Anda di halaman 1dari 82

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi politik kian hari menjadi kajian yang sangat menarik

perhatian, tidak hanya menarik bagi para sarjana komunikasi tetapi juga sarjana

politik bahkan bagi para aktivitas, para politisi serta professional komunikasi dan

politik lainya. Sebagai sebuah disiplin ilmu (subjek area) komunikasi politik

memang masih tergolong baru. Di Eropa dikembangkan juga beberapa penelitian

komunikasi politik berkaitan dengan study opini public, study perkembangan

sosiokultural, telaah antara hubungan pemerintah dengan media juga system

informasi yang berlangsung pada institusi birokrasi, fenomena ini ternyata

memiliki relevasi dominan pada penelitian komunikasi politik di Indonesia

sampai sekarang.

Sebagian besar penelitian komunikasi yang menyentuh bidang politik

umumnya lebih banyak tersajikan dalam bentuk penelitian tentang pemberian

suara (voting) serta penelitian tentang pengaruh komunikasi terhadap respon

khalayak tentang kampanye. Pemilihan Umum Legislatif merupakan salah satu

entry point demokratisasi. Artinya, demokratisasi bisa saja terjadi tanpa didahului

oleh pelaksanaan pemilihan umum yang demokratis. Tetapi kenyataan

mengungkapkan bahwa sebagian besar legitimasi politik pemerintahan di berbagai

belahan dunia diperoleh melalui pemilihan umum yang bebas, rahasia, jujur dan

adil.
2

Sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia masuk

dalam satu babak kehidupan baru sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat

penuh. Dalam perjalanan sejarahnya, bangsa indonesia mengalami sejumlah

perubahan sistem politik dan sistem pemerintahan sejak Era Pemerintahan

Soekarno 1945-1965, Pemerintahan Soeharto 1966-1998 dan Era Reformasi

(pasca kejatuhan Soeharto dari kursi presiden, 21 Mei 1998).

Era Pemerintahan Soeharto sistem politik telah mengalami perubahan

seiring sistem pemerintahan yang berlaku saat ini, yaitu Demokrasi Liberal tahun

1950 awal hingga 1955, dan Rezim Politik Otoritarian dari 1959 hingga 1965.

Sedangkan di masa Orde baru di bawah kepemimpinan Soehartotelah berlaku

Rezim Kediktatoran Militer dari 1966 hingga 1971, Rezim Otoritarian

Kontenporer dari 1971 hingga 1998. Sejak jatuhnya Pemerintahan Soeharto,

Indonesia kembali menjadi negara Demokrasi Pancasila Hingga sekarang.

Pada masa bergulirnya Revormasi yang di pimpin Oleh Presiden B.J

Habibie memberikan peluang besar bagi rakyat untuk mengaktualisasikan diri

sebagai warga Negara yang memiliki hak yang sama tanpa intimidasi

sebagaimana yang terjadi pada masa Orde Baru hal tersebut berdampak pada

sistem kepartaian. Munculnya Era Reformsi yang menggantikan Era Orde Baru

merupakan momentumperubahan dasar dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia.

Salah satu program yang dilakukan di Era Reformasi antara lain yakni dengan

melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Perubahan konstitusi tersebut

merupakan wujud reformasi kelembagaan sebagai upaya menuju demokrasi yang

lebih baik. Melalui amandemen UUD 1945 terjadi perubahan dalam rekruitmen
3

pejabat negara baik di pusat maupun di daerah dengan cara dipilih lansung oleh

rakyat melalui pemilihan Umum. Hal ini merupakan penting dari reformasi

konstitusi di Indonesia

Undang-undang No 10 Tahun 2008 menjelaskan bahwa pemilihan Umum

DPR, DPD, dan DPRD secara langsung merupakan amanat dari konstitusi. Dalam

proses penyelenggaraan pemilihan wakil rakyat secara langsung, tentunya bukan

hasil akhirnya yang dinilai, melainkan esensi dari penyelenggaraan pemilihan

DPRD secara langasung yang merupakan aktualisasi nilai-nilai demokrasi.

Pemilihan wakil rakyat di kursi DPRD secara langsung memberikan

pembelajaran politik yang di dalamnya mencakup tiga aspek pembelajaran, yakni

: Pertama, meningkatkan kesadaran politik masyarakat lokal; Kedua,

mengorganisir masyarakat ke dalam suatu antivitas politik yang memberi peluang

besar pada setiap orang untuk berpartisipasi; Ketiga, memperluas akses

masyarakat lokal untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang

menyangkut kepentingan mereka.

Sesuai dengan tujuan dari otonomi daerah dengan sistem desentralisasi,

maka pemilihan Legislatif secara langsung pada gilirannya akan memberikan

pendidikan politik kepada rakyat ndi daerah untuk memilih dan menentukan

Pemimpinya di DPRD sendiri tanpa ada intervensi dari siapa pun,

termasukpemerintah pusat da atau elit politik di tingkat pusat. Dengan pemilihan

adanya pemilihan legislatif DPRD memberikan latihan dan kesempatan bagi elit-

elit lokal untuk mengembang kecakapan dalam merumuskan dan membuat

kebijakan, mengatasi persoalan-persoalan di masyarakat. Lebih dari itu


4

penyelengaraan pmilihan legislatif DPRD secara langsung akan menciptakan

Komunikasi politik dengan masyarakat, serta melakukan artikulasi dan agregasi

kepentingan masyarakat. Pada Umumnya, para ilmuan politik mengambarkan

adanya empat fungsi partai politik, menurut Budiardjo (2008:405) meliputi :

sarana komunikasi politik, sarana sosialisasi politik, sarana rekruitmen politik,

sarana pengatutan konflik.

Keempat fungsi tersebut sama-sama terkait dimana partai politik berperan

dalam upaya mengartikulasikan kepentingan (interests artikulation) dimana

berbagai ide-ide diserap dan diadvokasikan sehingga dapat mempengaruhi materi

kebijakan kenegaraan. Terkait sebagai sarana komunikasi politik, partai politik

juga berperan mensosialisasikan ide, visi dan kebijakn strategis yang menjadi

pilihan partai politik serta sebagai sarana rekruitmen kaderisasi pemimpin negara.

Sedangakan sebagai pengatur konflik, partai politik berperan menyalurkan

berbagai kepentingan yang berbeda-beda. Disamping itu, Azed dan Makmur Amir

(2005:50) mengatakan partai politik juga memiliki fungsi sebagai pembuat

kebijakan, dalam arti bahwa suatu partai politik akan berusaha untuk merebut

kekuasaan secara konstitusiona, sehingga setelah mendapatkan kekuasaannya

yang Legitimate maka partai politik ini akan mempunyai dan memberikan

pengaruhnya dalam membuat kebijaksanaan yang akan digunakan dalam suatu

pemerintahan. Dengan demikian, funfsi partai politik secara garis besar adalah

sebagai kenderaan untuk memenuhi aspirasi warga negara dalam mewujudkan hak

memilih dan dipilihnya dalam kehidupan bernegara.


5

Keberagaman partai politik ini sesungguhnya untuk meramaikan pesta

demokrasi sebagai tana adanya tau berlangsungnya proses pemilihan

umum/Pemilihan legislatif. Azed (2000:53) menjelaskan bahwa dalam proses ini

setidaknya terdapat tiga tujuan pemilu di indonesia, yaitu Pertama,

memungkinkan terjadinya pergantian kepemimpinan secara damai dan tertib;

Kedua, kemungkinan lembaga negara berfungsi sesuai dengan maksud UUD

1945; dan Ketiga, untuk melaksanakan hak-hak asasi warga negara.

Kabupaten Pohuwato merupakan Kabupaten yang lahir terlahir dari hasil

UU No. 6 Tahun 2003 di usianya yang muda tersebut Kabupaten pohuwato telah

menyelenggarakan dua kali pemilihan Legislatif secara langsung yaitu Pertama,

Pemilihan legislatif yang pertama berlangsung pada tanggal 9 April Tahun 2004

yang di ikuti oleh 24 partai politik, partai Golkar ikut sebagai peserta pada

pemilihan legislatif tersebut dan berhasil meraih 9 kursi . Pemilihan legislatif yang

kedua dilaksanakan pada tanggal 9 April tahun 2009 yang di ikuti oleh 38 partai

termasuk partai Golkar dan tetap meraih 9 kursi.

Dari uraian di atas terlihat bahwa partai Golkar mendominasi kursi di

DPRD Kabupaten Pohuwato, Kemenangan Partai Golkar di kabupaten pohuwato

pada pemilihan legislative yang pertma dan kedua merupakan suatu fenomena,

bagaimana komunikasi politik yang dibangun oleh Partai Golkar sehinga berhasil

untuk meraih perolehan kursi terbanyak di DPRD Kabupaten Pohuwato pada

pemilihan legislatif pertama maupun legislative kedua , hal ini merupakan sebuah

pertanyaan yang harus di jawab.


6

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul “Strategi Komunikasi Politik Partai Gorlkar dalam Pemilihan

Legislatif DPRD Kabupaten Pohuwato Tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Bardasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di

pendahuluan maka rumusan masalah yang diangkat adalah “Bagaimana Strategi

Komunikasi Politik Partai Golkar dalam Pemilihan Legislati DPRD Kabupaten

Pohuwato Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Komunikasi

Politik Partai Golkardalam Pemilihan Legislatif DPRD Kabupaten Pohuwato

Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak

antara lain :

1. Pengembangan ilmu : Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu komunikasi.

2. Operasional : Hasil penelitian ini di harapkan menjadi refersi dan acuan

bagi partai Golkar untuk menetapkan strategi komunikasi dalam pemilihan

legislative.

3. Para Peneliti : Sebagai bahan referensi bagi para peneliti lain untuk

mengembangkan starategi komunikasi politik.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Politik

2.2.1 Latar belakang dan perkembangan komunikasi Politik

Pemahaman terhadap realitas social tampaknya tidak cukup hanya dikaji

dengan suatu disiplin ilmu, karena satu disiplin ilmu seringkali kurang lengkap

dengan memandang objek kajiannya. Oleh sebab itu banyak pemikiran para

sarjana yang berusaha menggabungkan beberapa disiplin ilmu untuk memahami

realitas social secara lebih konprehenshif.

Cara pandang interdisipliner ini pada kelanjutanya mempunyai implikasi

munculnya bidang study baru. Timbulnya studi komunikasi politik tidak lepas

dari cara pandang interdisipliner tersebut. ia merupakan hasil usaha dalam

memahami aktivitas social dengan pemahaman holistic paradigma melalui

berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik, ilmu komunikasi, sosiologi, psikologi

social, dan filsafat. studi komunikasi politik sebagai studi mandiri barulah ada

pada awal dasawarsa 1950-an. Istilah komunikasi politik itu sendiri baru pertama

kali di kemukakan secara tegas dan bulat oleh Euleau Eldersveld, dan Janowitz

pada Tahun 1956.

Euleau dkk (dalam Subiakto & Ida 2012:2) mendudukan komunikasi

politik sebagai satu dari tiga proses yang berpengaruh dalam kegiatan politik. Dua

proses lainya adalah kepemimpinan politik dan struktur kelompok. Aristoteles

dalam Rhetoric misalnya, membahas secara sistematis tentang seni berpidato


8

sebagai bagian penting dari upaya untuk mempengaruhi secara politis para

pendengarnya. Niccolo Machiavelli, dalam bukunya Sang penguasa, juga

membahas cara-cara persuasi di dalam berpolitik. Pendekatan Aristoteles (dalam

Subiakto & Ida 2012:3) yang murni itu sering dikenal sebagai pendekatan

“tardisional”, yaitu pendekatan yang memfokuskan pada komunikator (sumber

komunikasi) sebagai objek pembahasan. dalam pendekatan ini, retorika

didefinisikan sebagai “upaya manusia untuk menyebabkan kerja sama lewat

symbol-simbol” Para ahli dalam tradisi “tradisional” menerima proporsi mengenai

prinsip-prinsip retorika yang dapat ditransendisikan dalam episode-episode

pembahasan (Pidato). Aliran tradisional Aristotelian Identik dengan pemikiran

ideal formal, retorika dianalisis berdasarkan pendekatan normative, bagaimana

seharusnya yang terbaik.

Perkembangan selanjutnya adalah adanya pendekatan prefektif

“eksperisensial” yang didasarkan pada pengalaman yang berkaitan dengan

konteks sejarah. Dalam presfektif ini masyarakat dianggap ada pada kondisi

proses yang terus berubah.

2.2.2 Definisi Komunikasi dan Politik

a). Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-

hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan , di pasar, dalam masyarakat ataupun

dimana saja berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam

komunikasi, pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri


9

dalam kehidupan berpolitik dengan adanya komunikasi yang baik suatu proses

politik akan berjalan dengan lancer dan berhasil begitu pula sebaliknya,

kurangnya atau tidak adanya komunikasi yang dibangun maka sesuatu hal yang

kita akan lakukan akan macet atau berantakan.

Deddy Mulyana & Jalaluddin Rakhmat (2010:12) menjelaskan bahwa

komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya

kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya, hampir setiap orang

membutuhkan hubungan social dengan orang lainnya, dan kebutuhan ini terpenuhi

melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan

manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Forsdale (dalam

Muhammad 2008:2), memberi definisi sebagai berikut Komunikasi adalah suatu

proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu

system dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Selanjutnya William J. Seller

(dalam Arni 2008:4) memberikan definisi bahwa Komunikasi sebagai proses

dengan mana symbol verbal dan nonverbal dikirim, diterima, dan diberi arti.

Berelson dan Steiner (dalam Subiakto & Ida 2012:14) Mendefinisikan

Komunikasi Sebagai penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan dan lain-

lain, melalui penggunaan angka, symbol kata, gambar, gravik, dan sebagainya.

