Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembangunan Politik pada Program Studi
Ilmu Pemerintahan
Oleh:
Kelompok 5
BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia sepertinya semakin menyadari bahwa tidak ada jalan pintas untuk
melakukan pembangunan ekonomi yang terlantar dan keterbelakangan sebagai akibat penjajah
belanda dan jepang yang telah berlangsung sekian lama. Sedikit demi sedikit namun pasti,
Indonesia mulai menyadari bahwa kemerdekaan politik saja tanpa dibarengi dengan
kemerdekaan ekonomi tidak akan banyak artinya. Ketidakstabilan politik akan menghambat
kemajuan ekonomi, namun sebaliknya ketergantungan di bidang ekonomi dapat menimbulkan
kerawanan politik di dalam negeri.
Pengertian Partai Politik Sebelum beranjak pada pengertian parpol, terlebih dahulu
dikemukakan pengertian Partai itu sendiri. Sigmund Neuman (1982:59) menjelaskan bahwa:
Menjadi Partai dari sesuatu selalu berarti mengidentifikasikan diri dengan suatu kelompok dan
membedakan diri dari kelompok lainnya. Setiap Partai pada intinya menunjukan adanya
persekutuan (partnership) dengan suatu organisasi dan memisahkan diri dari organisasi lainnya
dengan suatu program khusus. Penjelasan ini menunjukan bahwa definisi Partai itu sendiri
menunjukan adanya suasana demokratis.
Bahwa sebuah Partai dapat ada dengan sungguh-sungguh jika sekurang kurangnya ada
satu kelompok lain yang bersaing (oposisi), yang membedakan Partai dengan organisasi
lainnya adalah bahwa Partai mempunyai program khusus yang tidak dipunyai organisasi lain,
seperti ikut dalam kampanye yang bertujuan mempengaruhi kebijakan. Selanjutnya Sigmund
Neumann masih tentang parpol menegaskan bahwa: Parpol adalah organisasi yang artikulatif
yang terdiri dari pelaku-pelaku Politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang
memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk
memperoleh dukungan rakyat dan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang
berbeda. Dengan demikian parpol merupakan perantara yang besar yang menghubungkan
kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan
yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas.
Didalam Undang-Undang Nomor No.2 Tahun 1999 tentang Partai Politik disebutkan sebagai
berikut :
FUNGSI, HAK, DAN KEWAJIBAN
Pasal 7
1. Partai Politik berfungsi untuk:
a. melaksanakan pendidikan politik dengan menumbuhkan dan mengembangkan
kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara;
b. menyerap, menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara melalui mekanisme badan-badan
permusyawaratan/perwakilan rakyat;
c. mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik
sesuai dengan mekanisme demokrasi.
2. Partai Politik sebagai lembaga demokrasi merupakan wahana guna menyatakan
dukungan dan tuntutan dalam proses politik.
Pasal 8
Partai Politik mempunyai hak:
a. ikut serta dalam pemilihan umum sesuai dengan Undang-Undang tentang Pemilihan
Umum;
b. memperoleh perlakuan yang sama, sederajat, dan adil dari negara.
Pasal 9
Partai Politik berkewajiban:
a. memegang teguh serta mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
c. memelihara persatuan dan kesatuan bangsa;
d. menyukseskan pembangunan nasional;
e. menyukseskan penyelenggaraan pemilihan umum secara demokratis, jujur, dan adil
dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas
dan rahasia.
2.1.3. Teori Pembangunan
Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indonesia (waktu itu
Hindia Belanda). Partai Politik yang paling pertama dibentuk di Indonesia adalah De Indische
Partij pada 25 Desember 1912 oleh Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara, dan Tjipto
Mangunkoesoemo. Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu semua
organisasi baik yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah, ataupun yang
berasaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI dan Partai Katolik, ikut
memainkan peranan dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdeka.
Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan gabungan partai politik dan
menjadikannya semacam dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk KRI (Komite
Rakyat Indonesia) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang merupakan
gabungan dari partai-partai yang beraliran nasional, MIAI (Majelis Islamil Aâ€laa Indonesia)
yang merupakan gabungan partai-partai yang beraliran Islam yang terbentuk tahun 1937, dan
MRI (Majelis Rakyat Indonesia) yang merupakan gabungan organisasi buruh.
Pada tahun 1939 di Hindia Belanda telah terdapat beberapa fraksi dalam volksraad
yaitu Fraksi Nasional, Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi-Putera, dan Indonesische
Nationale Groep. Sedangkan di luar volksraad ada usaha untuk mengadakan gabungan dari
Partai-Partai Politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan nasional yang disebut
Komite Rakyat Indonesia (K.R.I). Di dalam K.R.I terdapat Gabungan Politik Indonesia
(GAPI), Majelisul Islami A'laa Indonesia (MIAI) dan Majelis Rakyat Indonesia (MRI). Fraksi-
fraksi tersebut di atas adalah merupakan partai politik - partai politik yang pertama kali
terbentuk di Indonesia.
2.2.2. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam diberi
kebebasan untuk membentuk partai Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Partai
Masyumi), yang lebih banyak bergerak di bidang sosial.
Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar untuk
mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah parti-partai politik Indonesia. Melalui
Maklumat X yang diumumkan oleh Bung Hatta pada 3 November 1945 menjadi tonggak awal
tumbuhnya partai politik pasca kemerdekaan.
