Anda di halaman 1dari 21

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN


CYBERBULLYING DALAM UPAYA PEMBAHARUAN HUKUM
PIDANA

Friskilla Clara S.A.T*, Eko Soponyono, AM. Endah Sri Astuti


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : friskillaclaras@gmail.com

Abstrak
Perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi selain menimbulkan
dampak positif juga menimbulkan dampak negatif salah satunya adalah cyberbullying.
Cyberbullying merupakan suatu bentuk perluasan dari bullying yang berupa perbuatan intimidasi
yang dilakukan di dunia maya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang
kebijakan hukum pidana terhadap masalah cyberbullying pada saat ini di Indonesia dan kebijakan
hukum pidana penanggulangan cyberbullying dalam upaya pembaharuan hukum pidana.
Kebijakan hukum pidana terhadap masalah cyberbullying pada saat ini di Indonesia diidentifikasi
dengan KUHP dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Dalam KUHP yang berlaku saat ini dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terdapat beberapa pasal yang berkaitan dengan bentuk
cyberbullying. Perlu dicermati bahwa terdapat banyak kelemahan ketentuan pidana yang diatur
dalam KUHP dan UU ITE untuk menjangkau cyberbullying. Kebijakan hukum pidana dalam
upaya penanggulangan cyberbullying untuk pembaharuan hukum pidana dapat ditemukan dalam
Konsep KUHP dan kajian perbandingan dengan negara lain terhadap cyberbullying, sehingga
dengan adanya pembentukan KUHP yang baru serta melakukan perbandingan dapat menjadi acuan
atau pertimbangan dan memberikan masukan untuk menanggulangi cyberbullying di Indonesia.
Kata kunci : Kebijakan Hukum Pidana, Cyberbullying, Pembaharuan Hukum Pidana

Abstract
Developments in the field of information and communication technology in addition to a
positive impact also negative impact, one of which is cyberbullying. Cyberbullying is a form of
bullying in the form of extension of the bullying acts committed in cyberspace.The purpose of this
paper is to know about the criminal law policy against cyberbullying problem in Indonesia and
cyberbullying prevention of criminal law policy in the effort to reform the criminal law.Criminal
law policy against cyberbullying problem in Indonesia identified in the current Criminal Code and
Law No. 11 Year 2008 on Information and Electronic Transactions. In the current Criminal Code
and Law No. 11 Year 2008 on Information and Electronic Transaction, there are several articles
relating to the form of cyberbullying. It should be noted that there are many weaknesses of the
criminal provisions set out in the Criminal Code and the Act ITE to reach cyberbullying. Criminal
law policy in the fight against cyberbullying to reform criminal law can be found in the Concept of
the Criminal Code and comparative studies with other countries against cyberbullying, so that
with the formation of a new Criminal Code and do a comparison can be a reference or
consideration and provide feedback to handle cyberbullying in Indonesia.
Keywords : Criminal Law Policy, Cyberbullying, Criminal Law Reform

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN pidana yang dilakukan di cyberspace


termasuk tindak pidana siber (cyber
Globalisasi telah menjadi crime).3
pendorong lahirnya era Salah satu kejahatan yang terjadi
perkembangan teknologi informasi. di dunia maya yang merupakan
Perkembangan teknologi yang saat permasalahan sekarang ini yaitu
ini sangat mempengaruhi kehidupan cyberbullying. Cyberbullying yaitu
masyarakat dunia salah satunya salah satu bentuk intimidasi yang
adalah internet. menggunakan teknologi informasi
Seiring dengan perkembangan dan komunikasi untuk keperluan
kebutuhan masyarakat di dunia, yang disengaja, dilakukan terus
teknologi informasi (information menerus, dengan tujuan untuk
technology) memegang peran merugikan orang lain dengan cara
penting. Berdasarkan data dari mengintimidasi, mengancam,
Internet World Stats per tanggal 30 menyakiti/ menghina harga diri
Juni 2015 jumlah penduduk orang lain, hingga menimbulkan
Indonesia yang menggunakan permusuhan oleh seorang individu
internet meningkat mencapai 70 juta atau kelompok.
orang dari total penduduk Indonesia Adapun jenis dari Cyberbullying
255.993.674 orang atau dengan menurut Willard yaitu flaming (pesan
tingkat penetrasi 28,5%.1 dengan amarah), harrasment
Sebagai akibat dari (gangguan), denigration
perkembangan yang demikian, maka (pencemaran nama baik),
secara lambat laun, teknologi impersonation (peniruan), outing
informasi dengan sendirinya juga (penyebaran), trickery (tipu daya),
telah mengubah perilaku masyarakat. exclusion (pengeluaran), dan
Sehingga dapat dikatakan teknologi cyberstalking.4
informasi saat ini telah menjadi Penelitian yang dilakukan oleh
pedang bermata dua, karena selain Badan Litbang SDM, Kementerian
memberikan kontribusi bagi Komunikasi dan Informatika yang
peningkatan kesejahteraan, didukung oleh UNICEF tentang
kemajuan,sekaligus menjadi sarana “Studi Penggunaan Internet di
efektif perbuatan melawan hukum.2 kalangan anak-anak dan remaja di
Kejahatan yang timbul dari Indonesia” yang dirilis pada tahun
penggunaan media internet dapat 2014 menyebutkan persentase yang
berupa kejahatan jenis baru dan relatif tinggi anak-anak menjadi
dapat pula berupa kejahatan yang korban cyberbullying. Hanya 42%
sudah ada sejak lama tetapi responden menyadari risiko ditindas
bentuknya meluas. Semua tindak

1 3
Internet World Stats Usage and Population Sigid Suseno, Yurisdiksi Tindak Pidana
Statistics, Alphabetical List of Countries, Siber, (Bandung: Rafika Aditama, 2012),
diakses dari halaman 2.
4
http://www.internetworldstats.com , pada Nancy E. Willard, Cyberbullying and
tanggal 15 November 2015. Cyberthreats: Responding to the Challenge
2
Ahmad Ramli, Cyber Law Dan HAKI- of Online Aggression, Threats, and Distress,
Dalam Sistem Hukum Indonesia, (Bandung: United States, Research Press, 2007, page
Rafika Aditama, 2004), halaman 1. 255-267.

