Anda di halaman 1dari 14

Peranan Partai Politik dalam Pembangunan Indonesia

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembangunan Politik pada Program Studi
Ilmu Pemerintahan

Oleh:

Kelompok 5

Annisa Shalsabila - 44319036

Digito Fianaran Tori - 41718017

Flulgensius Yanri - 41718024

Azis Fadilah - 41718028

Riky Rizkuloh - 4178014

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan keadaan


negara yang sedang membangun itu sendiri. Banyak persoalan yang dihadapi oleh negara
Indonesia dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di
Indonesia merupakan hal yang “berusia lanjut”, dapat dikatakan bahwa “pembangunan”
merupakan kunci yang menentukan hidup matinya bangsa Indonesia. Di Indonesia, masalah
penduduk tergolong sangat serius disamping merupakan negara yang relatif belum sejahtera
secara ekonomi jika dibandingkan dengan negara tetangga. Kepadatan penduduk juga sangat
tinggi dan perkembangan penduduk yang tergolong sangat cepat.

Negara Indonesia sepertinya semakin menyadari bahwa tidak ada jalan pintas untuk
melakukan pembangunan ekonomi yang terlantar dan keterbelakangan sebagai akibat penjajah
belanda dan jepang yang telah berlangsung sekian lama. Sedikit demi sedikit namun pasti,
Indonesia mulai menyadari bahwa kemerdekaan politik saja tanpa dibarengi dengan
kemerdekaan ekonomi tidak akan banyak artinya. Ketidakstabilan politik akan menghambat
kemajuan ekonomi, namun sebaliknya ketergantungan di bidang ekonomi dapat menimbulkan
kerawanan politik di dalam negeri.

Pembangunan nasional merupakan upaya untuk meningkatkan seluruh aspek


kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pembangunan
keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Indonesia
melakukan pembangunan agar seluruh masyarakat Indonesia sejahtera, dalam melakukan
proses pembangunan nasional tentunya terdapat peranan Partai Politik atau sering disebut juga
Parpol. Partai politik berperan sebagai pilar penyangga untuk membantu pembangunan
Indonesia. Sudah selayaknya jika partai politik diharapkan mampu membantu dalam
pembangunan di Indonesia yang sehat dan efektif. Harus diakui bahwa ketika beberapa elemen
kritis di negeri ini mendorong terjadinya reformasi untuk pembangunan, tidak banyak dari
mereka yang membayangkan bahwa perubahan ini akan membawa akibat yang sangat penting
pada peran partai politik. Walaupun secara umum berkembang kepercayaan bahwa demokrasi
memerlukan sebuah infrastruktur politik baru Fungsi dasar dari sebuah partai politik (parpol)
adalah untuk mengagregasikan kepentingan masyarakat, mengarahkannya pada kepentingan
bersama, merancang dan mengarahkannya pada kepentingan bersama sehingga terjadinya
pembangunan Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


