Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AKHIR

BUDAYA MATERIAL DAN GAYA HIDUP

PERBEDAAN KELAS DALAM MODERNITAS ROKOK:

PERBANDINGAN ROKOK ELEKTRIK DENGAN ROKOK TEMBAKAU

DI SUSUN OLEH :

TUKUH TAKDIR S

18/434396/PSA/08373

FAKULTAS ILMU BIDAYA

MAGISTER ANTROPOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018
1. Pendahuluan

Rokok dapat dikatakan sebagai suatu kebutuhan primer bagi seorang perokok. Menurut
laporan (WHO, 2013), terkait presentase penduduk dunia yang mengkonsumsi tembakau didapatkan
sebanyak 57% pada penduduk Asia dan Australia, 14% penduduk Eropa timur dan pecahan Uni
Soviet, 12% penduduk Amerika, 9% penduduk Eropa barat dan 8% pada penduduk timur tengah serta
Afrika. Sementara itu ASEAN merupakan sebuah kawasan dengan 10% dari seluruh perokok dunia
dan 20% penyebab kematian global akibat tembakau. Rokok menjadi fenomena yang menarik,
epidemi masalah tembakau akibat rokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan
masyarakat dunia. Maka dari itu, WHO terus-menerus menyuarakan gerakan anti tembakau dengan
berbagai metode, salah satunya adalah menggunakan NRT atau Nicotine Replacement Theraphy
(terapi pengganti nikotin) (WHO, 2009).

NRT adalah metode yang menggunakan suatu media untuk memberikan nikotin tanpa harus
melalui tembakau yang dibakar. Terdapat macam-macam NRT, salah satunya adalah rokok elektrik
atau sering disebut vaporizer. Rokok elektrik merupakan salah satu NRT yeng menggunakan listrik
dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap dan oleh WHO disebut dengan
Electronic nicotine delivery system (ENDS) (William dkk, 2010). Menurut sejarahnya, rokok elektrik
mulai dikembangkan sejak tahun 2003 oleh perusahaan milik Cina yang bergerak di bidang teknologi
dan perkembangan. Pada tahun 2010, rokok elektrik yang bisa dibilang sempurna, mulai dipasarkan di
seluruh dunia termasuk di Indonesia. Namun, di Indonesia sendiri rokok elektrik belum legal pada
saat itu, akan tetapi sudah banyak toko-toko yang menjual secara terang-terangan. Pihak pemerintah
kemudian segera merancang undang-undang terkait rokok elektrik, alhasil diawal tahun 2018 ini
rokok elektrik sudah resmi legal di Indonesia. Masalahnya, ketika masih ilegal harga rokok elektrik
beserta pernak-perniknya masih terjangkau harganya bagi semua kelas, justru ketika sudah legal harga
rokok elektrik melambung drastis, sehingga memberatkan untuk masyarakat kelas menengah
kebawah.

Munculnya rokok elektrik atau vaporizer tidak hanya merupakan jawaban atas masalah
kesehatan dalam perilaku merokok di Indonesia, tetapi juga sebagai tahapan baru di dalam hubungan
rokok dengan gaya hidup dan sebagai suatu inovasi teknologi terbaru (modernitas). Sebagai seorang
yang pernah menggunakan rekok elektrik, justru menurut saya rokok elektrik ini merupakan sarana
untuk bergaya/tren kekinian dalam praktik merokok. Seakan-akan ada “prestige” ketika menggunakan
rokok elektrik. Diluar tren kekinian, dari segi ekonomi pengeluaran rokok elektrik ini awalnya
dianggap lebih murah dibandingkan dengan rokok tembakau biasa, namun setelah dihitung-hitung
tidak ada perbedaan, justru bisa dibilang rokok elektrik ini lebih mengeluarkan biaya yang banyak.
Peralihan dari rokok tembakau ke rokok elektrik sudah cukup banyak di Indonesia, begitupula alasan-
alasan peralihannya, mulai dari kesehatan, rasa yang lebih nikmat, ekonomi, tren, memanfaatkan
teknologi dan sosial-psikologi.

Tujuan penulisan ini adalalah untuk memberikan gambaran umum terkait fenomena merokok
baik itu rokok tembakau maupun rokok elektrik. Kemudian akan menjelaskan pada hubungan kelas-
kelas atau perbedaan dalam penggunaan rokok tembakau dan rokok elektrik. Diharapkan dari analisis
tersebut yaitu bisa membuktikan terdapat kelas-kelas tertentu pada pengguna rokok tembakau dengan
rokok elektrik dan apakah sebuah rokok dapat mendefinisikan diri si perokok. Penulisan ini diawali
dengan pendahuluan, dikuatkan dengan tinjauan literatur-literatur yang sebelumnya sudah dilakukan,
lalu pembahasan mengenai rokok tembakau dan rokok elektrik, dan diakhiri dengan kesimpulan.