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

secara online, dan diantara mereka lebih spesifik mengenai


13% telah menjadi korban selama cyberbullying.
tiga bulan sebelumnya 5.
Dalam pendekatan sarana penal
Sebuah penelitian yang atau kebijakan hukum pidana, maka
dilakukan oleh Ditch The Label, harus ada kebijakan formulasi dalam
salah satu gerakan amal terbesar di upaya penanggulangan cyberbullying
Inggris yang melibatkan lebih dari yang lebih efektif.
10.000 remaja di Inggris
mengungkapkan bahwa 7 dari 10 Berdasarkan uraian diatas, maka
remaja di Inggris pernah menjadi dapat dirumuskan beberapa
korban cyberbullying, 37% remaja permasalahan sebagai berikut :
sering mengalami cyberbullying, 1. Bagaimana kebijakan hukum
20% remaja pernah mengalami pidana terhadap masalah
cyberbullying yang bersifat extreme.6 Cyberbullying pada saat ini di
Di Indonesia kasus mengenai Indonesia?
cyberbullying tidak semua dapat 2. Bagaimana kebijakan hukum
terdata dikarenakan faktor pidana penanggulangan
banyaknya korban cyberbullying Cyberbullying dalam upaya
yang lebih memilih diam dan tidak pembaharuan hukum pidana?
melaporkan kasus tersebut. Dengan
semakin banyaknya kasus kejahatan II. METODE
di dunia maya maka ruang lingkup Metode pendekatan yang
hukum harus dipeluas untuk digunakan dalam penelitian ini
menjangkau perbuatan-perbuatan adalah metode pendekatan yuridis
tersebut. Di Indonesia terdapat normatif. Pendekatan yuridis
Undang-Undang Nomor 11 Tahun normatif adalah penelitian terhadap
2008 tentang Informasi dan data sekunder di bidang hukum yang
Transaksi Elektronik yang digunakan menyangkut bahan hukum primer,
untuk mengakomodasi perbuatan di yaitu berbagai instrumen hukum dan
dunia maya. Setelah UU ITE berlaku peraturan perundang-undangan dan
diharapkan tindak pidana siber dapat bahan hukum sekunder lainnya
diselesaikan dengan memadai. berupa hasil karya ilmiah para
Perkembangan cyberbullying melalui sarjana.7 Dalam penelitian ini
situs-situs jejaring sosial terus dilakukan juga suatu penelitian yang
meningkat jumlahnya, Hal ini bersifat komparatif (perbandingan).
menunjukkan perlu adanya kebijakan
umum dan upaya perlindungan yang Spesifikasi penelitian yang
digunakan oleh penulis berupa
penelitian yang bersifat deskriptif
analitis. Teknik pengumpulan data
5
Haryati, Cyberbullying Sisi Lain Dampak dalam penelitian ini menggunakan
Negatif Internet, 2014, halaman 55.
6
Ditch The Label, The Cyberbullying
data sekunder yang dilakukan dengan
Survey, diakses dari
7
http://www.ditchthelabel.org/the-cyber- Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi
bullying-survey-2013/ , pada tanggal 7 Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta :
Februari 2016. Ghalia Indonesia, 1988), halaman 20.

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penelitian kepustakaan. Data Untuk mengetahui mengenai


sekunder diperoleh dari bahan cyberbullying lebih lanjut, harus
hukum primer, bahan hukum diketahui bahwa cyberbullying
sekunder dan bahan hukum tersier. merupakan salah satu bentuk dari
Bahan hukum primer yang bullying. Bullying adalah bentuk
digunakan dalam penelitian ini kekerasan dan intimidasi yang
adalah Kitab Undang-Undang dilakukan oleh seseorang atau
Hukum Pidana (KUHP) dan Undang- sekelompok orang secara terus
Undang Nomor 11 Tahun 2008 menerus dengan tujuan menindas
tentang Informasi dan Transaksi korban membuat korban menjadi
Elektronik. Bahan hukum sekunder terluka, kehilangan kepercayaan diri,
yang digunakan adalah RUU KUHP, atau terbunuh karakternya.
Peraturan negara lain, buku atau Bullying mempunyai tiga unsur
artikel yang berkaitan dengan yang mendasar yaitu perilaku yang
pembahasan. Bahan hukum tersier bersifat menyerang (agresif) dan
yang digunakan adalah karya ilmiah, negatif, dilakukan secara berulang
kamus hukum, informasi dari kali, dan adanya ketidakseimbangan
website, dan lain-lain. Metode kekuatan antara pihak yang terlibat.9.
analisis data yang digunakan sebagai
dasar penarikan kesimpulan dalam Terdapat beberapa perbedaan
penelitian ini adalah metode analisis antara bullying tradisional dengan
kualitatif. cyberbullying, cyberbullying
dilakukan dengan menggunakan
media elektronik di dunia maya.
Dampak dari cyberbullying itu
III. HASIL DAN PEMBAHASAN sendiri bukanlah merupakan akibat
A. Kebijakan Hukum Pidana yang mengganggu fisik secara
Penanggulangan Cyberbullying langsung, tetapi menyangkut
Pada Saat Ini Di Indonesia gangguan psikis, psikologis dan
Cyberbullying merupakan mental.
dampak negatif dari penggunaan Ada beberapa pasal dalam
teknologi informasi yang semakin KUHP yang berkaitan dengan
berkembang. Menurut Mason,8 bullying. KUHP tidak menggunakan
cyberbullying is an individual or a istilah intimidasi, tetapi perbuatan
group willfully using information and yang berkaitan dengan bullying yaitu
communication involving electronic salah satunya penganiayaan, dapat
technologies to facilitate deliberate dilihat dalam Pasal 351 KUHP.
and repeated harassment or threat to Penganiayaan adalah tiap perbuatan
another individual or group by yang dilakukan dengan sengaja dan
sending or posting cruel text and/or ditujukan kepada orang lain dan yang
graphics using technological means.
9
Dan Olweus, Bullying at school: What We
Know and What We Can Do. Oxford,
Blackwell. 1993, page 9, diakses dari
8
Mason, K.L, Cyberbullying: A preliminary (http://books.google.co.id/books?id=0Fz1jD
assesment for school personnel. Psychology 9paoQC&printsec=frontcover#v=onepage&
in the Schools, 2008, page 323. q&f=false), pada tanggal 6 Januari 2016.

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

mengakibatkan sakit atau luka (elke kejahatan di dunia maya, dibutuhkan


opzettelijke veroorzaking van pijn of payung hukum untuk menanggulangi
letsel).10 Dengan kata lain, kondisi perkembangan teknologi ini.
penganiayaan merupakan suatu Perlunya suatu peraturan perundang-
perbuatan yang mengharuskan undangan pidana yang sesuai dengan
adanya kontak fisik karena akibat keadaan dan situasi pada saat ini dan
dari perbuatan penganiayaan juga untuk masa-masa yang akan datang.
berpengaruh pada fisik dan dapat
menyebabkan adanya luka fisik. Usaha untuk membuat atau
merumuskan suatu perundang-
Adapun pasal lain dalam KUHP undangan yang baik merupakan
yang berkaitan dengan bullying yaitu makna dari kebijakan hukum pidana.
mengenai kekerasan pada Pasal 170, Kebijakan hukum pidana dapat
Pasal 336, dan Pasal 368 KUHP. mencakup ruang lingkup kebijakan
Pada pasal-pasal dalam KUHP di bidang hukum pidana materiil
seringkali kekerasan dikaitkan (substantif), di bidang hukum pidana
dengan ancaman. Dengan demikian formal dan bidang hukum
dapat disimpulkan bahwa kekerasan pelaksanaan pidana. Pada penelitian
dapat berbentuk fisik dan nonfisik ini akan dilakukan pembahasan yang
(ancaman kekerasan).11 Hal ini juga dititikberatkan kepada kebijakan di
dapat dilihat dari adanya perluasan bidang hukum pidana materiil
dari kekerasan yang dapat dilihat (substantif).
dalam UU Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Mengacu pada penjelasan
Dalam Rumah Tangga yang terdapat mengenai cyberbullying yang telah
dalam Pasal 5 yang menyebutkan dijelaskan diatas, maka ada beberapa
bahwa kekerasan dapat dilakukan Peraturan Perundang-Undangan di
dengan cara kekerasan fisik, Indonesia yang mengatur secara
kekerasan psikis, kekerasan seksual, tidak langsung dan berkaitan dengan
dan penelantaran rumah tangga. cyberbullying yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
Cyberbullying memang
merupakan suatu bentuk baru dari A. Kitab Undang-Undang Hukum
bullying, tetapi tidak semua Pidana (KUHP)
pengaturan hukum yang dapat
digunakan untuk bullying dapat KUHP merupakan sistem induk
digunakan secara langsung untuk bagi peraturan-peraturan hukum
menjerat cyberbullying. Dengan pidana di Indonesia. KUHP memang
semakin berkembangnya teknologi dibuat jauh sebelum adanya
dan semakin besarnya peluang terjadi perluasan tindak pidana di dunia
maya. Dalam pembahasan di KUHP
ini, hanya akan dibahas mengenai
10
Prof. Sudarto, SH, Hukum Pidana I, bentuk-bentuk perbuatan yang
(Semarang: Yayasan Sudarto Fakultas berkaitan dengan bentuk
Hukum Undip, 2009), halaman 89. cyberbullying yang terdapat dalam
11
Guse Prayudi, SH, Berbagai Aspek Tindak beberapa pasal sebagai berikut.
Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
halaman 58.

