Anda di halaman 1dari 12

Materi 6

Potensi Ekonomi Kreatif di Banten

Ekonomi / Industri kreatif


Industri kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan
penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal dengan
nama lain Industri Budaya (terutama di Eropa [1]) atau juga Ekonomi Kreatif [2]. Kementerian
Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa industri kreatif adalah industri yang berasal dari
pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan
serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta
individu tersebut.
Menurut Howkins, Ekonomi Kreatif terdiri dari periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain,
fashion, film, musik, seni pertunjukkan, penerbitan, Penelitian dan Pengembangan (R&D),
perangkat lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video ([2]). Muncul
pula definisi yang berbeda-beda mengenai sektor ini ([1]) Namun sejauh ini penjelasan Howkins
masih belum diakui secara internasional.
Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam
perekonomian. Berbagai pihak berpendapat bahwa "kreativitas manusia adalah sumber daya
ekonomi utama"[3] dan bahwa “industri abad kedua puluh satu akan tergantung pada produksi
pengetahuan melalui kreativitas dan inovasi ([4])
Berbagai pihak memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai kegiatan-kegiatan yang
termasuk dalam industri kreatif ([5]) ([6]) ([7])([8]). Bahkan penamaannya sendiri pun menjadi isu
yang diperdebatkan dengan adanya perbedaan yang signifikan sekaligus tumpang tindih antara
istilah industri kreatif, industri budaya, dan ekonomi kreatif ([6]) ([8])

Sub-sektor di Indonesia.

Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia berdasarkan


pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik
Indonesia adalah:
1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan
menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan
yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi
material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar,
majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran
selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising
materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI (Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha) 5 digit; 73100
2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya
konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari
level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro
(detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). Kode KBLI (Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha) 5 digit; 73100
3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik
dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar
swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa
dan lukisan.
4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang
dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses
penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga,
serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu,
besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya
hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk,
desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan
dan jasa pengepakan.
6. Mode (fashion): kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan
desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk
fesyen, serta distribusi produk fesyen.
7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan
jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya manajemen
produksi film, penulisan skrip, tata sinematografi, tata artistik, tata suara, penyuntingan gambar,
sinetron, dan eksibisi film.
8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi
permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor
permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu
pembelajaran atau edukasi.
9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan
distribusi dari rekaman suara.
10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi
pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik
tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana
pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.
11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan
buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari
berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,
surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, paspor, tiket pesawat terbang, dan
terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos,
formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman
mikro film.
12. Layanan Komputer dan Peranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan
teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database,
pengembangan peranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur peranti
lunak, desain prasarana peranti lunak dan peranti keras, serta desain portal termasuk
perawatannya.
13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan
pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya),
penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay
(pemancar kembali) siaran radio dan televisi.
14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan
penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan
produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi
baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti
penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan
manajemen.
15. Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, ke depan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam
sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan
khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan pasar internasional. Studi
dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk
makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di
luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar
internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya
produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi
Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan
komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif
sebagai prakarsa dengan pola pemikir cost kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta
diminati masyarakat luas di antaranya usaha kuliner, aksesoris, cetak sablon, bordir dan usaha
rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso, comro, gehu, batagor, bajigur dan ketoprak.

Referensi :
1. Hesmondhalgh, David (2002) The Cultural Industries, SAGE
2. Howkins,John,The Creative Economy: How People Make Money from Ideas, Penguin
3. Florida, Richard, The Rise of the Creative Class. And How It's Transforming Work,
Leisure and Everyday Life, Basic Books
4.  Bianchini, Charles, The Creative City, Demos
5. DCMS (2001), Creative Industries Mapping Document 2001 (2 ed.), London, UK:
Department of Culture, Media and Sport
6. Hesmondhalgh, David (2002), The Cultural Industries, SAGE
7. Howkins,John,The Creative Economy: How People Make Money from Ideas, Penguin)
8. UNCTAD, Creative Economy Report 2008, UNCTAD
Sederet Industri Kreatif di Banten Menjanjikan buat
Investor

Geliat pertumbuhan ekonomi kreatif di Banten menjadi kekuatan baru perekonomian


Indonesia. Letaknya yang strategis telah menjadikan Banten sebagai wilayah potensial
yang maju dalam berbagai bidang, tak terkecuali pada sektor ekonomi kreatif.