2. Review Literatur

Setelah mencari dan mengumpulkan literatur jurnal yang terkait dengan topik tugas akhir saya
yaitu bagaimana rokok elektrik dapat mendefinisikan diri si perokok, sedikitnya berhasil menemukan
sekitar 20 literatur yang membahas tentang rokok baik itu rokok elektrik maupun rokok tembakau.
Literatur yang saya targetkan yaitu literatur yang bertemakan behaviors (perilaku), karena pada
dasarnya merokok merupakan tindakan perilaku seseorang, yang nantinya merokok ini dapat
berhubungan erat dengan aspek kesehatan, sosial, ekonomi, lingkungan, dan psikologi. Dari semua
literatur yang saya pahami, hampir semua literatur menggunakan format penulisan yang sama, seperti
pembahasan, alur, dan teknik penulisan. Namun, agak sulit memahami pembahasannya pada
penjelasan grafik atau tabel. Terlepas dari itu, pendeskripsian dan analisinya sangat tepat sasaran,
sehingga muncul hasil-hasil dan perspektif baru.

Mungkin perlu sedikit diceritakan mengapa saya memilih rokok sebagai topik penulisan ini,
ada tiga alasan yaitu, yang pertama karena lingkungan yang saya singgahi mayoritas perokok, dan
yang kedua saya sendiri merupakan perokok aktif yang sempat mengalami peralihan dari rokok
tembakau ke rokok elektrik, dan ketiga, tidak bisa dipungkiri lagi jika rokok mengisi pendapatan
negara di Indonesia. Jadi dari situlah kemudian saya memiliki ide untuk menjadikan kebiasaan dan
perilaku yang saya alami sebagai topik penulisan ini. Ditambah dengan yang saya baca dari literatur
mengenai rokok, banyak sekali pengetahuan-pengetahuan yang menambah wawasan saya tentang
rokok, terutama bagaimana bahayanya rokok, siapa saja pengguna rokok, dan perkembangan rokok
zaman sekarang. Hal ini kemudian menjadi dilema antara rokok sebagai gaya hidup yang justru dapat
merusak tubuh, namun dari rokok itulah bisa mempererat pertemanan.

Maka dari itu saya ingin mengkaji, dan melakukan analisis bagaimana rokok itu dapat
mendefinisikan diri si perokok sekaligus membedakan status sosial antara rokok elektrik dengan
rokok tembakau. Sebenarnya dibalik bahayanya rokok, terdapat peran-peran penting yang tidak buruk
layaknya bahaya merokok, yang kebetulan tidak semua orang sadari itu. Saya juga berusaha untuk
menemukan kesamaan penulis-penulis literatur untuk menyatukan perspektif mereka terkait rokok
dengan aspek kesehatan, sosial, ekonomi, lingkungan, dan psikologi. Dari kajian pustaka yang saya
dapatkan setelah memahami literatur-literatur tentang rokok, saya menemukan tiga tema yang terkait
tentang rokok. ketiga tema ini sudah saya sebutkan diatas yaitu, aspek kesehatan-psikologi, ekonomi,
dan lingkungan sosial. Lebih jelas akan dijelaskan ketiga tema tersebut berikut ini :

2.1 Aspek kesehatan-Psikologis : Bahaya merokok bagi kesehatan

Dalam literatur tentang rokok terkait bagi kesehatan, sudah jelas rokok mengandung zat-zat
yang berbahaya, tetapi tidak sesederhana itu. Ternyata bahaya merokok juga terkait dengan kesehatan
mental seseorang perokok yang hal ini juga menjadi pemicu kemudian perpindahan dari rokok
tembakau menuju rokok elektrik seperti yang dikatakan, “To the extent that mental health conditions
may be associated with increased propensity to use e-cigarettes, which may contribute to nicotine
dependence and/or combustible cigarette use in this population (Loukas et al, 2018: Spindle et al,
2017). Perpindahan tersebut sudah pasti dikarenakan kandungan yang ada dalam rokok tembakau
pada umumnya, yang mungkin orang mengerti bahayanya rokok tembakau adalah dapat
menyebabkan kanker, gangguan kehamilan, paru-paru kotor, dan sebagainya. Selain itu bahaya rokok
itu sendiri tidak hanya menyerang si perokok tetapi juga orang-orang disekitarnya, dan justru ada
yang mengatakan bahwa lebih berbahaya orang-orang yang pasif merokok daripada dengan orang
yang aktif perokok. Penelitian-penelitian terkait kesehatan yang mengatakan bahaya merokok
memang sudah banyak, dikatakan bahwa, “there are many studies that have evaluated the health
effects of WPS with and without cigarettes in adults”(El-Zaatari Zm, Chami HA, zaatari GS), “Most
have studied problems that had developed over a long period of time like cardiovascular
diseases”(Tageldin MA, Nafti S, Khan JA, et al.), “malignant”(Boskabady MH, Farhang L), and
“non malignant lung diseases”(Lubin JH, Li JY), “cancers”(El-Hakim IE, Uthman MA), and
“perinatal risk”(Nuwayhid IA, yamout B).

