Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta
Business Law Program, Law Department, Faculty of Humanities, Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia
1,2
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/pandecta.v15i2.18293
Abstract
The development of ICT’s, especially the internet, has led to various activities through
cyberspace that has generated benefits and risks simultaneously—from a state’s per-
spective, using ICTs to carry out the state’s function in externalizing the welfare’s
society. To optimize cyberspace’s utilization, the discussion on state sovereignty in cy-
berspace is one of the fundamental questions. The state’s enforcement of digital sov-
ereignty is often needed to minimize the adverse effects on political, social, economic,
cultural, and national security. Therefore, this research goal is to analyze how Indo-
nesia interprets digital sovereignty through government instruments. This research is
early-stage research that requires further research. This preliminary study concludes
that Indonesia is currently focusing on developing cyber territory and human resourc-
es as a first step to develop Indonesia’s digital sovereignty. However, the protection of
personal data has not been covered by a specific personal data act at this moment.
Siber; kedaulatan; kedaulatan digital
sovereignty; cyber; digital sovereignty
net di Indonesia adalah 64,8% persen jumlah yang bertujuan untuk menganalisa arah pem-
penduduk Indonesia(Asosiasi Jasa Penyeleng- bentukan kedaulatan digital Indonesia. Ten-
gara Internet Indonesia, 2018, p. 2). Jumlah tunya diperlukan penelitian lanjutan untuk
tersebut akan terus meningkat seiring dengan menjawab rumusan masalah utama tersebut,
pembangunan jaringan (network) yang akan baik dari sisi pengunaan instrumen pemerin-
membuka akses lebih luas terhadap internet. tahan lainnya maupun institusi lain yang ter-
Dengan semakin terbukanya akses terhadap kait.
internet, salah satu tujuan utama Indonesia
adalah menjadikan e-commerce sebagai sa- 2. Metode
lah satu tulang punggung ekonomi di masa Penelitian ini menggunakan metode
akan datang. Namun demikian, sebagaimana yuridis normatif yang berfokus pada nilai-ni-
telah dijabarkan bahwa pemanfaatan internet lai, norma dan aturan tertulis. Sebagai peneli-
perlu dibarengi dengan upaya mengantisipa- tian hukum normatif, penelitian ini dilakukan
si dampak merugikan yang mungkin timbul, melalui penelusuran regulasi dan tinjauan
termasuk terhadap kedaulatan negara. pustaka yang diklasifikasikan sebagai data se-
Lebih lanjut, bentuk pemerintahan kunder. Pendekatan yang digunakan adalah
yang diterapkan di Indonesia menempat- pendekatan statuta yang berfokus pada regu-
kan Presiden sebagai pemegang kekuasaan lasi terkait penelitian dan pendekatan kon-
pemerintahan dengan dibantu oleh mente- septual yang berfokus pada konsep-konsep
ri. Terkait dengan pengelolaan ruang siber, kedaulatan. Data yang dikumpulkan selan-
Kementerian Komunikasi dan Informartika jutnya akan dianalisis dengan menggunakan
(Kominfo) diserahi tugas penyelenggaraan konsep yang digunakan untuk menjawab
urusan pemerintahan di bidang komunikasi permasalahan hukum yang timbul dalam
dan informatika. Pada awal peran Kominfo, penelitian ini
Kominfo menangani urusan terkait dengan
siber, termasuk pada penanggulan serangan- 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
serangan siber. Selanjutnya, peran Kominfo Konsepsi Kedaulatan
terkait dengan keamanan siber dilakukan Terminologi kedaulatan memiliki be-
oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) ragam makna dan penafsiran. Istilah kedau-
yang merupakan lembaga pemerintah non latan dapat memiliki makna berbeda bagi
kementerian yang fokus pada keamanan si- orang yang berbeda, yang masing-masing
ber sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan memiliki latar belakang beragam pula. Istilah
Presiden No. 53 Tahun 2017 diubah dengan kedaulatan mungkin memiliki makna berbe-
Peraturan Presiden No. 133 Tahun 2017. da dalam ilmu hukum, ilmu politik, sejarah,
Dalam hukum administrasi negara, Pemerin- filsafat dan bidang-bidang lain yang berkai-
tah dalam menjalankan tugas dan fungsinya tan dengannya(Riyanto, 2012, p. 6). Menu-
membutuhkan instrumen pemerintahan. rut Black’s Law Dictionary, kedaulatan (sove-
Menurut Ridwan, instrumen pemerintahan reignty) diartikan sebagai “the freedom of the
merupakan alat-alat atau sarana-sarana yang nation has its correlate in the sovereignity of
digunakan oleh pemerintah atau administrasi the nation. Political sovereignty is the asserti-
negara dalam menjalankan tugas-tugasnya, on of the self-determinate will off the organic
berupa instrumen non yuridis dan instrumen people, and in this there is the manifestation
yuridis. Termasuk dalam instrumen yuridis of its freedom. It is in and through the deter-
adalah peraturan perundang-undangan, ke- mination of its sovereignty that the order of
putusan-keputusan, peraturan kebijakan, pe- the nation is constituted and maintained”.