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

1. Pasal 310 KUHP itu mengetahui atau


(1) “Barangsiapa sengaja menyadari tentang apa yang
menyerang kehormatan atau dilakukan itu.12
nama baik seorang, dengan - Menyerang kehormatan
menuduh suatu hal, yang atau nama baik seorang
maksudnya terang supaya Unsur perbuatan menyerang
hal itu diketahui umum, berupa perbuatan menyerang
diancam, karena dengan ucapan (Pasal 310
pencemaran, dengan pidana ayat (1)) atau dengan tulisan
penjara paling lama atau gambar (Pasal 310 ayat
sembilan bulan atau denda (2)) yang isinya menuduhkan
paling banyak tiga ratus melakukan perbuatan tertentu
rupiah. yang ditujukan pada nama
(2) Jika hal itu dilakukan baik dan kehormatan
dengan tulisan atau seseorang yang dapat
gambaran yang disiarkan, menimbulkan akibat harga
dipertunjukkan atau diri atau martabat orang yang
ditempelkan di muka umum, dituduh dicemarkan atau
maka yang bersalah, karena direndahkan atau
pencemaran tertulis, dipermalukan.
diancam pidana penjara - Dengan menuduh suatu hal
paling lama satu tahun Perbuatan menyerang
empat bulan atau denda kehormatan atau nama baik
paling bayak tiga ratus seseorang disini dilakukan
rupiah.” dengan jalan menuduhkan
suatu hal. Hal yang
Unsur-unsur tindak pidana yang dituduhkan itu haruslah suatu
terkandung di dalamnya adalah hal yang jelas dan konkret,
sebagai berikut : tidak boleh samar dan tanpa
- Dengan sengaja bentuk. Perbuatan yang
Unsur dengan sengaja dituduhkan itu tidak perlu
merupakan bagian dari unsur suatu perbuatan pidana
kesalahan. Untuk dapat seperti mencuri,
mengetahui arti kesengajaan, menggelapkan, berzina dan
M.v.T (Memorie van sebagainya, akan tetapi cukup
Toelichting) memalukan bagi yang
mengartikan“kesengajaan” berkepentingan bila
(opzet) sebagai “menghendaki diumumkan. Menuduhkan
dan mengetahui” (willens en suatu perbuatan atau hal
wetens). Jadi dapat dikatakan tertentu merupakan unsur
bahwa sengaja berarti keadaan yang menyertai
menghendaki dan mengetahui perbuatan sehingga dapat
apa yang dilakukan. Orang juga disebut unsur cara
yang melakukan perbuatan menyerang nama baik dan
dengan sengaja menghendaki
perbuatan itu dan di samping 12
Prof. Sudarto, SH, Op.cit, halaman 171.

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kehormatan orang. Untuk atau dilihat oleh orang lain. 15


membuktikan telah selesainya Sifat pencemaran melalui
perbuatan menyerang, sama tulisan atau gambar dinilai
halnya dengan membuktikan oleh pembentuk undang-
wujud nyata menuduhkan undang sebagai faktor
suatu perbuatan konkret memperberat. Karena dari
tertentu telah selesai tulisan atau gambar, isi
13
dilakukan. perbuatan yang dituduhkan
- Dengan maksud terang yang sifatnya mencemarkan,
supaya hal itu diketahui dapat meluas sedemikian rupa
umum dan dalam jangka waktu yang
Unsur maksud terang supaya lama (selama tulisan atau
hal itu diketahui umum bukan gambar itu ada dan tidak
sekedar kesadaran pembuat dimusnahkan).
bahwa isi tuduhan akan
diketahui umum tetapi 2. Pasal 315 KUHP
menegaskan bahwa pada “Tiap-tiap penghinaan dengan
pencemaran diperlukan sengaja yang tidak bersifat
tujuan/kehendak bahwa pencemaran atau pencemaran
perbuatan yang dituduhkan tertulis, yang dilakukan terhadap
akan benar-benar diketahui seorang, baik di muka umum
umum, ada niat/kehendak dengan lisan atau tulisan,
menghinakan orang. maupun di muka orang itu
Unsur ini dalam sendiri dengan lisan atau
penerapannya memerlukan perbuatan, atau dengan surat
kecermatan karena harus yang dikirimkan atau
dapat dibuktikan “maksud diterimakan kepadanya, diancam
nyata untuk menyiarkan”14 karena penghinaan ringan,
- Jika hal itu disiarkan dengan pidana penjara paling
dengan tulisan atau lama empat bulan dua minggu
gambaran yang disiarkan, atau denda paling banyak tiga
dipertunjukkan atau ratus rupiah.”
ditempelkan di muka
umum. Unsur-unsur tindak pidana yang
Pasal 310 ayat (2) merupakan terkandung di dalamnya adalah
kualifikasi untuk pencemaran sebagai berikut :
melalui tulisan atau - Penghinaan dengan sengaja
gambaran. Kata-kata yang tidak bersifat
disiarkan, dipertunjukkan pencemaran atau
atau ditempelkan semua pencemaran tertulis
bermakna agar dapat dibaca Unsur penghinaan yang tidak
bersifat pencemaran atau
13
Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Tindak pencemaran tertulis artinya
Pidana Informasi dan Transaksi Elektronik,
15
(Malang: Bayumedia Publishing, 2011), Leden Marpaung, SH, Tindak Pidana
halaman 89. Terhadap Kehormatan, (Jakarta: Raja
14
Ibid, halaman 90. Grafindo Persada, 1997), halaman 19.