Menurut Harsono Suwardi (dalam Arrianie 2010 :16) mendefinisikan

komunikasi politik dalam arti sempit dan arti luas, Pertama; dalam arti sempit

komunikasi politik adalah setiap bentuk penyampaian pesan, baik dalam bentuk

lambang-lambang maupun dalam bentuk kata-kata tertulis atau terucapkan

ataupun dalam bentuk isyarat yang mempengaruhi kedudukan seseorang yang


10

dalam sesuatu struktur kekuasaan tertentu, Kedua; selanjutnya dalam arti luas

komunikasi politik adalah setiap jenis penyampaian pesan khususnya yang

bermuatan info politik dalam satu sumber kepada seluruh sejumlah penerima

pesan.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah

suatu proses dimana manusia saling berinteraksi satu sama lain dalam melakukan

pertukaran pesan verbal maupun verbal antara si pengirm dan si penerima pesan

untuk mengubah tingkah laku.

b). Definisi Politik

Ilmu politik sebagai salah satu cabang dari Ilmu-ilmu social yang memiliki

dasar, rangka, focus, dan ruang lingkup yang jalas, maka dapat dikatakan bahwa

ilmu politik masih muda usianya karena baru lahir pada abad ke-19. Pada tahap

itu ilmu politik berkembang secara pesat berdampinagan dengan cabang-cabang

ilmu social lainya. Akan tetapi ilmu politik, apabila ditinjau dalam rangka yang

lebih luas, yaitu sebagai pembahasan secara rasional dari berbagai aspek Negara

dan kehidupan politik, maka ilmu politik dapat dikatakan lebih tua umurnya,

bahkan iya dinamakan ilmu social yang yang tertua di dunia.

Asal mula kata poltik itu sendiri berasal dari kata Polis yang berarti

Negara kota, dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama, dalam hubungan ini timbul aturan, kewenangan, perilaku pejabat,

legalitas kekuasaan dan akhirnya kekuasaan. Tetapi politik dapat dikatakan

sebagai kebijaksanaan, kekuatan, kekuasaan pemerintahan, pengaturan konflik

yang menjadi consensus nasional, serta kemudian kekuatan massa rakyat.


11

Di Yunani Kuno misalnya, pemikiran mengenai Negara sudah dimulai

pada tahun 450 Sebelum Masehi seperti terbukti karya-karya ahli sejarah

Herodotus, atau filsuf-filsuf seperti Plato, Aristoteles, dan sebagainya. Di Asia

beberapa pusat kebudayaan, antara lain India dan China yang telah mewariskan

tulisan politik yang bermutu. Di Indonesia kita mendapati beberapa karya tulis

yang membahas masalah sejarah dan kenegaraan, seperti misalnya

Negarakartagama yang ditulis pada masa Majapahit sekitar abadke-13 dan ke-15

Masehi dan abad Tanah Jawi. Sayangnya di Negara-negara Asia tersebut

kususastraan yang mencakup bahasan politik mulai akhir abad ke-19 telah

mengalami kemunduran karena terdesak oleh pemikiran barat yang dibawa oleh

nega-negara seperti, Inggris, Jerman, Amerika Serikat, dan Belanda dalam rangka

Imperialisme.

Menurut Plato dan Aristoteles (dalam Budiardjo 2008:14) politik politik

sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat politik (polity) yang baik. Di

dalam poltik semacam ini manusia akan hidup bahagia karena memiliki peluang

untuk mengembangkan bakat, bergaul dengan rasa kemasyarakatan yang akrab,

dan hidup dalam suasana moralitas yang tinggi. Menurut Rod Hague (dalam

Budiardjo 2008:16) politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana

kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan

mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara

anggota-anggotanya.

Selanjutnya menurut Robert A. Dahl (dalam Syafiie 2009:58)

mendefinisikan ilmu politik adalah pelajaran tentang siasat, atau lebih pula
12

disebutkan sebagai, hal ini sebagai pelajaran terinci dari berbagai cara, yaitu usaha

pembahasan yang teratur untuk menemukan pencegahan kebingungan yang kacau

dalam pengertian yang lebih luas dan libih umum hubungannya. Berikutnya

menurut Raymond G. Gettel (dalam Syafiie 2009:59) mendefinisikan ilmu politik

adalah ilmu yang membahas Negara, hal tersebut berlaku baik antara seseorang

dengan orang lain yang paling ujung sekalipun disentuh hukum, hubungan antara

perorangan , ataupun kelompok orang-orang dengan negaranya, serta hubungan

Negara dengan Negara.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa politik adalah usaha untuk

menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar

warga untuk membawa masyarakat kearah kehidupan bersama yang harmonis.

Usaha menggapai the good life ini menyangkut bermacam-macam kegiatan yang

antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari system, serta cara

melaksanakan tujuan itu.

2.2.3 Definisi Komunikasi Politik

Para wakil dan pemimpin rakyat atau kelompok kepentingan dalam

mengartikulasikan dan mengagrisikan kepentingan tertentu senantiasa

menggunakan komunikasi, misanlnya dengan menyampaikan rekomendasi

terhadap kebijaksanaan yang akan diterapkan begitu pula para penguasa atau

pemerintah dalam menentukan public policy akan menganalisis terlebih dahulu

berbagai informasi yang berasal dari masyarakat, demikian juga para legislator

dalam membahas suatu produk hokum sangat memerlukan komunikasi terlebih

dahulu dengan segala komponen yang terkait dalam produk legislative itu.
13

Sehingga komunikasi memiliki peran yang cukup penting dalam proses

politik, oleh karena itu tidak jarang para penguasa berusaha untuk mengendalikan

atau mengawasi “komunikasi” agar mereka tentap mendapat dukungan untuk

berkuasa. Seorang pemimpin politik baik, otoriter maupun democrat, ada

kecenderungan untuk memanipulasi atau menguasai informasi yang ada untuk

masyarakatnya. Dalam kaitan ini media ikut berperan aktif sebagai penyalur

berbagai informasi, hanya saja sejarahmenunjukan bahwa media massa selalu di

pengaruhi oleh kekuatan yang ada di masyarakat, baik kekuatan politisi penguasa,

pemilik modal, maupun kekuatan ekonomi dan politik yang lain. Pada dasarnya

media massa selalu dipengaruhi oleh system politik yang berlaku.

Lord Windlesham (dalam Subiakto & Ida 2012: 19) mengemukakan

komunikasi politik sangat di tentukan oleh tujuan penyampaian pesan, yakni

membuat penerima berperilaku tertentu. Menurut Richard Fagen (dalam Subiakto

& Ida 20012:19) mendefinisikan komunikasi politik suatu aktivitas komunikasi

yang mempunyai konsekuensi atau akibat politik, actual potensial, terhadap fungsi

system politik. Selanjutnya menurut Harsono Suwardi (dalam Arrinianie 2010:16)

komunikasi politik dapat dilihat dari dalam arti sempit maupun arti luas. Dalam

arti sempit komunikasi politik adalah setiap bentuk penyampaian pesan, baik

dalam bentuk lambang-lambang maupun bentuk kata-kata tertulis atau

terucapkan, ataupun dalam bentuk isyarat yang mempengaruhi kedudukan

seseorang yang ada dalam suatu struktur kekuasaan tertentu. Dalam arti luas,

komunikasi politik adalah sejenis penyampaian pesan khususnya yang bermuatan

info politik dari suatu sumber kepada sejumah penerima pesan.


14

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa

komunikasi politik sebagai sebuah proses penyampaian informasi atau transmisi

pesan politik dan konstruksi makna oleh aktor-aktor politik melalui media yang

mempunyai pengaruh dan efek dalam interaksi sosial dan politik. Dalam

perkembangannya di lapangan, komunikasi politik yang dilakukan secara terarah,

efektif dan berkisanbungan dapat membangun opini publik dan mampu

membentuk sikap indivual atau kelompok.

2.2.4 Tujuan Komunikasi Politik

Komunikasi politik merupakan kegiatan yang senantiasa dilakukan oleh

seorang politikus maupun partai politik untuk mencapai tujuan-tujuan politik

tertentu, bahkan masyarakat secara luas juga terlibat dalam kegiatan komunikasi

politik baik disengaja maupun tidak dengan motif dan tujuan masing-masing.

Secara umum ada tiga tujuan komunikasi politik, yaitu : Sebuah Upaya

membentuk citra (image) politik, membentuk pendapat umum, dan meningkatkan

partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum.

a). Citra Politik

Salah satu tujuan komunikasi politik adalah menciptakan, membangun,

dan memperkuat citra (image) politik di tengah masyarakat, khususnya pemilih.

Citra politik juga dapat melemah, luntur dan hilang dalam sistem kognitif

masyarakat. Citra politik memiliki kekuatan untuk memotivasi aktor atau individu

untuk melakukan suatu hal. Citra politik tersebut terbentuk berdasarkan informasi

yang diterima masyarakat, baik langsung maupun melalui media massa. Citra
15

politik berkaitan dengan pembentukan pendapat umum karena pada dasarnya

pendapat umum politik terbangun melalui citra politik. Sedangkan citra politik

terwujud sebagai konsekuensi kognitif dari komunikasi politik.

Citra politik merupakan idenditas politik, yang merupakan visualisasi dari

atribut yang diberikan dan dipersepsikan oleh pihak luar tentang seorang kandidat

maupun partai politik. Citra politik dalam hal ini bisa berupa reputasi dan

kredibilitas seorang kandidat maupun partai politik yang dipersepsikan oleh

masyarakat luas. Semakin baik reputasi dan kredibilitas seorang kandidat maupun

partai politik, maka akan semakin besar peluang untuk dipilih masyarakat dalam

pemilihan umum. Para politikus sangat berkepentingan dalam menciptakan,

membangun, dan memperkuat citra politik positif mereka melalui komunikasi.

Citra politik yang positif dari suatu partai politik maupun kandidat akan

memberikan efek yang positif pula terhadap pemilih guna memberikan suaranya

dalam pemilihan umum. Dengan demikian, citra politik seseorang akan membantu

dalam pemahaman, penilaian dan pengidentifikasian peristiwa, gagasan, tujuan

atau pemimpin politik. Citra politik juga membantu bagi seseorang dalam

memberikan alasan yang dapat diterima secara subyektif tentang mengapa segala

sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang referensi politik. Citra politik akan

menjadi perhatian penting jika seseorang menganggap bahwa dalam memenuhi

kebutuhan fisik, sosial dan psikologis hanya dapat diatasi dan dilakukan oleh

negara. Orang bertukar citra politik melalui komunikasi politik sebagai cara untuk

menyelesaikan konflik dan mencari konsensus dalam upaya manusia dan

masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.


16

Komunikasi politik dalam prakteknya sering kali memainkan peran ganda

kaitannya dengan citra politik. Disatu sisi untuk membangun citra politik positif

bagi, disisi lain dilakukan untuk menghancurkan citra lawan politik. Hal tersebut

dilakukan dengan asumsi bahwa kehancuran citra suatu lawan politik berarti suatu

keuntungan bagi seseorang politikus (kandidat) maupun partai politik untuk

membangun citra politiknya dan mendapat dukungan politik dari masyarakat.

b). Pendapat Umum


Komunikasi politik juga bertujuan untuk membentuk, membina serta

mempertahankan pendapat umum (opini public). Pendapat umum merupakan

fenomena komunikasi politik yang sudah cukup lama menjadi perhatian, baik oleh

para politisi maupun oleh para akademisi. Hal tersebut dapat dipahami karena

pada hakikatnya pendapat umum di negara demokrasi dapat disebut sebagai

sebuah kekuatan politik. Pendapat umum sering diposisikan sebagai kekuatan

keempat setelah kekuatan lainnya dalam konsep trias politika (pembagian

kekuasaan) yang diungkapkan Montesqueu, yaitu legislatif, eksekutif dan

yudikatif.

Pendapat umum merupakan gabungan pendapat perseorangan mengenai

suatu isu yang dapat mempengaruhi orang lain, serta memungkinkan seseorang

dapat mempengaruhi pendapat-pendapat tersebut. Ini berarti pendapat umum

hanya bisa terbentuk kalau menjadi pembicaraan umum, atau jika banyak orang

penting (elit) mengemukakan pendapat mereka tentang suatu isu sehingga bisa

menimbulkan pro dan kontra di kalangan anggota masyarakat.


17

Selanjutnya, untuk membentuk pendapat umum ada tiga unsur yang harus

diperhatikan, yaitu; pertama, harus ada isu yang aktual (peristiwa atau kata-

kata), penting dan menyangkut kepentingan pribadi kebanyakan orang dalam

masyarakat atau kepentingan umum yang disiarkan melalui media massa. Kedua,

harus ada sejumlah orang yang membicarakan serta mendiskusikan isu tersebut,

yang kemudian menghasilkan kata sepakat mengenai sikap, pendapat dan

pandangan mereka. Ketiga, pendapat mereka harus diekspresikan atau dinyatakan

dalam bentuk lisan, tertulis dan gerak-gerik.

Dalam hal ini, media massa sebagai saluran komunikasi politik memiliki

peranan yang cukup signifikan untuk membentuk pendapat umum di tengah-

tengah masyarakat sehingga banyak politisi yang memanfaatkan media massa

untuk membentuk, membina serta mempertahankan pendapat umum. Kehadiran

media massa pada masyarakat yang berkembang termasuk Indonesia mempunyai

arti yang sangat penting, dan diyakini sebagai salah satu pilar demokrasi. Media

massa telah menjadikan jarak psikologis dan jarak geografis semakin kecil dan

sempit, dan kejadian diberbagai tempat diketahui secara cepat dengan adanya

media massa, seperti radio, televisi, surat kabar dan sebagainya.

c). Partisipasi Politik


Partisipasi politik dipahamami sebagai kegiatan sukarela (tanpa paksaan)

warga negara dalam proses politik merupakan masalah yang penting, dan akhir-

akhir ini banyak di pelajari terutama dalam hubungannya dengan negara-negara

berkembang. Pada awalnya studi mengenai partisipasi politik memfokuskan diri


18

pada partai politik sebagai pelaku utam, tetapi dengan berkembangya demokrasi

banyak muncul kelompok masyarakat yang juga ingin mempengaruhi proses

pengambilan keputusan mengenai kebijakan umum.

Herbet McClosky (dalam Budiardjo 2008:367) mengungkapkan

pengertian Partisipasi politik, sebagai berikut : Partisipasi politik adalah kegiatan

sukarela dari warga negara melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses

pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses

pembentukan kebijakan umum. Berikutnya Samuel P. Huntington dan Joan M.

Nelson (dalam Budiardjo 2008:368) memberi definisi lebih luas dengan

memasukkan secara eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan. Partisipasi politik

adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang

dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi

bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau

sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak

efektif.

Budiardjo (2008:368) mengungkapkan definisi secara umum partisipasi

politik, adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara

aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara

dan, secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kebijakan pemerintah.

Kegiatan tersebut tersebut mencakup tindakan seperti pemberian suara dalam

pemilihan umum, menghadiri kampanye politik, mengadakan hubungan atau

lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota legislatif, menjadi anggota

partai politik, demonstasi, dan sebagainya.