rizinan, instrumen hukum keperdataan dan
Kedaulatan merupakan hal yang
lainnya(Ridwan, 2011, p. 194).
membedakan negara dengan subyek hu-
Selanjutnya, melalui instrumen peme- kum lainnya(Adolf, 2015, p. 1). Kedaulatan
rintahan yang digunakan oleh Pemerintah, merupakan ciri atau atribut yang bersifat
penelitian ini merupakan penelitian awal khusus bagi negara(Isjwara, 1999, p. 108).
156
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 154-166
Kedaulatan-lah yang membuat negara di- kedaulatan itu biasa dipahami dalam konteks
lihat sebagai sebuah entitas yang otonom hubungan antar negara(Asshiddiqie, 2009, p.
dan independen(Kusumawardhana & Zul- 1).
karnain, 2016, p. 6145). Kaitannya dengan Kedaulatan Digital
kedaulatan, hukum merupakan aspek yang
sangat penting. Kristalisasi hubungan hukum Terminologi kedaulatan digital muncul
dan kedaulatan dikemukan oleh Jean Bo- seiring dengan perkembangan teknologi in-
formasi dan komunikasi, khususnya internet.
din yang mengemukakan bahwa kedaulatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, In-
merupakan sumber utama untuk menetap-
ternet merupakan jaringan komunikasi elekt-
kan hukum. Kedaulatan merupakan sumber
ronik yang menghubungkan jaringan kompu-
otoritas yang berada pada aras tertinggi hi-
ter dan fasilitas komputer yang teroraganisasi
rarki hukum (legal hierarchy)(Riyanto, 2012,
di seluruh dunia melalui satelit atau telepon.
p. 7). Menurut Mochtar Kusumaatmadja,
International Telecomunication Union (ITU)
untuk menjalankan fungsi hukum, hukum
mendefinisikan internet sebagai “a collection
memerlukan kekuasaan, tetapi kekuasaan
of interconnected network using the Internet
itu sendiri harus berjalan dalam batas dan
Protocol which allows them to function as
rambu-rambu yang ditentukan oleh hukum
a single, large virtual network”.Adapun The
itu sendiri(Atmasasmita, 2012, p. 7).
Federal Networking Council (FNC) menye-
Kekuasaan dalam konteks hukum butkan bahwa internet refers to the global
berkaitan dengan kekuasaan negara. Struk- information system that- (a) is logically linked
tur kekuasaan negara bersifat hierarkis together by a globally unique address space
atau berjenjang, mulai dari kekuasaan ter- based on the Internet Protocol (IP) or its sub-
tinggi sampai kekuasaan terendah. Keku- sequent extension/follow-ons; (b) is able to
asaan tertinggi dalam suatu negara adalah support communication using the transmissi-
kedaulatan(Hanoraga, 2008, p. 56). Penger- on control protocol/internet protocol (TCP/IP)
tian mendasar dari kedaulatan diartikan se- suite or its subsequent extension/follow-ons,
bagai kekuasaan untuk membuat dan melak- and/or other IP-compatible protocols;and (iii)
sanakan undang-undang dengan segala cara provides, uses or makes accessible, either
pemaksaan yang diperlukan(Irawan, 2018, p. publicly or privately high level service laye-
19). red on the communication and related inf-
Menurut Milton J. Esman, ada 2 (dua) rastructure describe herein”. Sedangkan, The
dimensi pelaksanaan kedaulatan setiap ne- American Supreme Court mengklasifikasikan
gara, yaitu pelaksanaan kedaulatan ke dalam internet sebagai “a unique and wholly new
(internal sovereignty) yang mencakup perila- medium of worldwide communication taken
ku orang dan kontrol atas sumber daya da- together, these tools (email, mailing list ser-
lam wilayah teritori negara; dan (2) dimen- vers, newsgroups, chat rooms, world wide
si pelaksanaan kedaulatan keluar (external web) constitue a unique new medium-known
sovereignty) yang membatasi pertemuan to its users as cyberspace,located in no par-
(interface) oleh pihak luar dalam urusan do- ticular geographical location but available to
mestik kecuali diijinkan secara sukarela oleh anyone, anywhere in the world with access to
pemerintah(Purna Cita Nugraha, 2013, p. the internet”(Proksch & Schweighofer, 2011,
42). Lebih lanjut, Jimmy Asshiddiqie mene- p. 2). Setidaknya benang merah dari ketiga
rangkan bahwa konteks kedaulatan dalam definisi tersebut menyebutkan bahwa pada
arti internal merujuk pada konsep kekuasaan dasarnya internet merupakan sebuah media
tertinggi yang dikenal selama ini dalam dunia komunikasi.
