Anda di halaman 1dari 7

TEKNOKOM Vol.2 No.

2 September 2019 P-ISSN: 2621-8070


E-ISSN: 2686-3219

ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN


DALAM MEMBANGUN KOTACERDAS (SMART CITY)
MENGGUNAKAN GARUDA SMART CITY MODEL
1
Hoiriyah, 2Yuri Efenie
1,2
Universitas Islam Madura
hoiriyah.file.uim@gmail.com, yuri.efenie.2016@gmail.com

ABSTRAK

Pamekasan merupakan salah satu kabupaten yang berada di pulau Madura Provinsi Jawa Timur
dengan total jumlah penduduk 863.004 jiwa.Adanya perkembangan teknologi yang hampir
mengiringi setiap aktivitas masyarakat membuat pemerintah kabupaten Pamekasan beirinisiatif
menjadikan Kabupaten Pamekasan sebagai kota cerdas (smart city) dengan mengintegrasikan semua
layanan yang ada pada pemerintahan untuk memudahkan pelayanan dan membangun transparansi
informasi kepada masyarakat. Inisiatif pembangunan smart city ini diharapkan dapat direalisasikan,
oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kematangan kesiapan pemerintah kabupaten
Pamekasan dalam membangun smart city dengan menerapkanGaruda Smart City Model (GSCM). Objek
penelitian dilakukan di Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DISKOMINFO dan
DISPENDUKCAPIL telah mencapai kematangan sebesar 91% dan 80% untuk dapat menjalankan
pembangunan smart city, sedangkan untuk Dinas Lingkungan Hidup hanya 50% dan masih
membutuhkan perhatian dari pemangku jabatan di Kabupaten Pamekasan.

Kata Kunci :Smart City, Garuda Smart City Model (GSCM), Pamekasan, Integrasi, Informasi

I. PENDAHULUAN dengan menggunakan Garuda Smart CityModel


(GSCM) sehingga hasil dari penelitian ini dapat
Pamekasan memiliki 13 kecamatan
dijadikan bahan pertimbangan untuk
dengan jumlah total penduduk 863.004 jiwa
mengevaluasi perbaikan infrastruktur, tata kelola
yang telah dipublikasi oleh Badan Pusat Statistik
maupun perbaikan SDM di Kabupaten
(BPS) pada tahun 2018 [2]. Dengan jumlah
Pamekasan.
penduduk 863.004 membuat mobilitas semakin
Penelitian yang berkaitan dengan
meningkat. Perkembangan teknologi yang
pengukuran kesiapan kota dalam membangun
hampir mengiringi setiap aktivitas masyarakat
kota cerdas telah dilakukan oleh Inayatul Ulya
membuat kebutuhan akan adanya internet dan
untuk kota Banjarmasin, lokasi penelitian
integrasi antar semua layanan yang ada pada
dilakukan di Dinas Komunikasi, Informatika dan
pemerintah diharapkan dapat direalisasikan.
Statistik (Diskominfotik) dengan menggunakan
Teknologi informasi diciptakan untuk
Garuda Smart City Model (GSCM). Penelitian
membantu dan menyelesaikan pekerjaan
tersebut menghasilkan data bahwa komponen
manusia dengan cepat dan efesien. Dampak dari
TIK dan SDM di Kota Banjarmasin telah siap
perkembangan teknologi informasi membawa
menerapkan konsep smart city, sedangkan
perubahan besar terhadap pola hidup manusia.
indikator komponen tatakelola yang meliputi
Pemanfaatan TIK dalam meningkatkan
tatakelolaTIK di lingkungan Pemkot
pelayanan publik merupakan tujuan dari konsep
Banjarmasin dan tatakelola Smart City belum
smart city (kota cerdas). Tujuan dari penelitian
tersedia. Penelitian berikutnya dilakukan oleh
ini adalah untuk mengukur kesiapan Kabupaten
Billie E Bitjoli, dkk (2017) yang menganalisa
Pamekasan dalam menerapkan konsep smart city
kesiapan kota cerdas di Manado dengan metode