19

Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa partisipasi politik adalah

suatu bentuk komitmen politik setiap warga Negara serta keikutsertaanya dalam

hal ini memberikan sumbangsi politiknya terhadap negaranya sebagai masyarakat

politik untuk mewujudkan cita-cita luhur demokrasi tanpa ada paksaan,

intimidasi, dan intervensi dari pihak mana pun. Dalam kasus-kasus pemilihan

umum, legislatif, presiden, gubernur, bupati maupun walikota menunjukkan

bahwa partisipasi politik masyarakat masih rendah dalam pemberian suara. Hal

tersebut salah satunya disebabkan oleh keyakinan masyarakat bahwa pemilu yang

dilakukan tidak mampu membawa perubahan terhadap kehidupan mereka, dan

pemilu dianggap hanya sebagai janji-janji kosong seorang calon pemimpin rakyat.

2.2.5 Fungsi Komunikasi Politik

Fungsi komunikasi politik dapat dibedakan kepada dua bagian ; Pertama,

fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintah (suprastruktur

politik) atau disebut pula dengan istilah the governmental political sphere,

berisikan informasi yang menyangkut kepada seluruh kebijakan yang

dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan kepada upaya untuk

mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai tujuan negara yang

lebih luas. Kedua;, fungsi yang berada pada struktur masyarakat (infrastruktur

politik) yang disebut pula dengan istilah the socio political sphere, yaitu sebagai

agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan, dimana kedua fungsi tersebut

sebagai proses komunikasi yang berlangsung di antara kelompok asosiasi dan

proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi terhadap pemerintah dari

hasil agregasi dan artikulasi tersebut.


20

Apabila dilihat secara umum, maka fungsi komuniksi politik pada

hakekatnya sebagai jembatan penghubung antara suprastruktur dan infrastruktur

yang bersifat interdependensi dalam ruang lingkup negara. Komuniksi ini bersifat

timbal balik atau dalam pengertian lain saling merespons sehingga mencapai

saling pengertian dan diorientasikan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.

2.3. Penyusunan Komunikasi Politik

2.3.1 Sosialisasi Politik

Setiap anggota masyarakat perlu dan harus punya cara hidup dan cara

piker sesuai dengan tatanan yang ada pada masyarakat. Setiap anggota warga

Negara perlu dan harus punya cara hidup dan cara piker yang sesuai dengan

tatanan yang ada pada Negara dan bangsa dimana dia menjadi warga Negara.

Tanpa cara hidup dan cara piker yang sesuai dengan tatanan itu, maka seorang

akan merasa asing di masyarakatnya. Dalam kaitan ini memang seseorang harus

belajar untuk memahami dan menghayati tatanan masyarakat dan bangsanya,

proses belajar menghayati tatanan itulah yang disebut dengan sosialisasi. Apabila

seseorang itu belajar memahami dan menghayati tatanan yang berkaitan dengan

politik, maka seseorang itu mengalami proses sosialisasi politik.

Herbert H . Hyman (dalam Subiakto & Ida 2012:56) mendefinisikan

sosialisasi politik sebagai proses belajar dari pengalaman dari warga masyarakat

atau subkelompok, yang semula menghasilkan keturunan, keseragaman yang

secara langsung relevan bagi stabilitas dan yang kemudian menghasilkan

keragaman dan bentuk-bentuk institusional dari pengawasan. Selanjutnya,

Soetandyo (2012:58) menjelaskan bahwa warga masyarakat lewat sosialisasi ini,


21

akan sakling mengetahui peranan masing-masing dalam amsyarakat, karena itu

dia kemudian dapat bertingkah pekerti sesuai dengan peranan social masing-

masing yang tepat sebagaimana yang diharapkan oleh norma-norma social yang

ada.

Berikutnya Graber (2002:197) mendefinisikan sosialisasi politik sebagai

suatu proses ketika orang mempelajari struktur dan faktor lingkungan, sekaligus

mempelajari dan menginternalisasi atura-aturan dan perilaku mengenai kehidupan

politik Jadi, sosialisasi mempengaruhi kualitas interaksi antara masyarakat dan

pemerintahnya.

2.3.2 Komunikasi Massa dan Opini Public

a). Komunikasi Massa

Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass

communication, sebagai kependekan dari mass media communication. Artinya,

komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass

mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai

salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of

mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak

harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di

berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat

memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Komunikasi massa merupakan

sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu

tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.


22

Menurut Gerbner (dalam Rakhmat 2009 : 188) komunikasi massa adalah

produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan

yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Kemudian Jalaludin Rakhmat (2009 :188), yang mengartikan komunikasi massa

sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah besar khalayak yang

tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga

pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Selanjutnya Jay Back

dan Frederick C. Whitney (dalam Nurudin 2011:5) dikataka bahwa komunikasi

massa lebih menunjuk pada media mekanis yang digunakan dalam komunikasi

massa yakni media massa. Definisi lain pernah dikemukakan oleh Josep A. Devito

( dalam Nurudin 2011:11) mengungkapkan kominikasi massa adalah komuniksi

yang di tunjukan kepada massa kepada khalayak yang luar biasa banyaknya.

b). Opini Public

Istilah Opini Publik diserap secara utuh dari bahasa Inggris - public

opinion, yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Opini

Publik atau public opinion sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan

politik mulai banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan

Amerika Serikat. Pemakaian istilah itu terutama berkaitan dengan politik dan

komunikasi politik ketika Alquin menyerukan, “vox populi, vox dei” (suara rakyat

adalah suara tuhan). Hal ini berkaitan dengan berkembangnya gagasan tentang

pentingnya kemerdekaan berserikat dan kebebasan menyatakan pendapat di depan

umum sebagai salah salah satu elemen penting dalam membangun demokrasi.
23

Istilah public opinion dalam pengertian yang modern pertama kali

digunakan oleh Machiavelli. Beliau menulis dalam buku Discourses, bahwa

orang yang bijaksana tidak akan mengabaikan Opini Publik mengenai soal-soal

tertentu, seperti pendistribusian jabatan dan kenaikan jabatan. Rosseau pernah

menyebut Opini Publik sebagai “ratu dunia”, karena Opini Publik itu tidak dapat

ditaklukan oleh raja-raja di zaman otoritarian pada abad ke-17 dan ke-18, kecuali

bila sang “ratu dunia” itu mau dibeli sehingga menjadi “budak” dari raja.

Rosseau (1913:105) menyatakan bahwa dalam perubahan sosial dan politik,

pemerintah tidak boleh terlalu jauh di depan pendapat rakyat. Meskipun demikian

ia juga menyadari bahwa kebijakan pemerintah secara timbal balik membentuk

opini publik.

Marian D. Irish dan James W. Prothro (dalam Soelhi 2012:123)

mendefinisikan opini public adalah pengekspresian sikap mengenai persoalan

masyarakat hal ini mencakup tiga aspek yakni Ekspresi, Persoalan, dan

Kemasyarakat. Para ahli komunikasi menganggap opini public amat penting

dalam komunikasi politik. Handley Cantril (dalam Shoelhi 2012:123)

menampilkan apa yang dinamakan some laws of public opinion, meliputi 15 butir

dua diantaranya patut mendapat perhatian para ahli komunikasi dan para politikus.

Pertama, ; Opini itu tidak menetap lama, kecuali jika khalayak merasa bahwa

kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut, atau apabila opini dibangkitkan

dengan kata-kata diperkuat oleh peristiwa-peristiwa. Kedua, ; suatu peristiwa

yang luar bias adapt menggeser opini public sesaat dari ektreminitas yang satu ke
24

ekstriminitas yang lain, opini public itu tidak mapan kecuali kalau implikasi-

implikasi peristiwa tersebut menunjukan beberapa presfektif.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Opini public

adalah efek komunikasi dalam bentuk pernyataan yang bersifat controversial dari

sejumlah orang sebagai bentuk pengekspresian sikap terhadap permasalahan

social yang menyangkut kepentingan umum. Timbulnya opini public pada

seseorang atau sejumlah komunikan ia atau mereka menerima suatu pesan dari

seorang komunikator. Dan pesan itu merupakan masalah social yang menyangkut

kepentingan umum, termasuk kepentingan ia dan mereka itu. Mula-mula pesan

yang diterimanya itu merupakan sikap saja, tetapi kemudia mereka ekspresikan

kepada orang-orang lain.

2.3.3 Kampanye Politik, Propaganda dan, Pemasaran Politik

a). Kampanye Politik

Menurut Arnold Steinberg (dalam Yuliyanti 2013:11) kampanye politik

adalah cara yang digunakan para warga Negara dalam demokrasi untuk

menentukan siapa yang akan memimpin pemerintahan mereka. Oleh karena itu,

bisa dikatakan bahwa kampanye politik merupakan salah satu tahapan yang cukup

menentukan hasil dalam sebuah pemilihan , baik itu pemilihan Presiden,

pemilihan Legislatif dll. Kotler dan Roberto (dalam Cangara 2011:229)

mendefinisikan kampanye adalah subuah upaya yang diorganisasi oleh suatu

kelompok yang ditunjukan untuk mempersuasi target sasaran agar bisa menerima,

memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu.Kampanye politik

adalah sebuah peristiwa yang bisa didramatisasi. Dalam praktik tidak sedikit
25

kegiatan kampanye yang dilakukan menemui kegagalan, tetapi banyak juga yang

berhasil karena dirancang dengan baik melalui :

1. Spin Doktor

Sebelum Spin Doktor dikenal dalam dunia kampanye politik, orang lebih

banyak mengenal aktivitas konsultan politik yang bertugas membangun citra

politik bagi seorang politikus, di lain pihak dimaksudkan memberikan kesan yang

negative pada saingannya (Louw dalam Cangara, 2011:230). Istilah konsultan

politik digunakan sampai tahun 1984, setelah tim kampanye Ronald Reagan

menggantikan dengan istilah Spin Doctor. (Graber dalam Cangara 2011:230)

menyatakan Spin Doktor adalah individu yang memiliki kemampuan menguasai

public, menggerakkan massa dan menguasai media sekaligus sebagai konseptor

politik yang bertujuan mempengaruhi.

2. Langkah-langkah kampanye

Karena tugas dan peran spin doctor adalah merencanakan dan mengelola

kampanye, maka salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan

kampanye politik yang efektif adalah memilih orang yang bisa menguasai dan

memahami perencanaan dan penggunaan media komunikasi. Bidang ini dalam

study komunikasi masuk dalam kajian perencanaan komunikasi, jadi perencanaan

komunikasi adalah suatu teknik dalam memproses berbagai alternative yang

tersedia untuk mencapai tujuan komunikasi. Dalam studi perencanaan komunikasi

dikenal beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan sebuah

kampanye. Assif dan French (dalam Cangara 2011:232) menyusun delapan


26

langkah yang dapat dilakukan dalam perencanaan komunikasi untuk kampanye

yakni : (1) menganalisis masalah, (2) menganalisis khalayak, (3) merumuskan

tujuan, (4) memilih media, (5) menggambarkan pesan, (6) merencanakan produksi

media, (7) merencanakan manajemen program, (8) monitoring dan evaluasi.

Akan tetapi Nimmo dan Thomas Ungs (dalam Caangara 2011:232)

melihat perencanaan kampanye politik, sedapat mungkin harus melalui tiga fase

yakni : (1) fase pengorganisasian , (2) fase pengujian, (3) fase kritis. selain Assif

dan Nimmo para pakar lain juga mengemukakan enam langkah kampanye, yakni:

a. Analisis Khalayak dan kebutuhannya

b. Penetapan sasaran atau tujuan komunikasi

c. rancangan strategi yang mencakup komunikator, saluran, pesan dan

penerima.

d. penetapan tujuan pengelolaan

e. Implementasi perencanaan yang mencakup besarnya dana, sumberdana

dan waktu

f. Evaluasi yang mencakup evaluasi formatif dan evaluasi summative

3). Tema dan Isi Kampanye

Penentuan tema kampanye merupakan salah satu hal yang sangat penting .

Tema ibaratnya sebuah produk yang mau dipasarkan, sehingga ia harus dikemas

dengan baik. Tema menjadi penting karena dalam setiap pemilu partai selalu

mengetengahkan tiga hal, yakni program, citra dan kepribadian calon yang

relevan dengan tema. Tema tidak boleh ditentukan begitu saja, melainkan menjadi

sebuah kesepakatan para pimpinan teras partai dan calon yang akan di usung.
27

Biasanya tema dimunculkan oleh orang-orang yang memiliki daya imajinatif yang

tinggi seperti spin doctor, karena itu partai harus memiliki tim ahli yang bisa

memikirkan hal-hal seperti ini. Sebuah tema yang baik harus memenuhi syarat,

antara lain :

1. Pendek, padat dan mudah diingat

2. Segar dan actual

3. Menjadi slogan yang popular

4. Mencerminkan atau mewarnai program yang akan dilaksanakan

5. Menarik perhatian khalayak dan menjadi motivasi para pengurus dan

anggorta partai.

6. Menjadi focus perjuangan partai.

b). Propaganda

Menurut Jozef Goebbles (dalam Shoelhi 2012:35) mendefinisikan

propaganda merupakan seni persuasive untuk membujuk dan menegaskan kepada

pihak lain bahwa apa saja yang dikatakan adalah benar. Berikutnya Everyman’s

Encyclopaedia (dalam Nurudin 2001:9) bahwa propaganda adalah suatu seni

untuk penyebaran dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya kepercayaan

agama dan politik.

Selanjutnya Qualter (dalam Nurudin 2001:9) mengatakan bahwa

propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja oleh beberapa

individu atau kelompok untuk membentuk, mengawasi atau mengubah sikap dari

kelompok-kelompok lain dengan menggunakan media komunikasi dengan tujuan


28

bahwa pada setiap situasi yang tersedia, reaksi dari mereka yang dipengaruhi akan

seperti yang diinginkan oleh si propagandis. Kemudian Leonard W. Dobb (dalam

Nurudin 2001:10) mendefinisikan propaganda adalah usaha sistematis yang

dilakukan oleh individu yang masing-masing berkepentingan untuk mengontrol

sikap kelompok individu lainya dengan cara menggunakan sugesti dan sebagai

akibatnya mengontrol kegiatan tersebut.

Untuk miningkatkan efektifitas propaganda, seorang juru kampanye perlu

mengetahui tipe atau bentuk propaganda, yakni sebagai berikut:

1. Propaganda Putih, ialah propaganda yang menyebarkan informasi

ideology dengan menyebut sumbernya.

2. Propaganda Kelabu, ialah propaganda yang dilakukan oleh kelompok yang

tidak jelas. Biasanya ditunjukan untuk mengacaukan pikiran orang lain,

seperti adu domba, intrik, dan gossip.