filsafat hukum dan politik mencakup ajaran Terminologi “kedaulatan digital” diberi-
tentang kedaulatan Tuhan (theocracy), ke- kan definisi oleh Piere Belangger pada sekitar
daulatan rakyat (democracy), kedaulatan hu- tahun 2000, sebagai:”digital soveregnity is a
kum (nomocracy), dan kedaulatan raja (mo- control of our present and destiny as manife-
narchy). Dalam perspektif eksternal, konsep sted and guided by the use of technology and
157
Siti Yuniarti & Erni Herawati, Analisis Hukum Kedaulatan Digital Indonesia
158
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 154-166
Jangka Panjang Nasional 2005-2025 diakui Indonesia,yakni aspek hukum, aspek tek-
merupakan tantangan sekaligus peluang bagi nologi dan aspek sosial, budaya dan etika.
Indonesia yang secara geografis merupakan Pembentukan UU ITE juga sebagai bagian
negara kepulauan, multi etnis dengan de- dari upaya memberikan kepastian hukum,
mografi penduduk yang besar. Globalisasi, karena tanpa kepastian hukum, persoalan
demokrasi dan inovasi teknologi terutama pemanfaatan teknologi informasi menjadi ti-
perkembangan TIK memungkinkan informa- dak optimal.
si mengalir bebas dan tidak mengenal batas Efektifitas waktu dalam proses pener-
negara. bitan aturan serta untuk memastikan keter-
Lebih lanjut, dalam Rencana Pemban- kaitan materi-materi secara komprehensif se-
gunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, bagai pertimbangan, UU ITE dibuat dengan
khusus mengenai pembangunan pos dan te- lingkup pengaturan yang luas(Kementerian
lematika dilakukan melalui penciptaan lan- Komunikasi dan Informatika, 2009, p. 9),
dasan kompetisi dalam lingkungan multiope- mulai dari ketentuan terkait transaksi elekt-
rator, antisipasi implikasi TIK, baik mengenai ronik sampai dengan hal-hal yang dilarang
kelembagaan maupun peraturan mengenai dilakukan dengan ancaman pidana penja-
isu keamanan, kerahasiaan, privasi dan in- ra dan denda. Ada 3 aturan pelaksana yang
tegritas informasi; penerapan hak kekayaan diamanatkan dalam UU ITE, yakni: (1) Pe-
intelektual, peningkatan legalitas, pemban- raturan Pemerintah mengenai Penyelengga-
gunan infrastruktur dan prasarana jaringan, raan Informasi dan Transaksi Elektronik; (2)
penerapan konsep teknologi netral, pening- Peraturan Pemerintah megenai Tata Cara In-
katan pengetahuan masyarakat, pengemban- tersepsi; (3) Peraturan Pemerintah mengenai
gan industri dalam negeri dan industri konten Data Elektronik Strategis. Saat ini, peraturan
sebagai upaya penciptaan nilai tambah dari pelaksana mengenai penyelenggaraan in-
informasi. Komponen dari pembangunan TIK formasi dan transaksi elektronik dituangkan
dalam rangka mencapai visi Indonesia 2025, dalam Peraturan Pemerintah No.71 Tahun
adalah: (a) migrasi menuju konvergensi; (b) 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
pemerataan akses dan layanan;(c) pengem- Transaksi Elektronik (“PP PSTE”). Adapun
bangan jaringan pita lebar; (d) peningkatan Pasal 31 ayat (4) UU ITE yang mengamanat-
keamanan dan jaringan sistem informasi; (e) kan adanya Peraturan Pemerintah mengenai
integrasi infrastruktur, aplikasi dan data na- Tata Cara Intersepsi dibatalkan keberlakuan-
sional; (f) peningkatan e-literasi, kemandiri- nya berdasarkan Putusan Mahkamah Konsti-
an industri TIK domestik dan SDM TIK siap tusi No.5/PUU-VIII/2010. Sejak UU ITE diun-
pakai;dan (g) peningkatan kemandirian in- dangkan, telah diajukan uji materiil kepada
dustri TIK dalam negeri. Mahkamah Konstitusi seperti pada Tabel 1.