Merokok juga dapat bermasalah dalam psikologi seseorang. Ada beberapa kasus yang
menjelaskan merokok itu bagian dari kepercayaan diri seseorang, atau merokok dapat menenangkan
diri dari masalah-masalah. Hal seperti ini perlu dievaluasi dan didiskusikan karena ini merupakan
bentuk dari kecanduan nikotin. Ini biasa terjadi dikalangan anak muda hingga orang dewasa. Dan jika
berbicara mengenai bahaya rokok tembakau dengan rokok elektrik, yang sebagian orang tahu adalah
rokok elektrik lebih aman dan sehat daripada rokok tembakau, itu adalah pemahaman yang salah,
semua rokok itu mengandung zat berbahaya, bahkan menurut penelitian terbaru justru rokok elektrik
memunculkan bahaya baru bagi kesehatan terutama dari cairan (liquid) nya. Seperti kasus “a pair of
22 month old twin boys finds their mothers electronic cigarette refill cartridge on the living room
coffe table. They each drink the berry-flavored liquid and are found shortly thereafter by their mother,
crying and spitting up. Twin A rubs his eyes, which couses sudden intense pain and conjunctival
redness, and Twin B starts to convulse and drool”(Mattew JN 2017).

2.2 Aspek Lingkungan-Sosial : Hubungan merokok dengan lingkungan sosial

Merokok memang berhubungan dengan kehidupan sosial bermasyarakat, baik itu di dunia
nyata maupun didunia maya seperti sosial media. Dalam hubungannya merokok dengan aspek sosial
saya menemukan beberapa hal yang bisa dikatakan baik dan beberapa hal yang buruk. Menurut saya
pribadi hal yang bisa dikatakan baik dalam hubungan antara rokok dengan aspek sosial adalah ketika
rokok dapat membuat mencairkan suasana, saling berbagi rokok menandakan bahwa ada hubungan
pertemanan di dalamnya, namun hal itu masih sebatas anggapan-anggapan saya pribadi karena saya
mengalami sendiri. Menjadi pertanyaan ketika pada masa remaja bahwa perilaku merokok itu karena
dipengaruh oleh teman, hal itu bisa saja terjadi seperti “ In the case of cigarettes, ST, and water pipe
cigarettes, adolescent smoking behaviors were known to be largerly affected by friends. The type of
question, such as asking adolescents whether they think their smoking behaviors are easily affected by
friends, is likely to generate response bias because of social desirability. Thus, the peer pressure
related to e-cigarette use among adolescents needs to bhe assessed in a future project” (Muilenburg
JL, Legge, 2008: 43:570-5). Tetapi, dari sudut pandang yang buruk dari rokok dalam lingkup
sosialnya, yaitu ketika lingkungan yang mendukung perkembangan rokok secara sengaja maupun
tidak sengaja, contohnya saat ini telah muncul rokok elektrik. “however, the increasing social
acceptability of e-cigarettes use could potentially lead to the social normalization of smoking
behaviors more generally, contributing to increased use of e-cigarettes and cigarettes in adolescence.
We recently found that the adolescent e-cigarettes psychosocial environment, a measure of the social
acceptability of e-cigarettes (including friends use and attitudes toward the use of e-cigarettes), was
strongly associated with cigarette smoking in a cross-sectional analysis” (Barrington-Trimis JL,
Berhane K, et al).

Selain itu juga masalah rokok dengan lingkungan sosial juga dapat menyebabkan bau yang
tidak sedap untuk rokok tembakau dan asap tebal serta pekat untuk rokok elektrik. Dan ternyata ada
hubungan antara perokok tembakau dengan perokok elektrik dari aspek lingkungan sosialnya. “the
social environment and the use of e-cigarettes were associated with the greater odds of indicating
susceptibility to cigarettes use. The measure of susceptibility used, defined as lacking a firm
commitment not to smoke, has been shown previously to predict future cigarette smoking
initiation”(Pierce JP, Choi WS et al). Ketika kemunculan rokok elektrik diawal tahun 2010 juga
menjadi pro kontra dalam masyarakat dan pemerintah, pada waktu itu juga masih ilegal hingga tahun
2018 ini baru saja dilegalkan.
2.3 Aspek Ekonomi : Dampak buruk dan baik pada rokok dari segi ekonomi