3. Propaganda Hitam, ialah propaganda yang menyebarkan informasi palsu

untuk menjatuhkan moral lawal. Tidak mengenal etika dan cenderung

berpikir sepihak.

Propaganda juga rawan terhadap praktik-praktik penipuan. Ada beberapa

macam teknik penipuan yang biasa dilakukan melalui propaganda yang perlu

diwaspadai seseorang, antara lain sebagai berikut :

1. Memberi Julukan (name calling), cara ini digunakan untuk menjelek-

jelekkan seseorang dengan memberi gelaran yang lucu atau sinis sehingga
29

orang yang dipengaruhinya benar-benar yakin. Misalnya dia itu Cerdik

seperti Abunawas.

2. Gemerlap (glittering generalities), Ialah propaganda yang menggunakan

kata-kata bombastis sehingga orang tanpa sadar mengikutinya.

3. Pengalihan (transfer), Ialah teknik propaganda yang dilakukan dengan

cara pengalihan pada objek lain. Misalnya larangan iklan rokok untuk

media TV.

4. Pengakuan (testimonial), Ialah teknik pengakuan yang memakai nama

orang-orang terkenal seperti bintang film dan olahragawan meskipun

sebenarnya yang bersangkutan tidak memakainya. Misalnya minuman

suplemen A adalah minuman para juara, padahal para atlit belum tentu

mengkonsumsinya.

5. Flain Fokus, cara ini sering dipakai oleh para politisi untuk mempengaruhi

orang banyak. Misalnya meskipun ia sudah menjadi orang penting , tetapi

tampak seperti orang kebanyakan , merakyat dan sederhana hidupnya.

6. Pengikut (badwagon), teknik propaganda seperti ini di tunjukan kepada

orang-orang yang berpengaruh seperti kepala kantor, pimpinan partai,

kepala desa.

7. Memakai fakta (card stacking), cara ini digunakan untuk mencoba

mengemukakan fakta untuk menyakiti orang lain.

8. Kecurigaan yang penuh emosi (emotional stereotype), ialah teknik

propaganda untuk menumbuhkan rasa curiga yang penuh emosi. Misalnya

“ia memperoleh nilai baik karena ia meniru pekerjaan anda” ataukah


30

member penanaman kepercayaan yang bersifat negative karena stereotip,

misalnya etnis, agama, dan keturunan.

9. Retorika, ialah teknik propaganda yang memilih kata-kata yang bisa

menarik seseorang sehingga orang itu menuruti kehendaknya.

Propaganda sangat subur dikalangan masyarakat yang tidak senang pada

suatu keadaan dan cenderung untuk selalu membuat perubahan. Misalnya

propaganda tentang kesenjangan sosial ekonomi antara kaya dan miskin,

dominasi etnis dan agama tertentu dan sebagainya. Dari segi strategi komunikasi,

propaganda bisa digunakan untuk memperbaiki atau merusak citra seorang calon

atau partai politik.

c). Pemasaran Politik

Pemasaran politik adalah sebuah konsep baru yang belum begitu lama di

kenal dalam kegiatan politik. Ia merupakan konsep yang diintrodusir dari

penyebaran ide-ide sosial di bidang pembangunan dengan meniru cara-cara

pemasaran komersial, tetapi orientasinya lebih banyak pada tataran penyadaran ,

sikap dan perubahan perilaku untuk menerima hal-hal baru.

Menurut Bruce I. Newman dan Ricard M. Perlof (dalam Changara

2011:224) pemasaran politik didefinisikan sebagai aplikasi prinsip-prinsip

pemasaran dalam kampanye politik yang beraneka ragam individu, organisasi,

prosedur-prosedur, dan melibatkan analisis, pengembangan, eksekusi dan strategi

manajemen kelompok tertentu yang bisa digunakan untuk mengarahkan opini

public terhadap ideologi mereka. Tujuan pemasaran politik tidak jauh beda

dengan prinsip pemasaran komersial, yakni proses perencanaan penetapan harga,


31

promosi dan penyebaran ide-ide, barang dan layanan jasa untuk menciptakan

pertukaran guna memenuhi kepuasan individu dan tujuan organisasi (David J.

Rachman, dalam Changara 2011:225). Sebuah proses pemasaran harus digerakkan

oleh empat elemen utama, yakni :

1. Product (Produk) atau kemasan adalah barang yang diproduksi oleh satu

unit usaha yang ingin dipasarkan guna memenuhi kebutuhan pembeli.

Jika konsep ini dikaitkan politik, maka produk yang mau di pasarkan bisa

diterima oleh masyarakat adalah partai politik itu sendiri sebagai salah

satu bentuk produk sosial selain partai politik produk juga bisa dalam

bentuk Cita-cita (visi), program, dan para calon yang diajukan oleh partai

politik.

2. Place (tempat) dalam pemasaran sangat penting dan strategis dalam

menarik perhatian pembeli. Pemilihan dan penentuan tempat harus

memiliki nilai ekonomi untuk memajang produk-produk yang ingin

dipasarkan. Dalam konteks komunikasi politik, tempat sering

diasosiasikan dengan ruang public misalnya media massa yang digunakan

untuk memasarkan partai beserta cita-cita dan programnya. Surat kabar

misalnya memiliki rubric yang disediakan untuk wawancara para politisi,

televise dan radio juga memiliki program interaktif yang biasanya di isi

oleh tokoh-tokoh masyarakat untuk berkomunikasi dengan masyarakat.

Seorang politisi harus mampu membaca dan melihat peluang seperti ini

sebagai tempat atau ruang yang harus dimanfaatkan untuk memasarkan

partainya.
32

3. Price (harga) adalah elemen yang sangat penting dalam pemasaran .

Harga menentukan daya saing dalam pasar, namun perlu di ingat bahwa

harga memiliki segmen pasar tertentu. Misalnya sebuah produk yang

berkualitas memiliki harga yang lebih tinggi dari pada produk yang

kurang berkualitas. Dalam konteks komunikasi politik, maka harga

sebuah partai besar lebih sulit dimasuki oleh para calon yang ingin maju

sebagai kontestan, disbanding partai-partai kecil yang digolongkan

sebagai partai gurem. Partai-partai kecil lebih mudah dimasuki sebagai

kenderaan politik untuk maju menjadi calon (bahkan sering kali mencari

calon).

4. Promotion (Promosi) adalah usaha yang dilakukan untuk menarik

perhatian para pembeli melalui teknik-teknik komunikasi, apakah itu

melalui media massa, cetak elektronik maupun melalui komunikasi

antarpribadi. Dalam konteks komunikasi politik promosi seringkali

dihubungkan dengan istilah kampanye. Promosi dan kampanye memiliki

peranan penting bukan saja dalam memasarkan partai besrta program dan

visinya, tetapi juga memasarkan kandidat yang akan diajukan sebagai

calon.

2.4. Partai Politik

2.4.1 Asal Mula Partai Politik

Partai politik pertama-tama lahir di Negara-negara Eropa Barat. Dengan

meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan

serta di ikut sertakan dalam politik, maka partai politik telah lahir secara spontan
33

dan brkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah

di pihak lain.

Pada awal perkembangannya, akhir decade 18-an di Negara-negara Barat

seperti inggris dan parancis, kegiatan politik dipusatkan pada kelompok-kelompok

politik dalam parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elistis dan aritokratis,

mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan raja.

Dengan meluasnya hak pilih, kegiatan politik juga berkembang diluar

parlemendengan terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur

pengumpulan suara para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum. Oleh

karena dirasa perlu memperoleh dukungan dari berbagai golongan masyarakat,

kelompok-kelompok politik di parlemen lambat laun juga berusaha

mengembangkan organisasi massa. Maka pada akhir abad ke-19 lahirlah partai

politik, yang ada pada masa selanjutnya berkembang menjadi penghubug. Dalam

fase perkembangan selanjutnya di Dunia Barat timbul pula partai yang lahir di

luar parlemen. Partai-partai ini kebanyakan bersandar pada satu asas atau ideology

tertentu seperti Sosialisme, Fasisme, Komunisme, Kristen Demokrat, dan

sebagainya.

2.4.2 Definisi Partai Politik

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok

terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-

cita yang sama. Tujuanya ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dengan

merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan

programnya.
34

Menurut Friedrich (dalam Budiardjo, 2008:404), Partai Politik adalah

sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau

mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya

dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya

kemanfaatan yang bersifat idiil serta materi. Sedangkan menurut Neumann (dalam

Budiardjo, 2008 : 404), mendefinisikan partai politik adalah organisasi dari

aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta

merebut dengan dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan-

golongan lain mempunyai pandangan yang berbeda.

Sedangkan menurut Sartori (dalam budiardjo, 2008:404) mengemukakan

bahwa partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilu dan

melalui pemilu itu mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki

jabatan-jabatan public.

Kemudian menurut UU No. 20 Tahun Tentang Partai Politik Pasal 1 Poin

(1) dikatakan bahwa “Partai Politik adalah Organisasi yang bersifat nasional dan

dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar

kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela

kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara, serta memelihara

keutuhan Negara kesatuan Republic Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dari uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa partai politik

merupakan suatu kelompok terorganisir yang bersifat nasiaonal dan memiliki

tujuan untuk memperoleh/mempertahankan kekuasaan politik melalui pemilihan


35

umum. Budiardjo (2008:405) menerangkan bahwa partai berneda dengan gerakan

Gerakan merupakan suatu kelompok yang ingin mengadakan perubahan-

perubahan pada lembaga-lembaga politik atau ingin menciptakan suatu tata

masyarakat yang baru sama sekali dengan memakai cara-cara politik. Dibanding

dengan partai politik, gerakan ini mempunyai tujuan yang lebih terbatas dan

fundamental/bersifat ideology. Partai Politik berbeda dengan kelompok penekan

yang banyak dipakai yaitu kelompok kepentingan. Kelompok ini bertujuan untuk

memperjuangkan sesuatu ‘kepentingan’ dan mempengaruhi lembaga politik agar

mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan

yang merugikan.

2.4.3 Fungsi Partai Politik

a). Fungsi Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Dalam masyarakat modern yang luas dan kompleks, banyak ragam

pendapat dan aspirasi yang berkembang. Pendapat atau aspirasi seseorang atau

suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara dipadang pasir, apabila

tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang

senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan. Setelah digabungkan,

pendapat dan aspirasi tadi diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur.

Proses ini dinamakan perumusan kepentingan.

Seandainya tidak ada yang mengagregasi dan mengartikulasi, niscaya

pendapat dan aspirasi tersebut akan simpang siur dan saling berbenturan,

sedangkan dengan agregasi dan artikulasi kepentingan, kesimpangsiuran dan

benturan dikurangi. Agregasi dan artikulasi itulah salah satu fungsi komunikasi
36

partai politik. Partai politik selanjutnya merumuskan sebagai usul kebijaksanaan

kemudian dimasukkan dalam program partai untuk diperjuangkan atau

disampaikan kepada pemerintah agar menjadi kebijaksanaan umum. Dengan

demikian tuntutan kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah

melalui partai politik.

b). Fungsi Sebagai Sosialisasi Politik

Dalam Ilmu Politik, sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses yang

melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik,

yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Ia adalah bagian dari

proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya mengenai

nasionalisme, kelas social,suku bangsa, ideology, hak dan kewajiban. Sisi lain

dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan citra bahwa ia

memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan dengan tujuan

partai untuk menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan

umum. Karena itu partai harus memperoleh dukungan seluas mungkin dan partai

berkepentingan agar para pendukungnya mempunyai solidaritas yang kuat dengan

partainya.

Ada lagi yang lebih tinggi nilainya apabila partai politik dapat

menjalankan fungsi sosialisasi yang satu ini, yakni mendidik anggota-anggotanya

menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga Negara dan

menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional.


37

c). Fungsi Sebagai Sarana Rekruitmen Politik

Fungsi ini berkaitan dengan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan,

baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih

luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader berkualitas,

karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang

mempunyai kesepakatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan

mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan

pimpinanya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk

masuk ke bursa kepemimpinan nasional.

Selain untuk tingkatan seperti itu partai politik juga berkepentingan

memperluas atau memperbanyak keanggotaan. Maka ia pun berusaha menarik

sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi anggotanya. Dengan didirikannya

organisasi-organisasi massa yang melibatkan golongan-golongan buruh,

petani,pemuda,mahasiswa wanita dan sebaiknya, kesempatan untuk berpartisipasi

diperluas. Rekritmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai,

sekaligus merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon

pemimpin. Ada berbagai cara untuk melakukan rekrutmen politik, yaitu melalui

kontrak pribadi,persuasi ataupun cara-cara lain.

d). Fungsi Sarana Pengatur Konflik

Potensi Konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat

yang bersifat heterogen, apakah dari segi etnis, social,ekonomi ataupun agama.

Setiap perbedaan tersebut menyimpan potensi konflik. Apabila keanekaragaman

itu terjadi di Negara yang menganut paham demokrasi, persaingan dan perbedaan
38

pendapat di anggap hal yang wajar dan mendapat tempat. Akan tetapi di dalam

Negara yang heterogen sifatnya, potensi pertentangan lebih besar dan dengan

mudah mengundang konflik. Disini peran partai politik diperlukan untuk

membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa

sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elite Partai dapat

menimbulkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga

meyakinkan pendukungnya.

Pada tataran yang lain dapat dilihat pendapat dari Arend Lijphart. Menurut

Lijphart (dalam Budiardjo, 2008:409) “perbedaan-perbedaan atau perpecahan di

tingkat massa bawah dapat diatasi oleh kerja sama di antara elite-elite politik”.

Dalam konteks kepartaian, para pemimpin partai adalah elite politik.

2.4.4 Tujuan Partai Politik

Sebagaimana telah di jelaskan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2008

Tentang Partai Politik Pasal 10 dijelaskan bahwa tujuan partai politik dibedakan

menjadi dua, yaitu :

a). Tujuan umum partai politik

 Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

 Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Republik Indonesia.

 Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan

menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

 Mewujudkan Kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.


39

b). Tujuan khusus partai politik

 Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka

penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan

 Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

 Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

2.4.5 Jenis Partai Politik

Budiardjo (2008:398-402) membagi jenis partai politik menjadi tiga yaitu

sebagai berikut :

a) Partai Massa; partai semacam ini dalam praktiknya hanya mengutamakan

kemenangan dalam pemilihan umum, sedangkan pada masa antara dua

pemilihan umum biasanya kurang aktif. Dan juga sering tidak memiliki

disiplin partai yang ketat dan pemungutan iuran tidak terlalu dipentingkan.