Walaupun internet telah digunakan Dunia siber tidak diberikan arti se-
sejak sekitar tahun 1990-an, ketentuan yang cara definitif dalam UU ITE, selain dalam
khusus mengatur aktivitas siber baru memili- penjelasan dalam UU ITE sebagai kegiatan
ki legalitas formal pada tahun 2008 melalui melalui media sistem elektronik. Dalam pu-
Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang tusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-
Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai- VI/2008 dinyatakan bahwa aktivitas-aktivitas
mana diubah dengan Undang-Undang No. 9 di dunia siber mempunyai karakter, yaitu: (1)
Tahun 2016 (UU ITE). UU ITE dibentuk den- mudah, (2) penyebarannya sangat cepat dan
gan suatu pemahaman bahwa masalah-ma- meluas yang dapat diakses oleh siapapun dan
salah yang timbul dari aktivitas dalam ruang dimanapun, dan (3) dapat bersifat destruk-
siber tidak dapat digunakan dengan menggu- tif dari pemuatan materi penghinaan dan/
nakan pranata hukum konvensional.Secara atau pencemaran nama baik dengan meng-
eksplisit dinyatakan dalam UU ITE bahwa gunakan media elektronik sangat luar biasa
tiga aspek yang digunakan untuk menjaga karena memiliki corak viktimisasi yang tidak
keamanan ruang siber yang dilakukan oleh terbatas. Olehkarenanya, pembeda utama
159
Siti Yuniarti & Erni Herawati, Analisis Hukum Kedaulatan Digital Indonesia
160
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 154-166
wilayah siber negara tersebut(Badan Litbang kasi nasional(Nugraha et al., 2015, p. 1).
SDM Kominfo, 2016, p. 26). Menurut Masy- Pada Roadmap TIK 2016-20145 yang
arakat Telekomunikasi Indonesia (MASTEL), disusun oleh Badan Litbang SDM Kominfo,
kedaulatan siber dapat meliputi: (a) keama- kedaulatan digital Indonesia diinterprestasi-
nan dan kenyamanan siber warga negara; kan dalam bentuk kendali negara terhadap
(b) kewajaran penguasaan ekonomi lokal; (c) akses entitas dan aktivitas internet dalam
melindungi critical infrastruktur Pemerintah; wilayah Indonesia. Untuk itu, diperlukan
(d) mengendalikan penetrasi ideologi, politik, penetapan wilayah siber Indonesia (cyber
sosial dan budaya; dan (e) melindungi warga territory) yang dilakukan dengan menata
negara (privacy dan data) dan anak-anak. Un- konfigurasi jaringan broadband domestik (ja-
tuk menjaga kedaulatan siber, MASTEL men- ringan pita lebar) dan membangun gerbang
gusulkan terlebih dahulu penetapan lingkup pembatas antara jaringan broadband global
yang harus dijaga (ragam territorial wilayah dan nasional/domestik. Melalui pembatasan
siber), mengklasifikasikan tindakan pence- tersebut, negara dapat mengontrol jaringan
gahan dan penanggulangan serta menetap- domestik dan global yang terkoneksi dengan
kan instrumen yang diperlukan(Masyarakat gerbang nasional Indonesia. Dengan pem-
Telematika Indonesia, 2015, pp. 5–6). Ada- bentukan cyber territory, negara menerapkan
pun dalam perspektif cybersecurity,menurut kedaulatan melalui pembentukan Gerbang
Nugraha Kautsarina & Sastrosubroto adalah Internet Nasional (Internet National Gate-