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

harus tidak terdapatnya menggunakan gerakan dari


sesuatu yang menjadi sifat tubuh yang dapat diarahkan
atau ciri pencemaran atau langsung kepada orang yang
pencemaran tertulis. dituju atau perbuatan tidak
Perbuatan menyerang diarahkan kepada korban
kehormatan atau nama baik tetapi jelas mengandung sifat
orang oleh si pembuat penghinaan terhadap korban.
penghinaan ringan haruslah - Dengan surat yang
tidak dengan jalan menuduh dikirimkan atau
suatu perbuatan, perbuatan diterimakan kepadanya
tidaklah ditujukan pada Surat yang dikirimkan atau
maksud agar diketahui umum diterimakan kepada seseorang
melainkan langsung pada harus merupakan surat yang
maksud menyakiti hati orang, isinya bersifat menghina yang
menyinggung perasaan orang tidak bersifat pencemaran
yang dituju. Jadi penghinaan tertulis.
ringan ini lebih mudah
terwujud karena dapat berupa KUHP mensyaratkan adanya
perkataan kasar atau memaki pengaduan untuk dapat dilakukannya
orang lain sudah termasuk penuntutan yaitu pada Pasal 319
penghinaan ringan.16 yang menyebutkan bahwa
- Dilakukan terhadap penuntutan hanya dapat dilakukan
seorang baik di muka jika ada pengaduan oleh orang yang
umum dengan lisan atau menjadi korban. KUHP memang
tulisan mengatur mengenai bentuk-bentuk
Bahwa menyerang dari perbuatan cyberbullying yaitu
kehormatan dan nama baik seperti pencemaran nama baik
orang itu dilakukan dengan seseorang untuk mempermalukan
cara menunjukkan tulisan orang tersebut dan penghinaan
pada banyak orang atau terhadap orang lain, tetapi terdapat
menempelkannya di tempat hal-hal yang tidak dapat dijangkau
umum, atau dengan oleh KUHP untuk menjerat
menyebarkan dengan cara cyberbullying karena KUHP
apapun. merupakan pengaturan untuk
- Di muka orang itu sendiri menjerat perbuatan yang dilakukan
dengan lisan atau di dunia nyata sedangkan
perbuatan cyberbullying merupakan perbuatan
Dengan lisan di muka orang yang dilakukan di dunia maya.
itu sendiri dilakukan dengan Cyberbullying yang mempunyai ciri
mengucapkan kata atau khusus tidak diatur secara jelas
kalimat secara langsung di dalam KUHP, KUHP hanya memuat
hadapan orang yang dituju itu unsur menyerang melalui tulisan atau
sendiri. Dengan perbuatan gambar tetapi tidak mencakup unsur
dapat dilakukan dengan perbuatan yang berulang dan
ketidakseimbangan kekuasaan. Suatu
16
perbuatan tidak dapat langsung
Ibid, halaman 41.

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

diartikan sebagai bullying apabila ‘diketahui’. Memorie Van


tidak ada unsur-unsur mendasar Toelichting menyatakan ada 2
tersebut. Sehingga KUHP belum (dua) aspek kesengajaan ialah
dapat digunakan untuk menjerat sengaja sebagai kehendak dan
perbuatan cyberbullying. sengaja sebagai pengetahuan.
Disini sengaja berfungsi
B. Undang-Undang Nomor 11 sebagai penghubung antara
Tahun 2008 Tentang Informasi sikap batin seseorang dengan
dan Transaksi Elektronik perbuatan yang dilakukannya.
Undang-Undang Informasi dan Maka harus dapat dibuktikan
Transaksi Elektronik (UU ITE) bahwa si pembuat
merupakan hukum siber pertama menghendaki untuk
Indonesia dan pembentukannya melakukan tindak pidana
bertujuan untuk memberikan tersebut dan perbuatan yang
kepastian hukum bagi masyarakat dilakukannya mengandung
yang melakukan transaksi secara sifat melawan hukum.17
elektronik, mendorong pertumbuhan - Tanpa hak
ekonomi, mencegah terjadinya Unsur “tanpa hak” dalam
kejahatan berbasis teknologi ketentuan pasal 27 ayat (3)
informasi dan komunikasi serta UU ITE merupakan
melindungi masyarakat pengguna perumusan unsur sifat
jasa yang memanfaatkan teknologi melawan hukum. Setiap
informasi dan komunikasi. tindak pidana mengandung
Selanjutnya akan dibahas mengenai sifat melawan hukum,
pengaturan di dalam UU ITE yang meskipun di dalam rumusan
berkaitan dengan cyberbullying. tidak dicantumkan.
Perumusan unsur-unsur
1. Pasal 27 ayat (3) tindak pidana tidak berdiri
“Setiap orang dengan sengaja sendiri selalu mempunyai
dan tanpa hak mendistribusikan hubungan dengan unsur
dan/atau mentransmisikan lainnya. Dari hubungan inilah
dan/atau membuat dapat dapat diketahui alasan
diaksesnya Informasi Elektronik tercelanya perbuatan yang
dan/atau Dokumen Elektronik dilarang dalam tindak pidana.
yang memiliki muatan Dalam hal-hal ada alasan saja
penghinaan dan/atau maka unsur melawan hukum
pencemaran nama baik.” perlu dicantumkan. Hal-hal
yang dimaksud ialah apabila
Adapun unsur-unsur tindak ada orang lain yang berhak
pidana yang terkandung adalah melakukan perbuatan yang
sebagai berikut : sama seperti tindak pidana
- Dengan sengaja yang dirumuskan UU. UU
Sengaja melakukan suatu ITE tidak memberikan
kejahatan adalah melakukan
perbuatan yang dilarang
dengan ‘dikehendaki’ dan 17
Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Op.cit,
halaman 14-15

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

keterangan mengenai dalam sehingga keadaan telah ada


hal apa perbuatan dalam Pasal pihak yang mengakses tidak
27 ayat (3) berhak dilakukan. boleh diabaikan dalam
Oleh karena itu harus dicari pertimbangan. Membuat
dari sumber hukum dapat diaksesnya merupakan
penghinaan dalam KUHP. kegiatan untuk membuat agar
Pada pencemaran terdapat data atau informasi elektronik
alasan peniadaan sifat dapat diakses orang lain, hal
melawan hukum perbuatan ini menyebabkan bahwa
(Pasal 310 ayat (3)) yaitu selesainya tindak pidana
apabila dilakukan demi apabila secara nyata dapat
kepentingan umum atau diaksesnya Informasi
karena terpaksa untuk Elektronik tersebut.19
membela diri. 18 - Memiliki muatan
- Mendistribusikan dan/atau penghinaan dan/atau
mentransmisikan dan/atau pencemaran nama baik
membuat dapat diaksesnya Penghinaan dan pencemaran
Informasi Elektronik nama baik dalam UU ITE
dan/atau Dokumen mengacu pada ketentuan
Elektronik penghinaan atau pencemaran
Mendistribusikan memiliki nama baik yang diatur
arti menyalurkan/ dalam Kitab Undang-Undang
menyebarkan secara luas Hukum Pidana (KUHP) .
Informasi dan/atau Dokumen Esensi penghinaan atau
Elektronik melalui melalui pencemaran nama baik dalam
media elektronik. UU ITE dan KUHP
Mentransmisikan memiliki ialah tindakan menyerang
arti mengirimkan, kehormatan atau nama baik
memancarkan, penyebaran orang lain dengan maksud
pesan atau meneruskan suatu untuk diketahui oleh umum.20
informasi dan sebagainya dari UU ITE tidak mengatur
seorang kepada yang lain. secara tegas bahwa Pasal 27
Mendistribusikan dan ayat (3) UU ITE merupakan
mentransmisikan mempunyai delik aduan, tetapi dilihat dari
sifat yang sama yaitu untuk Putusan Mahkamah
selesainya tindak pidana Konstitusi Nomor 50/PUU-
cukup dengan sudah VI/2008 telah ada penegasan
tersalurnya informasi itu, bahwa Pasal 27 ayat (3) UU
namun aktivitas di dunia ITE merupakan delik aduan
maya memang tidak mudah karena tidak dapat dilepaskan
diketahui/dideteksi apakah
sudah ada yang mengakses, 19
Kementerian Komunikasi dan Informatika
melihat secara virtual Republik Indonesia, 101 Tanya Jawab
Seputar UU ITE, (Jakarta: Kominfo, 2013),
halaman 45
18 20
O.C. Kaligis, Penerapan Undang-Undang Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Op.cit,
Nomor 11 Tahun 2008, halaman 190-191. halaman 73-75.