Pada aspek ini saya menemukan beberapa bahan dan pemahaman baru terkait hubunganya
rokok dengan perekonomian seseorang. Lebih tepatnya perekonomian seseorang yang sudah memiliki
pekerjaan dan yang memang pengangguran yang sedang membutuhkan pekerjaan. Di tengah tekanan
ekonomi yang pas-pas an justru dapat menimbulkan stres bagi seorang perokok. Studi penelitian
memiliki bukti-bukti yang cukup valid terkait hal ini, dan penulis literatur mengambil data tersebut
pada daerah di Amerika. Bagi produsen rokok, akan medapatkan kerugian besar apabila konsumen-
konsumen mereka berkurang akibat dari tekanan perekonomian tersebut. “In times of greater
economic uncertainly, employed smokers are worried about potential job losses, wherease
unemployed smokers face bleaker prospects of Finding employment. This reduction in potential
earnings can lead to reduced spending, including lowering of cigarette purchases. In the context of
the investment-uncertainly linkage” (Dixit and Pindyk 1994).

Dan dari masalah tekanan ekonomi juga dapat membuat seorang perokok menyesuaikan uang
yang dimiliki untuk membeli rokok. Pengeluaran sangat diperhitungkan didalam melakukan
pembelian rokok. Hal ini biasa terjadi pada kalangan pekerja, remaja sekolah, dan pengangguran.
Kemudian fenomena tersebut disikapi oleh produsen dengan cermat dengan menilai dari keadaan
yang terjadi. Ini juga erat kaitannya dengan kenaikan bahan baku pembuatan rokok tembakau.
Permainan pasar pun dimulai dengan cara mengeluarkan produk-produk baru sebagai pengganti,
menyesuaikan dengan eknomomi seseorang “Behavioral economic procedures can also assess the
interaction of multiple commodities available concurrently. That is, as the price of commodity A
Increases, a concurrently available and constantly priced commodity B can act as a substitute,
complement, or not impact consumption of the other product” (Bickel et al 1995).

Namun dari masalah itu semua perlu diketahui juga bahwa dari rokok dapat mengisi
pendapatan suatu negara, bahkan pendapatan terbesar yaitu dari peredaran rokok. Di Indonesia sendiri
pemerintah masih bergantung pada penjualan rokok sebagai pendapatan negara, belum lagi saat ini
rokok elektrik sudah mulai di legalkan artinya sudah dipajak oleh pemerintah, yang pendapatannya
sudah pasti akan bertamabah lagi. Jadi tidak semuanya rokok itu selalu buruk, dari segi ekonomi
sendiri bahkan dapat menghidupi negara.

3. Metodelogi

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif, dengan cara pengumpulan
data peneliti melalui pengamatan, wawancara, pengalaman pribadi dan analisis agar memperoleh
data yang lebih komprehensif dan sesuai yang ditargetkan. Penelitian ini juga bersifat penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang pertama adalah pengamatan yang bertujuan memahami
keadaan yang terpola pada penggunaan rokok elektrik dan rokok tembakau, tahap kedua yaitu
wawancara dengan tujuan agar mendapatkan data yang kredibel dari si pengguna rokok elektrik
maupun rokok tembakau secara langsung, lalu pengalaman pribadi digunakan sebagai penguat untuk
data-data sebelumnya, dan terakhir analisis, digunakan untuk menganalisis semua data-data yang
berhasil didapat, data tersebut diolah dan dijelaskan secara deskriptif.

Perilaku merokok pada dasarnya adalah menikmati nikotin yang dibakar (Tirtosastro dan
Murdiyanti, 2010). Menurut Chotidjah (2012) perilaku merokok adalah menghisap asap dari rokok
dengan cara membakar ujungnya dan menghirup asapnya dari ujungnya yang lain. Rokok juga salah
satu cara bagi seseorang untuk bersosialisasi demi menjalin pertemanan. Pernyataan tersebut
merupakan pernyataan yang ditujukan untuk para pengguna rokok tembakau, sedangkan untuk rokok
elektrik, menyatakan rokok elektrik adalah sebuah alat yang terdiri dari baterai, pemanas dan cairan
(liquid) yang mengandung nikotin (Vensickle & Eissenberg, 2013). Rokok elektrik menawarkan
keuntungan berupa berhenti merokok tembakau dengan memungkinakan pengguna secara bertahap
mengurangi jumlah nikotin yang mereka konsumsi dari waktu ke waktu (Ray, 2016). Dari pernyataan
tersebutlah kemudian saya olah menjadi sebuah pertanyaan yang saya ajukan kepada responden.