Berdаsаrkаn lаtаr belаkаng yаng diurаikаn diаtаs penelitiаn ini dihаrаpkаn mаmpu menjаwаb
rumusаn permаsаlаhаn sebаgаi berikut:
1. Apa jenis landasan Teori yang digunakan ?
2. Bagaimana sejarah Partai Politik yang ada di Indonesia?
3. Apa peranan Partai Politik dengan Pembangunan yang terdapat di Indonesia?
1.3. Tujuan
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan rumusan masalah di atas penelitian ini diharapkan
mampu:
1. Mengetahui Landasan Teori yang digunakan.
2. Mengetahui sejarah Partai Politik yang ada di Indonesia.
3. Mengetahui peranan Partai Politik dengan Pembangunan yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Partai Politik
Partai politik pertama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan
bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses
politik, maka partai partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi
penghubung antara rakyat dan pemerintah (Bambang Sunggono, 1992:7). Partai politik terlahir
untuk mewujudkan suatu gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diikutsertakan
dalam proses politik. Melalui partai politik inilah rakyat turut berpartisipasi dalam hal
memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi-aspirasinya atau kepentingan-kepentingannya.
Dengan demikian, proses artikulasi kepentingan tersalurkan melalui partai politik
Partai Politik (parpol) menurut Miriam Budiardjo merupakan organisasi politik yang
menjadi sarana masyarakat untuk menyalurkan aspirasi. Di negara negara berkembang maupun
negara-negara maju parpol menjadi ikhtiar yang penting dalam sebuah sistem politik. Pendapat
atau aspirasi seseorang atau kelompok akan hilang tak berbekas, apabila tak ditampung dan
disalurkan sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat menjadi
lebih teratur.
Pendapat dan sikap yang bermacam-macam tersebut perlu diolah dan dirumuskan
sehingga dapat disampaikan kepada pemerintah sebagai pembuat keputusan dalam bentuk
tuntutan atau usul kebijakan umum. Artikulasi pendapat dan sikap dari berbagai kelompok
yang sedikit banyak menyangkut hal yang sama digabungkan menjadi sebuah “penggabungan
kepentingan” yang dalam suatu sistem politik merupakan input bagi pemerintah yang berkuasa.
Sebaliknya jika artikulasi pendapat dan sikap tersebut tidak terakumulasi dengan baik maka
yang akan timbul adalah kompetisi kepentingan yang tak terkendalikan dan akhirnya akan
menimbulkan anarki. Dengan kata lain, parpol bertugas mengatur kehendak umum yang kacau.
Partai-Partai menyusun keteraturan dari kekacauan para pemberi suara yang banyak jumlahnya
itu. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Djenal Hoesen (koesoemahatmadja,
1978:79), bahwa: Tanpa organisasi Partai tidak mungkin ada:
1. Penyatuan pernyataan prinsip.
2. Evolusi yang tertib dalam merumuskan kebijaksanaan.
3. Pelaksanaan yang teratur daripada alat konstitusional yang berupa pemilihan parlemen,
dan seterusnya.
Sebaliknya besar kemungkinan akan timbul (jika tidak ada organisasi Partai);
1. Gerombolan-gerombolan dan komplotan-komplotan liar.
2. Permintaan-permintaan dan petisi kepada pemerintah.
3. Persetujuan-persetujuan rakyat.
4. Pernyataan-pernyataan dan protes-protes.

Pengertian Partai Politik Sebelum beranjak pada pengertian parpol, terlebih dahulu
dikemukakan pengertian Partai itu sendiri. Sigmund Neuman (1982:59) menjelaskan bahwa:
Menjadi Partai dari sesuatu selalu berarti mengidentifikasikan diri dengan suatu kelompok dan
membedakan diri dari kelompok lainnya. Setiap Partai pada intinya menunjukan adanya
persekutuan (partnership) dengan suatu organisasi dan memisahkan diri dari organisasi lainnya
dengan suatu program khusus. Penjelasan ini menunjukan bahwa definisi Partai itu sendiri
menunjukan adanya suasana demokratis.
Bahwa sebuah Partai dapat ada dengan sungguh-sungguh jika sekurang kurangnya ada
satu kelompok lain yang bersaing (oposisi), yang membedakan Partai dengan organisasi
lainnya adalah bahwa Partai mempunyai program khusus yang tidak dipunyai organisasi lain,
seperti ikut dalam kampanye yang bertujuan mempengaruhi kebijakan. Selanjutnya Sigmund
Neumann masih tentang parpol menegaskan bahwa: Parpol adalah organisasi yang artikulatif
yang terdiri dari pelaku-pelaku Politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang
memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk
memperoleh dukungan rakyat dan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang
berbeda. Dengan demikian parpol merupakan perantara yang besar yang menghubungkan
kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan
yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas.