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dari norma hukum pokok KUHP. Tindak pidana pada


dalam Pasal 310 KUHP yang pasal 27 ayat (4) UU ITE
mensyaratkan pengaduan merupakan bentuk khusus
untuk dapat dituntut. dari pemerasan (Pasal 368
KUHP) dan pengancaman
2. Pasal 27 ayat (4) (Pasal 369 KUHP).
“Setiap orang dengan sengaja Pemerasan dan pengancaman
dan tanpa hak mendistribusikan dalam KUHP mempunyai
dan/atau mentransmisikan unsur yang sama yaitu dengan
dan/atau membuat dapat maksud untuk
diaksesnya Informasi Elektronik menguntungkan diri sendiri
dan/atau Dokumen Elektronik atau orang lain, secara
yang memiliki muatan melawan hukum, dan
pemerasan dan/atau memaksa seseorang. Letak
pengancaman.” perbedaannya terdapat pada
cara melakukan pemaksaan
Adapun unsur-unsur tindak tersebut. 21
pidana yang terkandung di Pada pasal pemerasan cara
dalam Pasal 27 ayat (4) UU ITE memaksanya dilakukan
adalah sebagai berikut : dengan kekerasan dan
- Dengan sengaja ancaman kekerasan. Cara
- Tanpa hak memaksa dengan kekerasan
- Mendistribusikan dan/atau tidak dapat dilakukan melalui
mentransmisikan dan/atau dunia maya karena sifatnya
membuat dapat diaksesnya yang berupa perbuatan fisik
Informasi Elektronik yang dilakukan secara
dan/atau Dokumen langsung pada orang yang
Elektronik dipaksa sedangkan dengan
- Memiliki muatan ancaman kekerasan dapat
pemerasan dan/atau dilakukan melalui
pengancaman. pemanfaatan teknologi ITE.
Pembahasan unsur Pengancaman yang dilakukan
dengan sengaja, tanpa hak, dengan memaksa orang lain
dan mendistribusikan menggunakan cara
dan/atau mentransmisikan pemaksaan dengan ancaman
dan/atau membuat dapat pencemaran dan ancaman
diaksesnya informasi membuka rahasia.
elektronik dan/atau
dokumen elektronik sudah 3. Pasal 28 ayat (2)
dibahas dalam pembahasan “Setiap orang dengan sengaja
pasal diatas. dan tanpa hak menyebarkan
Dari sudut letak sifat informasi yang ditujukan untuk
larangannya Pasal 27 ayat (4) menimbulkan rasa kebencian
UU ITE mengacu pada
pemerasan dan pengancaman
21
dalam Bab XXIII Buku II Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Op.cit,
halaman 119.

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

atau permusuhan individu masyarakat untuk membenci


dan/atau kelompok masyarakat atau melakukan anarki
tertentu berdasarkan atas suku, terhadap kelompok tertentu,
agama, ras, dan antargolongan maka Pasal 28 ayat (2) UU
(SARA).” ITE ini secara langsung dapat
dipergunakan untuk menjerat
Adapun unsur-unsur tindak pelaku yang menuliskan
pidana yang terkandung di status tersebut.22
dalam Pasal 28 ayat (2) UU ITE
adalah sebagai berikut : 4. Pasal 29
- Dengan sengaja “Setiap orang dengan sengaja
- Tanpa hak dan tanpa hak mengirimkan
- Menyebarkan informasi Informasi Elektronik dan/atau
- Ditujukan untuk Dokumen Elektronik yang berisi
menimbulkan rasa ancaman kekerasan atau
kebencian atau menakut-nakuti yang ditujukan
permusuhan individu secara pribadi.”
dan/atau kelompok
masyarakat tertentu Adapun unsur-unsur tindak
berdasarkan atas suku, pidana yang terkandung di
agama, ras, dan dalam Pasal 29 UU ITE adalah
antargolongan (SARA). sebagai berikut :
Perumusan unsur dengan - Dengan sengaja
sengaja dan tanpa hak sudah - Tanpa hak
dibahas dalam pembahasan - Mengirimkan Informasi
diatas. Tujuan pasal 28 ayat Elektronik dan/atau
(2) UU ITE ini adalah Dokumen Elektronik
mencegah terjadinya - Berisi ancaman kekerasan
permusuhan, kerusuhan, atau atau menakut-nakuti yang
bahkan perpecahan yang ditujukan secara pribadi
didasarkan pada SARA akibat
informasi negatif yang Mengenai unsur dengan
bersifat provokatif. Unsur sengaja dan tanpa hak sudah
‘ditujukan untuk’ dapat dibahas diatas. Perbuatan
diartikan bahwa suatu mengirimkan informasi dan
perbuatan menyebarkan dokumen elektronik
informasi ditujukan agar merupakan bagian atau wujud
timbul rasa kebencian dan dari mendistribusikan dan/
sebagainya. Contoh atau mentransmisikan.
penerapannya adalah apabila Informasi dan/atau dokumen
seseorang menuliskan status elektronik yang berisi
dalam jejaring sosial ancaman kekerasan atau
informasi yang berisi menakut-nakuti menimbulkan
provokasi terhadap rasa takut, cemas, khawatir
suku/agama tertentu dengan akan suatu hal yang berupa
maksud menghasut 22
Ibid, Halaman 129- 131.

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kekerasan atau hal yang bullying apabila dilakukan secara


membuatnya takut akan berulang-ulang serta adanya
terjadi.23 Hal ini terjadi pada ketidakseimbangan kekuasaan,
korban cyberbullying, dimana sehingga dengan adanya unsur
cyberbullying dapat ditujukan mendasar tersebut belum tentu semua
untuk membuat seseorang perbuatan menghina seseorang dapat
merasa takut dan menderita dikatakan sebagai bullying atau
tekanan batiniah dan dapat cyberbullying. Sehingga untuk
menimbulkan suatu trauma. memberantas perbuatan
Perbuatan mengancam dan cyberbullying, perumusan yang tidak
menakut-nakuti dalam pasal jelas akan menyulitkan dalam hal
ini haruslah merupakan menanggulangi cyberbullying.
perbuatan yang ditujukan Mengacu pada pembahasan diatas,
secara pribadi. Bentuk maka dapat disimpulkan bahwa
cyberbullying yang sesuai kebijakan hukum pidana dalam
dengan pasal 29 UU ITE ini upaya penanggulangan cyberbullying
merupakan cyberbullying pada saat ini di Indonesia tidak diatur
yang berupa harrassment dan secara eksplisit. Oleh karena itu
cyberstalking, perbuatannya dibutuhkannya suatu pengaturan baru
berupa berulang kali atau yang dapat digunakan untuk
terus menerus mengirimkan menanggulangi cyberbullying di
pesan yang mengganggu dan Indonesia.
juga ancaman-ancaman yang
dapat mengganggu jiwa B. Kebijakan Hukum Pidana
korban dan ketakutan besar Penanggulangan Cyberbullying
pada orang tersebut. Dalam Upaya Pembaharuan
Hukum Pidana
Cyberbullying yang telah Upaya pembaharuan hukum di
dibahas menggunakan KUHP dan Indonesia yang sudah dimulai sejak
UU ITE memiliki beberapa lahirnya UUD 1945 tidak dapat
persamaan yaitu bahwa setiap pasal dilepaskan dari landasan dan
memuat adanya unsur kesengajaan. sekaligus tujuan nasional yang ingin
KUHP dan UU ITE mempunyai dicapai seperti telah dirumuskan
kesamaan juga dalam hal perbuatan dalam Pembukaan UUD 1945.
yang bersifat menyerang. Dalam
KUHP dan UU ITE menyerang yang A. Rancangan Undang-Undang
dimaksud adalah menyerang Kitab Undang-Undang Hukum
kehormatan dan nama baik Pidana
seseorang serta menyerang kejiwaan Rancangan Undang-Undang
seseorang. Tetapi untuk perbuatan Kitab Undang-Undang Hukum
cyberbullying masih banyak hal yang Pidana terdiri dari 2 (dua) buku,
tidak termuat dalam KUHP maupun yaitu Buku I mengenai Ketentuan
UU ITE yaitu dalam hal penegasan Umum dan Buku II mengenai Tindak
bahwa perbuatan bullying di dunia Pidana Dalam RUU KUHP tidak
maya ini dapat dikatakan sebagai juga secara langsung mengatur
23
mengenai perbuatan intimidasi di
Ibid, Halaman 137.