pembentukan kedaulatan data (data sove- way), sebagai pintu keluar masuk informasi
reignty) Indonesia dengan fokus pada kera- dalam wilayah cyber territory Indonesia ser-
hasiaan data (data confidentiality), keutuhan ta penempatan data center di dalam wila-
data (data integrity) dan keberadaan data yah Indonesia(Badan Litbang SDM Kominfo,
(data avalaibility)yakni melalui enkripsi, laya- 2016, pp. 26–27). Lebih lanjut, berdasarkan
nan email nasional, lokalisasi pusat data (data Roadmap TIK 2016-2045 tersebut, output
center), routing nasional pada trafik internet, yang dihasilkan pada tahun 2045 adalah: (a)
infrastruktur backbone jaringan telekomuni- cyber teritory Indonesia; (b) sumber daya ma-
nusia sebagai penjaga teritori; (c) manufaktur gandung unsur- unsur: (1) perbuatan yang
infrastruktur dan perangkat; (d) gerbang in- dilarang dalam UU ITE, yakni mengandung
ternet Indonesia; (e) politik luar negeri/glo- unsur pornografi, fitnah dan/atau pencema-
balisasi online(Badan Litbang SDM Kominfo, ran nama baik, penipuan, kebencian terha-
2016, pp. 29–30) (Kominfo,2016:29-30). dap suku, agama, ras dan antar golongan,
Melalui instrumen pemerintahan yang kekerasan dan/atau kekerasan anak, pelang-
digunakan oleh Pemerintah, berikut adalah garan kekayaan intelektual; (2) pelanggaran
bentuk pelaksanaan kedaulatan digital oleh perdagangan barang dan jasa melalui sistem
Indonesia saat ini: elektronik; (3) terorisme dan/atau radikalis-
me, separatisme dan/atau organisasi berba-
a. Kontrol terhadap konten
haya terlarang; (4) pelanggaran keamanan
Pelaksanaan kedaulatan dilaksanakan informasi; (5) pelanggaran perlindungan kon-
dalam bentuk peran negara untuk melin- sumen, bidang kesehatan, pengawasan obat
dungi kepentingan umum. Melalui Pasal 40 dan makanan.
ayat (2) UU ITE, Pemerintah melindungi ke-
.Penyaringan konten negatif dilaku-
tertiban umum dari segala jenis gangguan se-
kan secara rutin oleh Ditjen Aplikasi In-
bagai akibat penyalahgunaan informasi dan
formatika dengan menggunakan aplikasi
transaksi elektronik yang menggangu keter-
TRUST+Positif. Sistem TRUST+Positif mene-
tiban umum. Lebih lanjut, dibebankan pula
rapkan mekanisme kerja adanya server pusat
kewajiban bagi Pemerintah untuk mencegah
yang akan menjadi acuan dan rujukan ke-
penyebarluasan dan penggunaan informasi
pada seluruh layanan akses informasi publik
dan/atau dokumen elektronik tersebut. Un-
(fasilitas bersama) serta menerima informasi-
tuk itu Pemerintah diberikan kewenangan
informasi atas fasilitas akses informasi publik
melalui Pasal 40 ayat (2.b) UU ITE untuk
untuk menjadi alat analisa dan profiling peng-
melakukan pemutusan akses, baik yang di-
gunaan internet di Indonesia(Kementrian Ko-
lakukan langsung oleh Pemerintah maupun
munikasi dan Informatika, 2013). Saat ini,
penyelenggara sistem elektronik.
TRUST+Positif digantikan dengan mesin
Namun demikian, klasifikasi jenis pengais konten negatif (AIS) sebagai mesin
gangguan yang dianggap menganggu keterti- berbasis crawling(Kementrian Komunikasi
ban umum tersebut tidak diatur lebih lanjut dan Informatika, 2018b).
