk melakukan pendidikan politik pun seharusnya
dibedakan agar maksud dan tujuan pendidikan politik tercapai sehingga kepercayaan
masyarakat terhadap politik pun meningkat dan akan mempengaruhi partisipasi politik
dan sistem politik dapat berjalan,disini partai politik bebas berkreasi dalam melaksanakan
kewajibannya menggunaka konsep seperti apa sesuai dengan karakter partai politiknya.
Dikarenakan konsep atau model pendidikan masih bersifat abstrak maka akan muncul
kekhawatiran tersendiri apabila pendidikan politik oleh partai politik dilakukan dengan
cara doktrinal yang mengakibatkan lahirnya kader yang tidak berpikiran secara luas
sehingga nantinya apabila partai politik yang menyelenggarakan pendidikan politik ,
kader – kader yang melaksanakan kewajiban tersebut akan memberikan dogma yang
hanya pada kepentingan parpol tertentu, bukan kepentingan bangsa dan Negara. Dengan
beberapa kekhawatiran tersebut, maka pendidikan politik yang diberikan kepada kader
partai politik dan pendidikan politik yang deiberikan kepada masyarakat harus dibedakan,
kalau untuk kader bisa menggunakan doktrinal, karena meskipun terjadi kekhawatiran
seperti yang disebutkan diatas namun dilain sisi dengan doktrinal , kader – kader akan
lebih memahami yang dimaksud oleh partai politik. Sedangakan pendidikan politi untuk
masyarakat seharusnya merupakan komunikasi dua arah, dimana masyarakat merespon
mengenai materi pendidikan politik yang disampaikan oleh partai politik, sehingga disini
partai politik dituntut untuk memformulasikan metode yang akan digunakan sesuai
karakter masyarakat yang akan diberi pendidikan politik, maka masyarakat yang
dilibatkan dalam pendidikan politik akan memahami muatan yang disampaikan.
Mengenai materi dan metode pendidikan politik , menurut Firmanzah dibagi berdasarkan
sasaran yang dituju. Sasaran pendidikan politik ada dua kelompok yakni masyarakat dan
kader partai politik. Pertama, materi pendidikan politik yang untuk masyarakat adalah
mengenai posisi, hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, konstitusi negara dan konstelasi politik terkini.
Kedua, materi pendidikan politik yang ditujukan kepada kader lebih berorientasi pada
pemantapan dan pengembangan program partai, peningkatan loyalitas dan dedikasi
kader, peningkatan kualitas kemampuan kader untuk berfikir futuristik.26 Metode
pendidikan politik oleh partai politik kepada pengurus dan kadernya diberikan secara
langsung (tatap muka) dan sifatnya doktrial. Sedangkan pendidikan politik yang
diberikan kepada masyarakat bisa dilaksanakan secara langsung (tatap muka) maupun
tidak langsung (perantara) yang biasanya melalui media masa yang bisa digunakan partai
sebagai sarana memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.27

Pendidikan politik yang mengajarkan bahwa posisi pemerintah dan warga Negara
adalah sama akan menumbuhkan kesadaran dan rasa saling memiliki yang merupakan
aset untuk memajukan Negara, dan juga apabila pendidikan politik ini benar – benar
sampai ke masyarakat, maka tidak menutup kemungkinan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintahan maupun politik akan kembali sehingga partisipasi masyarakat

26

Firmanzah, Mengelola Partai politik komunikasi dan positioning Ideologi Politik di era Demokrasi, yayasan
Buku Obor Indonesia, Jakarta, 2011. hlm. 80.
27
Ibid.
akan meningkat dan akan membangun demokrasi Indonesia yang lebih baik dan berjalan
sesuai dengan apa yang dicita – citakan serta stabilitas politik akan terjaga. Setiap Negara
memerlukan warga Negara yang bertanggung jawab dan mempunyai kepercayaan kepada
pemerintah. Misalnya saja Amerika Serikat sebagai Negara penganut paham demokrasi
menerapkan civic education yang didalam tulisan ini tidak lain adalah pendidikan politik
agar warga negaranya berkarakter “I,m American”, begitu pula Indonesia, jika civic
education dapat ditanamkan didalam diri setiap warga negara, maka warga negara akan
mempunyai karakter “I’m Indonesian”.