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dunia maya (cyberbullying). RUU menjangkau delik penghinaan


KUHP hanya memuat perbuatan- dan pencemaran nama baik yang
perbuatan yang berkaitan dengan dilakukan di dunia siber karena
bentuk-bentuk dari cyberbullying unsur “di muka umum” tersebut.
yang terdapat dalam beberapa pasal 24
Adanya unsur “di tempat
sebagai berikut : umum” dapat digunakan untuk
menjangkau dunia maya karena
1. Pasal 537 melalui perluasan tempat
(1) Setiap orang yang dengan terjadinya tindak pidana, dunia
lisan menyerang maya sudah menjadi tempat
kehormatan atau nama baik umum dimana banyak orang
orang lain dengan cara melakukan interaksi, transaksi,
menuduhkan suatu hal, komunikasi dan mencari
dengan maksud supaya hal informasi.
tersebut diketahui umum,
dipidana karena 2. Pasal 540
pencemaran, dengan pidana “Penghinaan yang tidak bersifat
penjara paling lama 1 (satu) penistaan atau penistaan tertulis
tahun atau pidana denda yang dilakukan terhadap
paling banyak Kategori II. seseorang baik di muka umum
(2) Jika tindak pidana dengan lisan atau tulisan,
sebagaimana dimaksud pada maupun di muka orang yang
ayat (1) dilakukan dengan dihina tersebut secara lisan atau
tulisan atau gambar yang dengan perbuatan atau dengan
disiarkan, dipertunjukkan, tulisan yang dikirimkan atau
atau ditempelkan di tempat diterimakan kepadanya, dipidana
umum, pembuat tindak karena penghinaan ringan,
pidana dipidana karena dengan pidana penjara paling
pencemaran tertulis, dengan lama 1 (satu) tahun atau pidana
pidana penjara paling lama denda paling banyak Kategori
2 (dua) tahun atau pidana II.”
denda paling banyak
Kategori III. Perkataan penistaan berasal
dari kata “nista”. Sebagian pakar
Pasal 537 dalam RUU KUHP menggunakan kata “celaan”.
tidak lagi menyebutkan unsur Pada Kamus Besar Bahasa
melawan hukum seperti di Indonesia, “nista” diartikan
KUHP karena setiap perbuatan sebagai hina, rendah, tidak enak
yang diatur sudah dianggap didengar, aib, cela.25 Penistaan
melawan hukum. menurut pasal ini berhubungan
KUHP yang berlaku saat ini dengan Pasal 537 yaitu
tidak merumuskan suatu mengenai pencemaran lisan dan
perbuatan yang dilakukan “di
tempat umum” tetapi “di muka 24
Ibid, Halaman 40.
umum”. Penghinaan yang diatur 25
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses
dalam KUHP tidak dapat dari http://kbbi.web.id/nista, pada tanggal 11
Mei 2016.

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pencemaran tertulis, dimana cyberbullying di Indonesia


penistaan merupakan perbuatan memerlukan kajian perbandingan
yang dilakukan untuk dengan negara-negara yang memiliki
menyerang kehormatan atau kebijakan dalam upaya
nama baik orang lain, tetapi penanggulangan cyberbullying.
perbedaan penghinaan ringan Berikut ini pembahasan kajian
dengan menista atau menista perbandingan yang meliputi 3 (tiga)
dengan tulisan adalah bahwa negara, yaitu :
pada penistaan dilakukan dengan
cara menuduh melakukan suatu 1. New Zealand
hal.26 Penghinaan disini Pengaturan yang berkaitan
dilakukan dengan mengeluarkan dengan cyberbullying di New
kata-kata yang tidak senonoh, Zealand dirumuskan dalam
perkataan yang merendahkan, Harmful Digital
misalnya anjing, sundal, dan Communications Act 2015
sebagainya, dilakukan di muka dalam Section 22 Causing
umum dengan lisan atau tulisan, Harm By Posting Digital
maupun di muka orang yang Communication
dihina tersebut secara lisan atau
dengan perbuatan atau dengan (1) A person commits an
tulisan yang dikirimkan atau offence if
diterimakan kepadanya. (a) The person posts a
digital communication
Perbuatan yang diatur dalam with the intention that it
pasal-pasal diatas mensyaratkan cause harm to a victim;
adanya pengaduan sehingga and
dikatakan bahwa delik diatas (b) Posting the
merupakan delik aduan dengan dasar communication would
pengaturan yang diatur dalam cause harm to an
Rancangan Undang-Undang Kitab ordinary reasonable
Undang-Undang Hukum Pidana pada person in the position of
Pasal 543. RUU KUHP mengatur the victim; and
mengenai dasar pertimbangan bagi (c) Posting the
hakim untuk tidak menjatuhkan communication causes
pidana penjara dengan tetap harm to the victim.
mempertimbangkan mengenai tujuan (2) In determining whether a
pemidanaan (Pasal 54) dan pedoman post would cause harm, the
pemidanaan (pasal 55). court may take into account
any factors it considers
relevant, including
B. Kajian Perbandingan Dengan (a) The extremity of the
Negara Lain language used;
(b) The age and
Kebijakan formulasi hukum characteristics of the
pidana dalam upaya penanggulangan victim;