dalam UU ITE. Sebelum berlakunya PP PSTE,
pemutusan akses dilakukan melalui Peratu- Selain, penelusuran konten negatif
ran Menteri Komunikasi dan Informatika No. dengan menggunakan aplikasi, pemblokiran
19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs In- dilakukan pula berdasarkan laporan masya-
ternet Bermuatan Negatif (“Permenkominfo rakat. Laporan masyarakat dianggap mende-
No.19/2014”) yang memberikan klasifikasi sak dalam hal terkait dengan: (1) privasi; (2)
situs internet bermuatan negatif , yakni je- pornografi; (3) kekerasan; (4) suku agama,
nis situs internet yang memuat pornografi ras dan antargolongan; dan/atau (5) muatan
dan kegiatan ilegal lainnya berdasarkan ke- lainnya yang berdampak negatif yang menja-
tentuan perundang-undangan. Setelah diter- di keresahan masyarakat secara luas. Dalam
bitkannya PP PSTE, pemutusan akses dapat hal pemblokiran telah dilakukan, pengelola
dilakukan apabila: (1) melanggar ketentuan situs atau masyarakat dapat mengajukan nor-
peraturan perundang-undangan; (2) me- malisasi atas pemblokiran situs.
resahkan masyarakat dan menganggu keter- Kontrol terhadap konten juga dilaku-
tiban umum seperti informasi dan/atau fakta kan oleh Kominfo melalui penyelenggara
yang dipalsukan; dan (3) memberitahukan sistem elektronik. Sebagai pengelola sistem,
atau menyediakan akses terhadap informasi penyelenggara sistem elektronik memiliki
dan/atau dokumen elektronik yang melang- otoritas dan kemampuan untuk melakukan
gar perundang-undangan. Adapun dimaksud rekayasa arsitektur sistem elektronik yang be-
dengan melanggar ketentuan peraturan pe- rada dalam pengelolaanya. Hal tersebut da-
rundang-undangan meliputi antara lain men- pat dipahami dengan memahami esensi dari
162
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 154-166
internet sebagai suatu jaringan. Tercatat Ko- Sistem Elektronik dan/atau non-elektronik.
minfo memblokir aplikasi Telegram melalui Perlindungan data pribadi dalam sistem
pemblokiran 11 domain name system Tele- elektronik dilakukan pada proses:(a) perole-
gram. Pemblokiran dilakukan karena adanya han dan pengumpulan;(b) pengolahan dan
konten bermuatan radikalisme dan terorisme penganalisisan;(c) penyimpanan;(d) perbai-
yang beredar melalui Telegram(Kementerian kan dan pembaruan; (e) penampilan, pen-
Komunikasi dan Informatika, 2017). gumuman, transfer, penyebarluasan, atau
b. Kontrol terhadap data pengungkapan; serta (e) pengungkapan dan
pemusnahan. Pemrosesan data pribadi pada
Dalam pidato kenegaraan Presiden
setiap tahap tersebut merujuk pada prinsip-
di depan Sidang DPR/MPR pada tanggal 16
prinsip perlindungan data pribadi sebagai-
Agustus 2019 disebutkan bahwa kedaulatan
mana diuraikan dalam PTSE. Lebih lanjut,
atas data harus diwujudkan hak warga negara
terkait dengan penempatan pusat data (data
atas data pribadi harus dilindungi. Berdasar-
center) yang semula berdasarkan Peraturan
kan penelitian Lembaga Studi dan Advokasi
Pemerintah No.80/2012 tentang Penyeleng-
Masyarakat (ELSAM), setidaknya ada 30 (tiga
garaan Sistem dan Transaksi Elektronik wajib
puluh) undang-undang di Indonesia yang
ditempatkan di dalam negeri bagi penyeleng-
menyebutkan mengenai perlindungan data
gara sistem elektronik untuk pelayanan pub-
pribadi(Wahyudi & Sumigar Bernhard Ruben
lik, ditiadakan dalam PP PTSE sebagai peng-
Fritz, 2016, pp. 30–31). Namun demikian,
ganti dari PP No.80/2012.