Pendukungnya terdiri dari berbagai macam aliran politik dalam

masyarakat yang sepakat untuk bernaung dibawahnya memperjuangkan

satu program tertentu. Program ini biasanya luas dan agak kabur karena

harus memperjuangkan terlalu banyak kepentingan yang berbeda-beda.

Contoh : Partai Republik dan Partai Demokrat di Amerika Serikat.

b) Partai Kader/Partai Asas/Partai Ideologi seperti Sosialisme, Fasisme,

Komunisme dan sebagainya. Mempunyai pandangan hidup yang

digariskan dalam kebijakan pemimpin dan berpedoman pada displin partai

yang ketat dan mengikat. Pemimpin partai yang biasanya sangat sentralitas
40

menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan

saringan terhadap calon anggotanya dan memecat anggota yang

menyimpang dari garis partai yang telah ditetapkan. Pendidikan kader

sangat diutamakan juga dalam jenis partai ini. Terhadap calon anggota

diadakan saringan , sedangkan untuk menjadi anggota pemimpin

disyaratkan lulus melalui beberapa tahap seleksi. Untuk memperkuat

ikatan batin dan kemurnian ideology, maka dipungut iuran secara teratur

dan disebarkan organ-organ partai yang memuat ajaran-ajaran serta

keputusan-keputusan yang telah dicapai oleh pimpinan. Partai ini biasanya

lebih kecil dari partai massa.

c) Partai Modern yaitu partai yang ingin menghimpun semaksimal mungkin

dukungan dari bermacam-macam kelompok masyarakat dan dengan

sendirinya menjadi lebih inklusif. Ciri khas dari partai semacam ini ialah

terorganisasi secara professional dengan staf yang bekerja penuh waktu,

dan memperjuangkan kepentingan umum dari pada kepentingan suatu

kelompok saja. Contoh : Partai Golkar dan PDI-Perjuangan di Indonesia.

2.5 Kerangka Pikir

Pemilu Legislatif DPRD secara langsung sebagai sarana pembelajaran

demokrasi bagi rakyat. hal ini menjadi sarana pembelajaran praktek dalam

berdemokrasi, yang diharapkan oleh rakyat adalah dengan adanya pemilihan

legislative dapat membentuk kesadaran kolektif segenap unsure bangasa tentang

pentingnya memilih pemimpin yang benar, jujur, amanah dan tanggung jawab.
41

Pemilihan Umum DPRD secara langsung merupakan salah satu kemajuan

demokrasi Bangsa Indonesia, yang merupakan tuntutan aspirasi rakyat. Tapi

bukan berarti dalam pemilihan tidak akan terjadi permasalahan-permasalahan. Hal

itu memang mungkin terjadi di karenakan ketidak dewasaan masyarakat dan

kurang pahamnya masyarakat tentang bagaimana cara berdemokrasi dan

berpolitik dengan benar dan santun.

Partai Golkar merupakan partai yang sangat kuat dan dikenal dikalangan

masyarakat sebab dalam perolehan kursi di DPRD Partai golkarlah yang memiliki

kursi terbanyak di DPRD yakni 9 Kursi, hal ini di karenakan partai golkar adalah

partai yang masih memimiliki power yang begitu besar dikabupaten pohuwato

dalam hal meraih simpati dari masyarakat melalui komunikasi politik yang

dibangun oleh partai golkar iti sendiri, komunikasi politik adalah salah satu hal

yang tidak bisa di pisahkan dalam proses politik sebab ini adalah salah satu

penentu dalam meraih simpati dari masyarakat itu sendiri melalui tahapan

sosialisasi politi, komunikasi massa dan Opini Public, Propaganda dan Kampanye

Politik, ketiga tahapan inilah yang sangat diperlukan dalam membentuk strategi

komunikasi politik. Untuk lebih jelasnya kerangka piker dalam penelitian ini di

gambarkan sebagai berikut :


42

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Partai Golkar

Strategi Komunikasi Politik

Indikator Penyusunan Komunikasi Politik :

 Sosialisasi Politik
 Komunikasi Massa & Opini Public
 Kampanye untuk pemasaran Politik

Terwujudnya Partisipasi Politik dalam


hal pemberian suara terhadap Partai
Golkar
43

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah strategi komunikasi politik partai Golkar dalam

pemilihan legislative DPRD kabupaten pohuwato. Adapun Lokasi yang menjadi

objek penelitian yaitu Kantor DPD II Partai Golkar Kabupatn Pohuwato. Alasan

mendasar peneliti melaksanakan penelitian di tempat tersebut adalah : Pertama,

sesuai dengan objek dan tujuan penelitian; Kedua, tempat atau lokasinya mudah

dijangkau, Ketiga biaya yang digunakan dalam melakukan penelitian tidak terlalu

besar dan terjangkau; Keempat data penelitian mudah diperoleh. Waktu yang

dipergunakan dalam penelitian ini satu (2) bulan.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah Analisis Deskriktif, yaitu menggambarkan tentang

bagaimana strategi komuniksi politik yang digunakan oleh Partai Golkar dalam

pemilihan Legislatif DPRD Kabupaten Pohuwato Tahun 2014. Dasar penelitian

ini adalah metode kualitatif, karena metode kualitatif memiliki varian yang

beragam untuk menganalisis secara mendalam gejala yang terjadi serta objek yang

diteliti, agar dapat melihat kenyataan-kenyataan yang ada pada objek penelitian

sehingga peneliti dapat menjelaskan kenyataan secara ilmiah.


44

3.2.2 Operasional Variabel

Berdasarkan judul yang diangkat yaitu “Strategi Komunikasi Politik Partai

Golkar dalam pelihan legislative DPRD Kabupaten Pohuwato Tahun 2014” dan

setelah melihat tinjauan konsep dan teori yang relevan dengan masalah penelitian,

maka dapat dijelaskan beberapa hal pokok tentang definisi operasional sebagai

berikut :

 Komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan

tertentu, sehingga dengan cara ini suatu system dapat didirikan, dipelihara,

dan diubah.

 Ilmu Politik adalah pelajaran tentang siasat, atau lebih pula disebutkan

sebagai, hal ini sebagai pelajaran terinci dari berbagai cara, yaitu usaha

pembahasan yang teratur untuk menemukan pencegahan kebingungan

yang kacau dalam pengertian yang lebih luas dan libih umum

hubungannya.

 Komunikasi Politik adalah suatu aktivitas komunikasi yang mempunyai

konsekuensi atau akibat politik, actual potensial, terhadap fungsi system

politik.

 Sosialisasi Politik sebagai proses belajar dari pengalaman dari warga

masyarakat atau subkelompok, yang semula menghasilkan keturunan,

keseragaman yang secara langsung relevan bagi stabilitas dan yang

kemudian menghasilkan keragaman dan bentuk-bentuk institusional dari

pengawasan.
45

 Komunikasi Massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan

teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas

dimiliki orang dalam masyarakat industri.

 Pemasaran Politik didefinisikan sebagai aplikasi prinsip-prinsip pemasaran

dalam kampanye politik yang beraneka ragam individu, organisasi,

prosedur-prosedur, dan melibatkan analisis, pengembangan, eksekusi dan

strategi manajemen kelompok tertentu yang bisa digunakan untuk

mengarahkan opini public terhadap ideologi mereka.

 Propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja oleh

beberapa individu atau kelompok untuk membentuk, mengawasi atau

mengubah sikap dari kelompok-kelompok lain dengan menggunakan

media komunikasi dengan tujuan bahwa pada setiap situasi yang tersedia,

reaksi dari mereka yang dipengaruhi akan seperti yang diinginkan oleh si

propagandis

 Partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil

dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap

pemerintahan bagi pemimpin partainya.

3.2.3 Instrumen Penelitian

Nasution (dalam Sugiyono, 2010:223) menyatakan bahwa dalam

penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai

instrument utama. Adapun yang menjadi instrument atau alat utama penelitian
46

adalah peneliti itu sendiri, dimana kehadiran peneliti sebagai instrument yang

dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan situasi yang ada.

3.2.4 Informan Penelitian

Adapun Informan penelitian sebagai berikut :

1. Pengurus DPD II Golkar Pohuwato

2. Pimpinan Kecamatan Partai Golkar Kab. Pohuwato

3. Caleg Partai Golkar dari masing-masing Dapil

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber dat primer, dan teknik pengumpulan data

lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam dan

dokumentasi. Untuk memperoleh data dari narasumber, maka peneliti

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a). Study Dokumentasi

Sugiyono (2010:240) menjelaskan bahwa dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisa, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang.


47

b). Wawancara

Esterberg (dalam Sugiyono 2010:231) mendefinisikan wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur dimana peneliti

tidah menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan

hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian

ini, yang akan diwawancarai yaitu sampel sumber data.

3.2.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif ini, teknik analisis data lebih banyak dilakukan

bersamaan dengan pengumpulan data. Setelah peneliti melakukan pengumpulan

data, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data

berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Miles

dan Huberman (dalam Sugiyono:2010:249) menjelaskan bahwa setelah data

direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif. Dalam melakukan display data, selain dengan teks yang

naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network dan chart. Langkah terakhir
48

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi dari masalah yang diteliti sehingga

peneliti mendapatkan gambaran objek penelitian secara jelas.


49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Terbentuknya KabupatenP ohuwato

Pada awalnya, Kabupaten Puhuwato merupakan bagian administratif

Pemerintah Kabupaten Boalemo, dimana hal ini berlangsung dari tahun 1999-

Mei 20 Tahun 2003. Sejak tahun 2002 atau satu tahun sebelunya terbentuk

Kabupaten Pohuwato, keinginan, semangat, dan aspirasi masyarakat yang

membentuk satu kabupaten definitif begitu kuat. Kuatnya keinginan tersebut juga

paling besardipengaruhi oleh polemik kedudukan ibu kota Kabupaten Boalemo

yang tertuang di dalam UU No. 50 Tahun 1999 Tentang Pembentukan

Kabupaten Boalemo, Kabupaten Buol, dan Kabupaten Marowali, yakni pasal 7

dan 8 yang isinya sementara waktu ibu kota kabupaten boalemo berkedudukan di

tilamuta, kemudian 5 tahun setelah pemerintahan berjalan , ibu kota kabupaten

harus dialihkan ke kecamatan Marisa. Polemik tersebut akhinya disikapi oleh

masyarakat dan para stekholder bersama pemerintah terkait untuk mengupayakan

penyelesaian secara damai, arif dan bijaksana.

Berbagai Upaya dilakukan oleh tokoh pemuda, tokoh masyarakat,

mahasiswa (KPMIP Gorontalo), dan komponen lainya yang berjuang

mewujudkan kabupaten Pohuwato, dan akhirnya perjuangan tersebut berhasil

dengan keluarnya UU No.6 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten

Pohuwato dan Bone Bolangoyang disahkan melalui Sidang Paripurna Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tanggal 6 Mei 2003. Keluarnya undang-


50

undang ini merupakan titik klimaks dari rangkaian perjuangan seluruh komponen

masyarakat untuk membentuk satu kabupaten sendiri. Berdasarkan perjalanan

sejarah ini, akhirnya setiap Tanggal 6 Mei ditetapkan sebagai hari ulang tahun

Kabupaten Pohuwato.

4.1.2 Keadaan Wilayah

a. Letak Geografis
Kabupaten Pohuwato terletak antara 00.22’-00.57’LU dan 1210.23’-

1220.19’BT, dengan Luas Wilayah 4.244,31 Km2 atau 36,77% dari total luas

wilayah Provinsi Gorontalo. Secara Geogravis Kabupaten Pohuwato berbatasa

langsung dengan Kabupaten Buol (Provinsi Sulawesi Tengah) dan Kecamatan

Sumalata (Kabupaten Gorontalo Utara) di sebelah utara. Sementara di sebelah

timur berbatasan langsung dengan Kecamatan Mananggu (Kabupaten Boalemo)

di sebelah selatan berbatasan langsung dengan Teluk Tomini dan di sebelah barat

berbatasan langsung dengan Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Buol

(Sulawesi Tengah).

Tabel 1 : Batas-batas Wilayah Kabupaten Pohuwato


Daerah/Wilayah Berbatasan Dengan

Utara Kab. Buol (Provinsi Sulawesi Tengah) & Kec.


Sumalata (Kab. Gorontalo Utara)
Selatan Teluk Tomini

Timur Kec. Managgu (Kab. Boalemo)

Barat Kab. Parigi Moutong & Kab. Buol (Sulawesi Tengah)

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pohuwato (Pohuwato Dalam Angka 2013)


51

b. Wilayah Administrasi Pemerintahan

Kabupaten Pohuwato memiliki wilayah administrasi pemerintahan yang

terdiri dari 13 Kecamatan, 103 Desa, 2 UPT dan beribukota pemerintahan di

Marisa.

Tabel 2: Wilayah Administrasi Pemerintah Kabupaten Pohuwato


Luas Kelura
No Kecamatan Ibukota Desa UPT Ket
(Km2) -han

1 Popayato 90,92 10 - - Induk


Popayato
Pemekaran
2 Popayato Dudewulo 578,24 7 - -
2008
Barat
Pemekaran
3 Popayato Maleo 723,74 7 - -
2008
Timur
Lemito
4 Lemito 609,5 8 - - Induk
Wonggarasi Wonggarasi Pemekaran
5 188,08 7 - -
timur 2008
Randangan Pemekaran
6 Motolohu 331,9 13 - -
2003
Panca Karsa Pemekaran
7 159,97 6 - 1
Taluditi II 2003
Suka Pemekaran
8 298,82 6 - -
Patilanggio Makmur 2003
9 Marisa Utara 34,65 8 - - Induk
Marisa
Buntulia Pemekaran
10 375,64 7 - -
Buntulia Utara 2008
Pemekaran
11 Padengo 39,53 8 - 1
Duhiyadaa 2008
12 Buhu Jaya 560,93 8 3 - Induk
Paguat

13 Dengilo Popaya 242,39 5 - - Pemekaran


2008

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Pohuwato (Pohuwato dalam angka 2013)


52

4.1.3 Persebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk

a. Sebaran dan Kepadatan Penduduk

Tabel 3 : Kepadatan penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2013


Jumlah Kepadatan
Luas Wiliyah
No Kecamatan Penduduk (Jiwa/Km2)
(Km2)
(Jiwa)
1 90,92 9.638 106,01
Popayato
2 723,74 8.074 11,16
Popayato Timur
3 578,24 7.359 12,73
Popayato Barat
Lemito
4 619,5 11.135 17,97
Wonggarasi
5 188,08 4.855 25,81
Randangan
6 331,9 17.175 51,75

7 159,97 8.387 52,43


Taluditi
8 298,82 9.862 33,00
Patilanggio
9 34,65 20.432 589,67
Marisa
10 375,64 11.359 30,24
Buntulia
11 39,53 12.047 304,76
Duhiyadaa
12 560,93 15.947 28,43
Paguat
13 242,39 5.796 23,91
Dengilo
JUMLAH 4244,31 142.066 33,47
Total

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pohuwato (Pohuwato dalam angka 2013)


53

4.1.4 Kondisi Sosial

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya

manusia. Salah satu upaya upaya pemerintah dalam rangka mengembangkan dan

meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan yaitu dengan

merencanakan berbagai program seperti program wajib belajar, gerakan nasional

orang tua asuh, bantuan operasional sekolah, beasiswa daerah bagi siswa

berprestasi, dan lain-lain. Dengan program inidiharapkan akan tercipta sumber

daya manusia yang siap bersaing dalam era globalisasi dewasa ini.