26
Leden Marpaung, SH, Op.cit,halaman 41.

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

(c) Whether the digital New Zealand juga memberikan


communication was pengertian istilah “harm” yang
anonymous; merupakan akibat dari
(d) Whether the digital penyebaran informasi digital
communication was tersebut, “harm” berarti “serious
repeated; emotional distress” (tekanan
(e) The extent of emosial yang serius).
circulation of the
digital communication; Pengaturan lain yang
(f) Whether the digital konsen dalam penggunaan
communication is true komunikasi digital di New
or false; Zealand yaitu dalam Crimes Act
(g) The context in which 1961 yang diamandemen
the digital melalui Harmful Digital
communication Communications Act of 2015
appeared. memasukkan perumusan untuk
(3) A person who commits an perbuatan membantu dan
offence against this section membiarkan terjadinya bunuh
is liable on conviction to, diri yaitu pada Section 179
(a) In the case of a natural dengan unsur seseorang
person, imprisonment dianggap melakukan
for a term not pelanggaran apabila menghasut,
exceeding 2 years or a menasihati, mengadakan orang
fine not exceeding lain untuk bunuh diri, hal ini
$50,000; dirumuskan karena beberapa
(b) In the case of a body kasus bunuh diri atau percobaan
corporate, a fine not bunuh diri yang terjadi di negara
exceeding $200,000. lain didorong oleh faktor hasutan
(4) In this section, victim means orang lain untuk melakukan
the individual who is the bunuh diri, perbuatan ini
target of a posted digital diancam pidana tidak lebih dari
communication. 3 (tiga) tahun.
Subyek hukum pidana pada
New Zealand tidak
Undang-Undang ini yaitu orang
menggunakan perumusan istilah perseorangan dan korporasi.
cyberbullying, tetapi untuk Selain itu dapat diidentifikasikan
menjerat perbuatan intimidasi
unsur kesengajaan dalam
dalam komunikasi di dunia maya
pengaturan ini yaitu dengan
digunakan istilah harmful digital
adanya perumusan “with
communication. Dalam pasal 22
intention” yang mempunyai arti
terdapat unsur-unsur
“dengan maksud” yang berarti
pertimbangan suatu postingan
bahwa perbuatan dilakukan
dikatakan membahayakan
dengan sengaja untuk maksud
seseorang.
tertentu.
Dalam Harmful Digital
Communication yang berlaku di

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Sistem perumusan sanksi Dalam KUHP Perancis,


pidana dalam Pasal ini tidak digunakan istilah
dibedakan berdasarkan subyek cyberbullying secara langsung
hukumnya. Untuk orang tetapi digunakan penggunaan
perseorangan menggunakan istilah harassment. Dalam unsur-
sistem perumusan alternatif unsur pasalnya disebutkan
dengan melihat adanya kata mengenai tindakan melecehkan
“or”/ “atau” dengan jenis sanksi yang dapat dijatuhi pidana yaitu
pidana yaitu pidana penjara atau tindakan melecehkan apabila
pidana pidana, dan untuk dilakukan melalui perbuatan
korporasi menggunakan sistem atau kata-kata dan haruslah
perumusan tunggal dengan jenis membawa dampak bagi
sanksi pidana berupa pidana kesehatan fisik atau mental bagi
denda. Untuk orang si korban.
perseorangan, lamanya ancaman
pidana penjara adalah tidak lebih Unsur-unsur cyberbullying
dari 2 (dua) tahun atau denda dalam pasal ini dapat dilihat
tidak lebih dari $50,000, dan dengan jelas yaitu dengan
untuk korporasi pidana denda perumusan unsur adanya
tidak melebihi $200,000. perilaku berulang dan juga sifat
menyerang yang terlihat dari
2. Perancis adanya dampak pada kesehatan
Pengaturan yang berkaitan fisik atau mental dari korban.
dengan cyberbullying di Unsur cyberbullying adanya
Perancis dirumuskan dalam ketidakseimbangan kekuatan
France Penal Code dalam dapat ditafsirkan dengan adanya
Article 222-33-2. pemberatan sanksi pidana
apabila perbuatan tersebut
“Harassing an individual by dilakukan kepada anak di bawah
repetitive behaviour or words umur, pemberatan pidana juga
leading to impacts on the terdapat apabila melecehkan
physical or mental health if the tersebut dilakukan menggunakan
victim amount to one year prison sarana komunikasi online.
sentence and 15,000 euros fine.
This sanction is doubled when Sistem perumusan sanksi
such an act has been committed pidana dalam pasal ini adalah
on the person of a minor or sistem kumulatif, jenis sanksi
when it has been committed by pidana yaitu pidana penjara dan
the use of a means of online pidana denda. Lamanya
communication. If both of these ancaman pidana penjara adalah 1
circumstances occur tahun dan pidana denda €
simultaneously, the sanction 15.000. Terdapat pemberatan
would amount to a three year pidana apabila perbuatan
prison sentence and a 45,000 dilakukan kepada anak di bawah
euros fine.” umur atau melalui sarana
komunikasi yaitu 3 tahun pidana

17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penjara dan pidana denda resides, works, carries on


sebesar € 45.000 . business or happens to
be, or
3. Kanada
Pengaturan yang berkaitan d. Engaging in threatening
dengan cyberbullying di Kanada conduct directed at the
dirumuskan dalam Canada other person or any
Criminal Code dengan judul member of their family.
Offences Against the Person and
Reputation pada beberapa pasal (3) Every person who
dibawah ini. contravenes this section is
guilty of
Section 264 a. An indictable offence and
is liable to imprisonment
(1) No person shall, without
for a term not exceeding
lawful authority and
ten years; or
knowing that another
b. An offence punishable on
person is harassed or
summary conviction.
recklessly as to wether the
other person is harassed,
engage in conduct referred Section 298
to in subsection (2) that
causes that other person (1) A defamatory libel is matter
reasonably, in all the published, without lawful
circumstances, to fear for justification or excuse, that
their safety or the safety of is likely to injure the
anyone known to them reputation of any person by
exposing him to hatred,
(2) The conduct mentioned in contempt or ridicule, or that
subsection (1) consists of is designed to insult the
person of or concerning
a. Repeatedly following whom it is published.
from place to place the
(2) A defamatory libel may be
other person or anyone
expressed directly or by
known to them.
insinuation or irony
b. Repeatedly a) in words legibly marked
communicating with, on any substance; or
either directly or
indirectly, the other b) by any object signifying a
person or anyone known defamatory libel
to them. otherwise than by words.

c. Besetting or watching the Section 299


dwelling house, or place A person publishes a libel when
where the other person, he
or anyone know to them
a) exhibits it in public;