Penelitian dilaksanakan di lingkungan sekitar UGM pada tempat-tempat tertentu seperti


kantin, tempat nongkrong, selasar kampus dan sebagainya pada bulan November-Desember 2018.
Sampel pada penelitian ini yaitu hanya lima orang yang diwawancarai, terdiri dari tiga orang perokok
tembakau dan 2 orang perokok elektrik. Dalam penelitian ini sebetulnya pengalaman pribadi saya lah
yang cukup menguatkan data, disamping saya pernah merasakan rokok tembakau dan rokok elektrik,
saya juga dekat dengan lingkungan tempat orang-orang merokok sehingga dalam penelitian ini tidak
mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data. Namun, yang menjadi kendala yaitu ketika tiap-tiap
responden memiliki pendapatmnya yang berbeda-beda, sehingga saya harus menganalisis lebih dalam
lagi terkait dengan pernyataan responden.

4. Hasil
4.1 Perbedaan kelas

Hasil penelitian menunjukan bahwa ditemukannya perbedaan kelas antara perokok tembakau
dengan perokok elektrik. Hal ini terbukti dari hasil wawancara saya dengan lima responden sekaligus
pengalaman saya pribadi. Pertama-tama akan saya jelaskan dari responden perokok tembakau
bernama, Arsyad yang mengatakan bahwa

“Pengguna rokok elektrik itu orang-orang yang bermodal, karena bisa dilihat
dari properti rokok elektriknya yang banyak sekali, seperti liquid, alat-alat, kawat
yang siap ganti 3 hari sekali sekaligus kapasnya, dan itu juga tidak murah.
Kebetulan saya juga pernah kumpul dengan orang-orang pengguna rokok elektrik,
yang anehnya pengguna rokok elektrik juga mengeluh soal itu. Kepindahan
awalnya dari rokok tembakau ke rokok elektrik karena coba-coba, sebab disangka
lebih murah namun ternyata nihil, malahan lebih mahal. Dari coba-coba kemudian
rokok elektrik ini digunakan agar terlihat lebih keren. Rokok eletrik ini lebih
premium dan lebih high class.”

Dalam pernyataan Arsyad jelas sekali bahwa rokok elektrik dengan rokok tembakau itu
terdapat perbedaan-perbedaan kelas, seperti rokok elektrik ini untuk kalangan orang-orang yang
bermodal (kaya), dan agar kelihatan keren. Berarti dapat diartikan rokok elektrik lebih untuk
masyarakat kelas menengah keatas, sedangkan rokok tembakau untuk masyarakat kelas menengah
kebawah. Pernyataan kedua dari Azmul, yang menyatakan bahwa,

“Sebenarnya pengguna rokok elektrik itu dulunya pengguna rokok


tembakau, namun katanya dia ingin berhenti, dan salah satu caranya itu dia
menggunakan rokok elektrik, yang katanya bisa sembuh dari kecanduan rokok
tembakau. Alternatifnya adalah itu rokok elektrik lebih memberikan varian rasa,
rasa yang lebih enak. Kalau soal perbedaan kelas tentu ada, soalnya rokok
tembakau dengan rokok elektrik itu kalau kumpul misah-misah, rokok tembakau
dengan rokok tembakau, rokok elektrik dengan rokok elektrik. saya belum pernah
lihat pengguna rokok elektrik kumpul bersama dengan pengguna rokok tembakau.”

Pernyataan Azmul berbeda tetapi mirip dengan pernyataan Arsyad, menurutnya perbedaan
yang ia jelaskan terletak pada komunitasnya, rokok elektrik pasti memiliki komunitasnya sendiri-
sendiri, begitupula rokok tembakau memiliki komunitasnya sendiri. Untuk komunitas rokok elektrik
biasanya tiap-tiap wilayah atau kota memiliki komunitas yang berbeda-beda, tetapi utnuk komunitas
rokok tembakau, sudah ada sejak dulu bernama komunitas kretek. Tetapi hingga sampai saat ini
belum pernah terjadi konflik antara komunitas rokok elektrik dengan komunitas kretek walaupun
terdapat kelas-kelas sosialnya. Lanjut ke responden terakhir dari rokok tembakau, Agam mengatakan
bahwa,

“Rokok tembakau itu gak ribet dibandingkan dengan rokok elektrik. Kalau
soal rasa sama bau memang enak rokok elektrik, tapi yang penting itu praktis.
Kebanyakan pada pindah ke rokok elektrik katanya untuk berhenti rokok tembakau
tapi sama aja yang ngerokok elektrik masih ngerokok tembakau. Rokok elektrik itu
keliatan keren kelau di tempat umum banyak orang, rokok tembakau biasa aja
orang udah sering liat tapi rokok elektrik jarang yang punya.”