17
TEKNOKOM Vol.2 No.2 September 2019 P-ISSN: 2621-8070
E-ISSN: 2686-3219

e-readiness dengan menggunakan 6 indikator


yaituawareness, government, komitmen,sumber
daya bisnis, sumber daya manusia, sumberdaya
teknologi dan adopsi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kota Manado
telahmemiliki tingkat kesiapan yang cukup siap
untukmenggunakan sarana teknologi informasi
dankomunikasi menuju kota cerdas dengan
indikator awarenessmemilikinilai 4,22,
indikator governance memiliki nilai
3.21,komitmen memiliki nilai 3,86, Sumber
daya bisnismemiliki nilai 3,77, sumber daya
Gambar 1 Garuda Smart City Model
teknologi memilikinilai 3,50, adopsi memiliki
nilai 4,30 sedangkan untukindikator sumber
Hasil pengukuran kematangan Smart City
daya manusia memiliki nilai 2.45 [4]
dengan framework Garuda Smart City Model
terdiri dari 5 level, yaitu ad hoc, initiative,
II. METODE PENELITIAN scattered, integrative, smart [5] dengan
penjelasan pada tabel berikut ini.
Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif deskriptif dimana pengumpulan data Tabel 1 Level Tingkat Kematangan GSCM
dilakukan dengan melakukan penyebaran
kuesioner dan wawancara secara mendalam dari No. Level Keterangan
point-point yang ada pada kuesioner.tersebut. 1. Ad hoc Tingkat ekonomi rendah,
objek penelitian dilakukan di Dinas Komunikasi lingkungan tidak nyaman,
dan Informatika, Dinas Kependudukan dan minimum ICT, tata kelola,
Catatan Sipil, dan Dinas Lingkungan Hidup dan dukungan sumber daya
Pemerintah Kabupaten Pamekasan. Pengukuran manusia.
yang dilakukan menggunakan tiga indikator 2. Initiative Pertumbuhan ekonomi
rendah, lingkungan yang
enabler GSCM meliputi Teknologi Informasi
kurang nyaman, layanan
dan Komunikasi (TIK), Tata kelola, dan sumber berbasis TIK sebagian
daya manusia. dimulai.
3. Scattered Lingkungan yang lebih
Garuda Smart City Model (GSCM) baik, layanan berbasis TIK
merupakan framework yang digunakan untuk yang direncanakan dengan
mengukur tingkat kematangan suatu kota dalam baik.
mengimplementasikanSmart City 4. integrative Lingkungan yang nyaman,
melaluipengukuran dari tiga cluster utama dan layanan berbasis ICT
tiga parameter pemungkin (enabler) dengan terpadu.
5. Smart Lingkungan yang sangat
targettercapainya beberapa kondisi dari masing-
nyaman, layanan berbasis
masing karakter. Tiga cluster utama meliputi TIK yang ada di mana-
smarteconomy, smartsocial dan mana.
smartenvironment. Sedangkan untuk parameter
pemungkin(enabler) pada GSCM terdapat tiga Adapun prosentase dari masing-masing level yang
komponen yang meliputi: teknologi informasi ditunjukkan oleh tabel 1 adalah sebagai berikut :
dankomunikasi (TIK), tatakelola Smart City, dan a. Ad hoc memiliki nilai jatuh tempo 0 – 20%
manusia [2]. penelitian ini menggunakan tiga b. Inisiatif memiliki nilai kematangan 21%–
parameter pemungkin(enabler) GSCM sebagai 40%
indikator untuk mengukur kesiapan kota dalam c. Scattered memiliki nilai kematangan 41%–
menerapkankonsep Smart City inisiatif. 60%
d. Integrativememiliki integratif 61% – 80%
Parameter enabler ini mencakup aspek-aspek
e. Smart memiliki nilai kematangan 81%– 100%
penting dalam SmartCity inisiatifyang mampu [6]
mentransformasi kota sehingga menjadi Kota
Pintar.