Tabel: 4 Jumlah SD/Mi, SMP/Mts, SMA/MA/SMK di Kabupaten Pohuwato


No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD 124

2 MI 11

3 SMP 42

4 MTs 12

5 SMA 7

6 MA 8

7 SMK 10

Sumber: BAPPEDA & DIKBUDPORA Kabupaten Pohuwato

Kabupaten Ppohuwato juga telah mengadakan kerjasama dengan beberapa

perguruan tinggi yang ada di Gorontalo dalam hal pendidikan seperti dengan

UNG (pendidikan jarak jauh Prodi PKn, Prodi Matematika, Prodi Manajemen

Pendidikan) sejak tahun 2007, dengan Universitas Terbuka (UT), STIE ICHSAN
54

Pohuwato, Universitas Ichsan Gorontalo (kampua dua) dan Universitas

Muhamadiyah Gorontalo (kelas jauh) telah ada masing-masing sejak tahun 2006

dan tahun 2008.

b. Kesehatan

Pada tahun 2013 fasilitas kesehatan di Kabupaten Pohuwato terdiri dari 1

buah Rumah Sakit, 57 Puskesmas/Pustu/Pusling, 152 Posyandu, dan 31 Polindes.

Dilihat dari penyedian obat-obatan, di Kabupaten Pohuwato pada 2013 terdapat

6 Toko Obat dan 7 Apotek.

Dokter, Bidan, dan perawat adalah sumber daya manusia yang sangat

dibutuhkan dalam dunia kesehatan. Dengan bantan mereka akan sangat menolong

dalam penaganan kesehatan masyarakat. Data dari Dinas Kesehatan dan KB

Kabupaten Pohuwato. Menunjukan bahwa pada tahun 2013, jumlah dokter 19,

bidan 52, dan perawat 81 orang.

Tabel 5 : Fasilitas Pelayanan & Kesehatan Tahun 2013

No Fasilitas Kesehatan Tenaga Kesehatan

1 1 Rumah Sakit 19 Dokter

2 16 Puskesmas 52 Bidan

3 57 Puskesmas/Pustu/Pusling 81 Perawat

4 6 Toko Obat

5 7 Apotek

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pohuwato Tahun 2013


55

c. Agama

Kerukunan hidup antar agama merupakan hal yang penting dalam

kehidupan bermasyarakat. Dilihat dari agama yang dianut, 95,42% penduduk

pohuwato beragama Islam, 2,89% Protestan, 0,68% Katolik, 1,00% Hindu, dan

0,01% Budha.

Tabel 6: Data Agama yang dianut Masyarakat


No Nama Agama Jumlah (dalam %)

1 Islam 95,42%

2 Protestan 2,89%

3 Katolik 0,68%

4 Hindu 1,00%

5 Budha 0,01%

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pohuwato Tahun 2013

d. Suku Bangsa

Masyrakat Kabupaten Pohuwato sangat Heterogen, oleh sebab itu

kabupaten pohuwato di kenal dengan miniatur Bhineka Tunggal Ika, ada suku

Gorontalo yang merupakan penduduk asli Pohuwato, Suku Jawa, Bali, Lombok,

Bugis, Sangir, Minahasa, Bajo, Tomini, Kaili.

Tabel 7 : Data Etnis Suku Kabupaten Pohuwato


No Etnis Suku Jumlah (dalam %)

1 Gorontalo 71

2 Jawa 10

3 Bali 3

4 Lombok 1,5
56

5 Bugis 5

6 Sangir 2,3

7 Minahasa 1,2

8 Bajo 3

9 Tomini 2

10 Kaili 1

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pohuwato 2013

b. Tenaga Kerja

Sebagian besar masyarakat Kabupaten Pohuwato bekerja di sektor

pertanian yaitu 57,30 %. Selebihnya bekerja di sektor Industri pengolahan 4,46%,

sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel 12,77 %, sektor jasa

kemasyarakatan 12,92 %, serta sektor lainya 12,55 %.

Tabel 8: Data Pekerjaan Masyarakat Kabupaten Pohuwato


No Sektor Kerja Jumlah (dalam %)

1. Pertanian 57,30

2. Industri Pengolahan 4,46

3. Perdagangan besar, eceran, rumah makan & hotel 12,77

4. Jasa Kemasyarakatan 12,92

5. Lain-lain 12,55

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pohuwato


57

4.1.5 Kondisi Ekonomi

a. Struktur Perekonomian

Kontribusi kelompok primer (pertanian, pertambangan, dan penggalian)

pada tahun 2013 sebesar 43,02 % lebih rendah jika dibandingkan kelompok

tersier. Seperti diketahui kelompok tersier yang terdiri dari perdaganagan, hotel

dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan jasa-jasa memberikan

sumbangan sebesar 45,41 % terhadap PDRB. Sisanya 11,58 %disumbangkan oleh

kelompok sekunder (industri, listrik, gas, air bersih dan bangunan).

b. Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan ekonomi Pohuwato tahun 2011 sebesar 7,58 % ,

Tahun 2012 menurun menjadi 7,6% dan Tahun 2013 meningkat menjadi 7,75%

Tabel 9 : Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pohuwato


No Tahun Laju Pertumbuhan (%)

1. 2011 7,58

2. 2012 7,6

3. 2013 7,75

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pohuwato 2013

4.2 Partai Golkar

4.2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Partai Golkar

Sejak tahun 1964 untuk menghadapi kekuatan PKI, golongan militer

khususnya Perwira Angkatan Darat (Letkol Suhardiman dkk dari SOSKI)

menghimpun berpuluh-puluh organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani,

nelayan, dan lain-lain dalam Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber


58

Golkar) tepatnaya pada tanggal 20 Oktober 1964. Terpilih sebagai ketua pertama

yaitu Brigjen Djuhartono. Sekber Golkar ini merupakan wadah dari golongan

fungsional/golongan karya murni yang tidak berada dibawah pengaruh politik

tertentu. Jumlah anggota Sekber Golkar ini bertambah dengan pesat, karena

golongan fungsional lain menjadi anggota Sekber Golkar dalam Front Nasional

menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional Sekber Golkar adalah

untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945. Pada awal pertumbuhanya, sekber

Golkar beranggotakan 61 organisasi fungsional yang kemudian berkembang

menjadi 291 organisasi fungsional. Organisasi-organisasi yang terhimpun ke

dalam Sekber Golkar ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaanya ke

dalam 7 kelompok induk Organisasi (KINO), yakni :

1. Koperasi Serba Guna Gotong Royong (KOSGORO)

2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)

3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)

4. Organisasi Profesi

5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)

6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)

7. Gerakan Pembagunan

Setelah Peristiwa G30S maka Sekber Golkar, dengan dukungan

sepenuhnya dari Soeharto sebagai pimpinan militer, melancarkan aksi-aksinya

untuk melumpuhkan kekuatan PKI. Kemudian pada bulan Desember 1969, lewat

Musyawarak Kerja Nasional (MUKERNAS) I terpilihlah Mayjen Suprapto

Sukowati menggantikan Brigjen Djuhartono. Untuk menghadapi pemilu 1971, 7


59

KINO yang merupakan kekuatan inti dari Sekber Golkar tersebut, mengeluarkan

keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970 untuk ikut menjadi peserta

pemilihan umum. Pada pemilu 1971 ini, Sekber Golkar dipandang remeh pihak

partai politik terkait keikutsertaan sebagai kontestan pemilihan umum. Mereka

meragukan kemampuan komunikasi politik Golkar kepada grassroot level. NU,

PNI dan Parmusi yang mewakili kebesarandan kejayaan masa lampau sangat

yakin keluar sebagai pemenang. Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan

kericuhan intrnal mereka telah membuat tokoh-tokohnya berpindah ke Golkar.

Hasilnya di luar dugaan. Golkar sukses besar dan berhasil menang dengan

34.348.673 suara atau 62,79 % dari total perolehan suara. Kemenangan ini

diulangi pada pemilu-pemilu pemerintahan Orde Baru lainya, yaitu pemilu 1977,

1982, 1987, 1992, dan 1997. Kejadian ini dapat di mungkinkan karena

Pemerintahan Soeharto membuat kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung

kemenangan Golkar, seperti peraturan monoloyalitas PNS, dan sebagainya.

Kemudian, sesuai ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya

penataan kembali kehidupan politik indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971 Sekber

Golkar mengubah dirinya menjadi Golkar. Golkar menyatakan diri bukan partai

politik karena terminologi ini mengandung pengertian dan pengutamaan politik

dengan mengesampingkan pembanguanan dan Karya. September 1973, Golkar

menyelenggarakan Musyawarah Nasional (MUNAS) I di Surabaya. Mayjen Amir

Murtono terpilih sebagai Ketua Umum. Konsolidasi Golkar pun mulai berjalan

seiring dibentuknya wadah-wadah profesi, seperti Himpunan Kerukunan Tani


60

Indonesia (HKTI), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), dan Federasi

Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).

Pada dasarnya Golkar dan TNI-AD merupakan tulang punggung rezim

militer Orde Baru. Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakn

oleh pimpinan militer dan Golkar. Selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa,

jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan, yudikatif, hampir

semuanya diduduki kader-kader Golkar. Keluarga Besar Golongan Karya sebagai

jaringan konstituen, dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu pengaturan

informal yaitu jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan

birokrasi, dan jalur C untuk lingkungan sipil di luar birokrasi. Pemuka ketiga jalur

tersebut melakukan fungsi pengedalian terhadap Golkar lewat Dewan Pembina

yang mempunyai peran strategis.

Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan Reformasi bergulir, Golkar

menegaskan dirinya sebagai partai politik pada Rapat Pimpinan Paripurna

Golongan Karya tanggal 19 Oktober 1998 dan di deklarasikan di Jakarta pada

tanggal 7 Maret 1999 dengan nama Partai Golongan Karya, dan untuk pertama

kalinya mengikuti pemilu tanpa ada bantuan kibijakan-kebijakan yang berarti

seperti sebelumnya di masa Pemerintahan Soeharto. Pada Pemilu 1999 yang

diselenggarakan Presiden Habibie, perolehan suara Partai Golkar turun menjadi

peringkat kedua setelah PDI-Perjuangan. Sekarang Ini partai Golkar dipimpin

oleh Ketua Umum Aburizal Bakrie yang menggantikan Jusuf Kalla. Sebagai

pimpinan Aburijal bertekad kembali membawa Golkar memenangkan pemilu. Dia

menargetkan Golkar menjadi pemenang pertma Pemilu Legislatif 2014.


61

Tabel 11: Ketua Umum Partai Golkar Dari Masa Ke Masa


No Nama Periode
1. Djuhartono (1964-1969)
2. Suprapto Sukowati (1969-1973)
3. Amir Moertono (1973-1983)
4. Shudarmono (1983-1988
5. Wahono (1988-1993)
6. Harmoko (1993-1998)
7. Akbar Tandjung (1998-2004
8. Jusuf Kalla (2004-2009)
9. Aburizal Bakrie (2009-Sekarang)
Sumber : http://www.golkar.or.id/files/upload/2010/03/20/sejarah_golkar.pdf

4.2.2 Tujuan Partai Golkar

Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam Anggaran Rumah Tangga

Partai Golkar bahwa Partai Golkar Memiliki Tujuan sebagai berikut :

1. Mempertahankan dan mengamalkan pancasila serta menegakkan UUD

1945.

2. Mewujudkan cita-cita bangsa sebagaiman dimaksud dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945.

3. Menciptakan masyrakat adil dan makmur, merata material dan spritual

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negar Kesatuan

Republik Indonesia.

4. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka mengembangkan kehidupan

demokrasi, yang menghormati dan menjunjung tinggi kebenaran, keadilan,

hukum dan hak asasi manusia.


62

Untuk mencapai tujuan di atas, tugas pokok Partai Golkar adalah :

memperjuangkan terwujudnya cita-cita bangsa dan tujuan nasional melalui

peningkatan segala aspek kehidupan yang meliputu ideologi, politik ekonomi,

agama, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan nasional.

4.2.3 Visi Dan Misi Partai Golkar

a. Visi Partai Golkar

Terwujudnya masyarakat Indonesia yang bersatu, berdaulat, maju,

modern, damai, adil, makmur, beriman dan berakhlak mulia, berkesadaran hukum

dan lingkungan, menguasai ilnu pengetahuan dan teknologi dan bermartabat

dalam tata pergaulan dunia.

b. Misi Partai Golkar

1. Menegakkan, mengamankan dan memperthankan pancasila sebagai dasar

Negara dan ideologi bangsa demi memperkokoh Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

2. Mewujudkan Cita-cita Proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan

nasional di segala bidang untuk merealisasikan masyarakat yang

demokratis dan berdaulat, sejahtera, adil dan makmur menegakkan

supremasi hukum dan menghormati hak asasi manusia, serta terwujudnya

ketertiban dan perdamaian dunia.

3. Mewujudkan pemerintahan yang efektif dengan tata pemerintahan yang

baik, bersih, berwibawa dan demokratis.


63

4.2.4 Platfrom Partai Golkar

1. Senantiasa berwawasan kekaryaan dalam mewujudkan Negara Kesatuan

Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Atas dasar

suku, etnis, agama, dan budaya sehingga seluruh bangsa indonesia

terhimpun dalam kesatuan besar.

2. Mengembangkan ciri pluralisme dalam persatuan dengan menampung

kemajemukan Bangsa Indonesia yang terpatri dalam semboyan Bhineka

Tunggal Ika.

3. Mempertahankan komitmen terhadap kemajuan demokrasi dengan tetap

mempertahankan nilai-nilai dasar yang tertuang dalam pembukaan UUD

1945.