2.1.2. Landasan Hukum Partai Politik


Di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik pasal 6 (enam)
menjelaskan
mengenai tujuan partai politik adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum partai politik adalah
a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-citanya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Didalam Undang-Undang Nomor No.2 Tahun 1999 tentang Partai Politik disebutkan sebagai
berikut :
FUNGSI, HAK, DAN KEWAJIBAN
Pasal 7
1. Partai Politik berfungsi untuk:
a. melaksanakan pendidikan politik dengan menumbuhkan dan mengembangkan
kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara;
b. menyerap, menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara melalui mekanisme badan-badan
permusyawaratan/perwakilan rakyat;
c. mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik
sesuai dengan mekanisme demokrasi.
2. Partai Politik sebagai lembaga demokrasi merupakan wahana guna menyatakan
dukungan dan tuntutan dalam proses politik.
Pasal 8
Partai Politik mempunyai hak:
a. ikut serta dalam pemilihan umum sesuai dengan Undang-Undang tentang Pemilihan
Umum;
b. memperoleh perlakuan yang sama, sederajat, dan adil dari negara.
Pasal 9
Partai Politik berkewajiban:
a. memegang teguh serta mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
c. memelihara persatuan dan kesatuan bangsa;
d. menyukseskan pembangunan nasional;
e. menyukseskan penyelenggaraan pemilihan umum secara demokratis, jujur, dan adil
dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas
dan rahasia.
2.1.3. Teori Pembangunan

Konsepsi pembangunan sesungguhnya tidak perlu dihubung-kan dengan aspek-aspek


spasial. Pembangunan yang sering dirumuskan melalui kebijakan ekonomi dalam banyak hal
membuktikan keberhasilan. Hal ini antara lain dapat dilukiskan di negara-negara Singapura,
Hongkong, Australia, dan negara--negara maju lain. Kebijakan ekonomi di negara-negara
tersebut umumnya dirumuskan secara konsepsional dengan melibatkan pertimbangan dari
aspek sosial lingkungan serta didukung mekanisme politik yang bertanggung jawab sehingga
setiap kebijakan ekonomi dapat diuraikan kembali secara transparan, adil dan memenuhi
kaidah-kaidah perencanaan. Dalam aspek sosial, bukan saja aspirasi masyarakat ikut
dipertimbangkan tetapi juga keberadaan lembaga-lembaga sosial (social capital) juga ikut
dipelihara bahkan fungsinya ditingkatkan.

konsepsi pembangunan yang dikemukakan di atas sejalan dengan kajian terhadapnya


maupun implementasi diberbagai negara dan wilayah lain, dikemukakan berbagai kelemahan.
Kelemahan tersebut muncul seiring ditemukannya fenomena yang khas, antara lain
kesenjangan, kemiskinan, pengelolaan public good yang tidak tepat, lemahnya mekanisme
kelembagaan dan sistem politik yang kurang berkeadilan. kelemahan-kelemahan itulah yang
menjadi penyebab hambatan terhadap gerakan maupun aliran penduduk, barang dan jasa,
prestasi, dan keuntungan (benefit) dan kerugian (cost) di dalamnya. Seluruh sumberdaya
ekonomi dan non-ekonomi menjadi terdistorsi alirannya sehingga divergence menjadi makin
parah. Akibatnya, hasil pembangunan menjadi mudah diketemukan antar wilayah, sektor,
kelompok masyarakat, maupun pelaku ekonomi.

Pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya


secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi
secara alami sebagai dampak dari adanya pem-bangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi
Bratakusumah, 2005). Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan ma-syarakat
yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya
mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang
dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi
suatu proses perubahan yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan
menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana terjadi proses perubahan dari
kehidupan tradisional menjadi modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya
penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat yang tradisio-nal.

2.2. Sejarah Partai Politik


2.2.1. Masa Penjajahan Belanda

Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indonesia (waktu itu
Hindia Belanda). Partai Politik yang paling pertama dibentuk di Indonesia adalah De Indische
Partij pada 25 Desember 1912 oleh Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara, dan Tjipto
Mangunkoesoemo. Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu semua
organisasi baik yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah, ataupun yang
berasaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI dan Partai Katolik, ikut
memainkan peranan dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdeka.

Kehadiran partai politik pada masa permulaan merupakan menifestasi kesadaran


nasional untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Setelah didirikan Dewan
Rakyat, gerakan ini oleh beberapa partai diteruskan di dalam badan ini. Pada tahun 1939
terdapat beberapa fraksi di dalam Dewan Rakat, yaitu Fraksi Nasional di bawah pimpinan M.
Husni Thamin, PPBB (Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi Putera) di bawah pimpinan
Prawoto dan Indonesische Nationale Groep di bawah pimpinan Muhammad Yamin.

Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan gabungan partai politik dan
menjadikannya semacam dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk KRI (Komite
Rakyat Indonesia) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang merupakan
gabungan dari partai-partai yang beraliran nasional, MIAI (Majelis Islamil Aâ€laa Indonesia)
yang merupakan gabungan partai-partai yang beraliran Islam yang terbentuk tahun 1937, dan
MRI (Majelis Rakyat Indonesia) yang merupakan gabungan organisasi buruh.

Pada tahun 1939 di Hindia Belanda telah terdapat beberapa fraksi dalam volksraad
yaitu Fraksi Nasional, Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi-Putera, dan Indonesische
Nationale Groep. Sedangkan di luar volksraad ada usaha untuk mengadakan gabungan dari
Partai-Partai Politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan nasional yang disebut
Komite Rakyat Indonesia (K.R.I). Di dalam K.R.I terdapat Gabungan Politik Indonesia
(GAPI), Majelisul Islami A'laa Indonesia (MIAI) dan Majelis Rakyat Indonesia (MRI). Fraksi-
fraksi tersebut di atas adalah merupakan partai politik - partai politik yang pertama kali
terbentuk di Indonesia.
2.2.2. Masa Pendudukan Jepang

Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam diberi
kebebasan untuk membentuk partai Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Partai
Masyumi), yang lebih banyak bergerak di bidang sosial.

2.2.3. Masa Pasca Proklamasi Kemerdekaan

Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar untuk
mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah parti-partai politik Indonesia. Melalui
Maklumat X yang diumumkan oleh Bung Hatta pada 3 November 1945 menjadi tonggak awal
tumbuhnya partai politik pasca kemerdekaan.

Pemilu 1955 memunculkan 4 partai politik besar, yaitu: Masyumi, PNI, NU dan PKI.
Masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering disebut sebagai masa kejayaan partai politik, karena
partai politik memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara melalui
sistem parlementer. Sistem banyak partai ternyata tidak dapat berjalan baik. Partai politik tidak
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak dapat
melaksanakan program kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat berjalan dengan
baik pula. Masa demokrasi parlementer diakhiri dengan Dekret 5 Juli 1959, yang mewakili
masa masa demokrasi terpimpin.

Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan
di pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan
NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI. Pada masa
Demokrasi Terpimpin ini tampak sekali bahwa PKI memainkan peranan bertambah kuat,
terutama melalui G 30 S/PKI akhir September 1965).

Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat bergerak lebih
leluasa dibanding dengan msa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan pada masa ini adalah
munculnya organisasi kekuatan politik bar yaitu Golongan Karya (Golkar). Pada pemilihan
umum thun 1971, Golkar muncul sebagai pemenang partai diikuti oleh 3 partai politik besar
yaitu NU, Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia) serta PNI.

Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik. Empat partai
politik Islam, yaitu: NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) dan Perti (Persatuan
Tarbiyah Islamiyah) bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Lima partai lain
yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia, Parati Katolik, Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Maka
pada tahun 1977 hanya terdapat 3 organisasi keuatan politik Indonesia dan terus berlangsung
hinga pada pemilu 1997.

Setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang ditandai dengan tumbangnya


rezim Suharto, maka pemilu dengan sistem multi partai kembali terjadi di Indonesia. Dan terus
berlanjut hingga pemilu 2014 nanti.

Setelah merdeka, Indonesia menganut sistem Multi Partai sehingga terbentuk banyak
sekali Partai Politik. Memasuki masa Orde Baru (1965 - 1998), Partai Politik di Indonesia
hanya berjumlah 3 partai yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai
Demokrasi Indonesia. Pada masa Reformasi, Indonesia kembali menganut sistem multi partai.