18
TEKNOKOM Vol.2 No.2 September 2019 P-ISSN: 2621-8070
E-ISSN: 2686-3219

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Integrasi pemerintah


2. Keberadaan Chief Information
Penerapan konsep Garuda Smart City Officer (CIO)
Model merupakan langkah awal untuk mengukur 3. Terdapat CIO pada dinas tersebut
tingkat kesiapan suatu kota menuju kota pintar 5. Strategi
[3], dengan analisis kualitatif deskriptif 1. Jenis Pendekatan dan strategi
diharapkan akan mendapati sebuah kesimpulan 2. Arahan strategi
yang dapat membantu pemerintah kabupaten 3. Formalitas strategi
untuk melakukan invensi infrastruktur terhadap 6. Organisasi
dinas-dinas yang tidak memenuhi atau belum 1. Organisasi SC
siap dalam pembangunan smart city. 2. Adanya training/pelatihan
Penelitian ini menggunakan metode 3. Dokumentasi peran dan
Garuda Smart City yang memiliki 3 enabler kemampuan
sebagai indikator tingkat kesiapan suatu kota 7. Manajemen Proses
dalam menerapkan kota cerdas (Smart City). 3 1. Keberadaan regulasi manajemen
enabler yang digunakan adalah Teknologi proses
Informasi dan Komunkasi (TIK), Tata Kelola 2. Formulasi regulasi
dan Sumber Daya Manusia. Dari 3 enabler 3. Kemudahan proses
tersebut terbagi 10 klasifikasi indikator dan 36 4. Kejelasan informasi tentang
sub indikator [2]. Adapun desain kuesioner proses
untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel 8. Pengukuran kinerja
berikut ini. 1. Keberadaan pengukuran kinerja
Tabel 2Enabler 2. Dukungan skema TIK dalam
pengukuran kinerja
No. Indikator
3. Pembahasan pengukuran kinerja
1. Teknologi Informasi dan Komunikasi
4. Keterlibatan publik didalam
2. Tata Kelola
penilaian
3. Sumber Daya Manusia
9. Peraturan kota
1. Peraturan kota yang diterapkan
Tabel 3 Klasifikasi Indikator dan Sub Indikator
2. Penyebaran informasi tentang SC
No Klasifikasi Indikator dan Sub 10 Pengelolaan SDM
. Indikator . 1. Standar tingkat pendidikan
1. Layanan manusia sebagai pengguna sistem
1. Layanan TIK atau aplikasi yang 2. Standar kemampuan pengguna
digunakan dalam mengoperasikan komputer
2. Layananmasyarakatsecara daring TIK
3. Aplikasi yangsalingterintegrasi 3. Pelatihan keberlanjutan untuk
4. Aplikasiberbasislayanan(serviceo menjaga kemampuan pengguna
riented) atau operator dalam mengelola
5. Aplikasi yangakandikembangkan layanan
2. Infrastruktur TIK
1. Terhubung dengan jaringan Hasil dari penelitian yang dilakukakn
2. Ketersediaan bandwidth internet dengan metode penyebaran kuisioner dan
3. Pengguna internet di SKPD wawancara menemukan bahwa Pemerintah
4. Keberadaan data centre. Kabupaten Pamekasan telah memberikan
3. Tata Kelola TIK informasi secara daring kepada masyarakat
1. OrganisasiTIK melalui situs http://pamekasankab.go.id/. Situs
2. Kebijakan atau regulasi tentang tersebut mengintegrasikan domain dari dinas-
TIK dinas yang berada di bawah pemerintah
3. SOP terkait penggunaanTIK Kabupaten Pamekasan diantaranya Dinas
4. Sumber daya manusia Komunikasi dan Informatika dengan situs
5. Dokumen perencanaan TIK http://kominfo.pamekasankab.go.id/, Dinas
4. Arahan Pemerintah Lingkungan Hidup dengan situs
Arahan http://dlh.pamekasankab.go.id/ dan Dinas

19
TEKNOKOM Vol.2 No.2 September 2019 P-ISSN: 2621-8070
E-ISSN: 2686-3219

Kependudukan dan Catatan Sipil dengan situs 5. Dokumen perencanaan TIK(ada)