18
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

b) causes it to be read or seen; dirinya atau keselamatan orang


or yang mereka kenal.
c) shows or delivers it, or
causes it to be shown or Sistem perumusan sanksi
delivered, with intent that it pidana dalam KUHP Kanada
should be read or seen by adalah sistem perumusan
the person whom it defames tunggal dengan pidana penjara.
or by any other person. Lamanya ancaman pidana
penjara untuk perbuatan yang
Section 300 berupa pelecehan adalah tidak
lebih dari 10 (sepuluh) tahun dan
Every one who publishes a
untuk perbuatan fitnah
defamatory libel that he knows is
memfitnah yang tidak benar
false is guilty of an indictable
ancamannya tidak lebih dari 5
offence and liable to
(lima) tahun.
imprisonment for a term not
exceeding five years. Dalam pengaturan dari 3 (tiga)
negara yang telah disebutkan diatas
yaitu New Zealand, Perancis dan
Dalam pengaturan di
Kanada tidak mengatur
Negara Kanada yang telah
cyberbullying secara tegas tetapi
disebutkan diatas tidak secara
memiliki pengaturan berbeda tiap
langsung menggunakan istilah
negaranya. New Zealand
cyberbullying, tetapi dirumuskan
menggunakan istilah kekerasan
dalam criminal harassment
dalam komunikasi digital, Perancis
(kejahatan pelecehan) dan
mengaturnya sebagai melecehkan,
defamatory libel (fitnah
dan Kanada mengaturnya sebagai
memfitnah). Perumusan pasal-
kejahatan melecehkan dan fitnah.
pasal diatas memiliki unsur yang
Ketiga negara diatas merumuskan
sama dengan pengaturan di
adanya penggunaan media elektronik
Indonesia yaitu terletak pada
dalam melakukan perbuatan
dicantumkannya unsur melawan
melecehkan, menghina, memfitnah
hukum yaitu adanya unsur tanpa
tersebut. Perumusan mengenai
hak. KUHP Kanada
adanya perbuatan berulang atas
merumuskan apa-apa saja
perbuatan memfitnah, melecehkan,
perbuatan yang dianggap
menghina yang menggunakan media
sebagai pelecehan dan fitnah
elektronik juga dirumuskan di
memfitnah yaitu terletak dalam
pengaturan ketiga negara diatas,
perumusan pasal 264 ayat (2)
sehingga perbuatan cyberbullying
untuk pelecehan (harassment)
dapat dijangkau menggunakan
dan untuk seseorang yang
pengaturan-pengaturan diatas. Subjek
dianggap mempublikasikan
fitnah yaitu pada pasal 299. tindak pidana dalam beberapa
KUHP Kanada merumuskan pengaturan diatas adalah orang
juga adanya akibat dari perseorangan dan korporasi, tetapi
perbuatan pelecehan yaitu hanya New Zealand yang
menyebutkan korporasi sebagai
adanya rasa takut atau rasa tidak
aman terhadap keselamatan subjek tindak pidana.

19
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

IV. KESIMPULAN Zealand, Perancis, dan Kanada. New


Cyberbullying merupakan salah Zealand menggunakan istilah
satu bentuk dari bullying tetapi harmful digital communication,
dengan menggunakan media yang Perancis mengaturnya sebagai
berbeda. Kebijakan hukum pidana harassment, dan Kanada
dalam upaya penanggulangan mengaturnya sebagai criminal
cyberbullying saat ini di Indonesia harassment and defamation.
diidentifikasi dengan Kitab Undang- Perumusan mengenai adanya
Undang Hukum Pidana dan Undang- perbuatan berulang atas perbuatan
Undang Nomor 11 Tahun 2008 memfitnah, melecehkan, menghina
Tentang Informasi dan Transaksi yang menggunakan media elektronik
Elektronik. Dalam hukum yang juga dirumuskan di pengaturan
berlaku saat ini, perumusan yang ketiga negara diatas, ketiga negara
tidak lengkap dan jelas mengenai tersebut juga menyebutkan adanya
cyberbullying yang dikatakan akibat dari perbuatan yang dilakukan
sebagai bullying apabila dilakukan serta sifat menyerang yang
secara berulang-ulang, menyerang berdampak pada psikis seseorang
serta adanya ketidakseimbangan sehingga perbuatan cyberbullying
kekuasaan. Sehingga untuk dapat dijangkau menggunakan
memberantas perbuatan pengaturan-pengaturan diatas.
cyberbullying, perumusan yang tidak
jelas akan menyulitkan dalam hal
menanggulangi cyberbullying. Oleh SARAN
karena itu dibutuhkannya suatu Pembentuk RUU KUHP
pengaturan baru yang dapat diharapkan merumuskan secara tegas
digunakan untuk menanggulangi mengenai adanya intimidasi di dunia
cyberbullying di Indonesia. maya dengan mencakup unsur-unsur
Kebijakan hukum pidana dalam adanya perilaku berulang atau terus
upaya penanggulangan cyberbullying menerus, menyerang dan
dalam rangka pembaharuan hukum ketidakseimbangan kekuasaan dalam
pidana dilakukan dengan perumusan tindak pidananya, karena
pembahasan mengenai Konsep perbuatan intimidasi di dunia maya
KUHP yang akan datang. Konsep merupakan perbuatan yang tidak
KUHP tidak merumuskan secara dapat dianggap remeh mengingat
jelas mengenai perbuatan dan unsur- semakin bergantungnya masyarakat
unsur yang berkaitan dengan akan media komunikasi online.
cyberbullying tetapi Konsep KUHP Kebijakan formulasi dalam
sudah mengenal adanya media rangka pembaharuan hukum pidana
elektronik sebagai suatu sarana dapat melihat kepada negara-negara
melakukan kejahatan. lain yang sudah mempunyai
Dalam usaha pembaharuan pengaturan atau mengatur lebih jelas
hukum pidana untuk merumuskan mengenai cyberbullying, seperti New
suatu kebijakan hukum pidana di Zealand yang sudah mengatur lebih
masa yang akan datang dapat jelas mengenai kekerasan di dunia
dilakukan suatu perbandingan komunikasi digital. Dalam rangka
dengan negara lain yaitu New memberantas cyberbullying dapat

20
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dilakukan melalui penyebarluasan Threats, and Distress, (United


etika penggunaan komputer melalui States: Research Press, 2007)
pendidikan mengenai cyberbullying Peraturan Perundang-Undangan
sejak dini dan penyuluhan anti Canada Criminal Code
cyberbullying. France Penal Code
Harmful Digital Communications
V. DAFTAR PUSTAKA Act 2015
Kitab Undang-Undang Hukum
Buku Pidana
Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Rancangan Undang-Undang Kitab
Tindak Pidana Informasi dan Undang-Undang Hukum Pidana
Transaksi Elektronik, (Malang: Tahun 2012
Bayumedia Publishing, 2011) Undang-Undang Dasar Negara
Kaligis, O.C, Penerapan Undang- Republik Indonesia Tahun 1945
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Kementerian Komunikasi dan 2008 Tentang Informasi dan
Informatika Republik Indonesia, Transaksi Elektronik
101 Tanya Jawab Seputar UU Undang-Undang Nomor 23 Tahun
ITE, (Jakarta: Kominfo, 2013) 2004 tentang Penghapusan
L, Mason K, Cyberbullying: A Kekerasan dalam Rumah
preliminary assesment for school Tangga
personnel. Psychology in the Website
Schools, (2008) Dan Olweus. Bullying at school:
Marpaung Leden, Tindak Pidana What We Know and What We
Terhadap Kehormatan, (Jakarta: Can Do. Oxford, Blackwell.
Raja Grafindo Persada, 1997) 1993
Prayudi Guse, Berbagai Aspek (http://books.google.co.id/books
Tindak Pidana Kekerasan Dalam ?id=0Fz1jD9paoQC&printsec=f
Rumah Tangga rontcover#v=onepage&q&f=fals
Ramli Ahmad, Cyber Law Dan e)
HAKI-Dalam Sistem Hukum Ditch The Label, The Cyberbullying
Indonesia, (Bandung: Rafika Survey,
Aditama, 2004) http://www.ditchthelabel.org/the
Soemitro, Ronny Hanitijo, -cyber-bullying-survey-2013/
Metodologi Penelitian Hukum Internet World Stats Usage and
dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia Population Statistics,
Indonesia, 1988) Alphabetical List of Countries,
Sudarto SH, Hukum Pidana I,( http://www.internetworldstats.co
Semarang: Yayasan Sudarto m
Fakultas Hukum Undip, 2009)
Suseno Sigid, Yurisdiksi Tindak
Pidana Siber, (Bandung: Rafika
Aditama, 2012)
Willard, Nancy E, Cyberbullying and
Cyberthreats: Responding to the
Challenge of Online Aggression,

21

Anda mungkin juga menyukai