Sub-sektor di Indonesia.
Referensi :
1. Hesmondhalgh, David (2002) The Cultural Industries, SAGE
2. Howkins,John,The Creative Economy: How People Make Money from Ideas, Penguin
3. Florida, Richard, The Rise of the Creative Class. And How It's Transforming Work,
Leisure and Everyday Life, Basic Books
4. Bianchini, Charles, The Creative City, Demos
5. DCMS (2001), Creative Industries Mapping Document 2001 (2 ed.), London, UK:
Department of Culture, Media and Sport
6. Hesmondhalgh, David (2002), The Cultural Industries, SAGE
7. Howkins,John,The Creative Economy: How People Make Money from Ideas, Penguin)
8. UNCTAD, Creative Economy Report 2008, UNCTAD
Sederet Industri Kreatif di Banten Menjanjikan buat
Investor
Ekonomi kreatif telah menjelma menjadi sektor ekonomi yang menjanjikan dan
berkelanjutan untuk masa depan. Sebab industri kreatif sebagai penopang ekonomi
bertumpu pada kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengandalkan softskill
dan daya imajiniasi manusianya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Banten 2020, kontribusi industri kreatif
terhadap PDRB mencapai 5,8 persen pada 2014 dan meningkat 10 persen pada 2019.
Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap ketersediaan lapangan kerja bahkan
berpengaruh pada kontribusi ekspor industri kreatif secara nasional.
Sedangkan berdasarkan Data Opus Creative Economy Outlook 2020, Banten menjadi
salah satu pengekspor ekonomi kreatif ke Amerika Serikat, Eropa, dan Asia dengan
nilai ekspor ekonomi kreatif mencapai US$ 3,04 miliar atau 15,66 persen dari total nilai
ekspor secara nasional sebesar US$ 19,4 miliar.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Provinsi Banten, Mahdani menguraikan, dari 16 Subsektor Ekonomi Kreatif, terdapat
tiga subsektor industri kreatif yang sangat menjanjikan untuk para investor. Satu di
antaranya, yakni Kerajinan Kriya.
"Kerajinan Kriya Nusantara telah mendapat tempat di pasar dunia. Nilai ekspor produk
Kriya Banten terus mengalami peningkatan hingga 68,38 persen pada tahun 2019,"
ungkapnya.
Salah satu produk kriya adalah Gerabah Bumi Jaya yang terletak di Kecamatan Ciruas,
Kabupaten Serang. Gerabah merupakan industri kerajinan tangan peninggalan leluhur
yang terbuat dari tanah liat dengan nilai historis dan dibuat oleh tenaga terampil.
Gerabah yang memiliki corak klasik ini telah dipasarkan melalui e-marketplace hingga
menembus pasar dunia seperti Korea dan Eropa.
Produk lainnya yang menjanjikan di Banten, yakni fesyen. Sejak 2010 nilai ekspor
fesyen Banten terus mengalami kenaikan dari US$ 2.197,8 juta pada 2010 menjadi
US$ 2.612,5 juta di tahun 2019.
Produk fesyen khas Banten tersebar di beberapa daerah seperti Kabupaten Lebak
dengan kerajinan tenun Baduy dan batik Banten.
Tenun Baduy menjadi unik karena simbol kearifan lokal Masyarakat Adat Baduy yang
turun menurun merawat nilai tradisi. Tenun Baduy dan batik Banten telah berhasil
menembus pasar dunia dan menjadi salah satu produk kreatif unggulan Banten.
Kemudian ada kuliner yang juga jadi unggulan Banten. Kuliner menjadi gaya hidup bagi
semua kalangan, hampir setiap daerah di Banten memiliki kuliner khas masing-masing,
seperti pecak bandeng dan Sate Bandeng di Serang yang telah memiliki pusat oleh-
oleh khas bandeng.
Data BPS menyebut, para pelaku indusrti kreatif di Provinsi Banten didominasi oleh
generasi milenial, hal ini sejalan dengan jumlah usia milenial di Provinsi Banten yang
mencapai 28,11 persen dari total populasi.
Kondisi ini tentu selaras dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Banten yang telah
menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 10 Tahun 2014 tentang
Pembangunan Kepemudaan. Di mana untuk mendukung Program Kepemudaan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) paling sedikit 2 persen dari
total APBD.
Banten juga merupakan tempat yang kaya akan tempat wisata dan kulinernya serta industri di Banten
juga yang sudah berkembang. Hal tersebut menjadi faktor utama tumbuhnya perkeonomian kreatif di
Banten. Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang penopong utamanya adalah
informasi dan kreativitas dimana ide dan stock knowledge dari sumber saya masyarakat merupakan
faktor produk utama dalam kegiatan ekonomi. Di Banten sendiri mengembangkan ekonominya
dengan cara kreatif dan dapat bersaing dengan produk dari luar serta dapat meningkatkan
Batik Banten
Merupakan kerifan lokal yang tersisa dari pusat kerajaan pemerintahan Islam Kesultanan Banten.