http://dispenduk.pamekasankab.go.id/. Dengan 4. Arahan Pemerintah
pelayanan informasi yang disampaikan secara Arahan
daring dapat menjangkau seluruh pelosok daerah 1. Integrasi pemerintah(ada)
untuk mengetahui program apa saja yang akan 2. Keberadaan Chief Information
dan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Officer (CIO)(ada)
kabupaten, selain informasi, masyarakat juga 3. Terdapat CIO pada dinas
dapat melaporkan kejadian disekitar di halaman tersebut(ada)
web tersebut. 5. Strategi
1. Jenis Pendekatan dan
Wawancara dilakukan kepada pejabat yang strategi(ada)
memiliki tugas terkait pengembangan teknologi 2. Arahan strategi(ada)
informasi maupun yang memegang peranan 3. Formalitas strategi(ada)
sebagai kepala perencanaan dan evaluasi pada 6. Organisasi
dinas tersebut. Adapun nara sumber dari masing- 1. Organisasi SC(ada)
masing dinas yaitu : 1). Khairil sebagai Kasubag 2. Adanya training/pelatihan(tidak
Perencanaan dan Evaluasi di Dinas Lingkungan ada)
Hidup, 2). Slamet B. Sebagai Kabid Pengolahan 3. Dokumentasi peran dan
Data Elektronik (PDE) di DISKOMINFO, 3). M. kemampuan(ada)
Alfin Nour sebagai Administrator TIK di 7. Manajemen Proses
DISPENDUKCAPIL. Berikut adalah kuesioner 1. Keberadaan regulasi manajemen
hasil survey dari tiga dinas yang ada di proses(ada)
Pamekasan. 2. Formulasi regulasi(ada)
Tabel 4 Kuesioner DISKOMINFO 3. Kemudahan proses(ada)
4. Kejelasan informasi tentang
No. Klasifikasi Indikator dan Sub proses(ada)
Indikator 8. Pengukuran kinerja
1. Layanan 1. Keberadaan pengukuran
1. Layanan TIK atau aplikasi yang kinerja(ada)
digunakan(ada) 2. Dukungan skema TIK dalam
2. Layanan masyarakat secara pengukuran kinerja(ada)
daring(ada) 3. Pembahasan pengukuran
3. Aplikasi yang saling kinerja(ada)
terintegrasi(ada) 4. Keterlibatan publik di dalam
4. Aplikasi berbasis layanan penilaian(ada)
(serviceoriented)(ada) 9. Peraturan kota
5. Aplikasi yang akan 1. Peraturan kota yang
dikembangkan(ada) diterapkan(ada)
2. Infrastruktur TIK 2. Penyebaran informasi tentang
1. Terhubung dengan SC(ada)
jaringan(ada) 10. Pengelolaan SDM
2. Ketersediaan bandwidth 1. Standar tingkat pendidikan
internet(ada) manusia sebagai pengguna
3. Pengguna internet di sistem(ada)
SKPD(ada) 2. Standar kemampuan pengguna
4. Keberadaan data centre.(tidak dalam mengoperasikan komputer
ada) TIK(ada)
3. Tata Kelola TIK 3. Pelatihan keberlanjutan untuk
1. Organisasi TIK(ada) menjaga kemampuan pengguna
2. Kebijakan atau regulasi tentang atau operator dalam mengelola
TIK(ada) layanan.(tidak ada)
3. SOP terkait penggunaan
TIK(ada)
4. Sumber daya manusia(ada)