Ekonomi kreatif telah menjelma menjadi sektor ekonomi yang menjanjikan dan
berkelanjutan untuk masa depan. Sebab industri kreatif sebagai penopang ekonomi
bertumpu pada kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengandalkan softskill
dan daya imajiniasi manusianya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Banten 2020, kontribusi industri kreatif
terhadap PDRB mencapai 5,8 persen pada 2014 dan meningkat 10 persen pada 2019.
Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap ketersediaan lapangan kerja bahkan
berpengaruh pada kontribusi ekspor industri kreatif secara nasional.

Sedangkan berdasarkan Data Opus Creative Economy Outlook 2020, Banten menjadi
salah satu pengekspor ekonomi kreatif ke Amerika Serikat, Eropa, dan Asia dengan
nilai ekspor ekonomi kreatif mencapai US$ 3,04 miliar atau 15,66 persen dari total nilai
ekspor secara nasional sebesar US$ 19,4 miliar.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Provinsi Banten, Mahdani menguraikan, dari 16 Subsektor Ekonomi Kreatif, terdapat
tiga subsektor industri kreatif yang sangat menjanjikan untuk para investor. Satu di
antaranya, yakni Kerajinan Kriya.

"Kerajinan Kriya Nusantara telah mendapat tempat di pasar dunia. Nilai ekspor produk
Kriya Banten terus mengalami peningkatan hingga 68,38 persen pada tahun 2019,"
ungkapnya.

Salah satu produk kriya adalah Gerabah Bumi Jaya yang terletak di Kecamatan Ciruas,
Kabupaten Serang. Gerabah merupakan industri kerajinan tangan peninggalan leluhur
yang terbuat dari tanah liat dengan nilai historis dan dibuat oleh tenaga terampil.
Gerabah yang memiliki corak klasik ini telah dipasarkan melalui e-marketplace hingga
menembus pasar dunia seperti Korea dan Eropa.

Produk lainnya yang menjanjikan di Banten, yakni fesyen. Sejak 2010 nilai ekspor
fesyen Banten terus mengalami kenaikan dari US$ 2.197,8 juta pada 2010 menjadi
US$ 2.612,5 juta di tahun 2019.

Produk fesyen khas Banten tersebar di beberapa daerah seperti Kabupaten Lebak
dengan kerajinan tenun Baduy dan batik Banten.

Tenun Baduy menjadi unik karena simbol kearifan lokal Masyarakat Adat Baduy yang
turun menurun merawat nilai tradisi. Tenun Baduy dan batik Banten telah berhasil
menembus pasar dunia dan menjadi salah satu produk kreatif unggulan Banten.

Kemudian ada kuliner yang juga jadi unggulan Banten. Kuliner menjadi gaya hidup bagi
semua kalangan, hampir setiap daerah di Banten memiliki kuliner khas masing-masing,
seperti pecak bandeng dan Sate Bandeng di Serang yang telah memiliki pusat oleh-
oleh khas bandeng.

Berdasarkan hasil riset Badan Perencanaan Daerah Provinsi Banten, 55 persen


ekonomi kreatif bergerak pada sektor kuliner.

Perda untuk Tunjang Ekraf

Munculnya pusat kuliner pada pusat-pusat perbelanjaan semakin membuka peluang


usaha kuliner makin menjanjikan.

"Umumnya mereka adalah UMKM yang naik kelas," ungkap Mahdani.

Pengembangan pusat kuliner menjadi peluang investasi yang bisa menguntungkan


investor.

Data BPS menyebut, para pelaku indusrti kreatif di Provinsi Banten didominasi oleh
generasi milenial, hal ini sejalan dengan jumlah usia milenial di Provinsi Banten yang
mencapai 28,11 persen dari total populasi.

Kondisi ini tentu selaras dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Banten yang telah
menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 10 Tahun 2014 tentang
Pembangunan Kepemudaan. Di mana untuk mendukung Program Kepemudaan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) paling sedikit 2 persen dari
total APBD.

Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan, melalui program pembangunan


kepemudaan, potensi dan peran pemuda dalam sektor kuliner ini akan semakin
menggeliat.

"Sehingga nantinya milenial tersebut bisa berkolaborasi dengan investor untuk


memajukan perekonomian daerah," ungkap Wahidin.