Sejak dipatenkan tahun 2003, batik Banten telah mengalami proses yang panjang hingga akhirnya
diakui seluruh dunia. Pada saat ini batik Banten sudah banyak diminati karena semakin trendy dan
stylish. Tidak hanya menjual barang bentuk kain, tetapi sudah dimodifikasi sedemikian rupa hingga
berbentuk pakaian.
Berasal dari “Kampung Gerabah” di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Ciruas, Kota Serang. Produk yang
dihasilkan dari gerabah ini seperti produk rumah tangga dan produk hiasan rumah yang memiliki nilai
seni tinggi.
Banten merupakan wilayah yang terdapat banyak rawa. Pada rawa tersebut terdapat tanaman eceng
gondok yang tumbuh dan menjadi hama air. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya eceng
Emping
Biji melinjo saat ini dimanfaatkan menjadi makanan yang menjadi ciri khas Banten yaitu Emping.
Emping sudah hadir dengan berbagai macam rasa seperti asin, pedas, pedas manis, dsb dan dikemas
Tempat wisata
Ekonomi kreatif pada tempat wisata diaplikasikan pada pengelolaan tempat wisata. Tempat wisata
dijaga kebersihan dan keindahannya agar para pengunjung yang datang merasa puas dan tidak merasa
sia-sia telah berkunjung kesana. Contoh tempat wisata yang menjadi ekonomi kreatif di Banten yaitu
di Bumi Tangerang
Oleh: Drs. Edi Kusmaya, MPd
lagi. Jalan yang tadinya becek, sekarang sudah jrenk. Gang-gang kecil tempo doeleo susah dilewati
motor, kini sudah rapi tertata vaping block. Gedung pelayanan publik terus digenjot. Fasilitas
pengobatan, sekolah lengkap dengan Sanisek dan perpustakaan dapat dinikmati masyarakat serta
Apalagi pembangunan fisik yang dilakukan investor seperti pabrik, perumahan, ruko, pergudangan
sampai mall bisa dibilang wah ! Walaupun harus menggusur ratusan hektar sawah produktif, kebun
Namun apakah semua masyarakat Tangerang sudah merasa puas ? Jawabannya, BELUM. Masih
relatif banyak hal yang harus dibenahi. Tidak sedikit permasalahan yang perlu solusi. Sebagai
wilayah penyangga Ibu Kota, 1001 tantangan ada di depan mata. Salah satu hal kecil tampak
sepele serta belum dikembangkan secara optimal, adalah pengembangan ekonomi kerakyatan
Icon
Bila kita mengenal suatu daearah, salah satu yang melekat dalam ingatan, adalah berbagai hal yang
menjadi ciri khasnya. Kota Malang misalnya, terkenal dengan buah apel berikut varian produk
turunannya. Yogyakarta, tak bisa lepas dari panganan Gudeg-nya. Begitu juga pusat-pusat
kerajinan sekaligus wisata belanja sepanjang jalan Malaiboro termasuk budaya lain yang syarat
Jawa Barat, ada kota Garut - jaket kulit dan panganan dodol, sudah tak asing bagi masyarakat
parahiangan. Bahkan khas kuliner kota Intan itu, sudah merambah ke berbagai pelosok Tanah Air.
Banyak lagi kabupaten kota di negeri ini, telah mampu meningkatkan ekonomi rakyat melalui
“Topi Bambu” misalnya … yang menjadi salah satu lambang dalam logo Pemda Kabupaten
Tangerang. Apakah sudah menjadi andalan? Begitu juga makanan, hingga kini belum ada yang
benar-benar menjadi primadona, setidaknya untuk oleh-oleh. Di bidang kesenian lokal, juga belum
mendapat tempat di hati masyarakatnya. Cokek, salah satunya. Walaupun pemerintah daerah
sudah mencoba memodifikasi menjadi Tari Cukin, namun gregetnya belum terasa. Belum setenar
kesenian daerah lain, seperti Tari Saman Aceh, Jaipongan, Reog Ponorogo dll.
Bagaimana dengan perkembangan kerajinan sandal dan sepatu? Ini juga belum bisa
dijadikan brend, berbeda dengan Kelom Geulis khas Tasikmalaya, atau sepatu Cibaduyut Bandung
- yang memang berkembang dari akar budaya lokal. Karena soal kerajinan sepatu sport terutama di
Desa Bojong Kecamatan Cikupa. Persoalan utamanya masih disekitar penggunaan merek tertentu.
Sehingga terus mengalami persoalan dengan hak cipta dagang, dan berimplikasi dengan ranah
hukum.