20
TEKNOKOM Vol.2 No.2 September 2019 P-ISSN: 2621-8070
E-ISSN: 2686-3219

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6. Organisasi


Dinas Komunikasi dan Informatika kategori 1. Organisasi SC (tidak ada)
enabler TIK dengan 14 Sub indikator telah 2. Adanya training/pelatihan (tidak
memenuhi 13 indikator yang ada, itu berarti ada)
capaian kesiapan DISKOMINFO terhadap 3. Dokumentasi peran dan
komponen TIK sebesar 92%. Kemudian pada kemampuan (tidak ada)
komponen Tatakelola Smart City terdapat 19 sub 7. Manajemen Proses
indikator dan yang terpenuhi sebanyak 18 sub 1. Keberadaan regulasi manajemen
indikator yang berarti dalam pesiapan tata kelola proses (tidak ada)
Smart City telah mencapai 94%. Untuk 2. Formulasi regulasi (tidak ada)
komponen Sumber Daya Manusia terdapat 3 sub 3. Kemudahan proses (tidak ada)
indikator dan memenuhi 2 sub indikator (66%)i. 4. Kejelasan informasi tentang
Dari keseluruhan, Keseiapan DISKOMINFO proses (tidak ada)
terhadap Smart City telah mencapai 91%. 8. Pengukuran kinerja
Tabel 5 Kuesioner Dinas Lingkungan Hidup 1. Keberadaan pengukuran kinerja
(ada)
No. Klasifikasi Indikator dan Sub 2. Dukungan skema TIK dalam
Indikator pengukuran kinerja (tidak ada)
1. Layanan 3. Pembahasan pengukuran kinerja
1. Layanan TIK atau aplikasi yang (ada)
digunakan (ada) 4. Keterlibatan publik di dalam
2. Layanan masyarakat secara daring penilaian (ada)
(ada) 9. Peraturan kota
3. Aplikasi yang saling 1. Peraturan kota yang diterapkan
terintegrasi(tidak ada) (ada)
4. Aplikasi berbasis layanan 2. Penyebaran informasi tentang SC
(serviceoriented) (tidak ada) (tidak ada)
5. Aplikasi yang akan 10. Pengelolaan SDM
dikembangkan (ada) 1. Standar tingkat pendidikan
2. Infrastruktur TIK manusia sebagai pengguna sistem
1. Terhubung dengan jaringan (ada) (ada)
2. Ketersediaan bandwidth internet 2. Standar kemampuan pengguna
(ada) dalam mengoperasikan komputer
3. Pengguna internet di SKPD (ada) TIK (ada)
4. Keberadaan data centre. (ada) 3. Pelatihan keberlanjutan untuk
3. Tata Kelola TIK menjaga kemampuan pengguna
1. Organisasi TIK (tidak ada) atau operator dalam mengelola
2. Kebijakan atau regulasi tentang layanan. (ada)
TIK (tidak ada)
3. SOP terkait penggunaan TIK Hasil penelitian di Dinas Lingkungan Hidup
(tidak ada) terkait komponen TIK telah memenuhi 9 sub
4. Sumber daya manusia (ada) indikator dari 14 sub indikator (64%), sedangkan
5. Dokumen perencanaan TIK (ada) untuk komponen tata kelola Smart City hanya
4. Arahan Pemerintah memenuhi 6 sub indikator (31%) dan untuk
Arahan komponen SDM telah memenuhi semua sub
1. Integrasi pemerintah (ada) indikator (100%). Dari data tersebut Kesiapan
2. Keberadaan Chief Information Dinas Lingkungan Hidup terhadap
Officer (CIO) (ada) pembangunan Smart City sebesar 50%.
3. Terdapat CIO pada dinas
tersebut(tidak ada) Tabel 6 Kuesioner Dispendukcapil
5. Strategi
No. Klasifikasi Indikator dan Sub
1. Jenis Pendekatan dan strategi
Indikator
(tidak ada)
1. Layanan
2. Arahan strategi (tidak ada)
3. Formalitas strategi (tidak ada)