4. Berjuang secara konsisten mewujudkan kesejateraan, keadilan dan

kecerdasan rakyat secara menyeluruh.

5. Mempertahankan komitmen dalam penegakan supremasi hukum dan hak

asasi manusia serta mewujudkan pemerintahan yang bersih dalam tata

kehidupan yang demokratis dan konstitusional.

6. Mengembangkan penghayatan nilai-nilai moral dan etika yang bersumber

pada ajaran agama untuk meningkatkan keimanan dan keqakwaan

sekaligus sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam pembangunan.

4.3 Partai Golkar Kabupaten Pohuwato

4.3.1 Perjalanan Partai Golkar di Kabupaten Pohuwato

Perjalanan Partai Golkar di Kabupaten Pohuwato bersamaan dengan

Kabupaten Pohuwato dibentuk. Setelah sekitar kurang lebih empat bulan


64

Kabupaten Pohuwato terbentuk, Kader Golkar yang berasal dari seluruh

kecamatan (Popayato, Lemito, Randangan, Taluditi Marisa dan Paguat)

menyelenggarakan Musyawarah Daerah (MUSDA) untuk pertama kalinya pada

tanggal 15 September 2003. Dalam Musda ini, Hi. Iwan Bokings terpilih sebagai

Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Pohuwato. Terpilihnya Hi. Iwan Bokings ini

merupakan langkah strategis kader Golkar Kabupaten Pohuwato dalam

menghadapi Pemilukada Pohuwato untuk pertama kalinya yang dilaksanakan

pada tanggal 27 Juli 2005. Seperti diketahui, disamping sebagai Bupati Kabupaten

Boalemo yang merupakan induk dari Kabupaten Pohuwato, Hi Iwan Bokings juga

merupakan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh di wilayah Kabupaten

Pohuwato. Sehingganya Kader Golkar butuh strategi-strateginya dalam

menghadapi Pemilukada pertama.

Namun kekalahan yang dialami oleh Partai Golkar dalam Pemilukada

pertama tersebut, Partai Golkar kemudian menyelenggarakan Musyawarah Daerah

Luar Biasa (Musdalub) pada tanggal 4 September 2005 untuk membenahi kembali

partai Golkar. Pada Musdalub tersebut, Hi Syarif Mbuinga terpilih sebagai Ketua

Umum DPD Partai Golkar Kabupaten Pohuwato menggantikan Hi. Iwan Bokings.

Tujuan DPD Partai Golkar kedepan adalah bagaimana memenangkan Pemilihan

Legislatif tahun 2009 dan Pemilukada 2010. Untuk Pemilukada 2010, Partai

Golkar telah mempunyai calon sejak Musdalub 2005 yaitu Hi. Syarif Mbuinga

yang juga sebagai Ketua Umum DPD Partai Golkar Kabupaten Pohuwato. Hal ini

merupakan kesepakatan dari seluruh Pengurus Desa (PD), Pengurus Kecamatan

(PK), dan DPD Partai Golkar Kabupaten Pohuwato pada Musdalub tersebut.
65

Sejak itu, berbagai upaya dilakukan oleh DPD Partai GolkarKabupaten Pohuwato

untuk memperkuat partai secara internal, sehingganya terget untuk menang dalam

pemilukada 2010 akan tercapai. Dan hal tersebut tidak sia-sia, kader Golkar

menjadi solid secara internal.

4.3.2 Komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar

Kabupaten Pohuwato

Adapun komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar

Kabupaten Pohuwato Masa Bakhti 2009-2015 berdasarkan Surat Keputusan

Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Provinsi Gorontalo Nomor : SKEP-

02/DPD-I/GOLKAR/XII/2009 adalah sebagai berikut :

KETUA : Hi. SYARIF MBUINGA, S.Pdi, MH

Wakil Ketua : Dra. Hj. Nikma Tahir

Wakil Ketua : Hariyanto Baderan

Wakil Ketua : Suharsi Igirisa

Wakil Ketua : Hasan Abdulah, SE

Wakil Ketua : Damin Rumampuk

Wakil Ketua : Abdul Karim Mbuinga

Wakil Ketua : Rokiy Budiman, SH

Wakil Ketua : Al Amin Uduala, S.Pd.,MH

Wakil Ketua : Zakaria Utiarahman, S.Sos

Wakil Ketua : Yunus Abdulah, S.Sos

Wakil Ketua : Nur’ain Mahmud


66

Wakil Ketua : Umar Etango

SEKRETARIS : NASIR GIASI, S.Pd

Wakil Sekretaris : Sudarmono Sompah, S.Pd

Wakil Sekretaris : Amir Sidariman

Wakil Sekretaris : Yuslan Samadi, SH.,MH

Wakil Sekretaris : Sri Dayani Ismail, SE

Wakil Sekretaris : Tahir Yusuf

Wakil Sekretaris : Gusti Goma, SH

Wakil Sekretaris : Rolly Pakaya

Wakil Sekretaris : Masrin Kone

Wakil Sekretaris : Rizal Posumah

Wakil Sekretaris : Hariyono Dukalang

Wakil Sekretaris : Sakila Hunowu

Wakil Sekretaris : Sunaryanto

BENDAHARA : Hi. BENI NENTO

Wakil Bendahara : Jeanette P. Mbuinga Kilapong

Wakil Bendahara : Iwan Adam, SH.,MH

Wakil Bendahara : Yoni Koto

Wakil Bendahara : Kusmayadi Hunta

Wakil Bendahara : Jekson Yunus, SE


67

4.4 Susunan Strategi Komunikasi Politik Partai Golkar Dalam Pemilihan

Legislatif DPRD Kabupaten Pohuwato

Pemilu yang terselenggara secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan wakil-wakil rakyat yang

berkualitas, dapat dipercaya, dan dapat menjalankan fungsi-fungsi kelembagaan

legislatif secara optimal. Penyelenggaraan pemilu yang baik dan berkualitas akan

meningkatkan derajat kompetisi yang sehat, partisipatif, dan keterwakilan yang

makin kuat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penyempurnaan penyelenggaraan

dan sistem pemilu DPR, DPD, dan DPRD diperlukan untuk memperbaiki

kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang ada pada pemilu sebelumnya.

Perbaikan diperlukan dalam penyelenggaraan pemilu, mulai dari penataan jangka

waktu tahapan Pemilu, verifikasi peserta Pemilu, verifikasi daftar calon legislatif,

tahap pemungutan suara, tahap penghitungan suara, dan penetapan calon

legislatif terpilih. Penyelenggaraan pemilu yang berkualitas diperlukan untuk

mewujudkan partisipasi masyarakat secara tepat dan memiliki derajat

keterwakilan yang kuat melalui wakil-wakil mereka yang duduk di dalam

kelembagaan DPR, DPD, dan DPRD. Pada akhirnya, masyarakat dapat

merasakan manfaat atas sistem keterwakilan yang diwujudkan melalui pemilu

dalam penyelenggaraan. Pemilu, baik pemilu Presiden, DPR, DPD, dan DPRD

merupakan merupakan perwujudan dari amanat yang diatur dalam UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa

"kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

Dasar". Perwujudan kedaulatan rakyat dimaksud dilaksanakan melalui pemilu


68

secara langsung sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakil-wakilnya yang

akan menjalankan fungsi melakukan pengawasan, menyalurkan aspirasi politik

rakyat, membuat undang-undang sebagai landasan bagi semua pihak di Negara

Kesatuan Republik Indonesia dalam menjalankan fungsi masing-masing, serta

merumuskan anggaran pendapatan dan belanja untuk membiayai pelaksanaan

fungsi-fungsi tersebut.

Secara yuridis, berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945, pemilu dilaksanakan untuk menata sistem kelembagaan negara berkaitan

pula dengan Pasal 2 ayat (1) yang mengatur tentang MPR, Pasal 18 ayat (3)

yang mengatur tentang DPRD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah, Pasal 19 ayat (2) yang mengatur tentang susunan DPR, Pasal 22C ayat

(4) yang mengatur tentang susunan dan kedudukan DPD, dan Pasal 22E

tentang pemilu DPR, DPD, dan DPRD. Pasal 22E ayat (6) yang menyatakan

bahwa pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) diselenggarakan berlandaskan asas langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

Banyak pendapat yang muncul mengenai pemilihan legislatif khususnya

untuk pemilihan legislatif di Kabupate-kabupaten, yang mana bahwa untuk

mencalonkan diri sebagai anggota DPRD haruslah benar-benar matang secara

invidual, ekonomi maupun finansial serta kenderaan politik yang akan kita

gunakan hal ini terbukti dengan keberadaan partai Golkar masih terbukti sangat

penting . Berdasarkan fakta partai politik sebagai organisasi memiliki jaringan


69

sampai ke level akar rumput, sagat dibutuhkan oleh para kandidat. Partai politik

adalah aset strategis dan mesin politik untuk menggerakkan dan menjalankan

strategi dalam pemenagan dengan sumber daya yang dimiliki oleh partai itu

sendiri.

Adapun Susunan Strategi Komunikasi Politik yang di susun oleh Partai

Golkar dalam pemilihan Legislatif DPRD Kab. Pohuwato Tahun 2014 seperti

yang dikemukakan oleh Harsono Suwardi (dalam Arrinianie 2010:16)

komunikasi politik dapat dilihat dari dalam arti sempit maupun arti luas. Dalam

arti sempit komunikasi politik adalah setiap bentuk penyampaian pesan, baik

dalam bentuk lambang-lambang maupun bentuk kata-kata tertulis atau

terucapkan, ataupun dalam bentuk isyarat yang mempengaruhi kedudukan

seseorang yang ada dalam suatu struktur kekuasaan tertentu.

Sesuai hasil wawancara dan studi pustaka yang dilakukan oleh penulis

terhadap pengurus DPD II Golkar Kab. Pohuwato, dan calon anggota DPRD yang

diusung dari partai Golkar Kab. Pohuwato. Maka penulis akan memulai

pembahasan tahapan Strategi Komunikasi Politik yang dilakukan oleh partai

golkar dalam pemilihan legislatif DPRD Kab. Pohuwato.

4.4.1 Sosialisasi Politik Partai Golkar Pada Pemilihan DPRD Kab. Pohuwato

Pada dasarnya sosialisasi politik adalah bagian yang terpenting dalam

memperkokoh kekuasaan dalam mempertahankan kedudukan serta kekuasaan

partai golkar dalam parlemen yang ada di DPRD Kab. Pohuwato, hal ini telah di

buktikan dengan berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh DPD II Partai

Golkar Kab. Pohuwato yang bersetuhan langsung dengan masyarakat seperti


70

Sunatan Masal, Nikah masal, operasi bibir sumbing , buka puasa bersama dengan

seluruh masyarakat dan kader-kader partai golkar itu sendiri , memberikan

santunan kepada kaum duafa dan fakir miskin dan masih banyak lagi kegiatan

lainya yang dilaksanakan oleh partai golkar kabupaten pohuwato, dengan adanya

momen kegiatan seperti inilah pengurus partai golkar mensosialisasikan partainya

kepada masyarakat, sehingga tidak perlu heran kalau partai golkar setiap pemilu

pasti akan mendulang suara terbanyak semua itu dikarenakan partai golkar sangat

aktif dan rutin melaksanakan sosialisasi politiknya di kalangan masyarakat.

Selain itu, berdasarkan hasil penggalian informasi dan wawancara dengan

bapak yang berinisial N.G selaku Sekretaris Umum pengurus Partai Golkar

Kabupaten Pohuwato dikatakan bahwa :

“.... Sosialisasi politik partai golkar dilakukan semata-mata untuk

memberikan pemahaman serta meyakinkan kepada masyarakat bahwa eksistensi

partai golkar merupakan satu elemen terpenting dalam membangun bangsa dan

negara pada umumnya dan khususnya untuk daerah kita yang tercinta yakni

Kabupaten Pohuwato itu sendiri.”

(Wawancara 20 April 2014)

Dari hasil wawancara tersebut dan disertai dengan data yang didapatkan

penulis dari kantor sekretariat DPD II Partai Golkar Kab. Pohuwato maka dapat

disimpulkan bahwa sosialisasi politik partai golkar cenderung dilakukan melalui

kegiatan-kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat yang dilakukan

secara rutin oleh pengurus partai golkat setiap tahunya.


71

4.4.2 Komunikasi Massa dan Opini Public Partai Golkar

1. Komunikasi Massa

Partai Golkar merupakan satu dari sekian banyak partai yang

memanfaatkan peluang untuk melancarkan komunikasi politiknya dengan

menggunakan media massa, baik media elektronik maupun media cetak,

fenomena ini dibuktikan dengan gencarnya tokoh-tokoh politik partai golkar yang

menyuarakan bahasa-bahasa politiknya melalui media massa, karena mereka

menganggap melalui media massa sebuah pesan politik dapat di rasakan oleh

masyarakat. Begitu juga masyarakat awam akan media massa seperti terbius oleh

kata-kata maupun gambar-gambar serta iklan layanan masyarakat yang di

tampilkan di media massa. Di tambah lagi dengan kebebasan berpendapat yang di

lindungi oleh Undang-undang dan kebebasan pers. Hal ini tentu sangat

mendukung sebuah komunikasi massa yang digencarkan partai golkar.

Bagi Golkar media massa menjadi sarana persuasi yang efektif dan efisien

bagi mereka karena bisa menjangkau banyak pemilih yang menjadi target dari

partai gokar itu sendiri dengan waktu yang cepat meskipun dengan biaya yang

cukup mahal. Adalah tidak mungkin, khususnya dari sisi waktu, bagi tim sukses

kampanye seorang tokoh politik maupun partai. Hal ini memang sejalan dengan

kondisi Negara kita saat ini yang sedang menghadapi era teknologi maju,

diantaranya melalui media massa TV, Radio, Surat Kabar dan Internet, dimana

informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja dan secara cepat dapat

mempengaruhi para pendengar atau penonton media massa tersebut. kuatnya

pengaruh dari setiap hal ini menyulitkan kita untuk memilih dan memilah berita
72

yang baik atau buruk untuk di serap bagi pengguna media massa tersebut terutama

dari kalangan yang masih awam akan penggunaan media massa.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu calon anggota legislatif

Kabupaten Pohuwato Dapil 3 yang berinisial H.A menyatakan bahwa :

...”Komunikasi Massa yang digunkan saat menjelang masa-masa

kampanye yakni melalui media cetak berupa Iklan layanan masyarakat dalam

bentuk selebaran yang bertuliskan visi dan misi lengkap degan penjabaranya,

selanjutnya mealui media elektronik yakni melalui nyanyian dalam video rekaman

yang menggunakan lirik lagu-lagu dangdut yang syairnya mengandung pesan-

pesan politik.