ketentuan perundang-undangan yang seca-
ra khusus mengatur mengenai perlindungan c. Pembangunan Infrastruktur
data pribadi sebatas rancangan undang-un- Dalam rencana pembangunan TIK,
dang data pribadi. kedaulatan siber dilakukan dengan penen-
UU ITE menempatkan persetujuan tuan terlebih dahulu cyber territory melalui
sebagai dasar penggunaan data pribadi se- penataan pita lebar (broadband) dan gerbang
seorang, kecuali ditentukan lain oleh pe- internet nasional. Pada Rencana Pemban-
rundang-undangan. Lebih lanjut, berdasar- gunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025,
kan penetapan pengadilan, seseorang dapat terbatasnya kapasitas, kualitas dan jangkau-
mengajukan permintaan penghapusan data an diakui menyebabkan timbulnya kesejan-
dirinya yang tidak relevan kepada penyeleng- gan digital. Oleh karenanya, pembangunan
gara sistem elektronik. Dari sisi teknis, perlin- di sektor komunikasi adalah pembangunan
dungan data dilakukan dengan pembebanan infrastruktur guna memperluas akses. Untuk
serangkaian tanggungjawab kepada penye- itu, Pemerintah membangun konektivitas na-
lenggara sistem elektronik guna melindungi sional, salah satunya adalah dengan mengin-
data pribadi, seperti perolehan dan pengung- tegrasikan jaringan pita lebar, sebagai salah
kapan harus seijin pemilik data, kewajiban satu komponen TIK, dengan 3 (tiga) elemen
menyampaikan informasi kepada pengguna konektivitas lainnya yakni Sistem Logistik
mengenai jaminan privasi dan.atau perlin- Nasional, Sistem Transportasi Nasional dan
dungan data, kategori perlindungan data da- Pengembangan Wilayah. Pembangunan pita
lam sertifikat keandalan yang diatur dalam PP lebar tidak hanya diarahkan untuk kepen-
PTSE, Peraturan Menteri Komunikasi dan In- tingan ekonomi tetapi juga ke seluruh aspek
formatika No. 20/2016 tentang Perlindungan pembangunan, termasuk pertahanan dan
Data Dalam Sistem Elektronik serta peratu- keamanan. Pemerintah membuat rencana
ran lingkup sektoral. pembangunan pita lebar (broadband) peri-
Data pribadi didefinisikan dalam PP ode 2014-2019 melalui Peraturan Presiden
PSTE sebagai setiap data tentang seseorang No. 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pita Le-
baik yang teridentifikasi dan/atau dapat dii- bar Indonesia 2014-2019. Pita lebar (broad-
dentifikasi secara tersendiri atau dikombi- band) dalam Pepres No. 96/2014 diartikan
nasi dengan informasi lainnya baik secara sebagai akses internet dengan jaminan ko-
langsung maupun tidak langsung melalui nektivitas yang selalu tersambung, terjamin
163
Siti Yuniarti & Erni Herawati, Analisis Hukum Kedaulatan Digital Indonesia
164
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 154-166
165
Siti Yuniarti & Erni Herawati, Analisis Hukum Kedaulatan Digital Indonesia
agai Negara). Raja Grafindo Perkasa. Kusumawardhana, I., & Zulkarnain. (2016). Globali-
Isjwara, F. (1999). Pengantar Ilmu Politik. sation and Strategy:Negara, Teritori dan Ke-
daulatan di Era Globalisasi. Jurnal Ilmu Dan
Jiménez, W. G., & Lodder, A. R. (2015). Analyzing ap- Budaya, 40(54), 6139–6160. Retrieved from
proaches to internet jurisdiction based on a http://journal.unas.ac.id/ilmu-budaya/article/
model of harbors and the high seas. Interna- view/363
tional Review of Law, Computers and Technol-
ogy, 29(2–3), 266–282. https://doi.org/10.1080 Kusumohamidjojo Budiono. (2016). Teori Hukum-
/13600869.2015.1019204 Dilema antara Hukum dan Kekuasaan (1st ed.).
Bandung: Penerbit Yrama Widya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2009). 101
Tanya Jawab Seputar UU ITE. Kementerian Ko- Lawrence, L. (2006). Code Version 2.0. Basic Books.
munikasi dan Informatika. Masyarakat Telematika Indonesia. (2015). Kedaulatan
Cyber NKRI di Era Dunia yang Serba Terhubung
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2016).
(globally-networked). Retrieved from https://
Kominfo Luncurkan Gerakan Nasional 1000
mastel.id/kedaulatan-cyber-nkri-di-era-dunia-
Startup Digital.
yang-serba-terhubung-globally-networked/
Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Medistiara, Y. (n.d.). Selama 2017 Polri tangani 3325
(2017). SIARAN PERS NO. 84/HM/
kasus ujaran kebencian. Retrieved from https://
KOMINFO/07/2017:Pemutusan Akses Aplikasi news.detik.com/berita/d-3790973/selama-
Telegram. Retrieved from https://www.kominfo. 2017-polri-tangani-3325-kasus-ujaran-keben-
go.id/content/detail/10106/siaran-pers-no- cian
84hmkominfo072017-tentang-pemutusan-ak-
ses-aplikasi-telegram/0/siaran_pers Nugraha, Y., Kautsarina, & Sastrosubroto, A. S. (2015).