21
TEKNOKOM Vol.2 No.2 September 2019 P-ISSN: 2621-8070
E-ISSN: 2686-3219

1. Layanan TIK atau aplikasi yang 1. Keberadaan pengukuran kinerja


digunakan (ada) (tidak ada)
2. Layanan masyarakat secara 2. Dukungan skema TIK dalam
daring (ada) pengukuran kinerja (tidak ada)
3. Aplikasi yang saling 3. Pembahasan pengukuran kinerja
terintegrasi(ada) (ada)
4. Aplikasi berbasis layanan 4. Keterlibatan publik di dalam
(serviceoriented) (ada) penilaian (tidak ada)
5. Aplikasi yang akan 9. Peraturan kota
dikembangkan (ada) 1. Peraturan kota yang diterapkan
2. Infrastruktur TIK (tidak ada)
1. Terhubung dengan jaringan 2. Penyebaran informasi tentang SC
(ada) (ada)
2. Ketersediaan bandwidth internet 10. Pengelolaan SDM
(ada) 1. Standar tingkat pendidikan
3. Pengguna internet di SKPD manusia sebagai pengguna sistem
(ada) (ada)
4. Keberadaan data centre. (tidak 2. Standar kemampuan pengguna
ada) dalam mengoperasikan komputer
3. Tata Kelola TIK TIK (ada)
1. Organisasi TIK (ada) 3. Pelatihan keberlanjutan untuk
2. Kebijakan atau regulasi tentang menjaga kemampuan pengguna
TIK (ada) atau operator dalam mengelola
3. SOP terkait penggunaan TIK layanan. (ada)
(ada)
4. Sumber daya manusia (ada) Untuk hasil penelitian di Dinas Kependudukan
5. Dokumen perencanaan TIK (ada) dan Catatan Sipil menunjukan komponen TIK
4. Arahan Pemerintah telah memenuhi semua sub indikator, dan
Arahan memenuhi 12 sub indikator untuk komponen tata
1. Integrasi pemerintah (ada) kelola SC, sedangkan untuk komponen SDM
2. Keberadaan Chief Information telah memenuhi semua sub indikator. Dari data
Officer (CIO) (tidak ada) tersebut dapat diartikan bahwa Dinas
3. Terdapat CIO pada dinas Kependudukan dan Catatan Sipil telah mencapai
tersebut(tidak ada) 80% untuk kesiapan pembangunan Smart City.
5. Strategi
1. Jenis Pendekatan dan strategi IV. KESIMPULAN
(ada)
2. Arahan strategi (ada) Garuda Smart City Model memiliki tiga
3. Formalitas strategi (ada) faktor pemungkin (enabler) untuk mengukur
6. Organisasi kesiapan suatu kota dalam
1. Organisasi SC (ada) mengimplementasikan konsep smart city. 3
2. Adanya training/pelatihan (tidak faktor pemungkin tersebut adalah Teknologi
ada) Informasi dan Informatika (TIK), tatakelola
3. Dokumentasi peran dan Smart City, dan manusia. Level kematangan
kemampuan (ada) suatu kota terdiri dari 5 level yaitu ad hoc,
7. Manajemen Proses initiative, scattered, integrative, smart.
1. Keberadaan regulasi manajemen Dari data-data yang telah disebutkan diatas dapat
proses (ada) disimpulkan bahwa DISKOMINFO dan
2. Formulasi regulasi (ada) DISPENDUKCAPIL telah mencapai
3. Kemudahan proses (ada) kematangan sebesar 91% dan 80% untuk dapat
4. Kejelasan informasi tentang menjalankan pembangunan smart city,
proses (ada) sedangkan untuk Dinas Lingkungan Hidup
8. Pengukuran kinerja hanya 50% dan masih membutuhkan perhatian

22
TEKNOKOM Vol.2 No.2 September 2019 P-ISSN: 2621-8070
E-ISSN: 2686-3219

dari pemangku jabatan di Kabupaten


Pamekasan. Total prosentase dari ke tiga dinas
tersebut mencapai 73% yang artinya Kabupaten
Pamekasan berada pada level integrativedimana
Kabupaten Pamekasan memiliki lingkungan yang
nyaman dan layanan publik berbasis ICT terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bps. (2018). Kabupaten pamekasan


dalam angka | pamekasan regency in
figure 2018, (c), 1–4.
https://doi.org/10.15713/ins.mmj.32. .
[2] Inayatul Ulya A, Tarigan, A., & Hasnur,
P. Mengukur Kesiapan Kota
DalamMenerapkan Konsep Smart City
Inisiatif (Studi Kasus: Kota Banjarmasin).
JournalSpeed – Sentra Penelitian
Engineering Dan Edukasi –, 9(2), 2088–
2162.2017.
[3] Supangkat, S. H. (2018). Smart
province. Retrieved August 28, 2018,
from https://jatengprov.go.id/wp-
content/uploads/2018/20180208-
Smart-Province-4.pdf
[4] Bitjoli B.E.dkk.Analisa Kesiapan Kota
Cerdas (Studi Kasus: Pemerintah Kota
Manado).E-Journal Teknik Informatika
Vol 12, No.1 (2017) ISSN : 2301 –
8364.2017
[5] https://www.sccic.id/research/garuda-smart-
city-model/.2018
[6] Firmanyah, R.S., Supangkat, S.H., Arman,
A.A., & Adhitya, R. (2017). Searching
smart city in Indonesia through maturity
model analysis: (Case study in 10
cities). 2017 International Conference on
ICT For Smart Society (ICISS), 1-6.

23

Anda mungkin juga menyukai