Sementara untuk memberikan kenyamanan berinvestasi, Pemprov Banten melalui


DPMPTSP telah menyiapkan pelayanan terbaik dan prima kepada para investor. Yakni
melalui Online Single Submission (OSS) yang memberi kepastian bagi pengusaha,
dalam semua pengurusan perizinan menjadi lebih mudah dan efisien.

Ekonomi Kreatif di Banten


Banten merupakan wilayah yang sangat strategis karena memang letak wilayahnya juga strategis.

Banten juga merupakan tempat yang kaya akan tempat wisata dan kulinernya serta industri di Banten

juga yang sudah berkembang. Hal tersebut menjadi faktor utama tumbuhnya perkeonomian kreatif di

Banten. Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang penopong utamanya adalah

informasi dan kreativitas dimana ide dan stock knowledge dari sumber saya masyarakat merupakan

faktor produk utama dalam kegiatan ekonomi. Di Banten sendiri mengembangkan ekonominya

dengan cara kreatif dan dapat bersaing dengan produk dari luar serta dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat Banten itu sendiri.

Batik Banten

Merupakan kerifan lokal yang tersisa dari pusat kerajaan pemerintahan Islam Kesultanan Banten.

Sejak dipatenkan tahun 2003, batik Banten telah mengalami proses yang panjang hingga akhirnya

diakui seluruh dunia. Pada saat ini batik Banten sudah banyak diminati karena semakin trendy dan
stylish. Tidak hanya menjual barang bentuk kain, tetapi sudah dimodifikasi sedemikian rupa hingga

berbentuk pakaian.

Gerabah Bumi Jaya

Berasal dari “Kampung Gerabah” di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Ciruas, Kota Serang. Produk yang

dihasilkan dari gerabah ini seperti produk rumah tangga dan produk hiasan rumah yang memiliki nilai

seni tinggi.

Kerajinan Tangan Eceng Gondok

Banten merupakan wilayah yang terdapat banyak rawa. Pada rawa tersebut terdapat tanaman eceng

gondok yang tumbuh dan menjadi hama air. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya eceng

gondok dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan agar menambah nilai jual.

Emping

Biji melinjo saat ini dimanfaatkan menjadi makanan yang menjadi ciri khas Banten yaitu Emping.

Emping sudah hadir dengan berbagai macam rasa seperti asin, pedas, pedas manis, dsb dan dikemas

dalam kemasan menarik agar menambah nilai jualnya.

Tempat wisata

Ekonomi kreatif pada tempat wisata diaplikasikan pada pengelolaan tempat wisata. Tempat wisata

dijaga kebersihan dan keindahannya agar para pengunjung yang datang merasa puas dan tidak merasa

sia-sia telah berkunjung kesana. Contoh tempat wisata yang menjadi ekonomi kreatif di Banten yaitu

Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sawarna dan lain sebagainya.

Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal

di Bumi Tangerang

Antara Peluang dan Tantangan

 
Oleh: Drs. Edi Kusmaya, MPd

(Kasi Kelembagaan Pemdes Kab. Tangerang)

Secara matematis, kemajuan pembangunan infrastruktur Kabupaten Tangerang tidak diragukan

lagi. Jalan yang tadinya becek, sekarang sudah jrenk. Gang-gang kecil tempo doeleo susah dilewati

motor, kini sudah rapi tertata vaping block. Gedung pelayanan publik terus digenjot. Fasilitas

pengobatan, sekolah lengkap dengan Sanisek dan perpustakaan dapat dinikmati masyarakat serta

banyak lagi prestasi yang telah diraih.

Apalagi pembangunan fisik yang dilakukan investor seperti pabrik, perumahan, ruko, pergudangan

sampai mall bisa dibilang wah ! Walaupun harus menggusur ratusan  hektar sawah produktif, kebun

bambu dan rawa. Tak apalah demi kemajuan kita semua …

Namun apakah semua masyarakat Tangerang sudah merasa puas ? Jawabannya,  BELUM. Masih

relatif banyak hal yang harus dibenahi. Tidak sedikit permasalahan yang perlu solusi. Sebagai

wilayah penyangga Ibu Kota, 1001 tantangan ada di depan mata. Salah satu hal kecil tampak

sepele serta belum dikembangkan secara optimal, adalah  pengembangan ekonomi kerakyatan

yang berbasis kearifan lokal.