Etalase
Gerbang dunia ada di Tangerang (Bandara Soekarno Hatta). Sebelum tamu mancanegara
mengenal budaya Jogjakarta, sebelum mencicipi makanan khas kota Bandung dan belanja celaja
jeans Cihampelas atau sebelum belanja kerajinan bambu Tasikmalaya… alangkah bagusnya
Pusat-pusat perdagangan berskala besar juga ada di sini. Event bertarap nasional bahkan kaliber
dunia tak jarang diselenggarakan di wilayah ini. Tinggal bagaimana mengolah, mengembangkan,
mengemas dan menyajikan semua produk khas Kabupaten Tangerang, berupa seni budaya,
membangun industri kreatif yang berbasis pada kearifan budaya lokal tidak lah mudah. Perlu
komitmen lebih dari berbagai pihak untuk menggali dari dari bumi Tangerang selain
mengembangkan yang sudah ada. Diperlukan suatu gerakan, yang melibatkan semua komponen,
termasuk peran serta budayawan, seniman, pelaku industri kecil dan menengah, kepedulian
Kini saatnya bagaimana topi bambu yang pernah jaya, ke depan bisa menjadi kebanggan
masyarakat Tangerang. Caranya, bisa melalui festival, lomba disain serta didukung oleh regulasi
kreatif. Sandal dan sepatu pengrajin tidak lagi menggunakan merek tertentu, tetapi mampu
melahirkan logo dan nama sendiri yang dibarengi kualitas barang. Tarian khas Cokek, bisa
mendunia. Makanan serta kerajian Khas Tangerang terus digali dan dikembangkan. Batik
Sebatas Saran
Potensi sudah ada. Tinggal pengembangannya lebih inovatif lagi. Topi bambu misalnya. Menurut
sumber jumlah para pengrajin topi masih relative banyak. Secara berkala produk asli Urang Benteng
ini sebagian besar dibuat topi pramuka, dikirim ke Surabaya dan Makasar. Bukti peluang masih
terbuka lebar. Persoalan selanjutnya, bagaimana agar kembali menjadi andalan Tangerang. Salah
satu solusi, perlu sentuhan seni, misalkan dibuat berbagai macam topi ditambah lukisan atau bikin
versi topi Joro lengkap dengan bulu ayamnya. Kalau perlu kita datangkan jago-jago kerajinan dari
Simbol-simbol khas Kabupaten Tangerang pun sebenarnya bisa menjadi bahan dasar karya-karya
kreatif. Salah satunya dalam bentuk disain gambar dalam media kaos oblong (T-shirt). Mengadopsi
Dagadunya anak Yogyakarta, atau khas Bali. Misalnya memvisualisasikan nilai-nilai heroik warga
Tangerang ketika melawan penjajah. Dapat pula mendisain Ayam Wareng, tokoh-tokoh kharismatik
seperti Aria Wangsakara dll. Tentunya dalam versi anak muda, karena pasar utama adalah
kelompok mereka. Gedung dan mesjid bersejarah semuanya bisa digali lagi.
Kreatifitas lainnya, kerajinan yang tersebar di wilayah dinventalisir kemudian diadakan kajian dari
aspek sosio-kulturalnya. Libatkan kelompok dan konunitas tertentu untuk memberikan gagasan,
kemudian divisualisasikan dalam berbagai karya. Termasuk kreasi limbah industri yang tak terbilang
banyaknya.
Paket Wisata
Pengembangan produk lokal berbasis ekonomi kerakyatan, erat kaitannya dengan industri
pariwisata. Dua bidang saling menunjang, satu sama lain. Barang souvenir lebih cenderung
memenuhi rasa estetika. Karenanya karya seni, biasanya mempunyai nilai tinggi, pasar potensinya
dari kalangan menengah ke atas. Walaupun demikian, kita tetap bisa memberikan alternatif pilihan
kepada kelompok masyarakat menengah ke bawah, dengan harga terjangkau. Secara psikologi
wisatawan baik lokal terlebih macanegara, ketika melakukan aktivitas wisata cenderung
kebutuhan secara ekonomi. Hal ini merupakan peluang untuk memasarkan semua jenis produk
masyarakat.
Jadi sektor wisata pun harus terus ditingkatkan. Potensi wisata alam pantura, Solear, danau Biru
Cisoka dan tempat lainnya perlu pembenahan. Barangkali juga perlu dirintis, disain kampung wisata
bambu seperti beberapa daerah telah mengembangkannya. Situs warisan sejarah Islam, etnis Tiong
Hoa dan cagar budaya lainnya lebih ditata. Festival budaya dan seni, termasuk partisipasi
sastrawan dan penulis terus dipacu. Kajian penggalian akar budaya Tangerang, melibatkan
kalangan perguruan tinggi dan peneliti, sehingga mutiara yang mungkin masih ada dalam perut
bumi Tangerang, bisa di eksplorasi lebih dalam lagi melalui berbagai seminar atau work shop.
Edukasi kepada masyarakat melalui berbagai media, perlu terus digalakan. Sanggar seni dan
kelompok budayawan, sastrawan secara periodik diajak bicara dan berkarya. Komunitas ini
biasanya memiliki idealism dan fanatisme sekaligus memiliki ide brilian, walaupun kadang mereka
kontroversi.
Dalam jangka panjang, sebaiknya peserta didik dari mulai PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
hingga perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Tangerang, diberikan pemahaman tentang kearifan
budaya lokal. Supaya mereka mengetahui sekaligus mencitai serta mengapresiasi wilayah dimana
tinggal.
Dengan motto one spirit, one team dan one goal, menuju Tangerang Gemilang. Tidak ada persoalan
yang tidak bisa dicarikan solusinya. Karena setiap kesulitan, pasti ada jalan. Mari …..!