Pernyataan dari Agam terkait dengan perbedaan kelas yaitu rokok elektrik terlihat lebih keren
dibanding dengan rokok tembakau biasa, dan tidak semua orang memiliki rokok elektrik. Berarti
menandakan bahwa rokok elektrik ini adalah barang yang cukup mahal dibandingkan dengan rokok
tembakau. seperti pernyatan dari Arsyad bahwa rokok elektrik itu untuk orang-orang yang bermodal.
Dua pernyataan terakhir dari responden rokok elektrik, bernama Tantra dan Satiyo. Kedua orang
tersebut dulunya perokok tembakau tetapi beralih ke rokok elektrik karena alasan tertentu. Mereka
menyatakan bahwa,

“Ya pertama sih pengen coba-coba aja soalnya pengan ngerasain gimana
rasanya. Terus kayaknya kok keren, gak semua orang punya. Kalau saya sih pindah
ke rokok elektrik sih itu bukan karena pengen berhenti ngerokok.” (Tantra)

“Saya udah bosen sama rokok tembakau, pengen sesuatu yang baru, toh
juga rokok elektrik lebih enak baunya. Kalau bikin keren sih ya tergantung
orangnya, tapi kalau yang make rokok elektrik tu biasanya orang-orang yang punya
budget banyak harus siap keluar duit tiap minggunya.” (Satriyo)

Dari dua pernyataan tersebut bisa dipahami bahwa perbedaan kelasnya terlihat pada
tingkat keren seseorang ketika menggunakan rokok elektrik, dan rokok elektrik itu untuk
orang-orang yang punya budget besar. Dapat disimpulkan dari kelima responden itu yaitu
rokok elektrik lebih digunakan oleh orang-orang kelas menengah keatas sedangkan rokok
tembakau untuk kelas menengah kebawah. Hal ini dirasakan tidak hanya oleh orang orang
dari perokok tembakau tetapi dari perokok elektrik juga.

4.2 Modernitas

Terlepas dari perbedaan kelas yang terjadi antara perokok elektrik dengan perokok tembakau,
harus diapresiasi bahwa kemajuan teknologi sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Kemunculan
rokok elektrik ini adalah salah satu inovasi terbaru masa kini dari rokok. Semua berawal dari
keinginan badan WHO untuk mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh tembakau. berbicara
modernitas, tidak akan lepas dari peran manusia, karena manusia dalam modernitas adalah perencana
dan perancang yang tidak hanya memiliki pandangan mengenai bagaimana dunia mesti dipahami,
tetapi juga penguasa berbagai alat untuk mencapai pemahaman tersebut (Bauman, 1989). Setiap orang
ingin menikmati dan memanfaatkan sebuah teknologi terbaru, seperti rokok elektrik tentunya jadi
tidak ada salahnya ketika seseorang menggunakan rokok elektrik.

Terkait dengan rokok elektrik sebenarnya semakin modern justru rokok menjadi sangat
berbahaya, karena rokok sendiri sejak awal sudah berbahaya. Rokok elektrik sendiri merupakan media
atau alat, sehingga bisa saja mengalami kerusakan, dan inilah salah satu dilema pada suatu teknologi,
layaknya sebuah handphone atau game console yang bisa rusak pula. Berbagai kasus kerusakan yang
terjadi pada rokok elektrik kebananyakan adalah meledaknya rokok elektrik, dan tidak bisa dicharger.
Inilah kelemahan dari sebuah teknologi modern dari rokok elektrik.
Tetapi saya cukup yakin bahwa untuk kedepannya pasti akan ada inovasi-inovasi terbaru lagi
sebagai pembaharuan rokok elektrik. Setiap zaman pasti ada eranya masing-masing, rokok pun begitu.
Hanya saja perlu adanya disertai dengan pengetahuan-pengetahuan umum terkait rokok elektrik ini,
karena jujur saja rokok elektrik ini merupakan teknologi baru yang informasinya masih simpang siur,
banyak yang beranggapan rokok elektrik sebagai ini ada yang beranggapan rokok elekrtik sebagai itu.
Maka perlu diperjelas kembali fungsi dan manfaat dari rokok elektrik.

5. Pembahasan
5.1 Perbedaan kelas dalam rokok elektrik dan rokok tembakau

Penelitian yang saya lakukan berhasil menemukan perbedaan antara rokok elektrik dengan
rokok tembakau, dan ini cocok dengan teori pembeda (distingsi) dari Pierre Bourdeu. Berdasarkan
hasil pengumpulan data dari responden sekaligus mengamati lingkungan para perokok, terdapat kelas-
kelas tertentu pada kelompok rokok elektrik dengan rokok tembakau. Kelas-kelas tersebut adalah
semacam startifikasi sosial atau penggolongan, bahwa rokok elektrik itu untuk kalangan orang-orang
kaya, memiliki modal, dan bisa dibilang cukup keren. Kelas tersebut dapat dimasukan kedalam kelas
untuk masyarakat menengah keatas. Sedangkan untuk pengguna rokok tembakau itu untuk kalangan
orang-orang biasa tidak masuk dalam golongan orang-orang kaya dan tidak keren. Kelas tersebut
dimasukan dalam masyarakat kelas menengah kebawah.