Icon

Bila kita mengenal suatu daearah, salah satu yang melekat dalam ingatan, adalah berbagai hal yang

menjadi ciri khasnya. Kota Malang misalnya, terkenal dengan buah apel berikut varian produk

turunannya. Yogyakarta, tak bisa lepas dari panganan Gudeg-nya. Begitu juga pusat-pusat

kerajinan sekaligus wisata belanja sepanjang jalan Malaiboro termasuk budaya lain yang syarat

dengan kearifan lokalnya.

Jawa Barat, ada kota Garut - jaket kulit dan panganan dodol, sudah tak asing bagi masyarakat

parahiangan. Bahkan khas kuliner kota Intan itu, sudah merambah ke berbagai pelosok Tanah Air.

Banyak lagi kabupaten kota di negeri ini, telah mampu meningkatkan ekonomi rakyat melalui

pengembangan industri kreatif yang berakar pada budya kearifan lokal.


Lalu kita bertanya, “Apakah produk kreatif khas Kabupaten Tangerang yang berbasis pada budaya

kearifan lokal-nya, sudah menjadi kebanggaan warganya?” lagi-lagi jawabnya BELUM.  

“Topi Bambu” misalnya … yang menjadi salah satu lambang dalam logo Pemda Kabupaten

Tangerang. Apakah sudah menjadi andalan?  Begitu juga makanan, hingga kini belum ada yang

benar-benar menjadi primadona, setidaknya untuk oleh-oleh. Di bidang kesenian lokal, juga belum

mendapat tempat di hati masyarakatnya. Cokek, salah satunya. Walaupun pemerintah daerah

sudah mencoba memodifikasi menjadi Tari Cukin, namun gregetnya belum terasa. Belum setenar

kesenian daerah lain, seperti Tari Saman Aceh, Jaipongan, Reog Ponorogo dll.

Bagaimana dengan perkembangan kerajinan sandal dan sepatu? Ini juga belum bisa

dijadikan brend, berbeda dengan Kelom Geulis khas Tasikmalaya, atau sepatu Cibaduyut Bandung

- yang memang berkembang dari akar budaya lokal. Karena soal kerajinan sepatu sport terutama di

Desa Bojong Kecamatan Cikupa. Persoalan utamanya masih disekitar penggunaan merek tertentu.

Sehingga terus mengalami persoalan dengan hak cipta dagang, dan berimplikasi dengan ranah

hukum.

Etalase

Gerbang dunia ada di Tangerang (Bandara Soekarno Hatta). Sebelum tamu mancanegara

mengenal budaya Jogjakarta, sebelum mencicipi makanan khas kota Bandung dan belanja celaja

jeans Cihampelas atau sebelum belanja kerajinan bambu Tasikmalaya… alangkah bagusnya

menikmati tarian, makanan dan cindera mata Tangerang terlebih dahulu.

Pusat-pusat perdagangan berskala besar juga ada di sini. Event bertarap nasional bahkan kaliber

dunia tak jarang diselenggarakan di wilayah ini. Tinggal bagaimana mengolah, mengembangkan,

mengemas dan menyajikan semua produk khas Kabupaten Tangerang, berupa seni budaya,

makanan dan kerajinan dikembangkan menjadi industri yang laku dijual.


 Upaya ke arah itu masih harus ditingkatkan lagi. Perlu gebrakan yang lebih berani. Sebab untuk

membangun industri kreatif yang berbasis pada kearifan budaya lokal tidak lah mudah. Perlu

komitmen lebih dari berbagai pihak untuk menggali dari dari bumi Tangerang selain

mengembangkan yang sudah ada. Diperlukan suatu gerakan, yang melibatkan semua komponen,

termasuk peran serta budayawan, seniman, pelaku industri kecil dan menengah, kepedulian

pengusaha kuat dan tentunya regulasi dinas instansi terkait.

Kini saatnya bagaimana topi bambu yang pernah jaya, ke depan bisa menjadi kebanggan

masyarakat Tangerang. Caranya, bisa melalui festival, lomba disain serta didukung oleh regulasi

kreatif. Sandal dan sepatu pengrajin tidak lagi menggunakan merek tertentu, tetapi mampu

melahirkan logo dan nama sendiri yang dibarengi kualitas barang. Tarian khas Cokek, bisa

mendunia. Makanan serta kerajian Khas Tangerang terus digali dan dikembangkan. Batik

Kabupaten Tangerang mampu bersaing di pasaran nasional atau dunia.