Pada 2012, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) melakukan revisi atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

2.3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pembangunan


2.3.1. Faktor Ekonomi dalam Pembangunan Indonesia
Faktor ekonomi dapat mempengaruhi suatu pertumbuhan serta pembangunan Indonesia
diantaranya seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal hingga
keahliannya.
Sumber daya alam yang dimaksud meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan
tanah, keadaan iklim maupun cuaca, hasil hutan, tambang hingga hasil laut semua itu tentu
akan memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan industri sebuah negara. Selain itu,
keahlian serta kewirausahaan juga dibutuhkan dalam pengelolaan bahan mentah dari alam,
menjadi sesuatu yang memiliki nilai (proses produksi).
Selain sumber daya alam ada juga sumber daya manusia yang menjadi satu penentu
keberhasilan dalam pembangunan nasional melalui jumlah serta kualitas penduduk. Dengan
memiliki jumlah penduduk yang besar maka akan jadi potensi besar untuk memasarkan
berbagai macam hasil produksi, sedangkan kualitas penduduk dapat menentukan seberapa
besar produktivitas yang ada.
Sedangkan sumber daya modal juga dibutuhkan oleh manusia untuk mengelola bahan
mentah tersebut. Dengan pembentukan modal serta melakukan investasi diperlukan untuk
menggali dan mengolah kekayaan yang dimiliki. Sumber daya modal juga dapat berupa
barang-barang modal yang sangat penting bagi perkembangan serta kelancaran pembangunan
karena barang-barang modal ini dapat meningkatkan produktivitas.
2.3.2. Masa Penjajahan Belanda
Pada faktor ini mencakup beberapa kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat seperti
halnya keadaan politik, kelembagaan serta sistem yang berkembang dan berlaku. Seperti yang
kita ketahui bahwa pembangunan Indonesia ini diperlukan mengingat beberapa hal di bawah
ini:
1. Merupakan satu proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk
usaha meningkatkan produk per kapita.
2. Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan
hasilnya.
3. Memperhatikan pertambahan penduduk.
4. Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
5. Pembangunan akan selalu berbarengan bersama dengan pertumbuhan ekonomi.
2.4. Peranan Partai Politik dan Pembangunan Indonesia
Pembangunan pada dasarnya tidak dapat di lepaskan hubungannya dengan keadaan
Negara yang sedang membangun itu sendiri. Banyak persoalan yang dihadapi oleh negara
Indonesia dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di
Indonesia merupakan hal yang “berusia lanjut” dapat dikatakan bahwa “pembangunan”
merupakan kunci yang menentukan hidup matinya bangsa Indonesia. Di Indonesia masalah
penduduk tergolong sangat serius disamping merupakan Negara yang relatif belum sejahtera
secara ekonomi jika dibandingkan dengan negara tetangga. Kepadatan penduduk juga sangat
tinggi dan perkembangan penduduk yang tergolong sangat cepat.
Oleh karena itu, mengadakan pembangunan ekonomi di negara Indonesia merupakan
suatu keperluan yang sangat mendesak, yaitu untuk mengatasi masalah kemiskinan,
pengangguran, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengisi kemerdekaan dalam
bidang politik dengan pembangunan ekonomi. Pada saat ini, banyak para pemikir-pemikir
ekonomi yang memberikan kontribusi pemikirannya dalam berbagai aspek mengenai
pembangunan ekonomi untuk di terapkan di Indonesia. Negara Indonesia sepertinya semakin
menyadari bahwa tidak ada jalan pintas untuk melakukan pembangunan ekonomi yang
terlantar dan terbelakang sebagai akibat penjajah belanda dan jepang yang telah berlangsung
sekian lama. Sedikit demi sedikit namun pasti, Indonesia mulai menyadari bahwa kemerdekaan
politik saja tanpa dibarengi dengan kemerdekaan ekonomi tidak akan banyak artinya.
Ketidakstabilan politik akan menghambat kemajuan ekonomi, namun sebaliknya
ketergantungan di bidang ekonomi dapat menimbulkan kerawanan politik di dalam negeri.
Maka dari itu dalam Pembangunan di butuhkan nya Peran Partai Politik, sehingga dapat
berjalan berkesinambungan.

