Anda di halaman 1dari 7

Gerakan Masyarakat Sipil Lampung Untuk

Tiga Juta Sembako Dalam Rangka


Penanggulangan Covid-19

PENDAHULUAN

Per 11 Maret 2020 World Health Organization (WHO) menetapkan


coronavirus disease (Covid-19) sebagai pandemi. Indonesia sendiri untuk
merespon penetapan WHO tersebut, baru menetapkan status
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat pada 20 April 2020. Kemudian, di
Provinsi Lampung, saat ini berdasarkan data resmi melalui situs website
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, didapati keadaan sebagai berikut :1

Tabel 1.1. Orang Dalam Pemantauan

Proses Pemantauan Selesai Pemantauan ODP Meninggal


659 Orang 2188 Orang 1 Orang

Tabel 1.2. Pasien Dalam Pengawasan

Dirawat/Isolasi Pulang/Sembuh/Negatif Meninggal


14 Orang 33 Orang 5 Orang

Tabel 1.3. Positif COVID-19

Dirawat Sembuh Meninggal


11 Orang 10 Orang 5 Orang
(42.31 %) ( 38.46 %) (19.23 %)

Melihat keadaan yang demikian, maka Provinsi Lampung harus bergerak


cepat merespon penyebaran covid-19 dan mengambil langkah-langkah
taktis dan strategis guna memutus mata rantai penyebaran covid-19 di
Wilayah Hukum Provinsi Lampung. Kebijakan Pemerintah Provinsi
Lampung menetapkan status tanggap darurat bencana non-alam akibat
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di wilayah Lampung, sebagaimana
Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor: G/157/V.02/HK/2020, perlu
dukungan dan respon dari semua pihak. Kemudian, Pada tanggal 08 April
2020, Pemerintah Provinsi Lampung mengeluarkan Surat yang ditujukan
kepada seluruh Bupati/Walikota di Provinsi Lampung untuk percepatan

1
Lihat pada : https://dinkes.lampungprov.go.id/covid19/, diakses pada
Tanggal 20 April 2020, Pukul 14.59 WIB.
1
realisasi Penggunaan Dana Desa untuk Pencegahan dan
Penanggulangan Pandemi Covid-19.

Kondisi saat ini, semua pihak harus “bergandeng tangan dengan


semangat gotong royong” untuk menghadapi dampak dari pandemi ini
yang membuat krisis multidimensi. Penanganan Pencegahan dan
Penanggulangan covid- 19 telah diambil langkah-langkah yang cukup
strategis oleh Pemerintah Provinsi Lampung, tentu hal ini tidak
memuaskan semua pihak dan membutuhkan dukungan secara "vertikal
maupun horizontal" oleh struktur pemerintahan daerah yang ada di
Provinsi Lampung.

PEMBAHASAN

Sebagaimana telah disinggung terlebih dahulu dalam pendahuluan,


bahwa pada prinsipnya pembahasan ini melingkupi soal "penggalian"
upaya bersama dengan semangat gotong royong untuk menjawab
dampak dari Pandemi covid-19 di Provinsi Lampung.

Flowchart 1.1. Trigger Aktor

Pemda
Lampung

Swasta/
Pengusaha
Masyarakat
Sipil

Trigger tersebut diatas perlu bahu-membahu guna menjawab soal dampak


dari pandemi covid-19. Jika kemudian Trigger tersebut dipecah menjadi
peta aktor didapati :
1. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung : Perangkat Satuan Kerja
Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa, Komisi/Badan Publik Vertikal
maupun Horizontal (Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Lampung,
Komisi Informasi Publik Provinsi Lampung, dsb).
2. Swasta/Sektor Privat/Pengusaha : Asosiasi Pengusaha, Kamar
Dagang dan Industri Provinsi Lampung, Himpunan Pengusaha,
dsb).
3. Masyarakat Sipil : Organisasi non-pemerintah (NGO), Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, Pemuda, Adat.

Kita sadar dan pahami bersama, bahwa sebagai entitas, Trigger tersebut
pun mengalami dampak yang sama dalam kondisi saat ini. Sekali lagi,
bahwa dalam kondisi sulit sekarang ini, kita tetap harus memberikan
layanan publik dan kepedulian, karena diatas semua kepentingan entitas
itu adalah soal kemanusiaan.

Tabel 1.4. Peta Aktor dan Dampak

Aktor Dampak / Kendala


Pemerintah Daerah 1. Jenjang Koordinasi dan Keterbatasan
Provinsi Lampung Kewenangan.
2. Kemampuan Keuangan Daerah.
3. Perlambatan dan Keterbatasan pemberian
layanan publik secara offline.
4. Komunikasi dan Informasi Publik kurang
efektif dan masif.
5. Ketersedian Fasilitas Kesehatan;
6. Ketahanan Pekerja Medis.

Swasta/Sektor 1. Pengurangan Pendampatan;


Privat/Pengusaha 2. Kehilangan Usaha;
3. Pengurangan Skala Produksi;
4. Keterbatasan Bahan Produksi;
5. Pembatasan/keterbasan Distribusi;
6. Kewajiban Perpajakan dan Retribusi;
7. Pengurangan dan/atau pemberhentian
Karyawan.

Masyarakat Sipil 1. Penurunan Pendapatan, atau bahkan


kehilangan Pendapatan;
2. Kelangkaan Barang dan Kenaikan Harga :
a. Pangan / Kebutuhan Pokok;
b. Obat-Obatan;
c. Sarana Medis lainnya.
3. Keterbatasan dan Pembatasan Layanan
Publik;
4. Kehilangan Pekerjaan;
5. Kredit Macet;
6. Informasi Publik yang tidak jelas;
7. Ketakutan/Panic attack.

Beberapa hal tersebut diatas, mungkin secara realitas lebih banyak yang
dapat disampaikan oleh masing-masing aktor. Akan tetapi ada beberapa
hal yang secara tanggap darurat dapat dilaksanakan secara mandiri oleh
masing-masing pihak diluar Urusan Wajib dan Konkruen Pemerintah
Daerah.

Dalam kondisi yang hampir sama dirasakan oleh daerah, maka hal ini
menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Daeah. Soal Kebutuhan
Pangan, tentu daerah-daerah yang tidak bercorak agraris membutuhkan
bantuan dari daerah yang memiliki kemampuan produksi agraris sebagai
suplier.

Provinsi Lampung, yang mayoritas penduduknya bekerja pada sektor


Pertanian,2 dan Pekerja Mandiri, Keluarga dan Buruh, dengan Inflasi yang
terjadi pada bulan maret 2020 sebesar 0,95 persen,3 tentu hal ini perlu
mendapat perhatian khusus ditengah pandemi covid-19. Ketersedian
Pangan juga tidak luput dari persoalan yang perlu diantisipasi oleh
Pemerintah Daerah.

Mengingat Awal Ramadhan yang akan jatuh pada tanggal 24 April 2020
mendatang tentu akan penting untuk dilakukan agar masyarakat yang
terdampak secara ekonomi akibat pandemi covid-19 dapat bertahan
ditengah menurunnya pendapatan namun harga bahan pokok yang
melambung. Oleh karena itu, bantuan yang akan direalisasikan dalam
bentuk sembako atau bahan-bahan pokok dirasa akan sangat membantu
masyarakat.

Agar penyebaran logistik atau bantuan dalam bentuk sembako tersebut


dapat tersampaikan dengan tepat sasaran, tentu sangat diperlukan
adanya data pendukung terkait dengan siapa saja yang akan menjadi
sasaran dari bantuan sembako tersebut. Karena data tersebut yang akan
menjadi dasar untuk menentukan berapa jumlah logistik yang menjadi
kebutuhan dan sebagai penentu satuan isi dari sembako. Oleh karena itu,
kami berharap semua pihak dapat bekerja sama dengan memberikan data
masyarakat miskin dan masyarakat terdampak yang nantinya akan
menjadi penerima bantuan sembako tersebut.

Namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung yang


merilis Angka kemiskinan Provinsi Lampung Tahun 2018 yang dirilis pada
Januari 2019, 1.091.600 jiwa di identifikasi sebagai penduduk miskin
dengan menggunakan konsep pendekatan kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,

2
Berdasarkan Data BPS, Provinsi Lampung dalam Angka 2019, lihat pada :
https://lampung.bps.go.id/publication/2019/08/16/801f3b93e755a417d7e80da5/p
rovinsi- lampung-dalam-angka-2019.html, diakses pada Tanggal 09 April 2020.
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur
dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan.

Kemudian ditambah dengan jumlah pekerja yang dirumahkan semenjak


merebaknya virus corona, Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung per 8
April 2020 merilis angka pekerja yang dirumahkan yakni berjumlah 2.190
dari sektor formal dan 159 sektor informal dan angka tersebut masih akan
terus berjalan.3 Ditambah dengan pekerja yang bekerja di ibukota Jakarta
yang juga turut dirumahkan, akan menjadi tambahan jumlah masyarakat
yang terdampak secara ekonomi karena pandemi covid-19.

Pekerja dari sektor informal seperti ojek online, pedagang, UMKM,


penyedia barang dan jasa dll yang menggantungkan hidup dari
penghasilan perhari yang juga hari ini luput dari data yang terintegrasi,
sehingga sektor-sektor tersebut menjadi potensi sasaran penyaluran 3 juta
sembako. Dipilihnya angka 3 juta sembako adalah gambaran jumlah
angka masyarakat yang terdampak secara ekonomi imbas dari pandemi
covid-19 di seluruh Provinsi Lampung.

CATATAN

Pada saat ini, sebenarnya masing-masing pihak bergerak merespon


keadaan darurat kesehatan secara yang terjadi secara global. Pemerintah
pusat dan Pemerintah daerah telah mengambil langkah dan Kebijakan
guna menekan dampak dari covid-19, masyarakat sipil menggalang
“kekuatan” secara mandiri guna membantu sesama, dan Sektor Privat
yang juga terdampak juga memberikan bantuan. Tetapi pertanyaan dan
realisasinya adalah, bagaimana memastikan bantuan-bantuan tersebut
tepat sasaran dan menyentuh langsung oleh masyarakat yang miskin dan
“paling” terdampak dari situasi ini.

Guna menjawab tantangan ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan
secara strategis, antara lain :
1. Mapping / Pemetaan Individu ataupun Kelompok Masyarakat yang
membutuhkan Bantuan.
2. Penyediaan Bahan Pokok sebagai bentuk Bantuan.
3. Penyediaan Mekanisme Pemberian dan Penyaluran Bantuan
secara terpadu.
3
Berdasarkan penghitungan inflasi tahun kalender (point to point) Maret
2020 mengalami inflasi sebesar 0,95 persen, sedangkan inflasi year on
year (yoy) Maret 2020 terhadap Maret 2019 adalah sebesar 3,22 persen,
sumber :
https://lampung.bps.go.id/pressrelease/2020/04/01/787/perkembangan-
indeks-harga- konsumen-maret-2020-deflasi-0-35-persen.html , diakses
pada Tanggal 09 April 2020.
Sebagai masukan/tawaran, kami koalisi masyarakat sipil yang terdiri dari
berbagai elemen masyarakat berinisiatif untuk merangkul seluruh pihak
untuk turut serta aktif dalam upaya penanggulangan pandemi covid-19
yang sedang melanda. Agar upaya tersebut berjalan dengan baik dan
dapat dipertanggungjawabkan, maka kami sertakan sruktur kerja yang
akan bertindak untuk menjalankan kerja-kerja penggalangan solidaritas
sosial sampai dengan penyaluran bantuan kepada masyarakat,
khususnya yang terdampak pandemi covid-19. Hal tersebut adalah upaya
agar terciptanya sistem kordinasi yang jelas sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya masing-masing.

Pelindung : Gubernur Provinsi Lampung

Pembina : - Kapala Kepolisian Daerah Lampung


- Kepala Kejaksaan Tinggi Lampung
- Komandan Korem Garuda Hitam Lampung

Penasehat : - Pimpinan Perusahaan Bumi Waras Lampung


- Pimpinan Perushaan Great Giant Pineaple Lampung
- Pimpinan Perusahaan Sugar Group Company

Pelaksana
Ketua : Faisol Djausal

Bidang-Bidang
Pengumpulan Data :

Publikasi & Kampanye : - Iskandar Zulkarnain (Lampost)


- Ardiansyah (Radar Lampung)

Pengawas : - Publik
- Auditor Independen
Flowchart 1.2. Tahapan Penggalangan Solidaritas Sosial

Kesepakatan
Bersama untuk
Pemetaan menyalurkan
Kebutuhan dan Bantuan melalui
Peruntukan Penyaluran
tim pelaksana Bantuan
Bantuan

Laporan &
Penggalangan Kampanye Publik Evaluasi
Solidaritas
Kepada Privat
Sektor

Pertama, pemetaan kebutuhan dan peruntukan bantuan. Hal ini dapat


diberikan masukan oleh Organisasi Masyarakat Sipil yang memiliki
pendampingan. Kedua, Penggalangan Solidaritas Sosial Kepada Privat
Sektor dapat diinisiasi tim pelaksana dan dapat diperkuat oleh Pemerintah
Provinsi Lampung dengan mengeluarkan Surat Edaran/Himbauan.
Ketiga, Kesepakatan Bersama penyaluran Bantuan oleh Sektor Swasta
maupun individu atau masyarakat sipil melalui tim pelaksana. Keempat,
dilakukannya Kampanye Publik untuk memasifkan gerakan Solidaritas
Sosial, bersama dengan Masyarakat Sipil. Kelima, Penyaluran Bantuan
kepada masyarakat atau kelompok masyarakat. Keenam, Laporan dan
Evaluasi yang akan di audit oleh auditor independent yang kemudian akan
diumumkan ke publik sebagai bentuk akuntabiltas publik.

Terhadap beberapa isu maupun pokok bahasan yang terlewatkan, dapat


menjadi catatan dan bahan diskusi lanjutan guna mendapatkan masukan
yang komprehensif, salam gotong royong hadapi pandemi.

Anda mungkin juga menyukai