BAB III
Penutup
Kesimpulan dan Saran
1. Peran partai politik dalam meningkatkan partisipasi politik salah satunya melalui pendidikan
politik sangatlah besar, karena partai politik yang merupakan infrastruktur politik tentunya
sangat mempengaruhi kehidupan berpolitik. Melihat fungsi dari partai politik, partai politik
memegang peran penting dalam sosialisasi politik. Sosialisai politik merupakan proses
pembentukan sikap dan pengenalan politik ke masyarakat. Sesuai dengan pengertian, tujuan
dan fungsi partai politik menunjukkan adanya hubungan Negara dengan warga Negara
didalamnya meskipun diluar lingkaran pemerintahan, melalui jalur partai politik maupun
perorangan, setiap warga mempunyai kesempatan ikut serta dalam pemerintahan. Selain itu
partai Politik merupakan sarana pendidikan politik bagi masyarakat, dimana pendidikan
politik adalah salah satu cara untuk mensosialisasikan nilai – nilai politik baik pemahaman
politik dan etika politik kepada masyarakat. Pendidikan politik dilakukan salah satunya untuk
meningkatkan kesadaran berpoliyk kepada masyarakat sehingga bentuk demokrasi didalam
negara terwujud. Partai Politik yang diberi kewajiban oleh Undang – Undang untuk
melakukan pendidikan politik, karena dirasa partai politiklah yang memang langsung dan
tidak dapat dipisahkan ditengah – tengah kehidupan masyaarakat dan tentunya mempunyai
pengaruh besar terhadapa pemikiran – pemikiran oleh masyarakat. Melalui paendidikan
politik oleh partai politk, diharapkan bentuk pastisipasi masyarakat semakin meningkat
karena pandangan bernegara meningkat melalui pendidikan partai politik.

2. Konsep pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik masih bersifat abstrak, didalam
Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2008 tidak menyebutkan apasaja cakupan kegiatan
pendidikan politik , namun hanya memberi cakupan apa saja yang harus ada pada saat
pendididkan politik dilaksanakan. Perlu ditegaskan bahwa kewajiban partai politik untuk
menyelenggarakan pendidikan politik tidak hanya diperuntukkan untuk kader saja, namun
untuk masyarakat luas. Mengingat bahwa masyarakat Indonesia berasal dari berbagai macam
kalangan dan golongan yang tentunya cara untuk melakukan pendidikan politik pun
seharusnya dibedakan agar maksud dan tujuan pendidikan politik tercapai sehingga
kepercayaan masyarakat terhadap politik pun meningkat dan akan mempengaruhi partisipasi
politik dan sistem politik dapat berjalan. Pendidikan politik yang diberikan kepada kader
partai politik dan pendidikan politik yang deiberikan kepada masyarakat harus dibedakan,
kalau untuk kader bisa menggunakan doktrinal, karena meskipun terjadi kekhawatiran seperti
yang ada didalam pembahasan namun dilain sisi dengan doktrinal , kader – kader akan lebih
memahami yang dimaksud oleh partai politik. Sedangakan pendidikan politi untuk
masyarakat seharusnya merupakan komunikasi dua arah, dimana masyarakat merespon
mengenai materi pendidikan politik yang disampaikan oleh partai politik, sehingga disini
partai politik dituntut untuk memformulasikan metode yang akan digunakan sesuai karakter
masyarakat yang akan diberi pendidikan politik, maka masyarakat yang dilibatkan dalam
pendidikan politik akan memahami muatan yang disampaikan oleh kader – kader mewakili
partai politik.

DAFTAR PUSTAKA

Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tnetang Partai Politik


B. Hestu.C.H. 2003. Hukum TataNegara, kewargaan, dab Hak Asasi Manusia,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Cholisin & Nasiwan, Dasar-dasar Ilmu Politik, Ombak, Yogyakarta, 2012.

Firmanzah, Mengelola Partai politik komunikasi dan positioning Ideologi Politik di era
Demokrasi, yayasan Buku Obor Indonesia, Jakarta, 2011.

Jazim Hamidi & Mustafa Lutfi,Civic Education Antara Realitas Politik dan Implementasi
Hukumnya, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010.

Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah


Konstitusi, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
Jakarta, 2006.

Kacung Marijan, Demokratisasi Di Daerah, Pustaka Eureka, Surabaya, 2006.

Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
Kencana, Jakarta, 2011.

Miriam Budiardjo. 2002. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisiasi Politik dalam Negara berkembang,
Rineka Cipta, Jakarta.

Internet
https://www.kompasiana.com/zul_kar/583862235193736d09e29641/partai-politik-dan-
pendidikan-politik
https://www.instagram.com/obrolanpolitik/
https://www.kompasiana.com/helenaokta/5a6d3adecbe523308c1c3113/partisipasi-politik-di-
indonesia
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/partisipasi-politik.html

Anda mungkin juga menyukai