Pemilu 1955 memunculkan 4 partai politik besar, yaitu: Masyumi, PNI, NU dan PKI.
Masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering disebut sebagai masa kejayaan partai politik, karena
partai politik memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara melalui
sistem parlementer. Sistem banyak partai ternyata tidak dapat berjalan baik. Partai politik tidak
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak dapat
melaksanakan program kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat berjalan dengan
baik pula. Masa demokrasi parlementer diakhiri dengan Dekret 5 Juli 1959, yang mewakili
masa masa demokrasi terpimpin.
Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan
di pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan
NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI. Pada masa
Demokrasi Terpimpin ini tampak sekali bahwa PKI memainkan peranan bertambah kuat,
terutama melalui G 30 S/PKI akhir September 1965).
Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat bergerak lebih
leluasa dibanding dengan msa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan pada masa ini adalah
munculnya organisasi kekuatan politik bar yaitu Golongan Karya (Golkar). Pada pemilihan
umum thun 1971, Golkar muncul sebagai pemenang partai diikuti oleh 3 partai politik besar
yaitu NU, Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia) serta PNI.
Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik. Empat partai
politik Islam, yaitu: NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) dan Perti (Persatuan
Tarbiyah Islamiyah) bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Lima partai lain
yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia, Parati Katolik, Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Maka
pada tahun 1977 hanya terdapat 3 organisasi keuatan politik Indonesia dan terus berlangsung
hinga pada pemilu 1997.
Setelah merdeka, Indonesia menganut sistem Multi Partai sehingga terbentuk banyak
sekali Partai Politik. Memasuki masa Orde Baru (1965 - 1998), Partai Politik di Indonesia
hanya berjumlah 3 partai yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai
Demokrasi Indonesia. Pada masa Reformasi, Indonesia kembali menganut sistem multi partai.
Pada 2012, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) melakukan revisi atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
Salah satu kasus bahwa partai politik dapat membantu pembangunan di Indonesia
adalah PDIP dimana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membuat BPEK (Badan
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan) merupakan salah satu dari 9 badan partai yang dimiliki
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. BPEK mengkoordinasikan dan melaksanakan
kegiatan pelatihan, bimbingan dan penyuluhan, serta pendampingan usaha perekonomian
rakyat Badan Ekonomi Kerakyatan dalam sebutan khas partai disebut “Sekolah Lapang” yang
dalam pelaksanaannya menggunakan dana sendiri, membuat suatu percontohan yang
membangun kemandirian petani dan bisa berpenghasilan lebih baik dari sebelumnya. BPEK
ini dibuat dengan tujuan untuk memperjuangkan perekonomian, membantu masyarakat kecil
seperti petani dan peternak untuk dapat meningkatkan kehidupan mereka, sehingga sebagai
partai mampu menunjukkan wajah yang berpihak kepada rakyat. Dalam menjalankannya juga,
PDIP tidak membeda-bedakan berdasarkan aspek ras, agama, maupun suku. Semua sama
karena basisnya adalah prinsip kemanusiaan. BPEK ini juga berfungsi. Inilah fungsi PDI
Perjuangan sebagai partai, dimana melalui Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan,
melakukan perkerjaan berkaitan dengan ekonomi kerakyatan.
Melihat dari contoh kasus diatas tentunya peran Partai Politik tidakbisa dianggap remeh
dalam kesejahteraan masyarakat, tidak hanya itu partai politik juga memiliki peran
melaksanakan pendidikan Politik bagi masyarakat Indonesia, mempertahankan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, memelihara persatuan dan kesatuan bangsa,
menyukseskan pembangunan nasional, dan menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah.
Dengan demikian, proses artikulasi kepentingan tersalurkan melalui Partai Politik merupakan
organisasi politik yang menjadi sarana masyarakat untuk menyalurkan aspirasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan hal yang “berusia lanjut”, dan dapat
dikatakan bahwa “pembangunan” merupakan kunci yang menentukan hidup matinya bangsa
Indonesia.
Negara Indonesia sepertinya semakin menyadari bahwa tidak ada jalan pintas untuk
melakukan pembangunan ekonomi yang terlantar dan keterbelakangan sebagai akibat penjajah
belanda dan jepang yang telah berlangsung sekian lama. Serta sudah selayaknya jika partai
politik diharapkan mampu membantu dalam pembangunan di Indonesia yang sehat dan efektif.
Harus diakui bahwa ketika beberapa elemen kritis di negeri ini mendorong terjadinya
reformasi untuk pembangunan, tidak banyak dari mereka yang membayangkan bahwa
perubahan ini akan membawa akibat yang sangat penting pada peran partai politik.
Walaupun secara umum berkembang kepercayaan bahwa demokrasi memerlukan
sebuah infrastruktur politik baru Fungsi dasar dari sebuah partai politik adalah untuk
mengagregasikan kepentingan masyarakat, mengarahkannya pada kepentingan bersama,
merancang dan mengarahkannya pada kepentingan bersama sehingga terjadinya pembangunan
Indonesia.
Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan
serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai partai politik telah lahir secara spontan
dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah. Dengan demikian, proses
artikulasi kepentingan tersalurkan melalui Partai Politik merupakan organisasi politik yang
menjadi sarana masyarakat untuk menyalurkan aspirasi.
DAFTAR PUSTAKA