Towards data sovereignty in cyberspace. 2015
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2018). 3rd International Conference on Informa-
Tahun 2019 Pemerintah Siapkan 20 Ribu tion and Communication Technology, ICoICT
Peserta Digital Talent Scholarship. Retrieved 2015, (2), 465–471. https://doi.org/10.1109/
from https://www.kominfo.go.id/content/de- ICoICT.2015.7231469
tail/15696/tahun-2019-pemerintah-siapkan-
Obar, J. ., & Clement, A. (2013). Internet Surveillance
20-ribu-peserta-digital-talent-scholarship/0/
and Boomerang Routing :A Call for Canadian
berita_satker
Network Sovereignty. In Technology & Emerging
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2019a). Media Track-Annual Conference of the Cana-
Indonesia Punya 5 Unicorn, Menkominfo: dian Communication Associatin. Retrieved from
Ekonomi Digital Berkembang Pesat. Retrieved http://www.tem.fl.ulaval.ca/fr/victoriaP2013/
from https://www.kominfo.go.id/content/de-
Proksch, W., & Schweighofer, E. (2011). Internet Gov-
tail/22054/indonesia-punya-5-unicorn-menk- ernance and Territoriality Nationalisation of
ominfo-ekonomi-digital-berkembang-pesat/0/ Cyberspace. 16th BILETA Annual Conference,
berita_satker (November), 8.
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2019b). Purna Cita Nugraha. (2013). Konsepsi Kedaulatan
Proyek Palapa Ring, Satukan Indonesia Melalui Negara dalam Boarderless Space. Opini Juris,
Tol Langit. Retrieved from https://www.komin- 13(Mei-Agustus).
fo.go.id/content/detail/15978/proyek-palapa-
ring-satukan-indonesia-melalui-tol-langit/0/ Ridwan, H. (2011). Hukum Administrasi Negara. Jakar-
artikel ta: Raja Grafindo Perkasa.
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2019c). Riyanto, S. (2012). Kedaulatan Negara Dalam Kerang-
ka Hukum Internasional Kontemporer. Yus-
UMKM Go Online Ajak Pedagang Pasar Tradis-
tisia Jurnal Hukum, 1(3), 5–14. https://doi.
ional Go Digital. Retrieved from https://www.
org/10.20961/yustisia.v1i3.10074
kominfo.go.id/content/detail/16740/umkm-go-
online-ajak-pedagang-pasar-tradisional-go-digi- Rokhim, A. (2013). Kewenangan Pemerintah Dalam
tal/0/berita_satker Konteks Negara Kesejahteraan (Welfare State).
Dinamika Hukum, XIX(36).
Kementrian Komunikasi dan Informatika. (2013).
TRUST+POSITIFl. Retrieved from https://komin- Sa’diyah, N. K. (2016). Rekonstruksi Pembentukan Na-
fo.go.id/content/detail/3322/trustpositif/0/e_ tional Cyber Defense Sebagai Upaya Memper-
business#:~:text=Sistem TRUST%2BPositif tahankan Kedaulatan Negara. Perspektif, 21(3),
menerapkan mekanisme,profiling penggunaan 168–187.
internet di Indonesia. Scerri, S. (2016). Industrial Data Space-Digital Sover-
Kementrian Komunikasi dan Informatika. (2018a). eignty Over Data.
Laporan Kinerja Kementrian Komunikasi dan In- Schia, N. N., & Gjesvik, L. (2017). China ’ s cy-
formatika 2017. ber sovereignty. https://doi.org/10.13140/
Kementrian Komunikasi dan Informatika. (2018b). RG.2.2.30512.15360
Mesin Pengais Konten Negatif Difungsikan, Sitompul, J. (2012). Cyberspace, Cybercrimes, Cyber-
Tim “Trust Positif” Kominfo Dilebur. Retrieved law- Tinjauan Aspek Hukum Pidana. Tatanusa.
from https://www.kominfo.go.id/content/de- Wahyudi, D., & Sumigar Bernhard Ruben Fritz, S. B. L.
tail/12275/mesin-pengais-konten-negatif-di- (2016). Protection of personal data in Indonesia.
fungsikan-tim-trust-positif-kominfo-dilebur/0/ Jakarta. Retrieved from http://weekly.cnbnews.
sorotan_media com/news/article.html?no=124000
166