Sebatas Saran

Potensi sudah ada. Tinggal pengembangannya lebih inovatif lagi. Topi bambu misalnya. Menurut

sumber jumlah para pengrajin topi masih relative banyak. Secara berkala produk asli Urang Benteng

ini sebagian besar dibuat topi pramuka, dikirim ke Surabaya dan Makasar. Bukti peluang masih

terbuka lebar. Persoalan selanjutnya, bagaimana agar kembali menjadi andalan Tangerang. Salah

satu solusi, perlu sentuhan seni, misalkan dibuat berbagai macam topi ditambah lukisan atau bikin

versi topi Joro lengkap dengan bulu ayamnya. Kalau perlu kita datangkan jago-jago kerajinan dari

Rajapolah Tasikmalaya Jawa Barat.

Simbol-simbol khas Kabupaten Tangerang pun sebenarnya bisa menjadi bahan dasar karya-karya

kreatif. Salah satunya dalam bentuk disain gambar dalam media kaos oblong (T-shirt). Mengadopsi

Dagadunya anak Yogyakarta, atau khas Bali. Misalnya memvisualisasikan nilai-nilai heroik warga

Tangerang ketika melawan penjajah. Dapat pula mendisain Ayam Wareng, tokoh-tokoh kharismatik

seperti Aria Wangsakara dll. Tentunya dalam versi anak muda, karena pasar utama adalah

kelompok mereka. Gedung dan mesjid bersejarah semuanya bisa digali lagi.
Kreatifitas lainnya, kerajinan yang tersebar di wilayah dinventalisir kemudian diadakan kajian dari

aspek sosio-kulturalnya. Libatkan kelompok dan konunitas tertentu untuk memberikan gagasan,

kemudian divisualisasikan dalam berbagai karya. Termasuk kreasi limbah industri yang tak terbilang

banyaknya.

Paket Wisata

Pengembangan produk lokal berbasis ekonomi kerakyatan, erat kaitannya dengan industri

pariwisata. Dua bidang saling menunjang, satu sama lain. Barang souvenir lebih cenderung

memenuhi rasa estetika. Karenanya  karya seni, biasanya mempunyai nilai tinggi, pasar potensinya

dari kalangan menengah ke atas. Walaupun demikian, kita tetap bisa memberikan alternatif pilihan

kepada kelompok masyarakat menengah ke bawah, dengan harga terjangkau. Secara psikologi

wisatawan baik lokal terlebih macanegara, ketika melakukan aktivitas wisata cenderung

menggunakan uangnya untuk memenuhi hasrat kepuasan batinnya, daripada pemenuhan

kebutuhan secara ekonomi. Hal ini merupakan peluang untuk memasarkan semua jenis produk

masyarakat.

Jadi sektor wisata pun harus terus ditingkatkan. Potensi wisata alam pantura, Solear, danau Biru

Cisoka dan tempat lainnya perlu pembenahan. Barangkali juga perlu dirintis, disain kampung wisata

bambu seperti beberapa daerah telah mengembangkannya. Situs warisan sejarah Islam, etnis Tiong

Hoa dan cagar budaya lainnya lebih ditata. Festival budaya dan seni, termasuk partisipasi

sastrawan dan penulis terus dipacu. Kajian penggalian akar budaya Tangerang, melibatkan

kalangan perguruan tinggi dan peneliti, sehingga mutiara yang mungkin masih ada dalam perut

bumi Tangerang, bisa di eksplorasi lebih dalam lagi melalui berbagai seminar atau work shop.

Edukasi kepada masyarakat melalui berbagai media, perlu terus digalakan. Sanggar seni dan

kelompok budayawan, sastrawan secara periodik diajak bicara dan berkarya. Komunitas ini

biasanya memiliki idealism dan fanatisme sekaligus memiliki ide brilian, walaupun kadang mereka

kontroversi.
Dalam jangka panjang, sebaiknya peserta didik dari mulai PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

hingga perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Tangerang, diberikan pemahaman tentang kearifan

budaya lokal. Supaya mereka mengetahui sekaligus mencitai serta mengapresiasi wilayah dimana

tinggal.

Dengan motto one spirit, one team dan one goal, menuju Tangerang Gemilang. Tidak ada persoalan

yang tidak bisa dicarikan solusinya. Karena setiap kesulitan, pasti ada jalan. Mari …..!

Anda mungkin juga menyukai