Salah satu kasus bahwa partai politik dapat membantu pembangunan di Indonesia
adalah PDIP dimana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membuat BPEK (Badan
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan) merupakan salah satu dari 9 badan partai yang dimiliki
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. BPEK mengkoordinasikan dan melaksanakan
kegiatan pelatihan, bimbingan dan penyuluhan, serta pendampingan usaha perekonomian
rakyat Badan Ekonomi Kerakyatan dalam sebutan khas partai disebut “Sekolah Lapang” yang
dalam pelaksanaannya menggunakan dana sendiri, membuat suatu percontohan yang
membangun kemandirian petani dan bisa berpenghasilan lebih baik dari sebelumnya. BPEK
ini dibuat dengan tujuan untuk memperjuangkan perekonomian, membantu masyarakat kecil
seperti petani dan peternak untuk dapat meningkatkan kehidupan mereka, sehingga sebagai
partai mampu menunjukkan wajah yang berpihak kepada rakyat. Dalam menjalankannya juga,
PDIP tidak membeda-bedakan berdasarkan aspek ras, agama, maupun suku. Semua sama
karena basisnya adalah prinsip kemanusiaan. BPEK ini juga berfungsi. Inilah fungsi PDI
Perjuangan sebagai partai, dimana melalui Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan,
melakukan perkerjaan berkaitan dengan ekonomi kerakyatan.

Melihat dari contoh kasus diatas tentunya peran Partai Politik tidakbisa dianggap remeh
dalam kesejahteraan masyarakat, tidak hanya itu partai politik juga memiliki peran
melaksanakan pendidikan Politik bagi masyarakat Indonesia, mempertahankan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, memelihara persatuan dan kesatuan bangsa,
menyukseskan pembangunan nasional, dan menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah.
Dengan demikian, proses artikulasi kepentingan tersalurkan melalui Partai Politik merupakan
organisasi politik yang menjadi sarana masyarakat untuk menyalurkan aspirasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan hal yang “berusia lanjut”, dan dapat
dikatakan bahwa “pembangunan” merupakan kunci yang menentukan hidup matinya bangsa
Indonesia.
Negara Indonesia sepertinya semakin menyadari bahwa tidak ada jalan pintas untuk
melakukan pembangunan ekonomi yang terlantar dan keterbelakangan sebagai akibat penjajah
belanda dan jepang yang telah berlangsung sekian lama. Serta sudah selayaknya jika partai
politik diharapkan mampu membantu dalam pembangunan di Indonesia yang sehat dan efektif.
Harus diakui bahwa ketika beberapa elemen kritis di negeri ini mendorong terjadinya
reformasi untuk pembangunan, tidak banyak dari mereka yang membayangkan bahwa
perubahan ini akan membawa akibat yang sangat penting pada peran partai politik.
Walaupun secara umum berkembang kepercayaan bahwa demokrasi memerlukan
sebuah infrastruktur politik baru Fungsi dasar dari sebuah partai politik adalah untuk
mengagregasikan kepentingan masyarakat, mengarahkannya pada kepentingan bersama,
merancang dan mengarahkannya pada kepentingan bersama sehingga terjadinya pembangunan
Indonesia.
Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan
serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai partai politik telah lahir secara spontan
dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah. Dengan demikian, proses
artikulasi kepentingan tersalurkan melalui Partai Politik merupakan organisasi politik yang
menjadi sarana masyarakat untuk menyalurkan aspirasi.
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). 2 FAKTOR PENTING PEMBANGUNAN INDONESIA


https://www.akseleran.co.id/blog/pembangunan-indonesia/.
Aldi, R. (2018). Pembangunan Indonesia. Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 3-4.
GINTING, D. O. (2019). PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBERDAYAAN
EKONOMI. 45-48.
https://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-partai-politik. (n.d.). sejarah partai politik
indonesia.
Jafar, M. (2020). PERANAN PARTAI POLITIK DALAM DEMOKRASI DI INDONESIA.
4-10.
Meyer, T. (2008). Peran Partai Politik dalam Sebuah Demokrasi : 9 Tesis. Jakarta, Indonesia:
Friedrich-Ebert-Stiftung (FES).
Rina. (2017). PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN. Ilmu Politik, 5.
Shaleh, Z. A. (2008). DEMOKRASI DAN PARTAI POLITIK. 7-19.
(n.d.). TEORI DAN INDIKATOR PEMBANGUNAN.
https://bappeda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/teori-dan-indikator-
pembangunan-12.
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai