Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH UUITE

DI MASYARAKAT

DISUSUN OLEH
ANITA MEGA BUDI
ANGGRAINI (1900018396)

PROGRAM STUDI TEKNIK


INFORMATIKAFAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN

JUNI 2021
TINJAUAN UU ITE TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DI INDONESIA

Abstrak
Tuntunan terhadap akses telekomunikasi yang tinggi menjadi alasan penggunaan internet terutama media sosial
sebagai media untuk menyampaikan berpendapat dan berserikat atau berorganisasi. Regulasi dan hukum
penggunaan dan pemanfaatan media sosial telah diatur dalam Undang-Undang no.11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan diperbarui di Undang-Undang No. 18 Tahun 2016 Tentang
Perubahan UU no 11 Tahun 2008. Terdapat dampak positif maupun dampak negative dalam pemanfaatan
media sosial, oleh karena itu pemahaman dan sosialisasi mutlak perlu dilaksanakan baik oleh masyarakat
maupun pemerintah. Sebab sebaik apapun Undang-Undang (ITE) dibuat jika tanpa kesadaran akan hukum dari
masyarakat tidak akan berpengaruh. Dan yang terpenting sebagai pengguna dapat menjaga etika dan bijak
dalam ber-media sosial.

Kata kunci : Media sosial, UU ITE, Hukum dan regulasi 1.

1. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dan komunikasi yang begitu pesar membawa banyak perubahan di berbagai
bidang tak terkecuali internet, yang dimana saat ini mengaharuskan agar informasi disampaikan serba
cepat, tanpa mengenal batas jarak dan waktu. Telekomunikasi memiliki peran penting dan stategis
dalam kehidupan terutama untuk menunjang dan mendorong kegiatan perekonomian, memantapkan
pertahanan dan keamanan, memperlancar pemerintahan, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta meningkatkan hubungan antar bangsa[1].

Indonesia sekarang ini menjadi negara dengan pertumbuhan jumlah pengguna Internet terbesar di
dunia. Pengguna Internet pada tahun 2017 mencapai 132,7 juta naik 51 persen dibandingkan tahun
2016 yang mencapai 88,1 juta pengguna. Pertumbunhan pengguna internet turut diiringi oleh
meningkatnya pengguna media sosial. Hanya berjumlah 79 juta pada tahun lalu, angka tersebut kini
telah naik menjadi 106 juta pengguna. Para pengguna yang secara aktif menggunakan media sosial di
perangkat mobile pun naik dari angka 66 juta menjadi 92 juta. Dari segi pertambahan jumlah
pengguna di layanan media sosial tersebut, Indonesia bahkan menempati posisi ketiga di
dunia mengalahkan Brazil dan Amerika Serikat, dan hanya kalah dari Cina dan India [2].
Hal ini menjadikan media sosial memiliki peran kuat dalam menunjang dan mendorong kemajuan
suatu negara. Salah satu di Indonesia yang mayoritas penggunanya memanfaatkan media sosial
sebagai sarana untuk berekspresi menyampaikan pendapat serta berinteriaksi dengan orang lain, baik
dalam lingkup nasional maupun lingkup internasional. Salah satunya pada bidang ekonomi (e-
commarce). Media sosial menjadi sarana yang tepat bagi pelaku usaha kecil menengah untuk
mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan fitur-fitur di media sosial.

Selain memberikan manfaat, media sosial juga memiliki potensi sebagai alat penyalahgunaan tindak
kriminal di internet atau kejahatan siber (cyber crime).

2. POLEKMIK MEDIA SOSIAL

Media sosial adalah sebuah media online, dimana para pengguna dapat dengan mudah berpartisipasi,
berbagi, dan menciptakan isi. Media sosial meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial
sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan
teknologi Web 2.0 , yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content ".
Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial :
• Pertama, Proyek Kolaborasi yaitu website yang mengijinkan user dapat mengubah,
menambah, ataupun remove konten yang ada di website. Contoh media ini adalah wikipedia.
• Kedua, Blog dan Microblog, dimana user lebih bebas mengekspresikan sesuatu di blog ini
seperti ‘curhat’ ataupun mengritik kebijakan pemerintah. Contoh media ini
adalah twitter.
• Ketiga, Konten, yaitu web dimana para user dari pengguna website ini saling share konten
media, baik video, e-book, gambar, dan lain-lain. Contohnya youtube.
• Keempat, Situs Jejaring Sosial, yaitu aplikasi yang mengijinkan user untuk dapat terhubung
dengan cara membuat informasi pribadi, sehingga dapat terhubung dengan orang lain.
Informasi pribadi itu bisa seperti foto-foto. Contoh jejaring sosial adalah facebook.
• Kelima, Virtual Game World, yaitu dunia virtual, yang mengreplikasikan lingkungan 3D,
dimana user bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi
dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. Contohnya game online.
• Keenam, Virtual Social World, yaitu dunia virtual dimana penggunanya merasa hidup di
dunia virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain. Namun, Virtual
Social World lebih bebas dan lebih ke arah kehidupan. Contohnya second life.

Varian media sosial demikian beragam, sehingga masyarakat dapat mengakses dengan mudah
dan memanfaatkannya untuk interaksi sosial. Demikian mudah interaksi sosial dijalin melalui
media sosial, maka komunikasi dua arah ini bisa menjadi bersifat privat maupun terbuka. Pada
ruang komunikasi yang bersifat terbuka, sering tidak disadari bahwa ada norma-norma yang
mengikat interaksi tersebut. Salah satu norma yang berimplikasi pada ruang sengketa adalah
norma hukum. Keberadaan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 310 Ayat (1) juncto
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),
pada dasarnya menjadi rambu-rambu dalam interaksi sosial melalui internet. UU ITE mengatur
berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik
transaksi maupun pemanfaatan informasinya. Pada UU ITE ini juga diatur berbagai ancaman
hukuman bagi kejahatan melalui internet. Sementara dalam KUHP, khususnya Pasal 310 Ayat
(1), juga diatur masalah pencemaran nama baik. Setidaknya ada 2 (dua) kasus yang sudah dijerat
dengan UU ITE, yaitu Kasus Prita Mulyasari dan Kasus Yogi Santani. Prita Mulyasari didakwa
dengan Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang ITE tentang pencemaran nama baik lewat dunia maya.
Berawal dari rasa kecewa Prita atas pelayanan RS Omni Internasional yang ditumpahkan melalui
email dan disebarkan melalui mailing list. Berita kecewa itu menyebar dari satu email ke email
lainnya dan dari milis A ke milis B, hingga akhirnya terbaca oleh pihak RS. Omni. Penyelesaian
yang ditempuh dari pihak RS. Omni adalah memperkarakan Prita dengan delik aduan pencemaran
nama baik. Prita Mulyasari dijerat dengan Pasal 27 Ayat (3) yang bunyi selengkapnya :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.Pada Kasus
Yogi Sentani, penyidik Mabes Polri menuduh Yogi melanggar Pasal 35 jo Pasal 51 Ayat (1)
UU ITE. Ancaman pidana pasal itu di atas lima tahun. Yogi diduga menyebarkan foto
korban Sukhoi Superjet 100 di Cijeruk Gunung Salak, beberapa waktu lalu, yang ternyata foto
tersebut adalah korban tragedi pesawat di India pada tahun 2010. Penyebaran foto itu berdampak
pada kejiwaan keluarga korban yang masih menunggu proses evakuasi dari tempat kejadian. Pasal
35 UU ITE menyebutkan “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi elektronik
dan atau dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik dan atau dokumen
elektronik tersebut dianggap seolah- olah data yang otentik”. Pasal 51 Ayat (1)
menyebutkan “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun dan atau denda paling banyak
Rp12 miliar”.[3]

3. UNDANG – UNDANG ITE

Pembentukan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),
berfungsi untuk melindungi kepentingan negara, publik, dan swasta dari kejahatan siber (cyber
crime). Secara gasris besar terdapat tiga pasal yang berafiliasi dengan penggunaan internet terutama
media sosial, yaitu tentang pencemaran nama baik (defamation), Suku, Ras, Agama, dan Antar
golongan (SARA), dan ancaman melalui dokumen elektronik atau secara online. [4]

Terbitnya UU ITE sempat menjadi pro dan kontra di kalangan pengguna media sosial, pasalnya
undang-undang yang bertujuan untuk mengurangi kejahatan siber cenderung menjadi senjata untuk
mengkriminalisasikan masyarakat yang memanfaatkan media sosial untuk beropini, menyampaikan
keluhan, hingga menyampaikan kritik terhadap layanan public atau bahkan terhadap kebijakan
pemerintah. Selain itu berdasarkan data dari Southeast Asia Freedom of
Expression Network (SAFEnet) sepanjang 2016 ada lebih dari 200 pelaporan ke polisi atas dasar
tuduhan pencemaran nama baik, penodaan agama, dan ancaman melalui dokumen elektronik, yang
berbasiskan UU ITE. SAFEnet juga mencatat munculnya 4 (empat) pola pemidanaan baru, yaitu aksi
balas dendam, barter hukum, membungkam kritik dan terapi kejut yang sangat berbeda, jika tidak
dapat disebut menyimpang dari tujuan awal ketika UU ITE dibentuk. [5]

Dalam revisi dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) ke Undang-Undang No. 18 Tahun 2016 Tentang Perubahan UU no 11 Tahun 2008, salah satu
pasal menyatakan pemerintah dalam hal ini Kementrian Komunikasi dan Informatika dapat
melakukan pemblokiran terhadap situs-situs tertentu yang diduga digunakan secara menyimpang dari
ketentuan peraturan perundang-undangan.[6].
Salah satu yang menjadi perhatian public saat ini adalah pemblokiran akses aplikasi Telegram oleh
Kominfo. Pemblokiran akses berdasarkan temuan dari Kominfo dan Kementrian atau lembaga terkait
telah ditemukan konten-konten yang tidak sesuai dengan Undang-undang yang berlaku di Indonesia
terutama konten yang menyangkut penyebaran radikalisme dan terorisme. Sebelumnya pihak
Kominfo telah mengirimkan email ke pihak Telegram perihal pembersihan konten-konten tersebut.
Tapi karena tidak ada balasan dari pihak Telegram sejak dari bulan Maret 2017 sampai bulan Juli 2017.
Pemblokiran akan dilakukan ke setiap media sosial selama dari masing-masing pengelola tidak
bekerjasama untuk mendukung kebijakan pemerintah Indonesia tentang penapisan radikalisme, hate
speech SARA dan hoax. [7]

4. PENUTUP

Terlepas dari pro kontra yang terjadi, dampak positif maupun negative dari pemanfaatan media sosial
di Indonesia sangat luas mencakup berbagai bidang. Mesikipun penggunaan dan pemanfaatannya
menjadi hak bagi setiap warga negara Indonesia sebagai sarana kebebasan untuk berpendapat yang
telah dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang tertuang dalam pasal 28, perlu adanya regulasi
serta hukum yang khusus mengatur pemanfaatkan dan penggunaan agar dapat meminimalisi tindak
kejahatan siber (cyber crime) yang dapat merugikan banyak pihak bahkan mengancam keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain regulasi serta hukum, pemahaman oleh masyarakat dan
sosialisasi oleh pihak berwenang tentang regulasi yang ada menjadi hal yang wajib untuk dilaksanakan.
Sebab sebaik apapun Undang-Undang (ITE) dibuat jika tanpa kesadaran akan hukum dari masyarakat
tidak akan berpengaruh. Dan yang terpenting sebagai pengguna dapat menjaga etika dan bijak dalam
ber-media sosial.
REFERENSI

1. Indonesia, Undang-Undang Telekomunikasi, UU No. 36 tahun 1999, LN No. 154 Tahun


1999, TLN No. 3881, Penjelasan Umum
2. Perkembangan Pengguna Internet dan Media sosial di Indonesia diambil dari
https://wearesocial.com
3. Hati-hati Memanfaatkan Media Sosial, diambil dari http://www.bin.go.id
4. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ITE)
5. UU ITE Baru dan Risiko Hukum Bagi Pengguna Media Sosial, diambil dari
http://www.hukumonline.com
6. UU Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan UU no 11 Tahun 2008
7. Biro Humas Kementrian Kominfo Siaran Pers Kementerian Komunikasi dan Informatika
No. 84/HM/KOMINFO/07/2017 Tentang Pemutusan Akses Aplikasi Telegram dan No.
86/HM/KOMINFO/07/2017 Tentang Perkembangan Terkini Mengenai Pemblokiran Akses
Aplikasi Telegram
Contoh Kasus sepanjang tahun 2020-2021

1. Ustaz Maaher At-Thuwailibi Ustaz Maaher At-Thuwailibi alias Soni Eranata (28)
ditangkap kepolisian pada Kamis (3/12/2020) pagi di kediamannya. Maaher
dilaporkan atas dugaan ujaran kebencian melalui media sosial dengan laporan polisi
bernomor LP/B/0677/XI/2020/Bareskrim tertanggal 27 November 2020. Baca Juga :
Ustadz Maheer Ditangkap, Refly Harun: Penegakan UU ITE untuk Lawan Politik

2. Jerinx Musisi I Gede Ary Astina alias Jerinx atau JRX telah menjadi terpidana kasus
ujaran kebencian terhadap Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Jaksa Penuntut Umum dari
Kejaksaan Tinggi Bali menuntut Jerinx selama tiga tahun penjara, denda Rp10 juta
dan subsider tiga bulan kurungan.

3. 3. Ustaz Gus Nur Aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Ustaz Gus
Nur atau Sugik Nur Raharja ditetapkan menjadi tersangka setelah diduga
menyebarkan ujaran kebencian soal Nahdlatul Ulama (NU). Gus Nur ditangkap
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri pada 24 Oktober 2020 di sebuah rumah
yang berada di Malang, Jawa Timur. Saat ini Gus Nur ditahan oleh Bareskrim Polri.

4. Refly Harun Pakar hukum tata negara Refly Harun menjadi pihak yang turut diperiksa
oleh Bareskrim Polri terkait kasus ujaran kebencian Gus Nur terhadap Nahdatul
Ulama dan Kiai NU. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol. Awi
Setiyono mengungkapkan Refly dimintai keterangannya sebagai saksi dan didalami
alasan dirinya membuat konten ujaran kebencian bersama Gus Nur di akun YouTube
Refly Harun. Baca Juga : Ini 'Pasal Karet' UU ITE yang Dinilai Bisa Jerat Seseorang
Jadi Tersangka

5. Ravio Patra Aktivis kebijakan publik Ravio Patra ditangkap Polda Metro Jaya pada 23
April 2020 di kediamannya. Polda Metro Jaya menyatakan status Ravio dalam
penyelidikan. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Yusri Yunus mengatakan
Ravio Patra ditangkap karena diduga telah menyiarkan ujaran kebencian melalui
media sosial dan memprovokasi masyarakat agar melakukan perbuatan tindak pidana
di tengah pandemi Covid-19.

Sumber : https://kabar24.bisnis.com/read/20201204/15/1326516/sepanjang-2020-ada-5-
tokoh-terjerat-uu-ite-siapa-saja

Anda mungkin juga menyukai