Dijelaskan juga oleh responden bahwa perokok elektrik itu awalnya perokok tembakau, lalu
karena ingin coba-coba atau ingin berhenti merokok tembakau maka beralih ke rokok elektrik. Berarti
sebelum adanya rokok elektrik ini tidak ada yang namanya kelas-kelas tertentu, semua perokok itu
sama, tanpa adanya perbedaan. Hal tersebut tentu saja berkaitan dengan pengambilan
keputusan,dimana terjadi suatu opsional terkait rokok seperti yang dijelaskan oleh Cervon dalam
Heydari dkk (2011), pengambilan keputusan adalah Teknik memilih dua atau beberapa pilihan dalam
sebuah perilakupreventif dengan maksud tujuan tertentu. Jika dikaitkan dengan dalam kontek rokok,
ketika seseorang beralih dari rokok tembakau ke rokok elektrik karena memiliki tujuan tertentu karena
ingin membedakan diri dengan perokok lain, berhenti merokok tembakau, ataupun sekedar untuk
bergaya.

Intinya rokok elektrik dengan rokok tembakau itu membentuk suatu perbedaan kelas yang
disadari maupun tidak disadari. Bagi beberapa orang yang tidak merokok mungkin sedikit paham
mengenai fenomena tersebut, tetapi lain dengan perokok tembakau maupun perokok elektrik. Mereke
kemungkinan sadar akan adany perbedaan tersebut tetapi cenderung mengabaikan karena masih
memiliki Batasan-batasan yang tidak menyebabkan konflik antar kelompok.
5.2 Modernitas dalam rokok

Kemunculan rokok elektrik adalah sebuah kemajuan zaman, dimana artinya kita hidup pada
zaman teknologi. Semua hal benda maupun alat dapat berkembang sesuai zamannya. Hal tersebut
tampak pada sebuah rokok. Dulu sebelum pabrik rokok ada, semua oraang yang nerokok masih
mengkonsumsi rokok lintingan (manual). Lalu seiring berkembangnya zaman dan teknologi rokok
membentuk inovasi baru yaitu rokok yang siap saji tanpa harus dilinting secara manual tetapi sudah
dikemas oleh pabrik. Hingga pada akhirnya, pada era 4.0 ini sudah ada teknologi terbaru lagi dari
rokok tembakau, yaitu rokok elektrik.

Jika diurutkan, rokok ini telah mengalami perubahan dari masa ke masa, dan inilah disebut
dengan modernitas pada sebuah rokok. Modernitas dalam rokok sendiri awalnya dibentuk oleh WHO
untuk mengurangi jumlah pengonsumsi rokok tembakau, tetapi justru malah menjadi makna lain.
Orang-orang yang menggunakan rokok elektrik merupakan orang-orang yang memanfaatkan teknologi
terbaru dan terup to date. Layaknya teknologi lainya setiap ada yang baru pasti akan mencoba
menggunakannya. Begiutulah sifat dasar dari sebuah kemajuan teknologi.

Dalam sebuah teknologi pasti ada kekurangan dan kelebihannya, tergantung bagaimana kita
menyikapinya. Pada konteks rokok elektrik, kita bisa mengira-ngira bahwa rokok elektrik itu adalah
teknologi merokok dengan gaya simple dan efektif, tetapi sebenarnya berbicara simple dan efektif
lebih mengarah pada rokok tembakau. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya rokok elektrik itu
lebih ribet dengan segala propertynya, tidak seperti rokok tembakau tinggal bakar saja sudah bisa
dinikmati. Artinya rokok elektrik ini untuk sebagian orang tidak bisa dikatakan sebagai teknologi
terbaru yang lebih simple dan praktis ketimbang dengan rokok tembakau.

Kedepannya, rokok elektrik ini pasti akan mengalami perubahan lagi dari segi kefektifitasnya
dan soal kesehatannya. Seperti yang sudah aya jelaskan bahwa rokok mengalami perubhan ditiap
zamannya, untuk masa yang akan dating rokokk elektrik yang sekarang akan mengalami modernitas
kembali layaknya perubahan dari rokok tembakau ke rokok elektrik.