(Wawancara 4 Mei 2013)

5 Opini Publik

Opini Public atau pendapat umum merupakan fenomena komunikasi

politik yang sudah cukup lama di jaga oleh partai golkar dalam mempertahankan

nilai-nilai karya dan kekaryaan partai golkar itu sendiri, Hal ini dapat dibuktikan

dengan cintra baik partai golkar dimata masyarakat Kabupaten Pohuwato karena

pada dasarnaya pendapat umum tentang partai golkar dikabupaten masih diatas,

partai golkar sangat jelih dalam merumuskan opini public dimasyarakat

sehingganya jagan heran golkar adalah pemenang setiap pemilihan legislatif di

kabupaten pohuwato.

Dalam membentuk opini publik ada tiga unsur yang harus diperhatikan

oleh partai golkar, yaitu; Pertama, harus ada isu yang aktual (peristiwa atau kata-

kata), penting dan menyangkut kepentingan pribadi kebanyakan orang dalam


73

masyarakat atau kepentingan umum yang disiarkan melalui media massa. Kedua,

harus ada sejumlah orang yang membicarakan serta mendiskusikan isu tersebut,

yang kemudian menghasilkan kata sepakat mengenai sikap, pendapat dan

pandangan mereka. Ketiga, pendapat mereka harus diekspresikan atau dinyatakan

dalam bentuk lisan, tertulis dan gerak-gerik.

Dari hasil wawancara penulis dengan bapak yang berinisial A.S Selaku

kepala sekretariat DPD II Partai Golkar Kabupaten Pohuwato dinyatakan bahwa,

opini public yang coba dimaikan oleh partai golkar antara lain: Pertama ; Suara

Golkar adalah Suara Rakyat, Kedua ; Golkar mengutamakn Kerja Aksi dan Kerja

Hasil, Ketiga; Peruhan itu penting, inilah opini publik yang dibentuk dan didesain

sedemikian rupa dan kemudian dikonsumsi oleh publik.

(Wawancar 16 Mei 2013)

4.4.3 Metode Kampanye Politik, Propaganda, dan Pemasaran Politik Partai

Golkar

1. Metode Kampanye Politik Partai Golkar

Sesuai dengan hasil penulisan dan dat yang diperoleh penulis maka

metodekampanye yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Metode kampanye yang dilakukan oleh partai golkar dalam hal ini adalah

masing-masing calon aggota legislatif dari partai golkar itu sendiri yakni

dalam bentuk pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran

bahan tema dan isi kampanye melalui media cetak maupun elektronik,

rapat umum dan kegiatan lainya berupa kesenian, olahraga dan hiburan

rakyat.
74

b. Nama Tag, kata-kata dalam spanduk ataupun jargon dalam famplet dan

bentuk alat peraga haruslah menjunjung tinggi etika lokal, sopan.

c. Pemasanagan alat peraga kampanye oleh masing-masing calon anggota

legislatif di masing-masing dapil haruslah mempertimbankan asas

kebersamaan dalam arti ada pembagian wilayah.

d. Masing-masing Calon anggota legislatif dari partai golkar dimasing-

masing dapil dilarang atau merusak alat peraga kampanye calon lain dan

calon dari partai lain.

Adapun materi dan tema isi kampanye yang digunakan haruslah :

1. Materi kampanye masing-masing calon anggota legislatif haruslah

berpedoman pada visi, misi dan program partai golkar dan tidak

dibenarkan memberikan janji program diluar yang sudah menjadi

ketetapan partai.

2. Materi-materi kampanye haruslah disampaiakn dengan bahasa dan kalimat

yang sopan dan teratur sesuai norma hukum dan adat pada masing-masing

daerah.

3. Materi kampanye haruslah mendidik dalam arti memberi informasi yang

bermanfaat dan mencerahkan pemilih.

4. Materi kampanye haruslah bijak dan beradab.

5. Materi kampanye tidak boleh bersifat menghasut atau mengadu domba

calon lain.

6. Materi kamapnye tidak boleh berisi ancaman untuk melakukan kekerasan.


75

7. Materi kampanye yang menggunakan atribut partai agar ditempatkan

secara proporsional.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap pengrus DPD II

Partai Golkar Kabupater Pohuwato bidang Kaderisasi yang berinisia A.G

menerangkan ...’’bahwa pada saat prosesi kampanye para calon anggota legislatif

dari partai golkar harus solid, tidak saling menjatuhkan satu sama lain karena hal

ini akan merusak citra baik dari partai golkar itu sendiri selam kampanye

berlansung.

(Wawancara 12 Juni 2013)

2. Propaganda Politik Partai Golkar

Propaganda dalam sebuah perpolitikan ini merupakan hal yang urgen

sehingganya partai golkar sangat antusias dalam meraih simpati dari masyarakat

dengan memainkan pola propganda sedemikian rupa dengan tidak menjatuhkan

partai lain atau calon lain. Berikut adalah teknik propaganda yang sering

dilakukan oleh calon anggota legislatif anta lain : Pertama ; Flain fokus cara ini

sering dipakai untuk mempengaruhi orang banyak degan memperkihatkan gaya

hidup yang sederhana, merakyat dan peduli sesama, Kedua ; Bedwagon teknik ini

dilakukan oleh caleg dari partai golkar itu sendiri dengan merangkul orang-orang

yang berpengaruh dalam suatu tempat atau wilayah, Ketiga; Testimonial cara ini

dilakukan menggunakan ketokohan orang lain dalam meraih simpati dari

masyarakat luas, Keempat; Retorika hal ini dilakukan untuk meyakinkan pada

masyarakat dengan gaya bahasa dan intonasi yang sangat memukau.


76

Dari hasil wawancara penulis terhadap salah seorang calon anggota

legislatif dapil 4 kabupaten pohuwato yang berinisial bapak S.S, beliau

menjelaskan ...’’’ Propaganda yang coba dimainkan pada masa-masa pra

pemilihan tidak lain adalah teknik propaganda yang tidak merugikan untuk partai

lain hal ini dilakukan untuk menjaga eksistensi dan nama baik dari partai golkar

itu sendiri dimata masyarakat dan dimata hukum.

4. Pemasaran Politik

Partai Golkar adalah partai yang sangat teliti dalam merekrut kader dalam

hal ini kader-kader yang akan ikut berkompetisi dalam pemilihan legislatif akan

disaring baik serta melewati proses yang sangat ketat karena ada beberapa kriteria

pencalononan yang harus dipenuhi misalnya minimal masa keanggotaan 5 tahun

serta harus paham betul tentang proses kaderisasi yang ada di partai seperti :

 Militansi Kader : 1. Prakarsa /ide/gagasan, 2. Ulet, tangguh, bersungguh-

sungguh , 3. Mampu melaksanakan tugas , 4. Rela berkorban, dan

Bertanggung jawab/siap menanggung resiko

 Kompotensi Kader Memiliki pengetahuan, keterampilan dan perilaku :

1.Kompotensi ideologis , 2. Kompotensi politik, 3. Kompotensi ke-

Golkaran, 4. Kompotensi kepemimpinan, 5. Kompotensi profesi

 Disiplin Kader : 1. Taat pada aturan, 2. Disiplin Waktu

Selain itu partai golkar juga sangat memperhatikan elemen utama dalam

pengrekrutan calon anggota legislatif yang akan diusung dari partai golkar yakni:
77

1. Partai Golkar memilih Kader-kadernya yang akan diusung dalam

pemilihan legislatif berdasarkan ketokohan figur yang memiliki visi serta

program serta kemampuan dalam memegang sebuah amanah yang sesuai

dengan misi partai golkar.

2. Partai Golkar memilih kader-kader yang akan disung berdasarkan

kecakapan dan keuletan dalam menggagas sebuah ide-ide pembangunan

yang berbasis karya kekaryaan.

3. Partai Golkar memilih kader-kader yang akan diusung berdasarkan harga

jual figur tersebut terhadap publik melalui survei yang dilakukan oleh tim

survei partai golkar.

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara penulis terhadap pengurus

DPD II Golkar Kab. Pohuwato kepada bapak yang berinisial N.G Selaku sekrtaris

DPD II Golkar beliau menerangkan bahwa ...’’ Kunci kemenagan partai golkar

adalah terletak pada kader-kader yang diusung sehingganya partai golkar tidak

sembarang menetukan siapa yang akan dicolonkan dalam pemilihan legislatif

melainkan melaui tahap dan proses yang sangat panjang, kader golkar adalah

kader militan yang siap pakai tanpa diragukan lagi kemampuanya dalam

memimpin bangsa ini.

(Wawancara 14 Juni 2013)


78

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Strategi komunikasi politik partai golkar yang digunakan dalam pemilihan

legislatif DPRD Kabupaten Pohuwato tahun 2014 telah terbukti dengan perolehan

kursi terbanyak di DPRD yakni 9 kursi, hal tersebut tidak terlepas dari peran

pengurs DPD II partai golkar kabupaten pohuwato. Adapun strategi-strategi

komunikasi politik partai golkar dalam pemilihan legislatif DPRD kabupaten

pohuwato tahun 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sosialisasi Politik Partai Golkar Pada Pemilihan DPRD Kab. Pohuwato

Pada dasarnya sosialisasi politik adalah bagian yang terpenting dalam

memperkokoh kekuasaan dalam mempertahankan kedudukan serta kekuasaan

partai golkar dalam parlemen yang ada di DPRD Kab. Pohuwato, hal ini telah

di buktikan dengan berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh DPD II

Partai Golkar Kab. Pohuwato yang bersetuhan langsung dengan masyaraka.

2. Komunikasi Massa dan Opini Public Partai Golkar

Partai Golkar merupakan satu dari sekian banyak partai yang

memanfaatkan peluang untuk melancarkan komunikasi politiknya dengan

menggunakan media massa, baik media elektronik maupun media cetak,

fenomena ini dibuktikan dengan gencarnya tokoh-tokoh politik partai golkar

yang menyuarakan bahasa-bahasa politiknya melalui media massa, karena

mereka menganggap melalui media massa sebuah pesan politik dapat di

rasakan oleh masyarakat. Dalam membentuk opini publik ada tiga unsur yang

harus diperhatikan oleh partai golkar, yaitu; Pertama, harus ada isu yang
79

aktual (peristiwa atau kata-kata), penting dan menyangkut kepentingan

pribadi kebanyakan orang dalam masyarakat atau kepentingan umum yang

disiarkan melalui media massa. Kedua, harus ada sejumlah orang yang

membicarakan serta mendiskusikan isu tersebut, yang kemudian

menghasilkan kata sepakat mengenai sikap, pendapat dan pandangan mereka.

Ketiga, pendapat mereka harus diekspresikan atau dinyatakan dalam bentuk

lisan, tertulis dan gerak-gerik.

3. Metode Kampanye Politik, Propaganda, dan Pemasaran Politik Partai Golkar

Sesuai dengan hasil penulisan dan dat yang diperoleh penulis maka

Adapun metode kampanye yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Metode kampanye yang dilakukan oleh partai golkar dalam hal ini adalah

masing-masing calon aggota legislatif dari partai golkar itu sendiri yakni

dalam bentuk pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran

bahan tema dan isi kampanye melalui media cetak maupun elektronik,

rapat umum dan kegiatan lainya berupa kesenian, olahraga dan hiburan

rakyat.

b. Nama Tag, kata-kata dalam spanduk ataupun jargon dalam famplet dan

bentuk alat peraga haruslah menjunjung tinggi etika lokal, sopan.

c. Pemasanagan alat peraga kampanye oleh masing-masing calon anggota

legislatif di masing-masing dapil haruslah mempertimbankan asas

kebersamaan dalam arti ada pembagian wilayah.


80

d. Masing-masing Calon anggota legislatif dari partai golkar dimasing-

masing dapil dilarang atau merusak alat peraga kampanye calon lain dan

calon dari partai lain.

Berikut adalah teknik propaganda yang sering dilakukan oleh calon

anggota legislatif anta lain : Pertama ; Flain fokus cara ini sering dipakai untuk

mempengaruhi orang banyak degan memperkihatkan gaya hidup yang sederhana,

merakyat dan peduli sesama, Kedua ; Bedwagon teknik ini dilakukan oleh caleg

dari partai golkar itu sendiri dengan merangkul orang-orang yang berpengaruh

dalam suatu tempat atau wilayah, Ketiga; Testimonial cara ini dilakukan

menggunakan ketokohan orang lain dalam meraih simpati dari masyarakat luas,

Keempat; Retorika hal ini dilakukan untuk meyakinkan pada masyarakat dengan

gaya bahasa dan intonasi yang sangat memukau.

ada beberapa kriteria pencalononan yang harus dipenuhi misalnya minimal

masa keanggotaan 5 tahun serta harus paham betul tentang proses kaderisasi yang

ada di partai seperti :

 Militansi Kader : 1. Prakarsa /ide/gagasan, 2. Ulet, tangguh, bersungguh-

sungguh , 3. Mampu melaksanakan tugas , 4. Rela berkorban, dan

Bertanggung jawab/siap menanggung resiko

 Kompotensi Kader Memiliki pengetahuan, keterampilan dan perilaku :

1.Kompotensi ideologis , 2. Kompotensi politik, 3. Kompotensi ke-

Golkaran, 4. Kompotensi kepemimpinan, 5. Kompotensi profesi

 Disiplin Kader : 1. Taat pada aturan, 2. Disiplin Waktu


81

5.2 Saran

Untuk melaksanakan strategi komunikasi politik dalam pemilihan umum

tentu setiap partai politik mempunyai kekurangan dan kelemahan sebagai

penghambat dalam menjalankan strateginya, maka dari itu penulis memberikan

saran dan masukan kepada DPD II Partai Golkar Kabupaten Pohuwato yaitu :

Pertama; DPD II Golkar Kabupaten Pohuwato perlu meningkatkan komunikasi

politiknya sampai dari semua kader sampai simpatisan serta pendukung partai

dalam rangka mempertahankan posisi partai golkar sebagai perai kursi terbanyak

di DPRD Kabupaten Pohuwato, Kedua ; Perlunya komitmen bersama sebagai

implementasi dari karya dan kekaryaan partai golkar, Ketiga; Menumbuhkan

kepercayaan pada masyarakat tentang citra baik dari partai golkar, Keempat ;

Caleg yang terpilih agar kiranya dapat menjalankan amanahnya sebaik-baiknya

serta patuh pada hukum dan UUD 1945.


82

Anda mungkin juga menyukai