6. Kesimpulan

Rokok elektrik merupakan inovasi terbaru dari sebuah rokok tembakau pada umumnya. Ini adalah
bentuk dari perkembangan teknologi bagi manusia. Akan tetapi, sebagai alat modern, tidak membuat
semua orang yang dulunya merokok tembakau beralih ke rokok elektrik, karena beberapa factor yaitu
rokok elektrik lebih mahal dibandingkan dengan rokok tembakau, rokok elektrik lebih berbahaya, atau
rokok elektrik itu hanya untuk kalangan orang-orang bermodal. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
rokok elektrik kini sudah beralih fungsi sebagai perbedaan kelas tidak lagi sebagai alat modern yang
lebih efektif dibandingkan dengan rokok elektrik
Disamping itu, perlu diapresiasi bahwa rokok elektrik ini adalah salah satu perkembangan
modernitas yang mempengaruhi pola perilaku semua orang baik itu perokok, maupun non perokok.
Nilai positif yang bisa diambil pada perkembangan rokok elektrik ini adalah secara teknologi dan
kegunaannya, lebih baik dibandingkan dengan rokok tembakau karena tidak meinggalkan abu dan
baunya sangat enak. Tetapi negatifnya adalah, rokok elektrik membedakan antara perokok elektrik
denagn perokok tembakau, dan rokok tembakau dirasa lebih simple dan efisien disbanding dengan
rokok elektrik.

Referensi

Azagha, S. 2017. E-cigarette use, dual use of e-cigarettes and tobacco cigarettes, and frequency of
cannabis use among high school students. Elsevier

Bickel, W.K., De Grandpre, R.J, Higgins, S.T,. 1995. The behavioral economics of concurrent drug
reinforces

Bickel, W.K., Cummings, M.K, Snider, E.S. 2017. Behavioral economic substituion between
conventional cigarettes and e-cigarettes differs as a function of the frequency of e-cigarette
use. Elsevier B.V

Chotidjah, S. 2012. Pengetahuan tentang rokok, pusat kendali kesehatan eksternal dan perilaku
merokok. Makara, sosial Humaniora. 16 (1), 49-56.

Damayanti, Apsari. 2016. Penggunaan rokok elektri\onik di komunitas personal vaporozer Surabaya.

Dixit, A.K., Pindyk, R.S, 1994: Investment Under Uncertainly. Princeton University Press, Princeton,
NJ.

Goel, K Rajeev. 2014. Economic stress and cigarette smoking: evidence from the United States.
Elsevier B.V.

Hamiltonm H.A, Kanyinga-Sampasa, H. 2018. Use of social networking sites, electronic cigarettes,
and waterpipes among adolescents. Elsevier B.V

Hammad, A, Abdulhamid, I, Jenuwine, E.S. 2018. Health effects reported by adolescent water pipe
and/or cigarette smokers compared to nonsmokers. Elsevier

Ignatow, G, Cai, T, Nino, D.M. 2015. Social isolation, drunkness, dan cigarette use among
adolescents. Elsevier B.V

Jenkins, R. 2004. MembacaPikiran Pierre Bourdieu. KreasiWacana


Lee, Y.C, Hsu, C, Chang, LC. 2018. Electronic cigarette use and attempts to quit smoking cigarettes
among adolescents in Taiwan. Elsevier

McConnell, R, Samet, M.J, Leventhal, M.A. 2016. The E-cigarette social environmental, E-cigarette
use, and susceptibility to cigarette smoking. Elsevier B.V

Moon, S.S, Shin, E, Cho, J.H. 2011. Electronic-cigarette smoking experience among adolescents.
Elsevier B.V

O’Malley, S.S, Sarin-Krishna, S, Morean, M. 2018. Comparing cigarette and e-cigarette dependence
and predicting frequency of smoking and e-cigarette use in dual users of cigarettes and e-
cigarettes. Elsevier B.V

Rosvall, M, Lindstrom, M. 2017. Addictive behaviors, social and psychosocial factors, and electronic
cigarette use among adolescents: a population-based study. Elsevier B.V

Sheikh, A, Nguyen, H.V. 2018. Enviromental tobacco smoke exposure among electronic cigarette
users. Elsevier

Sofuoglu, M, Coker, L.K, Mullaney, S. 2018. E-cigarettes, alcohol use, and mental health: use and
perceptions of e-cigarettes among college students, by alcohol use and mental health status.
Elsevier B.V

Tefft, N, Nesson, E, Cotti, C. 2018. The Relationship between cigarettes and electronic cigarettes:
evidence from household panel data. Elsevier B.V

Tirtosastro, S. & Murdiyati, A.S 2010. Kandungan Kimia Tembakau dan rokok. Buletin Tanaman
Tembakau, serat & minyak industri. 2(1), 33-43

Toukan, M.A. 2016. The Economic impact of cigarette smoking on the poor in Jordan. Elsevier B.V

Waldo, K, peltier, M.R, Copeland, A.L. 2017. Perceived risk and benefits of e-cigarette use among
college students. Elsevier B.V

WHO (world Health Organization). 2009. Report on the global tobacco epidemic.

WHO (world Health Organization). 2013. Media Centre: Fact Sheets of tobacoo.

Anda mungkin juga menyukai